Han Ji Sun mendatangi
rumah rahasia Min Woo dan bertemu dengan Roy yang sendirian main di halaman
rumah. Ia menilai anak lelaki di depannya ini seorang anak yang kuat, ia
bertanya siapa nama Roy. Roy menjawab mengatakan namanya. Ji Sun berkata
bukankah ayah Roy bernama Kang Min Woo. Roy mengangguk. Ji Sun merasa kalau Roy
persis seperti Min Woo.
Hong Joo menemui dokter
dan yang menjadi dokternya itu temannya Se Young. Dokter tahu betul Hong Joo
sulit hamil secara alami tapi vertilisasi in vitro tidak akan menyelesaikan semuanya,
itu mahal, butuh waktu dan perlu banyak bersabar karena implantasi tidak selalu
berhasil pada upaya yang pertama. Hong Joo juga tahu itu, ia mengerti.
Dokter mengingatkan
bukankah ia sudah meminta Hong Joo untuk datang bersama suami, kenapa datang
sendirian. Hong Joo mengataka suaminya sedang ada masalah yang mendesak.
Dokter tanya apa Hong Joo dan
suami sudah berhenti untuk memiliki anak. Hong Joo menjawab ya. Dokter berkata
walau bagaimanapun yang namanya ikatan dan kepercayaan yang kuat antara
pasangan sangat penting untuk kesuksesan kehamilan. Apaa suami Hong Joo juga
siap untuk itu. Hong Joo ragu menjawabnya.
Hong Joo yang menunggu Seok
Hoon di lobi rumah sakit mengirim sms pada suaminya. Ia akan menunggu
kedatangan Seok Hoon di lobi rumah sakit. Hong Joo yang sudah lama menunggu
melihat ada ibu hamil mencari tempat duduk. Ia pun memberikan tempat duduknya
dan pergi dari sana menjawab telepon.
Hong Joo melihat suaminya
sudah ada di rumah sakit. Ia memanggilnya dan ketika Seok Hoon menoleh ia
terkejut dengan siapa Seok Hoon sekarang. Seok Hoon sedang bersama Se Young. Ia
terkejut campur heran kenapa suaminya ada di rumah sakit bersama Se Young. Ia
yang dalam kebingungan menghampiri keduanya.
Seok Hoon tanya dari mana
saja Hong Joo. Bukannya menjawab Hong Joo menatap Seok Hoon dengan tatapan
curiga penuh tanda tanya.
Se Young berkata kalau ia
gembira untuk hal yang sia-sia. Ia mengira Seok Hoon datang menemuinya tapi
ternyata tidak. Ia menyapa Hong Joo, tapi Hong Joo menatapnya tak suka. Se Young
tersenyum melihat reaksi Hong Joo dan berharap Hong Joo jangan salah paham. Ia
dan Seok Hoon bertemu disini secara kebetulan.
Se Young akan pergi tapi
ucapan Hong Joo menghentikan langkahnya. Hong Joo berkata ia tidak memiliki
kesempatan untuk berterima kasih pada Se Young, “Terima kasih atas 1 Milyar
won-nya.” Ia masih tak bisa percaya bahwa Se Young membayar suaminya begitu
banyak hanya untuk 3 hari. Ia menilai kalau para jutawan memang berbeda. Seok Hoon
berusaha meminta istrinya agar jangan bicara begitu.
Se Young mengatakan yang
ia berikan itu sepadan dengan apa yang Seok Hoon lakukan, apa sekarang Hong Joo
sedang memandang rendah suami sendiri. “Sepertinya istrimu tidak mengenal baik
tentang dirimu.” Ucapnya pada Seok Hoon.
Hong Joo berkata anggapan Se
Young itu salah. Ia sangat tahu suaminya seperti punggung tangannya. “Tapi aku
tetap tak mengerti, aku tahu kau seorang jutawan dan suamiku itu sangat
menarik, tapi 1 Milyar won untuk 3 hari, hanya membuat marah.” Se Young kembali
tersenyum mengerti dengan salah pahamnya Hong Joo.
Hong Joo : “Jika aku jadi
kau aku akan menyumbangkan uang itu. Dengan begitu kau tidak harus bermain-main
dengan pria yang sudah menikah. Kau cantik dan kompeten, aku yakin kau bisa
bertemu dengan pria yang hebat.”
Se Young yang tersenyum
menilai Hong Joo sepertinya masih tidak mengerti. “Pria hebat yang kau maksud
adalah Cha Seok Hoon. Uang itu sepadan untuk setiap sen-nya. Aku iri padamu, Na
Hong Joo-ssi.” Se Young permisi lebih dulu. Hong Joo benar-benar tak menyangka mendengarnya.
Ia semakin muak dengan Se Young.
(Kenapa Se Young malah
bersikap seperti menyiram bensin ke dalam api ya)
Se Young akan masuk ke
mobilnya tapi ia menoleh ke belakang dan tersenyum tipis atas tuduhan Hong Joo
yang salah paham terhadapnya.
Hong Joo yang marah keluar
lebih dulu dari rumah sakit. Seok Hoon mengejar menyusulnya. Ia ingin Hong Joo
mendengarkan penjelasannya.
Hong Joo ingin tahu bisnis
yang Seok Hoon lakukan dengan Young Chul apa itu ada hubungannya dengan
perusahan Se Young. Apa Seok Hoon sudah membuatnya menunggu demi Se Young. Seok
Hoon diam.
Hong Joo merasa Seok Hoon seharusnya
lebih baik berkata tidak mau membantu perusahaan Se Young jika Seok Hoon benar-benar
memikirkan perasaannya. Seharusnya Seok Hoon berjalan pergi tak usah peduli dengan
apa yang Se Young katakan. Seok Hoon mengatakan kalau Se Young tidak pernah
meminta bantuannya.
Hong Joo terkejut, jadi
Seok Hoon sendiri yang menawarkan bantuan. Seok Hoon menjelaskan ia mendengar Se
Young pingsan sebelum mengikuti pertemuan penting jadi ia pikir akan bagus jika
dirinya lah yang pergi ke pertemuan. Karena pertemuan itu tentang apa yang ia
bantu selama di Hongkong. Ia tak berpikiran apa-apa, hanya sekedar membantu
saja.
Hong Joo menebak apa Seok
Hoon terus berhubungan dengan Se Young sejak kembali ke Korea. Seok Hoon tak
tahu menjelaskannya bagaimana karena hal itu terjadi begitu saja, tapi yang
jelas itu sama sekali tidak seperti yang Hong Joo pikirkan. Hong Joo tak bisa
mempercayai begitu saja penjelasan ini walaupun Seok Hoon menegaskan bahwa apa
yang ia lakukan tidak seperti yang Hong Joo pikirkan.
Hong Joo yang marah sekaligus
kecewa meneteskan air mata, “Kenapa kau tak berbohong saja padaku dan mengatakan
kau tak pernah bertemu dengannya lagi? Apa kau bisa lega karena sudah jujur
sekarang. Tapi apa kau benar-benar tahu apa yang sudah kualami? Itu tidak adil.
Kenapa aku harus menderita setiap kali teringat dirimu dan wanita itu?”
Seok Hoon akan kembali
menjelaskan tapi ponsel Hong Joo berdering. Telepon dari ahjumma pembantu di
rumah Min Woo.
Ahjumma mengatakan pada Hong
Joo tentang menghilangnya Roy dari rumah. Hong Joo yang terkejut tanya apa
ahjumma sudah memeriksa di halaman belakang dan sekitar danau. Ia mengerti dan
akan segera kesana.
Hong Joo akan pergi tapi Seok
Hoon menahan tangannya. Ia tanya apa yang terjadi dengn anak itu. Ia akan mengantar
Hong Joo. Hong Joo yang masih emosi tak mau, ia menarik tangan dan lari meyetop
taksi mengabaikan panggilan Seok Hoon.
