Saturday, 2 August 2014

Sinopsis Temptation Episode 5

Han Ji Sun mendatangi rumah rahasia Min Woo dan bertemu dengan Roy yang sendirian main di halaman rumah. Ia menilai anak lelaki di depannya ini seorang anak yang kuat, ia bertanya siapa nama Roy. Roy menjawab mengatakan namanya. Ji Sun berkata bukankah ayah Roy bernama Kang Min Woo. Roy mengangguk. Ji Sun merasa kalau Roy persis seperti Min Woo.
Hong Joo menemui dokter dan yang menjadi dokternya itu temannya Se Young. Dokter tahu betul Hong Joo sulit hamil secara alami tapi vertilisasi in vitro tidak akan menyelesaikan semuanya, itu mahal, butuh waktu dan perlu banyak bersabar karena implantasi tidak selalu berhasil pada upaya yang pertama. Hong Joo juga tahu itu, ia mengerti.

Dokter mengingatkan bukankah ia sudah meminta Hong Joo untuk datang bersama suami, kenapa datang sendirian. Hong Joo mengataka suaminya sedang ada masalah yang mendesak.
Dokter tanya apa Hong Joo dan suami sudah berhenti untuk memiliki anak. Hong Joo menjawab ya. Dokter berkata walau bagaimanapun yang namanya ikatan dan kepercayaan yang kuat antara pasangan sangat penting untuk kesuksesan kehamilan. Apaa suami Hong Joo juga siap untuk itu. Hong Joo ragu menjawabnya.
Hong Joo yang menunggu Seok Hoon di lobi rumah sakit mengirim sms pada suaminya. Ia akan menunggu kedatangan Seok Hoon di lobi rumah sakit. Hong Joo yang sudah lama menunggu melihat ada ibu hamil mencari tempat duduk. Ia pun memberikan tempat duduknya dan pergi dari sana menjawab telepon.
Hong Joo melihat suaminya sudah ada di rumah sakit. Ia memanggilnya dan ketika Seok Hoon menoleh ia terkejut dengan siapa Seok Hoon sekarang. Seok Hoon sedang bersama Se Young. Ia terkejut campur heran kenapa suaminya ada di rumah sakit bersama Se Young. Ia yang dalam kebingungan menghampiri keduanya.
Seok Hoon tanya dari mana saja Hong Joo. Bukannya menjawab Hong Joo menatap Seok Hoon dengan tatapan curiga penuh tanda tanya.

Se Young berkata kalau ia gembira untuk hal yang sia-sia. Ia mengira Seok Hoon datang menemuinya tapi ternyata tidak. Ia menyapa Hong Joo, tapi Hong Joo menatapnya tak suka. Se Young tersenyum melihat reaksi Hong Joo dan berharap Hong Joo jangan salah paham. Ia dan Seok Hoon bertemu disini secara kebetulan.

Se Young akan pergi tapi ucapan Hong Joo menghentikan langkahnya. Hong Joo berkata ia tidak memiliki kesempatan untuk berterima kasih pada Se Young, “Terima kasih atas 1 Milyar won-nya.” Ia masih tak bisa percaya bahwa Se Young membayar suaminya begitu banyak hanya untuk 3 hari. Ia menilai kalau para jutawan memang berbeda. Seok Hoon berusaha meminta istrinya agar jangan bicara begitu.

Se Young mengatakan yang ia berikan itu sepadan dengan apa yang Seok Hoon lakukan, apa sekarang Hong Joo sedang memandang rendah suami sendiri. “Sepertinya istrimu tidak mengenal baik tentang dirimu.” Ucapnya pada Seok Hoon.
Hong Joo berkata anggapan Se Young itu salah. Ia sangat tahu suaminya seperti punggung tangannya. “Tapi aku tetap tak mengerti, aku tahu kau seorang jutawan dan suamiku itu sangat menarik, tapi 1 Milyar won untuk 3 hari, hanya membuat marah.” Se Young kembali tersenyum mengerti dengan salah pahamnya Hong Joo.

Hong Joo : “Jika aku jadi kau aku akan menyumbangkan uang itu. Dengan begitu kau tidak harus bermain-main dengan pria yang sudah menikah. Kau cantik dan kompeten, aku yakin kau bisa bertemu dengan pria yang hebat.”
Se Young yang tersenyum menilai Hong Joo sepertinya masih tidak mengerti. “Pria hebat yang kau maksud adalah Cha Seok Hoon. Uang itu sepadan untuk setiap sen-nya. Aku iri padamu, Na Hong Joo-ssi.” Se Young permisi lebih dulu. Hong Joo benar-benar tak menyangka mendengarnya. Ia semakin muak dengan Se Young.

(Kenapa Se Young malah bersikap seperti menyiram bensin ke dalam api ya)
Se Young akan masuk ke mobilnya tapi ia menoleh ke belakang dan tersenyum tipis atas tuduhan Hong Joo yang salah paham terhadapnya.
Hong Joo yang marah keluar lebih dulu dari rumah sakit. Seok Hoon mengejar menyusulnya. Ia ingin Hong Joo mendengarkan penjelasannya.

Hong Joo ingin tahu bisnis yang Seok Hoon lakukan dengan Young Chul apa itu ada hubungannya dengan perusahan Se Young. Apa Seok Hoon sudah membuatnya menunggu demi Se Young. Seok Hoon diam.

Hong Joo merasa Seok Hoon seharusnya lebih baik berkata tidak mau membantu perusahaan Se Young jika Seok Hoon benar-benar memikirkan perasaannya. Seharusnya Seok Hoon berjalan pergi tak usah peduli dengan apa yang Se Young katakan. Seok Hoon mengatakan kalau Se Young tidak pernah meminta bantuannya.
Hong Joo terkejut, jadi Seok Hoon sendiri yang menawarkan bantuan. Seok Hoon menjelaskan ia mendengar Se Young pingsan sebelum mengikuti pertemuan penting jadi ia pikir akan bagus jika dirinya lah yang pergi ke pertemuan. Karena pertemuan itu tentang apa yang ia bantu selama di Hongkong. Ia tak berpikiran apa-apa, hanya sekedar membantu saja.

Hong Joo menebak apa Seok Hoon terus berhubungan dengan Se Young sejak kembali ke Korea. Seok Hoon tak tahu menjelaskannya bagaimana karena hal itu terjadi begitu saja, tapi yang jelas itu sama sekali tidak seperti yang Hong Joo pikirkan. Hong Joo tak bisa mempercayai begitu saja penjelasan ini walaupun Seok Hoon menegaskan bahwa apa yang ia lakukan tidak seperti yang Hong Joo pikirkan.
Hong Joo yang marah sekaligus kecewa meneteskan air mata, “Kenapa kau tak berbohong saja padaku dan mengatakan kau tak pernah bertemu dengannya lagi? Apa kau bisa lega karena sudah jujur sekarang. Tapi apa kau benar-benar tahu apa yang sudah kualami? Itu tidak adil. Kenapa aku harus menderita setiap kali teringat dirimu dan wanita itu?”
Seok Hoon akan kembali menjelaskan tapi ponsel Hong Joo berdering. Telepon dari ahjumma pembantu di rumah Min Woo.

Ahjumma mengatakan pada Hong Joo tentang menghilangnya Roy dari rumah. Hong Joo yang terkejut tanya apa ahjumma sudah memeriksa di halaman belakang dan sekitar danau. Ia mengerti dan akan segera kesana.
Hong Joo akan pergi tapi Seok Hoon menahan tangannya. Ia tanya apa yang terjadi dengn anak itu. Ia akan mengantar Hong Joo. Hong Joo yang masih emosi tak mau, ia menarik tangan dan lari meyetop taksi mengabaikan panggilan Seok Hoon.
Di dalam taksi Hong Joo yang panik menghubungi Min Woo mengabarkan Roy yang menghilang. Min Woo tentu saja kaget, apa maksudnya. Hong Joo yang masih panik berusaha menjelaskan kalau sekarang ia sedang berada di Seoul dan dalam perjalan ke Yangpyeong.
Min Woo meminta Hong Joo tenang dulu dan katakan padanya pelan-pelan agar jelas. Hong Joo mengatur nafas mengatakan kalau tadi ahjumma menelepon mengabarkan Roy yang tiba-tiba menghilang. Min Woo yang cemas pun segera menuju rumah.

