Ha Ryu dan Da Hae bertemu
di kantor polisi. Keduanya saling menatap tajam. Detektif Nam membawa Da Hae ke
ruang interogasi.
Detektif Nam : “Joo Da Hae-ssi
kau menyuruh Joo Yang Hoon membeli ponsel gelap, dan mobil gelap, kan?”
Da Hae tak menjawab.
Detektif Nam : “Pada pukul
4 sore di hari ledakan mobil, kau ada di TKP kan?”
Da Hae tetap tak menjawab
membuat Detektif Nam kesal, “Berapa lama kau akan tetap diam? Pria tuna wisma
sudah mengkonfirmasi bahwa Joo Yang Hoon pelakunya dan kami tahu kau yang memberi
uang pada Joo Yang Hoon.”
Da Hae tetap bungkam tak
membuka mulutnya, ia tak mengatakan sepatah katapun.
Detektif Nam heran apa Da Hae
tak merasa bersalah pada almarhum mantan suami Da Hae (Do Hoon), “kau menyuruh Joo
Yang Hoon membunuh Pengacara Cha. Iya atau tidak?” bentak Detektif Nam hilang
kesabaran.
Tapi Da Hae tetap saja tak
bersuara sedikit pun.
Ha Ryu mengunjungi rumah
lamanya. Ia masuk ke kamar yang tak ada perabotannya. Ia duduk melepas lelah
disana.
Detektif Nam berkata bahwa
dengan diamnya Da Hae maka itu tak akan merubah apapun. “Ketika kami sudah
memiliki semua bukti apa kau masih tak mau bicara?” Detektif Nam benar-benar
kesal, ini bisa membuatnya gila.
Detektif Nam tahu kalau Da
Hae juga sudah lelah, jadi ia harap Da Hae menyelesaikan ini secepatnya. “Jawab
saja iya atau tidak. Joo Da Hae memiliki kakak tiri bernama Joo Yang Hoon yang
menyiapkan mbil gelap dengan bom rakitan yang terpasang. Dan tujuanmu adalah
membunuh Pengacara Cha. Apa aku benar?”
Da Hae diam saja.
Seorang Detektif masuk ke
ruang interogasi mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu dengan Detektif Nam.
Detektif Nam tanya siapa. Orang itu pun masuk ke ruang interogasi, Joo Yang Hoon.
Da Hae terkejut melihat
kedatangan kakaknya. Yang Hoon mengatakan bahwa Da Hae tak bersalah, ia
melakukan semua itu atas inisiatifnya. Da Hae tambah terkejut mendengar
pengakuan kakaknya.
Ha Ryu yang tiduran
bersantai di kamar rumahnya yang dulu menerima telepon dari Detektif Nam yang
mengatakan bahwa Joo Yang Hoon baru saja menyerahkan diri. Joo Yang Hoon telah
membuat pernyataan bahwa dia sendiri yang terlibat.
Ha Ryu terkejut dan bilang
itu tidaklah benar, “kau tak boleh melepaskan Joo Da Hae. Sama sekali tak boleh.”
Ha Ryu bergegas menuju kantor polisi.
Joo Yang Hoon berada di
ruang interogasi, “Setelah dia membunuh ayahku, di hari Ha Ryu dibebaskan dari
penjara tanpa menebus kesalahan sepenuhnya, aku membunuhnya. Hyung-nya, Cha Jae
Woong tahu dan mulai menekanku. Jadi aku mencari mobil gelap untuk membunuhnya.
Tapi sayang, Baek Do Hoon yang malah mati. Semua itu, aku sendiri yang
melakukannya.”
Detektif Nam : “Kau
mengatakan kalau kau sendiri yang melakukan semuanya sendirian? Menurut
pernyataan Pengacara Cha, Joo Da Hae ada di TKP ledakan dan ponsel gelap itu
dipakai oleh Joo Da Hae. Tapi apa kau masih tetap bersikeras bahwa kau yang
melakukan semuanya sendiri?”
Yang Hoon membenarkan, “Da
Hae bahkan tak tahu kalau aku mencoba membunuh Cha Jae Woong. Jika dia tahu,
dia pasti menghentikanku. Da Hae tak ada di TkP, Pengacara Cha memfitnahnya.”