Di dalam taksi Hong Joo
yang panik menghubungi Min Woo mengabarkan Roy yang menghilang. Min Woo tentu
saja kaget, apa maksudnya. Hong Joo yang masih panik berusaha menjelaskan kalau
sekarang ia sedang berada di Seoul dan dalam perjalan ke Yangpyeong.
Min Woo meminta Hong Joo
tenang dulu dan katakan padanya pelan-pelan agar jelas. Hong Joo mengatur nafas
mengatakan kalau tadi ahjumma menelepon mengabarkan Roy yang tiba-tiba
menghilang. Min Woo yang cemas pun segera menuju rumah.
Hong Joo yang panik
menerima sms dari Seok Hoon menanyakan apa semuanya baik-baik saja, apa Hong Joo
ingin ia ke Yangpyeong juga. Hong Joo yang kesal menghapus sms itu dan
mematikan ponselnya.
Seok Hoon berusaha
menghubungi Hong Joo tapi tidak aktif. Ia pun teringat sesuatu dan kembali ke
dalam rumah sakit.
Seok Hoon berkata pada pegawai mengenai pasien bernama Na Hong Joo yang ada janji dengan dokter
kandungan hari ini, bisakah ia menemui dokternya. Pegawai minta maaf karena tak
bisa memberikan informasi itu pada orang lain. Seok Hoon mengatakan kalau ia
suami pasien itu yang seharusnya datang bersama istrinya tapi pegawai itu
bilang kalau Seok Hoon harus datang dengan si pasien.
Jo Young Chul melapor pada
Se Young tentang hasil pertemuan dengan perwakilan Hotel M. Se Young memuji Young
Chul sudah melakukan kerja bagus. Ia tanya kapan kita bisa bertemu Presdir Du Chang
Hwa dari Hotel M.
Young Chul mengatakan
kalau Presdir Du sedang berada di Eropa, tak mudah untuk bisa menghubungi dia.
Se Young meminta Young Chul melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menghubungi
Presdir Du, kalau kita santai-santai begini bisa jadi Perusahaan Ajin yang
mendapatkan lebih dulu. Young Chul mengerti.
Young Chul melihat
sepertinya kesehatan Se Young belum benar-benar pulih. “Kenapa anda tidak
istirahat di rumah saja?” sarannya.
Se Young menegur, “Manajer
Jo, mengijinkan orang yang tidak memiliki kewenangan untuk hadir dalam suatu
pertemuan perusahaan yang penting, itu cukup untuk sanksi yang keras.”
Young Chul menegang cemas
takut kena sanksi karena membiarkan orang lain menghadiri pertemuan penting
kemarin. Ia mengerti itu, ia juga tahu itu pertemuan penting dan ia juga tahu dengan
sanksi itu. Tapi untungnya Seok Hoon tahu banyak tentang pertemuan itu. Pertemuan
itu pun sukses karena Seok Hoon.
Se Young tanya apa Seok Hoon
mengatakan hal lain pada Young Chul. Youg Chul bilang tidak, ia hanya mendengar
Seok Hoon membantu Se Young bekerja ketika di Hongkong. Se Young pun
membolehkan Young Chul keluar dari ruangannya.
Tapi Young Chul tak juga
keluar, “Presdir kenapa kita tidak secara formal mempekerjakan Cha Seok Hoon
pada tim kita? Dia sangat berkompeten dan saya rasa dia akan menjadi bantuan
besar untuk pengambilalihan Hotel M.” Se Young menilai itu tak akan ada gunanya
karena Seok Hoon pasti akan mengatakan tidak.
Hong Joo sampai di rumah Yangpyeong,
ia yang panik bertanya pada ahjumma apa sudah menemukan Roy. Ahjumma yang juga
panik menjawab belum. Ia tak bisa menemukan Roy dimanapun. Hong Joo pun akan
mencari Roy ke belakang rumah dan sekitar danau.
Hong Joo mencari Roy
kemana-mana sambil berteriak memanggil namanya. Ia tak peduli dengan tubuhnya
yang tersayat ranting pohon atau kakinya yang tersandung batu. Ia terus
berteriak memanggil Roy. Tapi tak ada sahutan dari Roy.
Min Woo sampai disana dan
terkejut mendengar suara teriakan Hong Joo. Ia pun berlari ke arah sumber suara
dimana Hong Joo berada.
Hong Joo mencari Roy disekitar
danau dan terkejut begitu menemukan sepatu yang tergeletak di tepi danau.
Pikiran buruknya pun muncul, jangan-jangan Roy tenggelam di danau. Ia akan
masuk ke danau, tapi Min Woo yang sampai disana menarik Hong Joo.
Min Woo yang melihat
sepatu di tangan Hong Joo mengatakan kalau itu bukan milik Roy, “Lihat ini sepatu
anak perempuan!” Hong Joo lega mendengarnya tapi kepanikannya belum hilang. Min
Woo berkata untuk membuat Hong Joo tenang bahwa ia yakin tak ada apapun yang
terjadi pada Roy.
Keduanya mencari Roy
bersama dan ketika sampai di depan rumah keduanya dikejutkan dengan kedatangan
sebuah mobil. Han Ji Sun keluar dari mobil bersama Roy.
Hong Joo yang tadi cemas
bukan main langsung menghampiri Roy. Ia yang masih panik memarahi anak itu, “Dari
mana saja kau tanpa memberi tahu kami?” Roy minta maaf. Melihat Roy baik-baik saja,
Hong Joo lega dan memeluknya.
Ji Sun menyuruh Hong Joo
mengambil tas belanjaan di bagasi mobil. Ia melihat Roy tidak berpakaian dengan
baik dan sepatunya juga terlihat murahan. Jadi ia mengajak roy belanja. Ia bisa
menebak Hong Joo pasti pengasuhnya Roy. Hong Joo yang baru pertama bertemu
tanya siapa Ji Sun ini.
Min Woo yang tak suka dengan
sikap Ji Sun meminta Hong Joo masuk ke rumah bersama Roy sekarang. Hong Joo yang
mulai mengerti siapa wanita itu tak bertanya lagi dan segera membawa Roy pergi
dari sana.
Min Woo tanya apa yang Ji
Sun inginkan. Ji Sun balik bertanya apa yang Min Woo lakukan disini. “Ini rumah
yang besar, kau memiliki seorang putra yang persis seperti dirimu dan seorang
pengasuh anak yang juga cantik. Bukankah kau terlalu banyak bersenang-senang
bermain rumah-rumahan?”
Min Woo tanya apa itu
perbuatan yang patut dibenarkan dengan menghilang bersama seorang anak. Ji Sun berkata
kalau ia ini istri yang memiliki 3 anak dengan Min Woo. Sekarang Min Woo
memiliki seorang anak dari cinta rahasia. Ia sedang berpikir keras tentang apa
yang harus ia lakukan dengan tingkah laku Min Woo ini.
Min Woo mengingatkan kalau
ini masalah orang dewasa. Jangan melakukan apapun untuk melukai anak itu. Ji Sun
mengerti ini masalah orang dewasa, lalu apa yang akan Min Woo katakan tentang
pengasuh anak itu, Apa Min Woo berpikir ia ini kandidat pertamanya untuk
menjadi ibu baru anak itu ataukah pengasuh itu yang kandidat kedua. Min Woo
menilai ucapan Ji Sun itu omong kosong.
Ji Sun menatap tajam, “Kang
Min Woo, kaulah yang telah memulai semua omong kosong ini, bukankah begitu?
Bersiaplah, aku tak akan membiarkan ini dengan mudah.”