Hong Joo yang panik menerima sms dari Seok Hoon menanyakan apa semuanya baik-baik saja, apa Hong Joo ingin ia ke Yangpyeong juga. Hong Joo yang kesal menghapus sms itu dan mematikan ponselnya.
Seok Hoon berusaha menghubungi Hong Joo tapi tidak aktif. Ia pun teringat sesuatu dan kembali ke dalam rumah sakit.
Seok Hoon berkata pada pegawai mengenai pasien bernama Na Hong Joo yang ada janji dengan dokter kandungan hari ini, bisakah ia menemui dokternya. Pegawai minta maaf karena tak bisa memberikan informasi itu pada orang lain. Seok Hoon mengatakan kalau ia suami pasien itu yang seharusnya datang bersama istrinya tapi pegawai itu bilang kalau Seok Hoon harus datang dengan si pasien.
Jo Young Chul melapor pada Se Young tentang hasil pertemuan dengan perwakilan Hotel M. Se Young memuji Young Chul sudah melakukan kerja bagus. Ia tanya kapan kita bisa bertemu Presdir Du Chang Hwa dari Hotel M.

Young Chul mengatakan kalau Presdir Du sedang berada di Eropa, tak mudah untuk bisa menghubungi dia. Se Young meminta Young Chul melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menghubungi Presdir Du, kalau kita santai-santai begini bisa jadi Perusahaan Ajin yang mendapatkan lebih dulu. Young Chul mengerti.

Young Chul melihat sepertinya kesehatan Se Young belum benar-benar pulih. “Kenapa anda tidak istirahat di rumah saja?” sarannya.
Se Young menegur, “Manajer Jo, mengijinkan orang yang tidak memiliki kewenangan untuk hadir dalam suatu pertemuan perusahaan yang penting, itu cukup untuk sanksi yang keras.”

Young Chul menegang cemas takut kena sanksi karena membiarkan orang lain menghadiri pertemuan penting kemarin. Ia mengerti itu, ia juga tahu itu pertemuan penting dan ia juga tahu dengan sanksi itu. Tapi untungnya Seok Hoon tahu banyak tentang pertemuan itu. Pertemuan itu pun sukses karena Seok Hoon.

Se Young tanya apa Seok Hoon mengatakan hal lain pada Young Chul. Youg Chul bilang tidak, ia hanya mendengar Seok Hoon membantu Se Young bekerja ketika di Hongkong. Se Young pun membolehkan Young Chul keluar dari ruangannya.

Tapi Young Chul tak juga keluar, “Presdir kenapa kita tidak secara formal mempekerjakan Cha Seok Hoon pada tim kita? Dia sangat berkompeten dan saya rasa dia akan menjadi bantuan besar untuk pengambilalihan Hotel M.” Se Young menilai itu tak akan ada gunanya karena Seok Hoon pasti akan mengatakan tidak.
Hong Joo sampai di rumah Yangpyeong, ia yang panik bertanya pada ahjumma apa sudah menemukan Roy. Ahjumma yang juga panik menjawab belum. Ia tak bisa menemukan Roy dimanapun. Hong Joo pun akan mencari Roy ke belakang rumah dan sekitar danau.
Hong Joo mencari Roy kemana-mana sambil berteriak memanggil namanya. Ia tak peduli dengan tubuhnya yang tersayat ranting pohon atau kakinya yang tersandung batu. Ia terus berteriak memanggil Roy. Tapi tak ada sahutan dari Roy.
Min Woo sampai disana dan terkejut mendengar suara teriakan Hong Joo. Ia pun berlari ke arah sumber suara dimana Hong Joo berada.
Hong Joo mencari Roy disekitar danau dan terkejut begitu menemukan sepatu yang tergeletak di tepi danau. Pikiran buruknya pun muncul, jangan-jangan Roy tenggelam di danau. Ia akan masuk ke danau, tapi Min Woo yang sampai disana menarik Hong Joo.

Min Woo yang melihat sepatu di tangan Hong Joo mengatakan kalau itu bukan milik Roy, “Lihat ini sepatu anak perempuan!” Hong Joo lega mendengarnya tapi kepanikannya belum hilang. Min Woo berkata untuk membuat Hong Joo tenang bahwa ia yakin tak ada apapun yang terjadi pada Roy.
Keduanya mencari Roy bersama dan ketika sampai di depan rumah keduanya dikejutkan dengan kedatangan sebuah mobil. Han Ji Sun keluar dari mobil bersama Roy.

Hong Joo yang tadi cemas bukan main langsung menghampiri Roy. Ia yang masih panik memarahi anak itu, “Dari mana saja kau tanpa memberi tahu kami?” Roy minta maaf. Melihat Roy baik-baik saja, Hong Joo lega dan memeluknya.
Ji Sun menyuruh Hong Joo mengambil tas belanjaan di bagasi mobil. Ia melihat Roy tidak berpakaian dengan baik dan sepatunya juga terlihat murahan. Jadi ia mengajak roy belanja. Ia bisa menebak Hong Joo pasti pengasuhnya Roy. Hong Joo yang baru pertama bertemu tanya siapa Ji Sun ini.
Min Woo yang tak suka dengan sikap Ji Sun meminta Hong Joo masuk ke rumah bersama Roy sekarang. Hong Joo yang mulai mengerti siapa wanita itu tak bertanya lagi dan segera membawa Roy pergi dari sana.
Min Woo tanya apa yang Ji Sun inginkan. Ji Sun balik bertanya apa yang Min Woo lakukan disini. “Ini rumah yang besar, kau memiliki seorang putra yang persis seperti dirimu dan seorang pengasuh anak yang juga cantik. Bukankah kau terlalu banyak bersenang-senang bermain rumah-rumahan?”

Min Woo tanya apa itu perbuatan yang patut dibenarkan dengan menghilang bersama seorang anak. Ji Sun berkata kalau ia ini istri yang memiliki 3 anak dengan Min Woo. Sekarang Min Woo memiliki seorang anak dari cinta rahasia. Ia sedang berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan dengan tingkah laku Min Woo ini.
Min Woo mengingatkan kalau ini masalah orang dewasa. Jangan melakukan apapun untuk melukai anak itu. Ji Sun mengerti ini masalah orang dewasa, lalu apa yang akan Min Woo katakan tentang pengasuh anak itu, Apa Min Woo berpikir ia ini kandidat pertamanya untuk menjadi ibu baru anak itu ataukah pengasuh itu yang kandidat kedua. Min Woo menilai ucapan Ji Sun itu omong kosong.

Ji Sun menatap tajam, “Kang Min Woo, kaulah yang telah memulai semua omong kosong ini, bukankah begitu? Bersiaplah, aku tak akan membiarkan ini dengan mudah.”

Setelah mengatakan itu Ji Sun kembali ke mobilnya dan pergi dari sana.
Hong Joo membantu Roy membersihkan wajah. Roy yang masih merasa bersalah karena pergi tidak pamit tanya apa Hong Joo masih marah padanya. Hong Joo menjawab ya. Roy menunduk sedih meminta maaf.

Hong Joo berpesan agar Roy jangan mengikuti orang asing lagi. Roy berkata kalau wanita itu mengatakan padanya bahwa dia menikah dengan ayahnya, dia bahkan menunjukan foto padanya, di foto itu juga ada anak-anak perempuan.