Da Hae yang masih di
kantor polisi menunggu cemas interogasi yang dilakukan Yang Hoon.
Interogasi selesai, Yang Hoon
keluar dari ruangan itu. Detektif Nam memerintahkan Detektif Min untuk
memborgol dan membawa Yang Hoon. Da Hae tak menyangka kalau kakaknya nekat
mengakui itu.
Detektif Nam mengatakan
pada Da Hae kalau Yang Hoon sudah mengakui semuanya. “Kami akan mencari tahu
lebih banyak lagi melalui investigasi, tapi untuk sekarang kau tak bersalah
atas apapun. Kau boleh pergi.”
Ha Ryu sampai di depan
kantor polisi dan berpapasan dengan Da Hae. Da Hae berkaa kalau sekarang
semuanya sudah berakhir jadi ia harap Ha Ryu jangan ikut campur lagi. Da Hae
pun berlalu dari sana.
Ha Ryu menghampiri Detektif
Nam yang akan membawa Yang Hoon ke penjara. Ia menahan tangan Yang Hoon, “kenapa
kau sendiri yang menanggung semuanya? Beritahu yang sebenarnya.” Yang Hoon tak
bicara sepatah katapun, Detektif Nam membawanya ke penjara.
Ha Ryu menyampaikan perihal
di penjaranya Yang Hoon pada Do Kyung. Do Kyung geram kenapa pelakunya Joo Yang
Hoon bukan Da Hae. Bukankah Yang Hoon hanya melakukan apa yang disuruh,
bagaimana bisa Da Hae dilepaskan seperti tak terjadi apapun. Ha Ryu mengatakan
kalau Joo Yang Hoon memutuskan untuk menerima semua kesalahan itu sendiri.
Do Kyung ingat bukankah Ha
Ryu bilang padanya bahwa Ha Ryu akan mendapatkan Da Hae. Dengan adanya saksi
bukankah Ha Ryu bilang padanya bahwa Da Hae tak akan bebas dari masalah ini. “Kau
bilang padaku untuk tidak membunuhnya tapi pada akhirnya Joo Da Hae berjalan dengan
kepala tegak seolah tak terjadi apapun.”
Ha Ryu minta maaf. Do Kyung
emosi bukan kata maaf yang ia ingin dengar dari Ha Ryu. Ia menyuruh Ha Ryu
keluar dari ruangannya. Ia tak ingin bicara dengan Ha Ryu lagi karena setiap
kali melihat Ha Ryu itu akan mengingatkannya pada Do Hoon.
Sebelum pergi Ha Ryu
meyakinkan bahwa ia tak akan menyerah dan berharap Do Kyung juga demkian.
Da Hae sampai di hotel
tempat tinggalnya. Ia menghubungi kantor meminta mereka mengosongkan jadwalnya
hari ini. Jika Seok Tae Il menanyakannya ia meminta pegawainya untuk membuatkan
alasan ketidakhadirannya.
Da Hae mengambil minuman
untuk menenangkan pikirannya. Ia juga meminum obatnya. Da Hae bersandar pada
kaca jendela, ia melamun.
Ayah mondar-mandir menunggu
kedatangan putranya. Ketika Ha Ryu sampai di rumah ia meminta putranya untuk
duduk sebentar.
Ayah yang terlihat bahagia
mengatakan kalau tadi ia pergi berbelanja dan ia mendengar yang orang-orang
bicarakan. Menurut mereka meskipun di kapal nelayan jika melalui internet maka
bisa menelepon atau melakukan video chatting. Ia ingin putraya mencoba hal itu
untuk menghubungi Ha Ryu yang berada di kapal nelayan.
Ha Ryu mengatakan kalau
disana tak tersedia telepon. Ayah heran bagaimana bisa telepon tak tersedia
disana. Bukankah akhir-kahir ini kita bisa menelepon ke Amerika bahkan ke Afrika.
Ayah sedih apa putranya ini tak bisa walaupun hal itu hanya sekedar mencobanya.
Ia tanya mana ponsel putranya.