Setelah mengatakan itu Ji
Sun kembali ke mobilnya dan pergi dari sana.
Hong Joo membantu Roy membersihkan
wajah. Roy yang masih merasa bersalah karena pergi tidak pamit tanya apa Hong Joo
masih marah padanya. Hong Joo menjawab ya. Roy menunduk sedih meminta maaf.
Hong Joo berpesan agar Roy
jangan mengikuti orang asing lagi. Roy berkata kalau wanita itu mengatakan
padanya bahwa dia menikah dengan ayahnya, dia bahkan menunjukan foto padanya,
di foto itu juga ada anak-anak perempuan.
Hong Joo tanya apa ada
kejadian lain yang terjadi. Roy berkata kalau Ji Sun menanyakan banyak pertanyaan
tentang ibunya dan juga tentang Hong Joo. Itu membuatnya bosan. Hong Joo bilang
semuanya akan baik-baik saja karena ayah Roy akan mengurus itu.
Roy melihat ada luka di
tangan Hong Joo, ia tanya apa Hong Joo berkelahi. Hong Joo yang melihat lukanya
menjawab tidak. Ia menyuruh Roy keluar dari kamar mandilebih dulu karena ia
juga akan membasuh wajahnya.
Hong Joo melihat sedikit
luka di leher dan tanganya. Luka yang sama sekali tak ia rasakan tadi. Ia teringat
ucapan Se Young di rumah sakit dan itu membuat hatinya sedih dan perih melebihi
perih luka di tangannya. Ia membersihkan luka itu dengan air. Ia juga membasuh
wajah untuk menyamarkan tangisannya.
Se Young sampai di
apartemennya. Ia pun menjalani rutinitas di rumahnya seorang diri.
Membuat pasta dan memakannya
sendirian. Minum kopi. Olahraga.
Se Young menenangkan
pikirannya dengan berendam. Ia teringat akan perkataan Hong Joo di rumah sakit
tadi dan membayangkan kemesraan dirinya dengan Seok Hoon. “Apa kau sudah
kehilangan akal sehatmu Yoo Se Young?” gumam Se Young berusaha menepis pikiran
liarnya.
Se Young duduk di tempat
tidur sambil memandangi ponselnya. Ia terus memandangi kontak nama Seok Hoon di
ponsel. Ia akan menelepon Seok Hoon tapi tiba-tiba suara petir terdengar
menggelegar. Ia pun tak jadi menelepon.
Hujan turun sangat deras.
Seok Hoon dalam perjalanan menuju Yangpyeong.
Hong Joo menemani Roy
tidur dan ketika anak itu sudah terlelap ia keluar kamar.
Hong Joo melihat Min Woo
masih ada disana. Ia memberi tahu kalau Roy baru saja tidur dan merasa
seharusnya Min Woo pulang. Min Woo menyadari ini pasti hari yang berat bagi Hong
Joo dan juga dirinya.
Kemudian terdengar suara
klakson dari luar rumah.
Hong Joo keluar untuk
melihat siapa yang datang. Ia terkejut mengetahui bahwa yang datang adalah Seok
Hoon. Seok Hoon berdiri di luar mobil dibawah guyuran hujan deras. Hong Joo
yang keluar mengenakan payung menghampiri Seok Hoon.
Hong Joo dengan sikap
dingin bertanya apa yang Seok Hoon lakukan diisni bukankah hujannya sangat
deras, lebih baik masuk saja. Tapi Seok Hoon ingin bicara dengan Hong Joo di
rumah saja. Hong Joo tak bisa pergi ia harus disini untuk menjaga Roy karena
tadi sudah terjadi sesuatu pada anak itu. Seok Hoon heran bukankah ayah Roy ada
disini. Hong Joo bilang kalau ayah Roy sebentar lagi akan pergi jadi ia tak
bisa meninggalkan anak itu. Seok Hoon pun tak memaksa.
Seok Hoon berkata kalau ia
sudah memikirkannya sepanjang hari tentang kesalahan yang telah ia lakukan dan
tentang bagaimana ia telah melukai perasaan Hong Joo. “Kau benar tentang
semuanya. Aku kurang perhatian dan bodoh. Kumohon maafkan aku, Hong Joo.” Ia
mengajak Hong Joo kembali rukun sebelum terlambat.
“Kembali? Kemana kita bisa
kembali? Ke kamar hotel itu di Hongkong?” Hong Joo menatap Seok Hoon “Aku..
ingin memiliki anak darimu. Aku ingin melupakan semuanya dan memulai yang baru.
Aku ingin melahirkan seorang anak yang terlihat persis seperti dirimu. Tapi
kau, kau malah membantu wanita itu sementara aku menunggumu. Itu seperti yang
terjadi di Hongkong. Kau membuatku menunggu lagi.”
Seok Hoon minta maaf dan
berjanji tak akan pernah membuat Hong Joo menunggunya seperti itu lagi. Hong Joo
tak peduli dengan janji itu, ia tak memiliki kepercayaan lagi terhadap Seok Hoon.
Seok Hoon terkejut apa maksudnya, kepercayaan apa.
Hong Joo : “Kepercayaan
antara kau dan aku. Dan tentang pernikahan kita.”
Disertai petir menggelegar
Seok Hoon mendengar ucapan yang mengejutkan itu dari Hong Joo.
Min Woo keluar rumah dan
melihat Hong Joo sedang bicara dengan Seok Hoon.
Hong Joo yang hatinya
terluka menangis kecewa, “Aku tahu kau seorang pria yang kuat tapi sepertinya
kau dan dia terus terhubung entah bagaimana. Itu artinya kau tidak memegang
kuat pemikiranmu.”
Seok Hoon mencengekram
tubuh Hong Joo meyakinkan bukan seperti itu yang terjadi antara dirinya dengan Se
Young.
Hong Joo : “Kalau begitu
katakan satu hal padaku. Apa kau pernah meskipun hanya untuk sedetik merindukan
dia setelah mengucapkan selamat tinggal padanya di Hongkong?”
Seok Hoon terdiam.
Hong Joo tak menyangka, “Lihat?
Pria macam apa kau ini?”
Seok Hoon meyakinkan bahwa
ia tidak pernah melakukan apapun yang membuatnya malu di depan Hong Joo sebagai
suami baik itu di Hongkong atau kapanpun setelah itu.
Hong Joo menyadari kalau Se
Young sekarang ada dalam pikiran Seok Hoon, “Tidakkah menurutmu tubuhmu itu
akan menginginkan dia pada akhirnya?”
Seok Hoon meninggikan
suaranya ada apa dengan pemikiran Hong Joo ini, kenapa jadi seperti ini. Payung
di tangan Hong Joo terlepas. Ia pun ikut basah tergena guyuran hujan deras.
Hong Joo : “Aku tahu kau
mungkin pulang terlambat dari bekerja. Kau bisa tinggal dengan teman-temanmu
sepanjang malam dan kau mungkin bahkan pergi untuk perjalanan bisnis selama beberapa
hari. Tapi menurutmu, apa yang akan ada di pikiranku setiap kali kau tidak di
rumah? Apakah dia bersama wanita itu? apakah mereka di kamar hotel bersama-sama?”
Seok Hoon membentak
meminta Hong Joo berhenti berpikiran bodoh. Suara Hong Joo pun ikut meninggi
karena Seok Hoon lah yang telah membuatnya bersikap dan berpikiran seperti ini.
“Ini smeua karena kau, ini semua karena dia. Berapa banyak lagi kesengsaraan
yang akan kau bawa?” tangis Hong Joo dalam kemarahan.
“Hong Joo-ya...” suara Seok
Hoon memelan.