Hong Joo tanya apa ada kejadian lain yang terjadi. Roy berkata kalau Ji Sun menanyakan banyak pertanyaan tentang ibunya dan juga tentang Hong Joo. Itu membuatnya bosan. Hong Joo bilang semuanya akan baik-baik saja karena ayah Roy akan mengurus itu.

Roy melihat ada luka di tangan Hong Joo, ia tanya apa Hong Joo berkelahi. Hong Joo yang melihat lukanya menjawab tidak. Ia menyuruh Roy keluar dari kamar mandilebih dulu karena ia juga akan membasuh wajahnya.
Hong Joo melihat sedikit luka di leher dan tanganya. Luka yang sama sekali tak ia rasakan tadi. Ia teringat ucapan Se Young di rumah sakit dan itu membuat hatinya sedih dan perih melebihi perih luka di tangannya. Ia membersihkan luka itu dengan air. Ia juga membasuh wajah untuk menyamarkan tangisannya.
Se Young sampai di apartemennya. Ia pun menjalani rutinitas di rumahnya seorang diri.
Membuat pasta dan memakannya sendirian. Minum kopi. Olahraga.
Se Young menenangkan pikirannya dengan berendam. Ia teringat akan perkataan Hong Joo di rumah sakit tadi dan membayangkan kemesraan dirinya dengan Seok Hoon. “Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu Yoo Se Young?” gumam Se Young berusaha menepis pikiran liarnya.
Se Young duduk di tempat tidur sambil memandangi ponselnya. Ia terus memandangi kontak nama Seok Hoon di ponsel. Ia akan menelepon Seok Hoon tapi tiba-tiba suara petir terdengar menggelegar. Ia pun tak jadi menelepon.
Hujan turun sangat deras. Seok Hoon dalam perjalanan menuju Yangpyeong.
Hong Joo menemani Roy tidur dan ketika anak itu sudah terlelap ia keluar kamar.
Hong Joo melihat Min Woo masih ada disana. Ia memberi tahu kalau Roy baru saja tidur dan merasa seharusnya Min Woo pulang. Min Woo menyadari ini pasti hari yang berat bagi Hong Joo dan juga dirinya.

Kemudian terdengar suara klakson dari luar rumah.
Hong Joo keluar untuk melihat siapa yang datang. Ia terkejut mengetahui bahwa yang datang adalah Seok Hoon. Seok Hoon berdiri di luar mobil dibawah guyuran hujan deras. Hong Joo yang keluar mengenakan payung menghampiri Seok Hoon.

Hong Joo dengan sikap dingin bertanya apa yang Seok Hoon lakukan diisni bukankah hujannya sangat deras, lebih baik masuk saja. Tapi Seok Hoon ingin bicara dengan Hong Joo di rumah saja. Hong Joo tak bisa pergi ia harus disini untuk menjaga Roy karena tadi sudah terjadi sesuatu pada anak itu. Seok Hoon heran bukankah ayah Roy ada disini. Hong Joo bilang kalau ayah Roy sebentar lagi akan pergi jadi ia tak bisa meninggalkan anak itu. Seok Hoon pun tak memaksa.
Seok Hoon berkata kalau ia sudah memikirkannya sepanjang hari tentang kesalahan yang telah ia lakukan dan tentang bagaimana ia telah melukai perasaan Hong Joo. “Kau benar tentang semuanya. Aku kurang perhatian dan bodoh. Kumohon maafkan aku, Hong Joo.” Ia mengajak Hong Joo kembali rukun sebelum terlambat.
“Kembali? Kemana kita bisa kembali? Ke kamar hotel itu di Hongkong?” Hong Joo menatap Seok Hoon “Aku.. ingin memiliki anak darimu. Aku ingin melupakan semuanya dan memulai yang baru. Aku ingin melahirkan seorang anak yang terlihat persis seperti dirimu. Tapi kau, kau malah membantu wanita itu sementara aku menunggumu. Itu seperti yang terjadi di Hongkong. Kau membuatku menunggu lagi.”

Seok Hoon minta maaf dan berjanji tak akan pernah membuat Hong Joo menunggunya seperti itu lagi. Hong Joo tak peduli dengan janji itu, ia tak memiliki kepercayaan lagi terhadap Seok Hoon. Seok Hoon terkejut apa maksudnya, kepercayaan apa.

Hong Joo : “Kepercayaan antara kau dan aku. Dan tentang pernikahan kita.”
Disertai petir menggelegar Seok Hoon mendengar ucapan yang mengejutkan itu dari Hong Joo.

Min Woo keluar rumah dan melihat Hong Joo sedang bicara dengan Seok Hoon.
Hong Joo yang hatinya terluka menangis kecewa, “Aku tahu kau seorang pria yang kuat tapi sepertinya kau dan dia terus terhubung entah bagaimana. Itu artinya kau tidak memegang kuat pemikiranmu.”

Seok Hoon mencengekram tubuh Hong Joo meyakinkan bukan seperti itu yang terjadi antara dirinya dengan Se Young.

Hong Joo : “Kalau begitu katakan satu hal padaku. Apa kau pernah meskipun hanya untuk sedetik merindukan dia setelah mengucapkan selamat tinggal padanya di Hongkong?”

Seok Hoon terdiam.

Hong Joo tak menyangka, “Lihat? Pria macam apa kau ini?”

Seok Hoon meyakinkan bahwa ia tidak pernah melakukan apapun yang membuatnya malu di depan Hong Joo sebagai suami baik itu di Hongkong atau kapanpun setelah itu.
Hong Joo menyadari kalau Se Young sekarang ada dalam pikiran Seok Hoon, “Tidakkah menurutmu tubuhmu itu akan menginginkan dia pada akhirnya?”
Seok Hoon meninggikan suaranya ada apa dengan pemikiran Hong Joo ini, kenapa jadi seperti ini. Payung di tangan Hong Joo terlepas. Ia pun ikut basah tergena guyuran hujan deras.
Hong Joo : “Aku tahu kau mungkin pulang terlambat dari bekerja. Kau bisa tinggal dengan teman-temanmu sepanjang malam dan kau mungkin bahkan pergi untuk perjalanan bisnis selama beberapa hari. Tapi menurutmu, apa yang akan ada di pikiranku setiap kali kau tidak di rumah? Apakah dia bersama wanita itu? apakah mereka di kamar hotel bersama-sama?”
Seok Hoon membentak meminta Hong Joo berhenti berpikiran bodoh. Suara Hong Joo pun ikut meninggi karena Seok Hoon lah yang telah membuatnya bersikap dan berpikiran seperti ini. “Ini smeua karena kau, ini semua karena dia. Berapa banyak lagi kesengsaraan yang akan kau bawa?” tangis Hong Joo dalam kemarahan.

“Hong Joo-ya...” suara Seok Hoon memelan.
Hong Joo : “Aku kenal baik dirimu, aku tahu kau tidak mau menjadi seorang pria jahat. Tapi aku tak bisa berhenti terus meragukan dirimu dan ketakutan. Itu akan menghancurkanku pada akhirnya.”

Seok Hoon : “Kau salah, aku memang orang jahat. Aku berbohong dan aku melakukan hal-hal yang pengecut, tapi aku ingin menjadi seorang pria baik untukmu. Aku ingin terlihat seperti pria baik untuk wanita yang kucintai.”

Hong Joo : “Kalau begitu mulai sekarang aku yang akan menjadi orang jahat. Kau boleh memikirkan tentang pernikahan kita.”
Hong Joo akan masuk ke dalam rumah tapi Seok Hoon menahan tangannya. Terdengar suara Min Woo datang menghampiri keduanya, kenapa Seok Hoon tidak kembali pulang saja, bukankah ini sudah malam dan hujan sangat deras, kenapa tidak bicara lain kali saja. Seok Hoon berkata kalau ini bukan urusan Min Woo. Mi Woo pun bertanya pada Hong Joo, apa yang ingin Hong Joo lakukan, terus bicara dengan Seok Hoon di bawah hujan seperti ini atau bagaimana.