Ha Ryu yang juga sedih
bilang kalau itu tak bisa karena tak punya telepon disana. Ayah semakin heran
di jaman modern begini bagaimana bisa tak punya telepon disana. Ia hanya ingin
melihat wajah Ha Ryu.
Ha Ryu : “Kalau ayah
begitu ingin melihat wajahnya kenapa sejak awal ayah meninggalkannya?”
Ayah terkejut mendengar
pertanyaan putranya, itu seperti sebuah tamparan keras baginya, “apa kau
bilang?” ucapnya dengan suara bergetar.
“Kenapa ayah meninggalkannya
ketika ayah selalu memikirkannya seperti ini? Ayah hidup baik-baik saja tanpa
melihatnya selama 30 tahun. Kenapa sekarang tiba-tiba ingin melihatnya? Kenapa
ayah melakukan ini?” suara Ha Ryu meninggi.
Ha Ryu yang juga sedih
berlalu menuju kamar meninggalkan ayahnya yang tertunduk sedih bergumam membenarkan
apa yang dikatakan putranya.
Di kamar, Ha Ryu melampiaskan
emosi dan kesedihannya dengan memukul lemari. Ia marah pada dirinya sendiri
karena tak bisa berkata jujur pada ayahnya mengenai kondisi yang sebenarnya.
Ketika hatinya sudah lebih
tenang Ha Ryu keluar akan menemui ayahnya. Tapi ia hanya melihat ayahnya dari
belakang. Ia melihat ayahnya tertunduk sedih. Matanya berkaca kaca dan merasa
bersalah. Ia seakan ingin mengatakan sesuatu untuk memanggil ayahnya, tapi
lidahnya terasa kelu.
Da Hae mengunjungi Yang Hoon
di penjara. Ia tahu kalau ini pasti berat untuk kakaknya. Yang Hoon bilang
tidak terlalu berat, setidaknya ia merasa lebih baik. Da Hae tak yakin apa kakaknya
benar-benar merasa lebih baik. Yang Hoon tersenyum, ia tak berarap Da Hae
merasakan seperti itu, tapi yang ia rasakan dirinya merasa lebih baik.
Da Hae akan mencarikan
pengacara yang terbaik untuk membantu Yang Hoon. “Oppa, kau harus bisa
mengurangi hukuman sekecil mungkin. Begitu kami memenangkan pemilu, aku bisa mengirimmu
ke penjara yang nyaman.” Yang Hoon kembali tersenyum dan menilai itu ide yang
bagus.
Da Hae tanya kakaknya ini
akan bertahan kan. Yang Hoon menjawab tentu saja.
Dalam perjalanan dari
penjara Da Hae menerima telepon dari Seok Tae Il.
Da Hae terlambat sampai di
tempat tujuan. Ia minta maaf. Disana ada Seok Tae Il dan Direktur Lee yang
sudah akan pergi. Da Hae heran kenapa Direktur Lee akan pergi, ia mempersilakan
Direktur Lee kembali duduk karena mereka harus membuat keputusan mengenai
kandidat tunggal.
Direktur Lee mencibir
sepertinya Da Hae sudah ketinggalan berita. Ia mengingatkan bahwa dalam politik
Da Hae harus teratas dalam hal berita. “Aku merubah pikiranku, kami tak akan
bergabung dengan kandidat Seok Tae Il.”
Da Hae terkejut dengan
keputusan Direktur Lee yang berubah. Seok Tae Il nampak diam menahan marah.
“Sepertinya kau berpikir
bahwa kau memiliki kekuasaan terhadap kami atas kekurangan kami. Dunia tidak
sesederhana itu. Memalukan sekali.” Direktur Lee beralih ke Seok Tae Il, “
Walikota Seok, sungguh memalukan.” Ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
Seok Tae Il menggebrak
meja dan membentak Da Hae, “apa sebenarnya yang terjadi? Penghinaan macam apa
ini? kenapa ancaman kita tidak berhasil? Dimana dokumen rahasianya?”
Da Hae pun berkata jujur bahwa
ia tak memiliki lagi dokumen rahasia itu. Seok Tae Il benar-benar marah pada Da
Hae dan berkata ini akan menjadi akhir dari perjuangan Da Hae. Lupakan koalisi
itu.