Hong Joo : “Aku kenal baik
dirimu, aku tahu kau tidak mau menjadi seorang pria jahat. Tapi aku tak bisa
berhenti terus meragukan dirimu dan ketakutan. Itu akan menghancurkanku pada
akhirnya.”
Seok Hoon : “Kau salah, aku
memang orang jahat. Aku berbohong dan aku melakukan hal-hal yang pengecut, tapi
aku ingin menjadi seorang pria baik untukmu. Aku ingin terlihat seperti pria
baik untuk wanita yang kucintai.”
Hong Joo : “Kalau begitu
mulai sekarang aku yang akan menjadi orang jahat. Kau boleh memikirkan tentang
pernikahan kita.”
Hong Joo akan masuk ke
dalam rumah tapi Seok Hoon menahan tangannya. Terdengar suara Min Woo datang
menghampiri keduanya, kenapa Seok Hoon tidak kembali pulang saja, bukankah ini
sudah malam dan hujan sangat deras, kenapa tidak bicara lain kali saja. Seok Hoon
berkata kalau ini bukan urusan Min Woo. Mi Woo pun bertanya pada Hong Joo, apa
yang ingin Hong Joo lakukan, terus bicara dengan Seok Hoon di bawah hujan
seperti ini atau bagaimana.
Hong Joo menarik paksa
tangannaya yang menandakan ia tak ingin bicara lagi dengan Seok Hoon. Seok Hoon
memanggilnya, Hong Joo menoleh sebentar dan memalingkan wajah karena perasaannya
yang terluka dan kecewa. Min Woo menyusul Hong Joo masuk ke dalam rumah.
Seok Hoon akan pulang
dalam keadaan tubuh basah kuyup. Ia tak bisa konsentrasi menyetir. Pikirannya
berkecamuk. Tiba-tiba ada mobil di depan, matanya silau karena lampu mobil yang
ada di depannya. Ia banting setir ke kanan dan mobilnya naik ke trotoar. Untung
saja ia tak menabrak tiang. Terhindarlah dirinya dari kecelakaan.
Hong Joo sudah mengganti
pakaian dengan yang kering. Walaupun tak tahu apa yang terjadi Min Woo
menyadari kalau Hong Joo sedang bertengkar hebat dengan Seok Hoon. Hong Joo
merasa kalau sekarang Min Woo seharusnya pulang untuk menjelaskan semuanya pada
istri Min Woo mengenai Roy.
Min Woo juga berpendapat
sama, tapi ia khawatir apa Hong Joo baik-baik saja. Hong Joo menjawab tidak, ia
tidak baik-baik saja. Tidak seharusnya Min Woo melibatkan diri seperti itu
karena hal itu membuatnya tidak nyaman. Min Woo akan bicara tapi Hong Joo
permisi masuk kamar.
Hong Joo berbaring bersama
Roy yang sudah terlelap. Ia tak bisa tidur. Ia terus memandangi cincin
pernikahan yang melingkar di jarinya. Air matanya menetes, haruskah
pernikahannya berakhir seperti ini.
Min Woo yang akan kembali
ke rumahnya melihat mobil Seok Hoon terparkir di trotoar jalan. Ia yang lewat saja
disana melihat Seok Hoon begitu sedih dan terluka.
Keesokan harinya, Se Young
terbangun karena dering alarm dari ponselnya. Ia mematikan alarm ponselnya. Ia
juga mematikan televisi yang masih menyala. Ia kembali mengambil ponsel untuk
menghubungi sekretarisnya. Ia meminta sekretaris untuk membatalkan semua
jadwalnya hari ini. Ia perlu istirahat. Se Young pun kembali menarik
selimutnya.
Hong Gyu janjian bertemu
dengan Se Jin disebuah kafe. Ia menyerahkan sejumlah uang yang diminta Se Jin
sebagai ganti perbaikan mobil. “Itu uang 3.540.000 won. Itu bukan uang yang
sedikit, jadi sebaiknya dihitung dulu.” Ucap Hong Gyu.
Se Jin percaya saja dengan
jumlah uang itu, ia menilai Hong Gyu pria yang berkompeten. Ia dengar Hong Gyu
pengangguran, apa yang membayar ini orang tua Hong Gyu. Hong Gyu berkata status
penganggurannya itu bukan urusan Se Jin. Lain kali jika Se Jin ingin meninju
seseorang lihat dulu lebih dekat. Kalau itu orang lain dia tidak akan
membiarkan Se Jin pergi begitu saja.
“Jadi maksudmu seorang
pria baik sepertimu akan meperlakukanku seperti seorang wanita? Tapi itu sayang
sekali, aku sudah ada yang punya.” Ucap Se Jin sambil tersenyum.
“Hei jangan berpura-pura
bersikap manis.” Karena menganggap bisnis antara dirinya dan Se Jin sudah
selesai Hong Gyu pun pamit pergi tapi Se Jin mencegahnya.
Hong Gyu tanya apa lagi
sekarang. Se Jin mengatakan ia harus belanja, biarkan ia meminjam Hong Gyu
selama 1 jam. Ia tak bisa membawa uang tunai sebanyak ini seorang diri.
Bagaimana jika nanti dirinya di rampok. Hong Gyu tak peduli, itu bukan
urusannya.
Se Jin memohon dengan
wajah memelas. Melihat wajah Se Jin yang begitu memohon Hong Gyu pun tak kuasa menolaknya,
hahahaha. Se Jin tersenyum senang.
Keduanya berada di mall.
Se Jin memilih barang-barang yang ia sukai. Salah satunya kacamata. Ia memilih
satu kacamata dan akan memakaikan kacamata ke Hong Gyu tapi Hong Gyu
mendongakkan kepalanya menolak.
Se Jin juga memilih dompet
dan tas mewah. Ia meminta pendapat Hong Gyu mengenai barang-barang pilihannya
tapi Hong Gyu cuek bebek.
Untuk mengusir kepenatan Se
Jin yang sedang mencoba baju Hong Gyu bermain game di ponselnya. Se Jin keluar
dari ruang ganti dengan gaun cantik seksi yang dicobanya.
Hong Gyu menoleh dan Se Jin
langsung pasang aksi dengan gaun seksinya itu. Hong Gyu yang terkejut campur
gugup memalingkan wajahnya. Ia yang salah tingkah berpura-pura menelepon.
Segepok, dua gepok, tiga
gepok uang itu ludes Se Jin belanjakan semuanya. Hong Gyu hanya bisa bengong
sambil membawakan belanjaan Se Jin.
Hong Gyu yang repot
membawa banyak belanjaan protes, ia meletakan begitu saja barang-barang itu. “Apa
kau ini dari keluarga kaya? Bagaimana bisa kau menghabiskan jutaan won untuk belanja
hanya dalam 1 hari? Apa orang tuamu jutawan?”
“Kami memang kaya.” sahut Se
Jin heran. Ia kemudian tersenyum, “tapi aku bukan yang menghasilkan uang. Aku
lebih suka menghabiskannya.”
Hong Gyu : “Kau baru saja
menghabiskan dalam 1 jam lebih banyak daripada yang dihasilkan kebanyakan orang
dalam sebulan. Apa itu sesuatu yang dibanggakan? Apa kau tahu apa yang sudah
kulakukan untuk mendapatkan uang itu?”
Semua itu tidak masalah
selama Hong Gyu tidak mencurinya kata Se Jin. Dan juga ia tidak hanya membeli
untuknya. Se Jin menunjukan belanjaan untuk Hong Gyu. Hong Gyu heran bukankah Se
Jin bilang itu untuk pacar Se Jin. Se Jin membenarkan, “itu sebabnya aku memberikannya
padamu.”
Hong Gyu terkejut, “Apa
kau gila?”