Hong Joo menarik paksa tangannaya yang menandakan ia tak ingin bicara lagi dengan Seok Hoon. Seok Hoon memanggilnya, Hong Joo menoleh sebentar dan memalingkan wajah karena perasaannya yang terluka dan kecewa. Min Woo menyusul Hong Joo masuk ke dalam rumah.
Seok Hoon akan pulang dalam keadaan tubuh basah kuyup. Ia tak bisa konsentrasi menyetir. Pikirannya berkecamuk. Tiba-tiba ada mobil di depan, matanya silau karena lampu mobil yang ada di depannya. Ia banting setir ke kanan dan mobilnya naik ke trotoar. Untung saja ia tak menabrak tiang. Terhindarlah dirinya dari kecelakaan.
Hong Joo sudah mengganti pakaian dengan yang kering. Walaupun tak tahu apa yang terjadi Min Woo menyadari kalau Hong Joo sedang bertengkar hebat dengan Seok Hoon. Hong Joo merasa kalau sekarang Min Woo seharusnya pulang untuk menjelaskan semuanya pada istri Min Woo mengenai Roy.

Min Woo juga berpendapat sama, tapi ia khawatir apa Hong Joo baik-baik saja. Hong Joo menjawab tidak, ia tidak baik-baik saja. Tidak seharusnya Min Woo melibatkan diri seperti itu karena hal itu membuatnya tidak nyaman. Min Woo akan bicara tapi Hong Joo permisi masuk kamar.
Hong Joo berbaring bersama Roy yang sudah terlelap. Ia tak bisa tidur. Ia terus memandangi cincin pernikahan yang melingkar di jarinya. Air matanya menetes, haruskah pernikahannya berakhir seperti ini.

Min Woo yang akan kembali ke rumahnya melihat mobil Seok Hoon terparkir di trotoar jalan. Ia yang lewat saja disana melihat Seok Hoon begitu sedih dan terluka.
Keesokan harinya, Se Young terbangun karena dering alarm dari ponselnya. Ia mematikan alarm ponselnya. Ia juga mematikan televisi yang masih menyala. Ia kembali mengambil ponsel untuk menghubungi sekretarisnya. Ia meminta sekretaris untuk membatalkan semua jadwalnya hari ini. Ia perlu istirahat. Se Young pun kembali menarik selimutnya.
Hong Gyu janjian bertemu dengan Se Jin disebuah kafe. Ia menyerahkan sejumlah uang yang diminta Se Jin sebagai ganti perbaikan mobil. “Itu uang 3.540.000 won. Itu bukan uang yang sedikit, jadi sebaiknya dihitung dulu.” Ucap Hong Gyu.
Se Jin percaya saja dengan jumlah uang itu, ia menilai Hong Gyu pria yang berkompeten. Ia dengar Hong Gyu pengangguran, apa yang membayar ini orang tua Hong Gyu. Hong Gyu berkata status penganggurannya itu bukan urusan Se Jin. Lain kali jika Se Jin ingin meninju seseorang lihat dulu lebih dekat. Kalau itu orang lain dia tidak akan membiarkan Se Jin pergi begitu saja.
“Jadi maksudmu seorang pria baik sepertimu akan meperlakukanku seperti seorang wanita? Tapi itu sayang sekali, aku sudah ada yang punya.” Ucap Se Jin sambil tersenyum.

“Hei jangan berpura-pura bersikap manis.” Karena menganggap bisnis antara dirinya dan Se Jin sudah selesai Hong Gyu pun pamit pergi tapi Se Jin mencegahnya.
Hong Gyu tanya apa lagi sekarang. Se Jin mengatakan ia harus belanja, biarkan ia meminjam Hong Gyu selama 1 jam. Ia tak bisa membawa uang tunai sebanyak ini seorang diri. Bagaimana jika nanti dirinya di rampok. Hong Gyu tak peduli, itu bukan urusannya.
Se Jin memohon dengan wajah memelas. Melihat wajah Se Jin yang begitu memohon Hong Gyu pun tak kuasa menolaknya, hahahaha. Se Jin tersenyum senang.
Keduanya berada di mall. Se Jin memilih barang-barang yang ia sukai. Salah satunya kacamata. Ia memilih satu kacamata dan akan memakaikan kacamata ke Hong Gyu tapi Hong Gyu mendongakkan kepalanya menolak.
Se Jin juga memilih dompet dan tas mewah. Ia meminta pendapat Hong Gyu mengenai barang-barang pilihannya tapi Hong Gyu cuek bebek.
Untuk mengusir kepenatan Se Jin yang sedang mencoba baju Hong Gyu bermain game di ponselnya. Se Jin keluar dari ruang ganti dengan gaun cantik seksi yang dicobanya.

Hong Gyu menoleh dan Se Jin langsung pasang aksi dengan gaun seksinya itu. Hong Gyu yang terkejut campur gugup memalingkan wajahnya. Ia yang salah tingkah berpura-pura menelepon.
Segepok, dua gepok, tiga gepok uang itu ludes Se Jin belanjakan semuanya. Hong Gyu hanya bisa bengong sambil membawakan belanjaan Se Jin.
Hong Gyu yang repot membawa banyak belanjaan protes, ia meletakan begitu saja barang-barang itu. “Apa kau ini dari keluarga kaya? Bagaimana bisa kau menghabiskan jutaan won untuk belanja hanya dalam 1 hari? Apa orang tuamu jutawan?”

“Kami memang kaya.” sahut Se Jin heran. Ia kemudian tersenyum, “tapi aku bukan yang menghasilkan uang. Aku lebih suka menghabiskannya.”
Hong Gyu : “Kau baru saja menghabiskan dalam 1 jam lebih banyak daripada yang dihasilkan kebanyakan orang dalam sebulan. Apa itu sesuatu yang dibanggakan? Apa kau tahu apa yang sudah kulakukan untuk mendapatkan uang itu?”
Semua itu tidak masalah selama Hong Gyu tidak mencurinya kata Se Jin. Dan juga ia tidak hanya membeli untuknya. Se Jin menunjukan belanjaan untuk Hong Gyu. Hong Gyu heran bukankah Se Jin bilang itu untuk pacar Se Jin. Se Jin membenarkan, “itu sebabnya aku memberikannya padamu.”

Hong Gyu terkejut, “Apa kau gila?”
Se Jin tak marah disebut gila karena terkadang mereka juga memanggilnya seperti itu saat yang mereka maksud bahwa ia ini berjiwa bebas. “Tapi bagaimanapun sulit lho menemukan seorang gadis sepertiku.” Ucapnya pede. Hahaha.

Hong Gyu tertawa, “Aku akan mengatakan tidak karena mereka dalam kelas sosial yang berbeda.” Hong Gyu pun tak mau lagi membawakan belanjaan Se Jin, lebih baik Se Jin bawa sendiri. Ia tak mau bertemu lagi secara kebetulan dengan Se Jin. Ia pun pergi mengabaikan panggilan Se Jin.
Se Jin membereskan belanjaannya dan terkejut menemukan sebuah kunci diantara tumpukan belanjaannya. Ia tersenyum tampak menemukan ide.
Ponsel Se Jin bunyi, telepon dari ayahnya. Tn Yoo mengingatkan putrinya agar jangan hanya berkeliaran saja, pergi tengok Se Young. Se Jin malas melakukannya karena Se Young hanya akan bilang kalau dia sibuk tanpa melihat padanya.