Da Hae tak bisa melepaskan
ini begitu saja. Ia mengingatkan jika Seok Tae Il berdiri sebagai pihak independen
maka Seok Tae Il akan kalah. Kita harus mencari partai, bahkan partai ketiga
pun setuju menjadi kandidat tunggal. Ia meminta Seok Tae Il memberikan padanya
kesempatan terakhir. Ia pasti akan sukses melakukan penggabungan ini. Ia harap
Seok Tae Il percaya padanya.
Da Hae menemui Presdir Baek
di rumah. Presdir menertawakan keberanian Da Hae menemuinya, bukankah Da Hae
ini seorang pencuri yang mencuri dokumen rahasia dari rumahnya. Da Hae
tersenyum simpul berkata kalau ia menghargai ucapan Presdir Baek jika Presdir
menganggap itu sebagai lelucon.
Presdir Baek : “apa kau
tahu kenapa aku membuka gerbang dan membiarkanmu masuk ke rumahku? Aku ingin
melihatmu sekali lagi, makhluk seperti apa sebenarnya kau ini. karena itu
kenapa aku menyuruh mereka membiarkanmu masuk. Kau... berani-beraninya kau
datang ke rumahku?”
“Ayah mertua, aku datang
untuk mengambil tunjanganku.” ucap Da Hae menyebutkan maksud kedatangannya.
“Tunjangan?” Presdir
terkejut. “Apa kau akan memerasku lagi? Aku punya dokumen rahasia di tanganku.
Aku tak melihat senjata apapun di tanganmu. Kenapa aku harus mendengarkanmu?
Dasar bodoh.”
Da Hae tak gentar, ia
bahkan memiliki senjata ampuh. “Ayah, apa ini cukup?” Da Hae menunjukan luka
tusukan yang ada di perutnya. Presdir terdiam terkejut. Da Hae menilai kalau
luka tusukan di tubuhnya ini senjata yang sempurna baginya karena satu-satunya
pewaris Baek Hak grup (Baek Do Kyung) menusuknya dengan gunting dan menculik
bahkan menyiksanya. Tidakkah publik senang mendengar cerita seperti itu. Dan
lagi jika ia menambahkan bahwa Presdir lah yang membunuh suami Jimi itu pasti
akan menimbulkan reaksi yang hebat. Tentu saja luka ini bukti untuk mendukung
cerita itu.
Da Hae kemudian mengatakan
kalau tunjangannya 500 juta won sudah cukup. Presdir Baek geram ia seharusnya
membunuh Da Hae. Da Hae heran kenapa Presdir tak segera menelepon, karena 500
juta won itu akan menjadi 10 koper jika masing-masing koper berisi 50 juta won.
Presdir Baek tak sudi memberikan
uangnya pada Da Hae. Apa Da Hae pikir akan semudah itu mendapatkan uang darinya,
silakan lakukan saja sesuka Da Hae.
Da Hae terlihat bingung
karena ancamannnya kurang berhasil. Ia pun menggunakan jurus berikutnya, “ayah
mertua, apa kau tak berpikir kalau hanya itu satu-satunya salinan dokumen itu,
kan?”
Presdir Baek tersentak
kaget Da Hae memiliki copy-an dokumen rahasianya. Dah Hae tersenyum penuh
ancaman, jika Presdir melakukan seperti apa yang ia minta maka Presdir tak
perlu mengkhawatirkan dokumen-dokumen itu.
Presdir Baek pun apa boleh
buat. Ia menuruti kemauan Da Hae. Ia menghubungi seseorang untuk menyiapkan 10
koper berisi masing-maisng 50 juta won. Da Hae tampak tersenyum puas. (Padahal
bisa dipastikan kalau Da Hae ga punya copy-an dokumen rahasia itu ya, dia cuma
nge-gertak doank)
Sebelum pergi Da Hae mengucapkan
terima kasih. Ia akan menggunakan tunjangan itu dengan baik.
Da Hae berpapasan dengan Do
Kyung yang baru saja pulang. Do Kyung marah melihat Da Hae ada di rumahnya. “Berani-beraninya
kau menginjakan kakimu di rumah ini lagi?”