Se Jin tak marah disebut
gila karena terkadang mereka juga memanggilnya seperti itu saat yang mereka
maksud bahwa ia ini berjiwa bebas. “Tapi bagaimanapun sulit lho menemukan
seorang gadis sepertiku.” Ucapnya pede. Hahaha.
Hong Gyu tertawa, “Aku
akan mengatakan tidak karena mereka dalam kelas sosial yang berbeda.” Hong Gyu
pun tak mau lagi membawakan belanjaan Se Jin, lebih baik Se Jin bawa sendiri.
Ia tak mau bertemu lagi secara kebetulan dengan Se Jin. Ia pun pergi
mengabaikan panggilan Se Jin.
Se Jin membereskan
belanjaannya dan terkejut menemukan sebuah kunci diantara tumpukan
belanjaannya. Ia tersenyum tampak menemukan ide.
Ponsel Se Jin bunyi,
telepon dari ayahnya. Tn Yoo mengingatkan putrinya agar jangan hanya berkeliaran
saja, pergi tengok Se Young. Se Jin malas melakukannya karena Se Young hanya
akan bilang kalau dia sibuk tanpa melihat padanya.
Tn Yoo mengatakan kalau
hari ini Se Young cuti bekerja. Se Jin kaget, tidak biasanya kakaknya tidak
masuk kerja. Tn Yoo menyuruh Se Jin untuk cepat melihat Se Young dan
beritahukan kabar Se Young padanya.
Seok Hoon melamun di kamar
mengingat kejadian semalam. Ia tak tahu harus bagaimana lagi untuk
menjelaskannya pada Hong Joo.
Hong Joo yang sedang
menemani Roy juga duduk melamun. Semalam ketika Seok Hoon pergi ia sempat melihat
kepergian suaminya itu.
Roy ingin mengajukan satu
pertanyaan pada Hong Joo, “Apakah ayahku sangat mencintai ibuku?” Hong Joo
menjawab tentu saja, “kau terlahir karena ibu dan ayahmu saling mencintai.”
Roy : “Kalau begitu,
kanapa ayah menikah dengan ahjuma itu?”
Hong Joo tersenyum
menggenggam tangan roy, “Terkadang kau menikah dengan seseorang yang tidak
benar-benar kau cintai.”
“Lalu bagaimana dengan kau
ahjumma, ahjumma menikah dengan orang yang ahjumma cintai kan?” Hong Joo
terdiam mendengar pertanyaan Roy, ia membenarkan.
Se Young yang beristirahat
di rumah terganggu karena suara bel pintu apartemennya. Ia malas membukanya dan
kembali akan memejamkan mata tapi tak lama kemudian terdengar suara Se Jin yang
berteriak memanggilnya. Se Young pun membuka pintu. Se Jin datang bersama Bibi
Jung.
Se Jin yang khawatir
bertanya apa Se Young baik-baik saja. Se Young mengangguk. Bibi Jung juga cemas
pada Se Young. Se Young bilang ia baik-baik saja.
Se Jin tak percaya ia memegang
kening kakaknya untuk memastikan, kau tidak demam. Se Young tersenyum kembali
mengatakan kalau ia baik-baik saja. Se Jin tetap saja khawatir ia melihat
kakaknya ini tidak terkena flu, apa benar kakaknya baik-baik saja.
Bibi Jung mengatakan kalau
ia membawa sup ayam dan nasi. Ia akan menyiapkannya untuk Se Young. Se Young
minta itu ditinggalkan saja, ia akan memakannya nanti. Se Jin meminta kakaknya
lekas makan supaya tenaga kakaknya cepat pulih. Ia mengatakan kalau ayah sangat
mengkhawatirkan Se Young. Se Young berpesan agar disampaikan pada ayah kalau ia
baik-baik saja, ia hanya lelah.
“Aku akan menerima kau
bersikap jahat, haya saja kau jangan sampai sakit, Kak.” ucap Se Jin. Se Young
tersenyum atas perhatian adiknya. Se Jin akan mengambilkan sup dan nasi untuk Se
Young.
(Huwaa seneng lihat kedua
saudari ini akrab)
Bibi Jung yang khawatir
dengan kesehatan Se Young bertanya apa Se Young yakin tak perlu pergi ke rumah
sakit. Se Young tersenyum mengangguk mengatakan ya. Bibi Jung tak tahu
bagaimana mengatakan ini tapi ia sudah merekomendasikan Se Young untuk menemui
seorang ahli kandungan, “Disaat wanita mencapai usiamu itu merupakan ide yang
bagus untuk tetap waspada dari hal-hal itu dan melakukan check up secara rutin.”
Se Young mengerti, ia kembali cemas dengan kista yang ada di rahimnya.
Se Young menerima telepon
dari Pengacara Choi. Pengacara Choi mendengar hari ini Se Young cuti tak masuk
kantor, apa semuanya baik-baik saja. Se Young tersenyum mengatakan ini seperti
terdengar seolah-olah dirinya harus mengadakan konferensi pers untuk
mengumumkan bahwa semuanya baik-baik saja. Ia hanya perlu istirahat.
Pengacara Choi berkata
bukankah sebelumnya Se Young bilang akan sakit jika tidak bekerja. Se Young
kembali tersenyum apa Pengacara Choi akan datang menjenguknya seperti apa yang
pernah Pengacara Choi katakan padanya. Pengacara Choi mengatakan ada yang ingin
ia katakan pada Se Young mengenai pengambilalihan Hotel M.
Han Ji Sun menyerahkan
dokumen yang sudah ia siapkan pada Min Woo. Ia terpaksa menyerahkan dokumen itu
di kantor karena ibu Min Woo ada di rumah. Min Woo menebak apa ini dokumen
perceraian, bukankah keduanya sudah memiliki 3 anak kenapa harus bercerai
segala, apa ini solusi terbaik yang Ji Sun pikirkan.
Min Woo membuka dokumen itu,
Memorandum transfer saham dan warisan.
Ji Sun ingin kejelasan tentang
Yoon ah, Sung Ah dan Soo Ah yang akan dapatkan nanti. Min Woo heran dengan tindakan
istrinya, apa Ji Sun pikir ibunya akan membiarkan ini. Ji Sun berkata itu
sebabnya ia memerlukan pernyataan dari Min Woo dengan begitu ibu tak bisa
melakukan apapun mengenai ini nanti. Ia ingin Min Woo menandatangani itu
sekarang.
Ji Sun tanya bagiamana
pendapat Min Soo, apa Min Woo akan membawa anak itu (Roy) pulang dan menambahkan
dia ke dalam silsilah keluarga. “Itu akan menjadi paling bijaksana bagiku
mengijinkanmu melakukan itu tanpa bertengkar dan mendapatkan apa yang aku
perlukan selagi aku bisa.”
Ji Sun : “Kau akan
mendapatkan apa yang kau harapkan dan hidup dengan Roy dibawah atap yang sama.
Aku akan bisa memperlakukan anak-anak perempuan kita seperti putri selama sisa
hidup mereka dengan uang itu.”
Min Woo menilai Ji Sun
sungguh pintar karena sudah menyiapkan ini. Ji Sun berkata itu hal terbaik yang
bisa ia lakukan dalam situasi buruk seperti ini. Ia harap Min Woo juga membuat
keputusan yang bijaksana. Jika nanti Min Woo mengecewakannya dan menggugat
perceraian maka itu akan menghancurkan kredibilitas dan reputasi Perusahaan Ajin.
Min Woo tertawa mendengar ancaman Ji Sun.
Seok Hoon memarkirkan mobilnya
di tepi jalan. Seorang petugas perkir mendatanginya, itu adalah ayah mertuanya.
Ayah terkejut melihat Seok Hoon ada disana. Seok Hoon tanya apa ayah mertuanya
sibuk. Ayah bilang tidak terlalu. Ia pun memberikan bukti tagihan parkir pada Seok
Hoon. Walaupun Seok Hoon itu menantunya tapi yang namanya pekerjaan tetaplah
pekerjaan.