Tn Yoo mengatakan kalau hari ini Se Young cuti bekerja. Se Jin kaget, tidak biasanya kakaknya tidak masuk kerja. Tn Yoo menyuruh Se Jin untuk cepat melihat Se Young dan beritahukan kabar Se Young padanya.
Seok Hoon melamun di kamar mengingat kejadian semalam. Ia tak tahu harus bagaimana lagi untuk menjelaskannya pada Hong Joo.
Hong Joo yang sedang menemani Roy juga duduk melamun. Semalam ketika Seok Hoon pergi ia sempat melihat kepergian suaminya itu.
Roy ingin mengajukan satu pertanyaan pada Hong Joo, “Apakah ayahku sangat mencintai ibuku?” Hong Joo menjawab tentu saja, “kau terlahir karena ibu dan ayahmu saling mencintai.”

Roy : “Kalau begitu, kanapa ayah menikah dengan ahjuma itu?”

Hong Joo tersenyum menggenggam tangan roy, “Terkadang kau menikah dengan seseorang yang tidak benar-benar kau cintai.”

“Lalu bagaimana dengan kau ahjumma, ahjumma menikah dengan orang yang ahjumma cintai kan?” Hong Joo terdiam mendengar pertanyaan Roy, ia membenarkan.
Se Young yang beristirahat di rumah terganggu karena suara bel pintu apartemennya. Ia malas membukanya dan kembali akan memejamkan mata tapi tak lama kemudian terdengar suara Se Jin yang berteriak memanggilnya. Se Young pun membuka pintu. Se Jin datang bersama Bibi Jung.
Se Jin yang khawatir bertanya apa Se Young baik-baik saja. Se Young mengangguk. Bibi Jung juga cemas pada Se Young. Se Young bilang ia baik-baik saja.

Se Jin tak percaya ia memegang kening kakaknya untuk memastikan, kau tidak demam. Se Young tersenyum kembali mengatakan kalau ia baik-baik saja. Se Jin tetap saja khawatir ia melihat kakaknya ini tidak terkena flu, apa benar kakaknya baik-baik saja.
Bibi Jung mengatakan kalau ia membawa sup ayam dan nasi. Ia akan menyiapkannya untuk Se Young. Se Young minta itu ditinggalkan saja, ia akan memakannya nanti. Se Jin meminta kakaknya lekas makan supaya tenaga kakaknya cepat pulih. Ia mengatakan kalau ayah sangat mengkhawatirkan Se Young. Se Young berpesan agar disampaikan pada ayah kalau ia baik-baik saja, ia hanya lelah.
“Aku akan menerima kau bersikap jahat, haya saja kau jangan sampai sakit, Kak.” ucap Se Jin. Se Young tersenyum atas perhatian adiknya. Se Jin akan mengambilkan sup dan nasi untuk Se Young.

(Huwaa seneng lihat kedua saudari ini akrab)
Bibi Jung yang khawatir dengan kesehatan Se Young bertanya apa Se Young yakin tak perlu pergi ke rumah sakit. Se Young tersenyum mengangguk mengatakan ya. Bibi Jung tak tahu bagaimana mengatakan ini tapi ia sudah merekomendasikan Se Young untuk menemui seorang ahli kandungan, “Disaat wanita mencapai usiamu itu merupakan ide yang bagus untuk tetap waspada dari hal-hal itu dan melakukan check up secara rutin.” Se Young mengerti, ia kembali cemas dengan kista yang ada di rahimnya.
Seok Hoon mengemasi pakaiannya ke koper. Ia memandang sekilas foto kebersamaannya dengan Hong Joo.
Se Young menerima telepon dari Pengacara Choi. Pengacara Choi mendengar hari ini Se Young cuti tak masuk kantor, apa semuanya baik-baik saja. Se Young tersenyum mengatakan ini seperti terdengar seolah-olah dirinya harus mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan bahwa semuanya baik-baik saja. Ia hanya perlu istirahat.

Pengacara Choi berkata bukankah sebelumnya Se Young bilang akan sakit jika tidak bekerja. Se Young kembali tersenyum apa Pengacara Choi akan datang menjenguknya seperti apa yang pernah Pengacara Choi katakan padanya. Pengacara Choi mengatakan ada yang ingin ia katakan pada Se Young mengenai pengambilalihan Hotel M.
Han Ji Sun menyerahkan dokumen yang sudah ia siapkan pada Min Woo. Ia terpaksa menyerahkan dokumen itu di kantor karena ibu Min Woo ada di rumah. Min Woo menebak apa ini dokumen perceraian, bukankah keduanya sudah memiliki 3 anak kenapa harus bercerai segala, apa ini solusi terbaik yang Ji Sun pikirkan.
“Jangan mimpi. Aku tak mau cerai.” Ji Sun mengatakan bahwa itu bukan dokumen perceraian.

Min Woo membuka dokumen itu, Memorandum transfer saham dan warisan.

Ji Sun ingin kejelasan tentang Yoon ah, Sung Ah dan Soo Ah yang akan dapatkan nanti. Min Woo heran dengan tindakan istrinya, apa Ji Sun pikir ibunya akan membiarkan ini. Ji Sun berkata itu sebabnya ia memerlukan pernyataan dari Min Woo dengan begitu ibu tak bisa melakukan apapun mengenai ini nanti. Ia ingin Min Woo menandatangani itu sekarang.

Ji Sun tanya bagiamana pendapat Min Soo, apa Min Woo akan membawa anak itu (Roy) pulang dan menambahkan dia ke dalam silsilah keluarga. “Itu akan menjadi paling bijaksana bagiku mengijinkanmu melakukan itu tanpa bertengkar dan mendapatkan apa yang aku perlukan selagi aku bisa.”
Min Woo : “Jadi kau akan menerima Roy seandainya aku menandatangi ini?”

Ji Sun : “Kau akan mendapatkan apa yang kau harapkan dan hidup dengan Roy dibawah atap yang sama. Aku akan bisa memperlakukan anak-anak perempuan kita seperti putri selama sisa hidup mereka dengan uang itu.”

Min Woo menilai Ji Sun sungguh pintar karena sudah menyiapkan ini. Ji Sun berkata itu hal terbaik yang bisa ia lakukan dalam situasi buruk seperti ini. Ia harap Min Woo juga membuat keputusan yang bijaksana. Jika nanti Min Woo mengecewakannya dan menggugat perceraian maka itu akan menghancurkan kredibilitas dan reputasi Perusahaan Ajin. Min Woo tertawa mendengar ancaman Ji Sun.
Seok Hoon memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Seorang petugas perkir mendatanginya, itu adalah ayah mertuanya. Ayah terkejut melihat Seok Hoon ada disana. Seok Hoon tanya apa ayah mertuanya sibuk. Ayah bilang tidak terlalu. Ia pun memberikan bukti tagihan parkir pada Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon itu menantunya tapi yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan.
Ayah tanya apa Seok Hoon sedang berbisnis di daerah sini. Seok Hoon mengatakan kalau kedatangannya itu untuk menemui ayah. Ayah heran untuk apa menemuinya disini. Seok Hoon mengatakan ia harus pindah ke kota lain untuk sementara. Ayah menebak apa sekarang Seok Hoon sudah menemukan pekerjaan. Seok Hoon menjawab sudah. Ayah tersenyum senang, ia ingin tahu bagaimana reaksi Hong Joo. Seok Hoon bilang ia belum memberi tahukan itu pada Hong Joo. Ayah berkata kalau Seok Hoon adalah satu-satunya yang Hong Joo pikirkan.