Da Hae tak tahu apa ia
harus mengatakan alasan kedatangannya pada Do Kyung atau tidak karena Do Kyung
bisa menanyakan itu pada Presdir Baek jika Do Kyung memang penasaran. “Karena
putrinya membuat kekacauan, ayah harus terlibat dan menyelesaikanya dengan
uang.”
Do Kyung pun bisa menebaknya
apa Da Hae meminta uang pada ayahnya. Da Hae berkata jika seorang putri tidak
membuat kekacauan maka sang ayah tak akan perlu mengeluarkan uang.
Do Kyung yang marah akan
memukul Da Hae tapi Presdir yang ada disana meminta putrinya jangan melakukan
itu lebih baik biarkan Da Hae pergi. Presdir menyuruh Da Hae cepat keluar dari
rumahnya. Da Hae tersenyum pamitan pada keduanya.
Setelah ketiganya bubar Jimi
yang memperhatikan dari lantai atas bergumam heran apa ini, Joo Da Hae datang
kesini menemui kakaknya. Ia ampak bertanya-tanya kenapa Da Hae menemui
kakaknya.
Do Kyung tak mengerti
kenapa ayahnya memberikan uang pada Da Hae. Apa Da Hae memeras ayahnya lagi. Ia
meneabak apa itu karena dirinya. “Apa dia mengungkit apa yang kulakukan
padanya?”
Presdir berkata kalau ini bukanlah
kesalahan Do Kyung. Do Kyung yang marah merasa kalau saat itu seharusnya ia
membunuh Da Hae saja. Presdir mengatakan semua ini kesalahannya, ia menilai
uang tidak lah ada artinya. Ia mengajak Do Kyung mengubur masalah ini sekarang.
Do Kyung tak mengerti
kenapa ayahnya malah menyalahkan diri sendiri. Ia yang akan menghadapi Da Hae
dan meminta ayahnya jangan ikut campur. Tapi Presdir tak mau Do Kyung melakukan
hal yang tidak-tidak lagi.
Presdir berkata kalau
semua ini terjadi karena karma. “Semua dosa yang kulakukan kembali
menghantuiku. Suatu hari nanti kau akan tahu. Jika kau tahu, kau akan membenci
ayahmu ini. Bagaimanapun, aku dengan kekuatanku akan melindungi keluarga ini. Hingga
kau bisa mengatasi ini sendirian aku berharap aku masih ada. Fakta bahwa kau
satu-satunya keluargaku yang tersisa aku tak bisa mempercayainya.”
Do Kyung hampir menangis
mendengar ucapan ayahnya.
Da Hae mengatakan pada
pegawai kantor bukankah mereka tahu betapa pentingnya kampanye pertama setelah mendaftar
sebagai kandidat. Ia mengharapkan bantuan mereka untuk bersiap-siap membuat
Seok Tae Il sebagai kandidat yang kuat.
Bibi JiMi mendatangi
kantor tempat Da Hae bekerja. Da Hae tentu saja kaget dengan kedatanan Bibi Jimi
yang tiba-tiba. Jimi memuji kantor kampanye ini terlihat bagus, haruskah ia
datang sebagai relawan. Da Hae diam saja tak suka dengan ketangan Bibi Jimi ke
kantornya.
Bibi Jimi heran kenapa Da Hae
cemberut begitu, apa Da Hae tak suka bertemu dengannya. Da Hae bilang ia agak
sibuk sekarang. Bibi Jimi berkata kalau begitu ia akan bicara disini saja biar
cepat. “Kenapa kau mengembalikan dokumen rahasia yang kau curi waktu itu?” tanya
Jimi ceplas ceplos.
Mereka yang ada disana
kaget mendengar perkataan Jimi. Da Hae mengingatkan agar Jimi tak bicara
sembaranagn di depan orang lain. Bibi Jimi bersikap santai dan bertanya apa sih
sebenarnya isi dokumen itu. Da Hae yang tak ingin membicarakan ini hadapan
orang lain mengajak Jimi masuk ke ruangan.