Ayah tanya apa Seok Hoon
sedang berbisnis di daerah sini. Seok Hoon mengatakan kalau kedatangannya itu
untuk menemui ayah. Ayah heran untuk apa menemuinya disini. Seok Hoon
mengatakan ia harus pindah ke kota lain untuk sementara. Ayah menebak apa
sekarang Seok Hoon sudah menemukan pekerjaan. Seok Hoon menjawab sudah. Ayah
tersenyum senang, ia ingin tahu bagaimana reaksi Hong Joo. Seok Hoon bilang ia
belum memberi tahukan itu pada Hong Joo. Ayah berkata kalau Seok Hoon adalah
satu-satunya yang Hong Joo pikirkan.
Ayah mengambil kembali
tagihan parkir yang tadi ia berikan pada Seok Hoon. Ia akan membiarkan Seok Hoon
pergi kali ini. Ada suatu ungkapan bahwa menikahi wanita yang tepat akan
membawa berkah dalam kehidupan. Yang bisa ia lakukan sebagai ayah mertua Seok Hoon
hanyalah menggratiskan tiket parkir bagi Seok Hoon. Seok Hoon tentu saja tak
mau, ayah mertuanya jangan begitu.
Ayah : “Menantu Cha, Hong Joo-ku
sudah melakukan semua pekerjaan rumah tangga di usia belasan menggantikan
ibunya yang meninggal sementara teman-temannya pergi berbelanja dan memakai
riasan. Dia tidak pernah mengeluh akan hal itu. Dia tidak pernah menunjukan
emosinya jadi aku tak tahu waktu itu. Tapi dia mulai tersenyum seperti seorang
bayi ketika bertemu denganmu. Aku tahu itu sudah ditakdirkan. Milikilah
kehidupan yang baik bersama-sama. Yang kau butuhkan hanyalah rumah tangga yang
bahagia.”
Seok Hoon mengangguk
mengerti. Ada seseorang yang datang lagi untuk memarkirkan mobil. Ayah segera
menemui orang itu dan permisi pada Seok Hoon.
‘Aku akan pindah hari ini.
Aku sudah mengatakan pada ayahmu aku mendapatkan pekerjaan di kota lain. Aku
tidak akan berpura-pura menjadi pria yang baik lagi. Seperti yang kau katakan
kita harus memikirkan kembali hubungan kita dan pernikahan kita. Ini tidak akan
membutuhkan waktu lama jadi kumohon tunggulah aku.’
Se Young menemui Pengacara
Choi. Ia merasa seolah-olah sudah lama tidak melihat Pengacara Choi, bagaimana
kabar Pengacara Choi. Pengacara Choi balik bertanya bagaiamana dengan Se Young
sendiri, ia mendengar Se Young harus dibawa ke UGD. Se Young mengatakan itu
akibat ia kerja berlebihan karena melakukan semuanya sendirian. “Ini semua
gara-gara kau.” sahut Se Young. Pengacara Choi merasa bersalah dan minta maaf.
Se Young merasa sudah seharusnya Pengacara Choi meminta maaf padanya, tak lama
kemudian Se Young tersenyum.
Pengacara Choi memberikan
sebuah amplop besar pada Se Young. Ia menjelaskan kalau amplop ini berisi
informasi mengenai dimana Presdir Du Chang Hwa dari Hotel M menginap dan info
kontak orang-orang terdekat Presdir Du. Presdir Kang Min Woo mendapatkan
informasi ini melalui koneksinya di Eropa. Presdir Du diam-diam akan berkunjung
ke Korea minggu depan karena Presdir Kang Min Woo yang mengundangnya.
Se Young : “Kita berjalan
naik sampai ke pertengahan tapi Presdir Kang naik sebuah helikopter langsung
menuju puncak gunung.”
Pengacara Choi merasa
kalau Se Young harus menemui Presdir Du saat dia di Korea nanti. Jika tidak
mengambilalih hotel M akan jadi hal yang tidak mungkin.
Se Young tak mengerti
kenapa Pengacara Choi mengatakan semua ini padanya bukankah seharusnya Pengacara
Choi merahasiakan informasi ini bahkan jika ia memohon untuk ini. Bukankah Perusahaan
Ajin yang membayar asuransi kesehatan Pengacara Choi sekarang bukan Perusahaan Dongsung
miliknya.
Pengacara Choi menarik
nafas, ia sudah bekerja dengan Se Young selama 14 tahun, jadi anggap saja ini
sebagai hadiah terakhir dari seseorang yang tidak menyelesaikan tugasnya. Ia
memohon agar Se Young mau menerima ini.
Se Young berterima kasih
karena Pengacara Choi mengatakan itu. Ia tak bisa menerima itu, “Jika aku tak
punya sebuah helikopter aku akan berjalan saja. Tidak ada kesenangan naik
kendaraan gratis.”
Pengacara Choi senang mendengarnya,
ia senang karena penilaian terhadap Se Young benar. Se Young tak mengerti apa
maksudnya. Pengacara Choi berkata kalau sekarang Se Young sudah berubah setelah
perjalanan ke Hongkong waktu itu. Ia menebak itu karena Cha Seok Hoon, jika Se Young
pergi melampaui pekerjaan dan menganggap Seok Hoon sebagai pria Se Young tak
akan punya kesempatan untuk menang jadi ia khawatir. Se Young menilai
kekhawatiran Pengacara Choi itu berlebihan karena yang terjadi bukan seperti
itu. Pengacara Choi senang mendengarnya.
Seok Hoon sampai di
apartemen Jo Young Chul. Apartemen itu terihat berantakan karena yang tinggal
disana seorang cowok yang sepertinya tidak cinta kebersihan atau kerapihan
hahaha.
Young Chul mengatakan
kalau daerah sekitar sini selalu macet seharusnya Seok Hoon memberitahunya
lebih cepat jika akan datang kesini. Seok Hoon yang melihat ruangan itu menilai
ini persis seperti tempat tinggal Young Chul ketika kuliah dulu. Ini seperti
kandang babi. Hahaha. Young Chul kesal diejek begitu, apa Seok Hoon ingin ia
memukul Seok Hoon dengan koper ini. Seok Hoon tersenyum ia hanya bercanda jadi
jangan tersinggung.
Seok Hoon minta ijin
bolehkah ia tinggal dengan Young Chul sebentar disini. Young Chul merasa kalau
ini bukan kandang babi, tapi ini sarang untuk burung berimigrasi.
“Sebuah rumah untuk ayah
yang kesepian, persis seperti seekor burung yang berimigrasi.” seru Seok Hoon. Young
Chul berkata kalau ia sudah berusaha selalu mempertahankan kebersihan tempat
ini. ternyata butuh terlalu banyak kerja setelah 2 tahun.
Seok Hoon: “Tidakkah kau
merindukan istrimu dan Eun Jae?”
Young Chul sepertinya tak
suka membahas itu, “apa boleh aku menamparmu? Katakan padaku apakah itu sakit
atau tidak.” Seok Hoon minta maaf ia menyadari itu pertanyaan yang bodoh.
Young Chul penasaran ada
apa dengan Seok Hoon kenapa pakai akan tinggal ditempatnya segala. “Apa keadaan
diantara kalian berdua benar-benar serius?”
Seok Hoon berkata kalau
itu cerita lama. Young Chul menyahut kalau ia hanya punya waktu bebas sebagai
seorang ayah yang hidup seorang diri. Ia meminta Seok Hoon ikut dengannya. Seok
Hoon heran kenapa. Young Chul mengatakan didekat sini ada kedai minum yang
punya sayap ayam terbaik. Ia mengajak Seok Hoon minum-minum sampai pagi.