Ayah mengambil kembali tagihan parkir yang tadi ia berikan pada Seok Hoon. Ia akan membiarkan Seok Hoon pergi kali ini. Ada suatu ungkapan bahwa menikahi wanita yang tepat akan membawa berkah dalam kehidupan. Yang bisa ia lakukan sebagai ayah mertua Seok Hoon hanyalah menggratiskan tiket parkir bagi Seok Hoon. Seok Hoon tentu saja tak mau, ayah mertuanya jangan begitu.
Ayah : “Menantu Cha, Hong Joo-ku sudah melakukan semua pekerjaan rumah tangga di usia belasan menggantikan ibunya yang meninggal sementara teman-temannya pergi berbelanja dan memakai riasan. Dia tidak pernah mengeluh akan hal itu. Dia tidak pernah menunjukan emosinya jadi aku tak tahu waktu itu. Tapi dia mulai tersenyum seperti seorang bayi ketika bertemu denganmu. Aku tahu itu sudah ditakdirkan. Milikilah kehidupan yang baik bersama-sama. Yang kau butuhkan hanyalah rumah tangga yang bahagia.”

Seok Hoon mengangguk mengerti. Ada seseorang yang datang lagi untuk memarkirkan mobil. Ayah segera menemui orang itu dan permisi pada Seok Hoon.
Hong Joo menerima sms dari Seok Hoon.

‘Aku akan pindah hari ini. Aku sudah mengatakan pada ayahmu aku mendapatkan pekerjaan di kota lain. Aku tidak akan berpura-pura menjadi pria yang baik lagi. Seperti yang kau katakan kita harus memikirkan kembali hubungan kita dan pernikahan kita. Ini tidak akan membutuhkan waktu lama jadi kumohon tunggulah aku.’
Se Young menemui Pengacara Choi. Ia merasa seolah-olah sudah lama tidak melihat Pengacara Choi, bagaimana kabar Pengacara Choi. Pengacara Choi balik bertanya bagaiamana dengan Se Young sendiri, ia mendengar Se Young harus dibawa ke UGD. Se Young mengatakan itu akibat ia kerja berlebihan karena melakukan semuanya sendirian. “Ini semua gara-gara kau.” sahut Se Young. Pengacara Choi merasa bersalah dan minta maaf. Se Young merasa sudah seharusnya Pengacara Choi meminta maaf padanya, tak lama kemudian Se Young tersenyum.

Pengacara Choi memberikan sebuah amplop besar pada Se Young. Ia menjelaskan kalau amplop ini berisi informasi mengenai dimana Presdir Du Chang Hwa dari Hotel M menginap dan info kontak orang-orang terdekat Presdir Du. Presdir Kang Min Woo mendapatkan informasi ini melalui koneksinya di Eropa. Presdir Du diam-diam akan berkunjung ke Korea minggu depan karena Presdir Kang Min Woo yang mengundangnya.

Se Young : “Kita berjalan naik sampai ke pertengahan tapi Presdir Kang naik sebuah helikopter langsung menuju puncak gunung.”
Pengacara Choi merasa kalau Se Young harus menemui Presdir Du saat dia di Korea nanti. Jika tidak mengambilalih hotel M akan jadi hal yang tidak mungkin.

Se Young tak mengerti kenapa Pengacara Choi mengatakan semua ini padanya bukankah seharusnya Pengacara Choi merahasiakan informasi ini bahkan jika ia memohon untuk ini. Bukankah Perusahaan Ajin yang membayar asuransi kesehatan Pengacara Choi sekarang bukan Perusahaan Dongsung miliknya.

Pengacara Choi menarik nafas, ia sudah bekerja dengan Se Young selama 14 tahun, jadi anggap saja ini sebagai hadiah terakhir dari seseorang yang tidak menyelesaikan tugasnya. Ia memohon agar Se Young mau menerima ini.

Se Young berterima kasih karena Pengacara Choi mengatakan itu. Ia tak bisa menerima itu, “Jika aku tak punya sebuah helikopter aku akan berjalan saja. Tidak ada kesenangan naik kendaraan gratis.”

Pengacara Choi senang mendengarnya, ia senang karena penilaian terhadap Se Young benar. Se Young tak mengerti apa maksudnya. Pengacara Choi berkata kalau sekarang Se Young sudah berubah setelah perjalanan ke Hongkong waktu itu. Ia menebak itu karena Cha Seok Hoon, jika Se Young pergi melampaui pekerjaan dan menganggap Seok Hoon sebagai pria Se Young tak akan punya kesempatan untuk menang jadi ia khawatir. Se Young menilai kekhawatiran Pengacara Choi itu berlebihan karena yang terjadi bukan seperti itu. Pengacara Choi senang mendengarnya.
Seok Hoon sampai di apartemen Jo Young Chul. Apartemen itu terihat berantakan karena yang tinggal disana seorang cowok yang sepertinya tidak cinta kebersihan atau kerapihan hahaha.

Young Chul mengatakan kalau daerah sekitar sini selalu macet seharusnya Seok Hoon memberitahunya lebih cepat jika akan datang kesini. Seok Hoon yang melihat ruangan itu menilai ini persis seperti tempat tinggal Young Chul ketika kuliah dulu. Ini seperti kandang babi. Hahaha. Young Chul kesal diejek begitu, apa Seok Hoon ingin ia memukul Seok Hoon dengan koper ini. Seok Hoon tersenyum ia hanya bercanda jadi jangan tersinggung.

Seok Hoon minta ijin bolehkah ia tinggal dengan Young Chul sebentar disini. Young Chul merasa kalau ini bukan kandang babi, tapi ini sarang untuk burung berimigrasi.
“Sebuah rumah untuk ayah yang kesepian, persis seperti seekor burung yang berimigrasi.” seru Seok Hoon. Young Chul berkata kalau ia sudah berusaha selalu mempertahankan kebersihan tempat ini. ternyata butuh terlalu banyak kerja setelah 2 tahun.

Seok Hoon: “Tidakkah kau merindukan istrimu dan Eun Jae?”
Young Chul sepertinya tak suka membahas itu, “apa boleh aku menamparmu? Katakan padaku apakah itu sakit atau tidak.” Seok Hoon minta maaf ia menyadari itu pertanyaan yang bodoh.

Young Chul penasaran ada apa dengan Seok Hoon kenapa pakai akan tinggal ditempatnya segala. “Apa keadaan diantara kalian berdua benar-benar serius?”
Seok Hoon berkata kalau itu cerita lama. Young Chul menyahut kalau ia hanya punya waktu bebas sebagai seorang ayah yang hidup seorang diri. Ia meminta Seok Hoon ikut dengannya. Seok Hoon heran kenapa. Young Chul mengatakan didekat sini ada kedai minum yang punya sayap ayam terbaik. Ia mengajak Seok Hoon minum-minum sampai pagi.

Seok Hoon bilang ia harus membasuh wajahnya dulu. Tapi Young Chul tak mau kelamaan. Ia mengaitkan lengannya ke leher Seok Hoon dan menyeretnya untuk segera keluar. Hahahaha.
Min Woo akhirnya mengatakan pada ibunya bahwa ia memiliki seorang putra. Ibu Min Woo yang terkejut senang sekali mendengar putranya memiliki seorang putra berusia 6 tahun. Ini seperti sebuah alunan musik di telinganya. Ia tanya bagaimana dengan ibu anak itu, dimana dia, bagaimana dan dimana anak itu dibesarkan.

Min Woo mengatakan kalau ia akan menjelaskannya pelan-pelan, jadi ibunya jangan begitu bernafsu senang sampai lupa bernafas. Ibu bilang ini terlalu menggembirakan hingga dirinya tak bisa bernafas. “Presdir Kang memiliki seorang putra. Dia menambahkan seorang putra ke silsilah keluarga kita.” seru Ibu Min Woo bahagia sekali.

Ibu Min Woo menyadari suaranya yang terlalu semangat. Ia pun memelankan suaranya, bukankah tidak seharusnya ia dan Min Woo terlau berisik seperti ini, takut ada yang mendengar (Ji Sun).

Min Woo mengatakan pada ibunya kalau Ji Sun sudah mengetahui perihal putranya. Ibu terkejut bagaimana Ji Sun bisa tahu. Min Woo mengatakan kalau Ji Sun ingin ia menandatangai dokumen warisan untuk membawa putranya masuk ke rumah ini. Min Woo menunjukan dokumen itu pada ibunya.
Ibu Min Woo membaca dokumen itu dengan seksama. Ibu mencibir, “dia pikir dia itu siapa? Ketika para gadis menikah mereka milik keluarga suaminya. Kita tidak harus memberikan ini pada mereka.”