Da Hae menyuguhkan teh
untuk Jimi. Bibi Jimi berterima kasih karena sudah lama sekali Da Hae tak membuatkan
teh untuknya. Da Hae bisa menebak kedatangan Bibi Jimi bukan sekedar untuk
berkunjung, pasti ada maksud lain.
Bibi Jimi tahu kemarin Da Hae
datang ke rumah. Ia mendengar Da Hae mengambil uang dari kakaknya. Da Hae
berkata kalau Presdir memberikan tunjangan untuknya. Jimi tahu betul kakaknya bukanlah
orang yang begitu mudah membuka simpanan untuk orang lain.
Bibi Jimi kemudian menatap
tajam Da Hae, “waktu itu kau bilang kau tahu sesuatu tentang almarhum suamiku,
ya kan? Apa itu? Dimana dan bagaimana kau mendengar tentang itu? Beritahu aku.
Beritahu aku semua yang kau ketahui. Kau tahu bagaimana suamiku meninggal kan?
Beritahu aku apa yang kau lihat. Apa itu suara atau file video?”
Da Hae : “Kenapa aku harus
memberitahumu hal itu?”
Bibi Jimi : “apa kau
meminta pertukaran?”
“Itu file video.” jawab Da
Hae.
Bibi Jimi semakin ingin
tahu bagaimana suaminya meninggal, apa semuanya ada di file video itu. Da Hae
diam membuat Bibi Jimi semakin penasaran. Ia bertanya siapa pelakunya, “siapa
yang membunuhnya, oppaku atau Seok Tae Il? Dimana video itu sekarang?”
Da Hae berkata kalau ia tak
memiliki video itu sekarang dan hari ini cukup sampai disini saja. Jika ada hal
lain yang ingin Jimi ketahui, maka Bibi Jimi perlu melakukan sesuatu untuknya.
Jimi mengerti, apa yang harus ia lakukan untuk Da Hae. Da Hae bilang kalau yang
pertama sebaiknya Bibi Jimi pulang dulu, ia akan memberi tahu lagi nanti.
Jimi mengancam, “Jika itu
bohong maka kau akan mati ditanganku.
Da Hae tak gentar dengan
ancaman itu karena ia tahu bagaimana sifat Jimi dan meyakinkan kalau apa yang
ia katakan itu tidak bohong. Jimi mengerti dan pamit pulang.
Ha Ryu berkunjung ke rumah
Presdir Baek. Presdir minta maaf karena sudah meminta Ha Ryu datang larut malam
begini. Ha Ryu bilang tidak apa-apa, ia heran melihat Presdir akhir-akhir ini
banyak minum. Presdir menuangkan minuman untuk Ha Ryu.
Presdir berkata kalau ia
diberi tahu bahwa dirinya akan mengalami kesialan di tahun-tahun terakhirnya. Dan
ternyata itu memang benar. Ha Ryu meminta Presdir jangan berkata begitu karena
itu akan segera berlalu.
Presdir Baek menawarkan
bisakah ia menceritakan sebuah kisah. Kisah jaman dulu. Ia pun mulai bercerita.
“Dulu ada pria bodoh dan
dia membunuh seseorang. Pria bodoh itu adalah aku.”
Ha Ryu terkejut mendengar
pengakuan Presdir Baek.
“Aku tak waras saat itu.”
lanjut Presdir Baek. “Lalu ada orang lain yang menolongku. Dia adalah konsultan
pengacara di perusahaanku dan dia menolongku. Dia membuat orang itu seperti
membunuh dirinya sndiri. Konsultan pengacara itu adalah Seok Tae Il yang saat
ini sedang menjalankan kampanye. Pria yang dibunuh adalah suami adikku.”
Ha Ryu tambah terkejut
mendengarnya.
“Kupikir Seok Tae Il
menyelamatkan nyawaku. Tapi Seok Tae Il mulai berubah. Dia menggunakan fakta
bahwa aku membunuh orang dan dia mulai menginginkan banyak hal dariku. Jadi aku
memutuskan untuk mencari kelemahan yang bisa melumpuhkannya. Fakta bahwa Seok Tae
Il menutupi pembunuhan aku merekamnya sendiri dalam video pengakuannya. Aku
menunjukan video itu pada Seok Tae Il. Aku menghentikannya memeresku. Tapi
karena Joo Da Hae mencuri file video itu dariku masalah pun dimulai lagi.