Seok Hoon bilang ia harus
membasuh wajahnya dulu. Tapi Young Chul tak mau kelamaan. Ia mengaitkan
lengannya ke leher Seok Hoon dan menyeretnya untuk segera keluar. Hahahaha.
Min Woo akhirnya
mengatakan pada ibunya bahwa ia memiliki seorang putra. Ibu Min Woo yang
terkejut senang sekali mendengar putranya memiliki seorang putra berusia 6
tahun. Ini seperti sebuah alunan musik di telinganya. Ia tanya bagaimana dengan
ibu anak itu, dimana dia, bagaimana dan dimana anak itu dibesarkan.
Min Woo mengatakan kalau
ia akan menjelaskannya pelan-pelan, jadi ibunya jangan begitu bernafsu senang
sampai lupa bernafas. Ibu bilang ini terlalu menggembirakan hingga dirinya tak
bisa bernafas. “Presdir Kang memiliki seorang putra. Dia menambahkan seorang
putra ke silsilah keluarga kita.” seru Ibu Min Woo bahagia sekali.
Ibu Min Woo menyadari
suaranya yang terlalu semangat. Ia pun memelankan suaranya, bukankah tidak
seharusnya ia dan Min Woo terlau berisik seperti ini, takut ada yang mendengar
(Ji Sun).
Min Woo mengatakan pada
ibunya kalau Ji Sun sudah mengetahui perihal putranya. Ibu terkejut bagaimana Ji
Sun bisa tahu. Min Woo mengatakan kalau Ji Sun ingin ia menandatangai dokumen
warisan untuk membawa putranya masuk ke rumah ini. Min Woo menunjukan dokumen
itu pada ibunya.
Ibu Min Woo membaca
dokumen itu dengan seksama. Ibu mencibir, “dia pikir dia itu siapa? Ketika para
gadis menikah mereka milik keluarga suaminya. Kita tidak harus memberikan ini
pada mereka.”
Min Woo meminta ibunya
melakukan apa yang Ji Sun inginkan dan membawa putranya pulang ke rumah ini. Tapi
ibu Min Woo tak bisa mengabulkan itu, ia tak sudi.
“Kenapa?” tanya Ji Sun
yang tiba disana. Ia duduk ikut bergabung dengan mertua dan suaminya. Ia
menikah dengan Min Woo supaya ia bisa menggunakan semua yang ia inginkan.
JI Sun : “Ibu kau akan mendapatkan cucu laki-laki yang selalu ibu impikan. Dan aku akan mengganjar diriku sendiri dengan uang karena membesarkan seorang anak yang bukan anakku. Itulah yang terbaik. Tak ada alasan untuk mendebat itu.”
JI Sun : “Ibu kau akan mendapatkan cucu laki-laki yang selalu ibu impikan. Dan aku akan mengganjar diriku sendiri dengan uang karena membesarkan seorang anak yang bukan anakku. Itulah yang terbaik. Tak ada alasan untuk mendebat itu.”
“Kau ini...” Ibu geram
mendengarnya.
Min Woo menghubungi Hong Joo
mengatakan semuanya sudah beres. Istrinya akan datang menjemput Roy besok. Hong
Joo mengira akan lebih baik jika Min Woo saja yang datang menjemput Roy. Min Woo
juga ingin melakukannya tapi jadwalnya sangat padat. Hong Joo mengerti ia akan
menjelaskan itu pada Roy. Min Woo mengucapkan terima kasih pada Hong Joo atas
semua yang Hong Joo lakukan. Ia akan mengajak Hong Joo makan malam lain kali.
Ji Sun keluar dari kamar
mandi dan duduk di depan meja riasnya. Ia tanya apa pengasuhnya Roy sekarang
menanggur. Jika Min Woo mau bukankah bisa meminta pengasuh itu untuk bekerja
disini. “Akan ada anak-anak yang mengawasi jadi kau tak bisa main mata
dengannya, benar kan?”
Min Woo menarik nafas
dengan omong kosong istrinya. Ia mengatakan kalau roy akan ketakutan ditempat baru jadi
ia harap Ji Sun merawat putranya itu.
Kita akan mendapatkan
seorang anggota keluarga baru, apa Min Woo tak peduli pada Yoon Ah dan Sung Ah.
Min Woo berjanji ia akan melakukan yang terbaik untuk putri-putrinya jadi ia
juga meminta dengan baik-baik pada Ji Sun agar merawat Roy. Ji Sun bilang
jangan khawatir ia tidak akan menjadi ibu tiri monster yang Min Woo lihat dalam
dongeng.
Sebelum Roy tidur Hong Joo
menjelaskan semuanya pada anak itu, bahwa Roy akan tinggal di rumah ayah Roy
yang sebenarnya. “Disana Kau akan punya seorang nenek, kakak dan adik
perempuan. Kau ini anak laki-laki yang baik dan cerdas jadi semua orang akan
mencintaimu.”
Roy
terisak sedih, “tapi ahjumma kau akan disana kan, bisakah kita pergi bersama?”
Hong
Joo mengatakan kalau ia juga harus pulang ke rumahnya. Roy tak suka berpisah dengan
Hong Joo, ia yang menangis memunggungi Hong Joo berlasan kalau dirinya sudah
ngantuk. Hong Joo meminta Roy jangan menangis, ia berjanji dirinya tak akan menangis
jadi Roy juga tak boleh menangis. Hong Hoo memeluk Roy dan mengusap air mata
anak itu.
Seok
Hoon dan Young Chul berada disebuah kedai minum. Young Chul menyimpulkan jadi
pada dasarnya Seok Hoon membantu Presdirnya dengan riset dan pergi ke pertemuan
bisnis.
Seok
Hoon berkata bukankah itu cerita yang lucu. Young Chul tanya apa Seok Hoon
dibayar dengan baik. Seok Hoon tak menjawab dan itu sudah menjelaskan bagi
Young Chul bahwa Seok Hoon menerima bayaran yang bagus.
Young
Chul tanya apa yang dilakukan Hong Joo sementara Seok Hoon bekerja pada
Presidrnya selama di Hongkong. Seok Hoon mengatakan kalau istrinya kembali ke Korea
lebih dulu. Young Chul terkejut jadi Hong Joo meninggalkan Seok Hoon dan Se Young
di Hongkong. Seok Hoon mengangguk.
Young
Chul menebak apa Seok Hoon pindah ke rumahnya gara-gara masalah itu. Seok Hoon
menjawab tidak. Young Chul meminta Seok Hoon jangan berbohong, ia bisa melihat
itu.
Seok
Hoon : “Jadi apa menurutmu terjadi sesuatu antara aku dan Presidr Yoo?”
Young
Chul : “Hei... aku ini bukan istrimu, aku percaya padamu tapi istrimu mempunyai
hak untuk salah paham terhadapmu. Kesalahpahaman akan mengarah pada keraguan
dan kerauan mengarah pada konfirmasi. Para wanita mahir dalam itu.”
Young
Chul tak mengerti ketahuan bagaimana.
Seok
Hoon : “Aku ingin melihatnya lagi, mungkin hanya sekali lagi. Aku mencintai Hong
Joo. Tapi ada dia dalam pikiranku dan aku ingin bertemu dengannya.” (busyettt
dah)
Young
Chul tercengang mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Seok Hoon sendiri.
Se
Young berada di apartemennya mengingat hari ketika ia meminta Seok Hoon
menemaninya selama 3 hari dan ia akan membayar Seok Hoon 1 milyar won.
Se
Young mengambil sepatu Hong Joo yang dibeli di Hongkong. Sekarang sepatu itu
ada padanya. Ia mencoba memakai sepatu itu.