Min Woo meminta ibunya melakukan apa yang Ji Sun inginkan dan membawa putranya pulang ke rumah ini. Tapi ibu Min Woo tak bisa mengabulkan itu, ia tak sudi.
“Kenapa?” tanya Ji Sun yang tiba disana. Ia duduk ikut bergabung dengan mertua dan suaminya. Ia menikah dengan Min Woo supaya ia bisa menggunakan semua yang ia inginkan.
JI Sun : “Ibu kau akan mendapatkan cucu laki-laki yang selalu ibu impikan. Dan aku akan mengganjar diriku sendiri dengan uang karena membesarkan seorang anak yang bukan anakku. Itulah yang terbaik. Tak ada alasan untuk mendebat itu.”

“Kau ini...” Ibu geram mendengarnya.
Min Woo menghubungi Hong Joo mengatakan semuanya sudah beres. Istrinya akan datang menjemput Roy besok. Hong Joo mengira akan lebih baik jika Min Woo saja yang datang menjemput Roy. Min Woo juga ingin melakukannya tapi jadwalnya sangat padat. Hong Joo mengerti ia akan menjelaskan itu pada Roy. Min Woo mengucapkan terima kasih pada Hong Joo atas semua yang Hong Joo lakukan. Ia akan mengajak Hong Joo makan malam lain kali.
Ji Sun keluar dari kamar mandi dan duduk di depan meja riasnya. Ia tanya apa pengasuhnya Roy sekarang menanggur. Jika Min Woo mau bukankah bisa meminta pengasuh itu untuk bekerja disini. “Akan ada anak-anak yang mengawasi jadi kau tak bisa main mata dengannya, benar kan?”

Min Woo menarik nafas dengan omong kosong istrinya. Ia mengatakan kalau roy akan ketakutan ditempat baru jadi ia harap Ji Sun merawat putranya itu.

Kita akan mendapatkan seorang anggota keluarga baru, apa Min Woo tak peduli pada Yoon Ah dan Sung Ah. Min Woo berjanji ia akan melakukan yang terbaik untuk putri-putrinya jadi ia juga meminta dengan baik-baik pada Ji Sun agar merawat Roy. Ji Sun bilang jangan khawatir ia tidak akan menjadi ibu tiri monster yang Min Woo lihat dalam dongeng.
Sebelum Roy tidur Hong Joo menjelaskan semuanya pada anak itu, bahwa Roy akan tinggal di rumah ayah Roy yang sebenarnya. “Disana Kau akan punya seorang nenek, kakak dan adik perempuan. Kau ini anak laki-laki yang baik dan cerdas jadi semua orang akan mencintaimu.”

Roy terisak sedih, “tapi ahjumma kau akan disana kan, bisakah kita pergi bersama?”

Hong Joo mengatakan kalau ia juga harus pulang ke rumahnya. Roy tak suka berpisah dengan Hong Joo, ia yang menangis memunggungi Hong Joo berlasan kalau dirinya sudah ngantuk. Hong Joo meminta Roy jangan menangis, ia berjanji dirinya tak akan menangis jadi Roy juga tak boleh menangis. Hong Hoo memeluk Roy dan mengusap air mata anak itu.
Seok Hoon dan Young Chul berada disebuah kedai minum. Young Chul menyimpulkan jadi pada dasarnya Seok Hoon membantu Presdirnya dengan riset dan pergi ke pertemuan bisnis.

Seok Hoon berkata bukankah itu cerita yang lucu. Young Chul tanya apa Seok Hoon dibayar dengan baik. Seok Hoon tak menjawab dan itu sudah menjelaskan bagi Young Chul bahwa Seok Hoon menerima bayaran yang bagus.
Young Chul tanya apa yang dilakukan Hong Joo sementara Seok Hoon bekerja pada Presidrnya selama di Hongkong. Seok Hoon mengatakan kalau istrinya kembali ke Korea lebih dulu. Young Chul terkejut jadi Hong Joo meninggalkan Seok Hoon dan Se Young di Hongkong. Seok Hoon mengangguk.

Young Chul menebak apa Seok Hoon pindah ke rumahnya gara-gara masalah itu. Seok Hoon menjawab tidak. Young Chul meminta Seok Hoon jangan berbohong, ia bisa melihat itu.

Seok Hoon : “Jadi apa menurutmu terjadi sesuatu antara aku dan Presidr Yoo?”

Young Chul : “Hei... aku ini bukan istrimu, aku percaya padamu tapi istrimu mempunyai hak untuk salah paham terhadapmu. Kesalahpahaman akan mengarah pada keraguan dan kerauan mengarah pada konfirmasi. Para wanita mahir dalam itu.”
Seok Hoon : “Mungkin itu sebabnya aku ketahuan.”

Young Chul tak mengerti ketahuan bagaimana.

Seok Hoon : “Aku ingin melihatnya lagi, mungkin hanya sekali lagi. Aku mencintai Hong Joo. Tapi ada dia dalam pikiranku dan aku ingin bertemu dengannya.” (busyettt dah)

Young Chul tercengang mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Seok Hoon sendiri.
Se Young berada di apartemennya mengingat hari ketika ia meminta Seok Hoon menemaninya selama 3 hari dan ia akan membayar Seok Hoon 1 milyar won.
Se Young mengambil sepatu Hong Joo yang dibeli di Hongkong. Sekarang sepatu itu ada padanya. Ia mencoba memakai sepatu itu.
Keesokan harinya, Se Young berangkat bekerja mengenakan sepatu itu. Ia langsung mengadakan rapat bersama pegawai-pegawainya. Ia mengatakan pada pegawainya Presdir Hotel M, Du Chang Hwa akan datang ke Korea dan Perusahaan Ajin sudah bergerak lebih cepat daripada perusahaannya. Para pegawai berpandangan cemas. Se Young melanjutkan kalau kunjungan itu bersifat rahasia jadi Presdir Du hanya akan memiliki jadwal tidak resmi ketika berada di Korea nanti.
Manajer Jo Young Chul mengatakan kalau ia dan yang lain akan menggunakan semua koneksi yang mereka miliki untuk mencari tahu tentang jadwal informal Presdir Du tersebut. Se Young mengatakan kalau kita memang harus melakukan itu, mereka harus bertemu dengan Presdir Du dan ini harus berhasil. Jika kita kalah dari Ajin lagi harapan kita atas Hotel M akan lewat.
Di Perusahaan Ajin, Min Woo bertanya pada Pengacara Choi, apa Pengacara Choi mengatakan pada Se Young bahwa Presdir Du akan datang ke Korea. Pengacara Choi berkata tadinya ia akan mengatakan pada Se Young jaadwal Presdir Du di Korea tapi Se Young tidak mengambil dokumen informasi itu.

Min Woo merasa secara fisik Pengacara Choi ada disini namun hati ada ditempat lain. Pengacara Choi bekata kalau ia harus membayar hutangnya pada Presdir Yoo Se Young sebelum bekerja pada Min Woo.