Setelah Joo Da Hae melihat video itu, dia memerasku.”
“Lalu, apa USB yang kubawa
itu file videonya?” tanya Ha Ryu.
Presdir mengangguk, “tapi
masalahnya file itu dikembalikan setelah Joo Da Hae melihat video itu.”
Ha Ryu mengerti karena itu
bisa membuat Da Hae memeras Presdir Baek lagi. Presdir berkata kalau ia akan
sangat menghargai jika Ha Ryu menemukan cara menghentikan Da Hae.
Ha Ryu ingin tahu kenapa Presdir
Baek memberi tahu informasi rahasia ini padanya. Presdir tahu kalau Ha Ryu
adalah pria yang menghabiskan seluruh hidup untuk membalas dendam. “Untuk
membalas dendam pada Joo Da Hae kau mempertaruhkan segalanya, kan?” ia sudah
mendnegar semuanya dari Do Kyung tentang Ha Ryu.
Ha Ryu minta maaf karena
belum memberi tahu Presdir tentang itu. Presdri Baek tak mempermasalahkanya, ia
mengerti. “Apa kau bisa menolongku?”
Ha Ryu punya syarat, “Turunlah
anda dari posisi Presdir. Meskipun sakit, kita harus menarik patahan itu keluar
dari luka. Sekarang anda terlalu rentan bagi Joo Da Hae. Anda harus
mengundurkan diri dari posisi presdir. Dengan begitu, anda masih bisa
menyelamatkan Baek Hak grup.”
Presdir : “Jika aku setuju
dengan syaratmu, apa kau akan menolong Do Kyung?”
Ha Ryu di kantor pengacara
merekam tumpukan uang yang ada di depannya.
Ha Ryu berada di parkiran
menunggu seseorang. Yang ditunggu pun hadir, Joo Da Hae. Da Hae terkejut Presdir
Baek mengirim Ha Ryu untuk menyerahkan uang itu padanya. Ia mencibir kalau Ha Ryu
sekarang melakukan hal sepele untuk Baek Hak. Ha Ryu bilang kalau ini karena
bisnis jadi silakan ambil uangnya.
Ha Ryu dan Da Hae membuka
bagasi masing-masing mobil. Ha Ryu mengambil 10 koper berisi uang dari bagasi
mobilnya dan memindahkannya ke bagasi mobil Da Hae.
(Transaksinya simple
banget di parkiran mobil. Kira2 suap di Indonesia transaksinya dimana ya haha)
Ha Ryu menyindir Da Hae
yang menggunakan Yang Hoon sebagai kambing hitam agar Da Hae bisa mencari jalan
keluar, walaupun ia tahu kemenangan Da Hae sekarang tak akan bertahan lama. Da Hae
tak menanggapi perkataan Ha Ryu, “kalau kau sudah selesai melakukan urusanmu,
kembalilah ke tuanmu.”
Ha Ryu penasaran apa yang
akan Da Hae lakukan dengan pemilu Presiden ini karena bukan Da Hae yang akan
menjadi Presiden.
Da Hae : “Sudah jelas kau
tak bisa membayangkan dengan imajinasimu yang sempit. Terus lakukanlah urusan
sepele untuk Baek Hak dan habiskah seluruh hidupmu diberi makan oleh mereka.”
Ha Ryu heran kenapa Da Hae
memilih hidup yang begitu rumit.
Da Hae : “Jika kau ingin mendaki
puncak, maka itu membutuhkan kerja keras. Kau mungkin tak mengerti.”
“Jika kau naik jauh tinggi,
akan membutuhkan waktu lama untuk jatuh. Dan ketika kau jatuh ke dasar.” Bak...
Ha Ryu memukulkan tangannya ke badan mobil menandakan kalau itu akan sakit
sekali.
Keduanya masuk ke mobil
masing-masing dan pergi dari sana.
Bersambung ke episode 20 part
2
wah ceritanya ajib banget ya kk baca juga disini http://www.kumpulansinopsis.net makasih kk
ReplyDelete