Min Woo mengerti jadi apa semua urusan Pengacara Choi dengan Se Young sudah selesai sekarang. Pengacara Choi membenarkan. Min Woo akan menganggap kalau ia bermain adil. Ia pun memersilakan Pengacara Choi kembali bekerja.
Setelah Pengacara Choi keluar dari ruangannya, Min Woo menghubungi Ji Sun. Apa sekarang Ji Sun ada di villanya. Ji Sun balik bertanya apa menurut Min Woo ia akan meminta Roy untuk naik bis. Min Woo meminta Ji Sun berhenti bersikap sinis. Ji Sun memberi tahu kalau Roy sekarang sedang berpakaian. Ia menyuruh Supir Kim untuk mengambil barang-barang Roy.
Hong Joo mengepak pakaian Roy ke koper. Ia melihat Roy tampak kesulitan mangancingkan kancing baju bagian aats. Ia pun membantu mengancingkannya.
Roy tertunduk sedih karena harus berpisah dengan Hong Joo. Hong Joo mengerti bagaimana perasaan Roy, ia memeluk erat anak itu.
Bukan hanya Hong Joo yang kehilangan, ahjumma pembantu pun sedih harus berpisah dari Roy. Roy yang menangis mengucapkan selamat tinggal pada Hong Joo. Hong Joo tersenyum meminta Roy berjanji padanya bahwa Roy akan hidup bahagia. Roy pun masuk ke mobil.
Hong Joo menjelaskan pada Ji Sun kalau Roy memiliki masalah dengan tidur. Dia selalu bangun sekali atau dua kali di malam hari. Tolong awasi dia sepanjang malam.

Ji Sun tersenyum sinis, apa ada yang lain?

Hong Joo : “Dia suka spaghetti dengan saus krim daripada saus tomat. Aku sudah meletakan buku-buku yang dia sukai di dalam tas-nya.”

Ji Sun masih menatap sinis, “Bagaimana ya? Anak-anakku lebih suka saus tomat.” Hong Joo terdiam ia merasakan firasat yang tak enak dengan sikap ibu tirinya Roy ini.

Roy melambaikan tangan tanda perpisahan pada Hong Joo. Hong Joo pun melambaikan tangannya pada Roy.
Park Han Soo menemui Min Woo di kantor. Min Woo tanya apa Han Soo yakin sudah menyingkirkan orang-orang yang menguntitnya. Han Soo mengatakan kalau ia sudah mengawasi Min Woo selama seminggu, tak ada tanda-tanda apapun dari para peguntit itu, mereka memfoto di villa anda dan langsung pergi.

Min Woo menyuruh Han Soo untuk terus mengikuti istrinya. Han Soo bilang tentu saja, klub golf, kolam renang, pusat komunitas, pesta, tinggal Min Woo sebut saja. Ia akan dimana pun istri Min Woo berada.

Min Woo mengingatkan jangan coba-coba bernegosiasi di belakangnya dengan orang lain. Han Soo berkata bukankah uang istri Min Woo itu uang Min Woo. Ia tentu saja tidak akan menyusahkan dirinya senidiri dengan mencoba bernegosiasi di belakang Min Woo. Min Woo pun membolehkan Han Soo pergi.

Ketika Han Soo akan keluar dari ruangan Min Woo, ia berpapapsan dengan Pengacara Choi. Ia pun menyapa, “Bagaimana kabarmu Pengacara Choi Seok Gi?” Pengacara Choi yang tak kenal dengan Han Soo terdiam heran.
Pengacara Choi menyampaikan pada Min Woo ia tak kenal siapa pria tadi tapi ia rasa sebaiknya orang itu tidak sering terlihat di kantor Min Woo.

Min Woo : “Kau menyeka meja dengan kain lap dan menggunakan kain pel di lantai. Aku memanfaatkan dia untuk tujuan yang tepat jadi jangan khawatir.”
Min Woo tanya apa ada perkembangan dengan Presdir Du. Pengacara Choi berkata kalau informasi pribadi Presdir Du bahkan tidak dikenal di Hongkong. Setelah ayah Presdir Du meninggal tahun 2003 dia mendirikan sebuah perusahaan baru. Perusahaan itu aktif di Macau tapi tak pernah terlihat di depan umum.

Min Woo berpikir, membeli sebuah hotel dari seorang pria yang tidak terlihat, kedengarannya ini menarik. Kira-kira apa yang akan dilakukan Presdir Yoo Se Young ya?
Seok Hoon melakukan lari pagi disekitar tempat tinggal Young Chul. Ia kemudian berpakaian rapi akan pergi ke suatu tempat. Ternyata Seok Hoon mendatangi kantor perusahaan DongSung.
Se Young di ruangannya menerima telepon dari sekretarisnya kalau ada Seok Hoon yang ingin bertemu. Se Young terkejut dan heran mendengarnya kenapa Seok Hoon menemuinya. Ia pun mempersilakan Seok Hoon untuk masuk.
Se Young menilai ini sungguh mengejutkan melihat Seok Hoon datang menemuinya. Apa ada hal lain yang perlu ia dan Seok Hoon bicarakan. Seok Hoon tak tahu harus memulai mengatakannya dari mana, ia dengar Se Young akan mempekerjakan kembali. “Aku mohon ijinkan aku membantumu dengan proyek Hotel M.” Se Young belum paham apa maksud perkataan Seok Hoon.
Seok Hoon : “Aku akan menjual waktuku selama 3 bulan, tidak 3 minggu. Maukah anda membeli waktuku lagi?”
Se Young memandang terkejut Seok Hoon yang bicara dengan tegas di depannya ingin dirinya membeli waktu Seok Hoon lagi sama seperti ketika di Hongkong. Akankah Se Young mau membeli waktu Seok Hoon?

Bersambung ke episode 6

*****

Aduh Seok Hoon kenapa dirimu malah kembali nyemplung ke dalam api. Udah tahu kesalahpahaman dirimu dengan Hong Joo karena dekat dengan Se Young, eh dia malah masuk lagi ke api itu. Berharap aja Seok Hoon bukan cowok plin-plan. Wanita manapun pasti akan salah paham seperti Hong Joo ya, bukankah Seok Hoon seharusnya menjauh dari api agar tak terkena panasnya. Eh tapi malah dia mendekat lagi. Se Young sendiri bukannya berusaha memadamkan api itu dengan air malah menyiramnya lagi dengan bensin kan jadi gede tuh api. Hahahaha.

Kira-kira kenapa ya dulu Se Young ga mau menjalin hubungan dengan Min Woo dan malah berakhir dengan persaingan bisnis. Apa karena Ji Sun yang merayu Min Woo lebih dulu. Min Woo kan gampang banget tuh tergoda sama cewek cantik hahaha.

Saya pikir Ji Sun akan kecewa berat dan sedih ketika mengetahui Min Woo memiliki seorang putra dari wanita lain, tapi disini dia berusaha berpikir realistis, untuk apa bersedih lebih baik memikirkan nasib dirinya dan putri-putrinya yang tidak dianggap oleh ibu mertuanya karena tak memberikan cucu laki-laki. Ia membolehkan Roy tinggal disana asalkan kehidupan putri-putrinya terjamin. 

Ga nyangka juga dengan reaksi ibunya Min Woo, dia sepertinya ga peduli itu anak sah dari pernikahan atau tidak, yang penting anak laki-laki kandung dari Min Woo.

Walaupun ga banyak tapi scene Hong Gyu n Se Jin bikin drama ini jadi hidup. Saya dukung keduanya jadi couple, malah jadi best couple drama ini deh. Se Jin imut banget kalau lagi bermanja-manja. Dia juga care banget sama kakaknya. Semoga interaksi Se Jin n Se Young semakin banyak. Terutama lagi interaksi Se Jin dan Hong Gyu hahahaha.

4 comments:

  1. moga aza nasib mereka ga kayax eun yong and min soo di one warm world..
    berasa gimana gitu..
    -ley-

    ReplyDelete
  2. se jin dan hong gyu suka sama pasangan ini.

    ReplyDelete
  3. aaah liat hong gyu sma se jin bner2 bkin geregetan...
    apalgi pas liat hong gyu terpesona sma se jin..hahaha
    ditunggu kelanjutannya mbak..
    fighting ^_^

    ReplyDelete
  4. Daebak, ini lebih lengkap daripada kadorama rekap. Salut ,FIGHTING! I,m Running Man Fans^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.