Keesokan
harinya, Se Young berangkat bekerja mengenakan sepatu itu. Ia langsung
mengadakan rapat bersama pegawai-pegawainya. Ia mengatakan pada pegawainya Presdir
Hotel M, Du Chang Hwa akan datang ke Korea dan Perusahaan Ajin sudah bergerak lebih
cepat daripada perusahaannya. Para pegawai berpandangan cemas. Se Young
melanjutkan kalau kunjungan itu bersifat rahasia jadi Presdir Du hanya akan memiliki
jadwal tidak resmi ketika berada di Korea nanti.
Manajer
Jo Young Chul mengatakan kalau ia dan yang lain akan menggunakan semua koneksi
yang mereka miliki untuk mencari tahu tentang jadwal informal Presdir Du
tersebut. Se Young mengatakan kalau kita memang harus melakukan itu, mereka harus
bertemu dengan Presdir Du dan ini harus berhasil. Jika kita kalah dari Ajin
lagi harapan kita atas Hotel M akan lewat.
Di
Perusahaan Ajin, Min Woo bertanya pada Pengacara Choi, apa Pengacara Choi
mengatakan pada Se Young bahwa Presdir Du akan datang ke Korea. Pengacara Choi berkata
tadinya ia akan mengatakan pada Se Young jaadwal Presdir Du di Korea tapi Se Young
tidak mengambil dokumen informasi itu.
Min
Woo merasa secara fisik Pengacara Choi ada disini namun hati ada ditempat lain.
Pengacara Choi bekata kalau ia harus membayar hutangnya pada Presdir Yoo Se Young
sebelum bekerja pada Min Woo.
Min
Woo mengerti jadi apa semua urusan Pengacara Choi dengan Se Young sudah selesai
sekarang. Pengacara Choi membenarkan. Min Woo akan menganggap kalau ia bermain
adil. Ia pun memersilakan Pengacara Choi kembali bekerja.
Setelah
Pengacara Choi keluar dari ruangannya, Min Woo menghubungi Ji Sun. Apa sekarang
Ji Sun ada di villanya. Ji Sun balik bertanya apa menurut Min Woo ia akan
meminta Roy untuk naik bis. Min Woo meminta Ji Sun berhenti bersikap sinis. Ji Sun
memberi tahu kalau Roy sekarang sedang berpakaian. Ia menyuruh Supir Kim untuk
mengambil barang-barang Roy.
Hong
Joo mengepak pakaian Roy ke koper. Ia melihat Roy tampak kesulitan mangancingkan
kancing baju bagian aats. Ia pun membantu mengancingkannya.
Roy
tertunduk sedih karena harus berpisah dengan Hong Joo. Hong Joo mengerti
bagaimana perasaan Roy, ia memeluk erat anak itu.
Bukan
hanya Hong Joo yang kehilangan, ahjumma pembantu pun sedih harus berpisah dari Roy.
Roy yang menangis mengucapkan selamat tinggal pada Hong Joo. Hong Joo tersenyum
meminta Roy berjanji padanya bahwa Roy akan hidup bahagia. Roy pun masuk ke
mobil.
Hong
Joo menjelaskan pada Ji Sun kalau Roy memiliki masalah dengan tidur. Dia selalu
bangun sekali atau dua kali di malam hari. Tolong awasi dia sepanjang malam.
Ji
Sun tersenyum sinis, apa ada yang lain?
Hong
Joo : “Dia suka spaghetti dengan saus krim daripada saus tomat. Aku sudah
meletakan buku-buku yang dia sukai di dalam tas-nya.”
Ji
Sun masih menatap sinis, “Bagaimana ya? Anak-anakku lebih suka saus tomat.” Hong
Joo terdiam ia merasakan firasat yang tak enak dengan sikap ibu tirinya Roy
ini.
Roy
melambaikan tangan tanda perpisahan pada Hong Joo. Hong Joo pun melambaikan
tangannya pada Roy.
Park
Han Soo menemui Min Woo di kantor. Min Woo tanya apa Han Soo yakin sudah
menyingkirkan orang-orang yang menguntitnya. Han Soo mengatakan kalau ia sudah
mengawasi Min Woo selama seminggu, tak ada tanda-tanda apapun dari para
peguntit itu, mereka memfoto di villa anda dan langsung pergi.
Min
Woo menyuruh Han Soo untuk terus mengikuti istrinya. Han Soo bilang tentu saja,
klub golf, kolam renang, pusat komunitas, pesta, tinggal Min Woo sebut saja. Ia
akan dimana pun istri Min Woo berada.
Min
Woo mengingatkan jangan coba-coba bernegosiasi di belakangnya dengan orang
lain. Han Soo berkata bukankah uang istri Min Woo itu uang Min Woo. Ia tentu
saja tidak akan menyusahkan dirinya senidiri dengan mencoba bernegosiasi di
belakang Min Woo. Min Woo pun membolehkan Han Soo pergi.
Ketika
Han Soo akan keluar dari ruangan Min Woo, ia berpapapsan dengan Pengacara Choi.
Ia pun menyapa, “Bagaimana kabarmu Pengacara Choi Seok Gi?” Pengacara Choi yang
tak kenal dengan Han Soo terdiam heran.
Pengacara
Choi menyampaikan pada Min Woo ia tak kenal siapa pria tadi tapi ia rasa
sebaiknya orang itu tidak sering terlihat di kantor Min Woo.
Min
Woo : “Kau menyeka meja dengan kain lap dan menggunakan kain pel di lantai. Aku
memanfaatkan dia untuk tujuan yang tepat jadi jangan khawatir.”
Min
Woo tanya apa ada perkembangan dengan Presdir Du. Pengacara Choi berkata kalau
informasi pribadi Presdir Du bahkan tidak dikenal di Hongkong. Setelah ayah Presdir
Du meninggal tahun 2003 dia mendirikan sebuah perusahaan baru. Perusahaan itu
aktif di Macau tapi tak pernah terlihat di depan umum.
Min
Woo berpikir, membeli sebuah hotel dari seorang pria yang tidak terlihat,
kedengarannya ini menarik. Kira-kira apa yang akan dilakukan Presdir Yoo Se Young
ya?
Seok Hoon melakukan lari
pagi disekitar tempat tinggal Young Chul. Ia kemudian berpakaian rapi akan
pergi ke suatu tempat. Ternyata Seok Hoon mendatangi kantor perusahaan
DongSung.
Se Young di ruangannya
menerima telepon dari sekretarisnya kalau ada Seok Hoon yang ingin bertemu. Se
Young terkejut dan heran mendengarnya kenapa Seok Hoon menemuinya. Ia pun mempersilakan
Seok Hoon untuk masuk.
Se Young menilai ini
sungguh mengejutkan melihat Seok Hoon datang menemuinya. Apa ada hal lain yang
perlu ia dan Seok Hoon bicarakan. Seok Hoon tak tahu harus memulai
mengatakannya dari mana, ia dengar Se Young akan mempekerjakan kembali. “Aku
mohon ijinkan aku membantumu dengan proyek Hotel M.” Se Young belum paham apa
maksud perkataan Seok Hoon.
Seok Hoon : “Aku akan
menjual waktuku selama 3 bulan, tidak 3 minggu. Maukah anda membeli waktuku
lagi?”
Se Young memandang
terkejut Seok Hoon yang bicara dengan tegas di depannya ingin dirinya membeli
waktu Seok Hoon lagi sama seperti ketika di Hongkong. Akankah Se Young mau membeli
waktu Seok Hoon?
Bersambung ke episode 6
*****
Aduh Seok Hoon kenapa
dirimu malah kembali nyemplung ke dalam api. Udah tahu kesalahpahaman dirimu
dengan Hong Joo karena dekat dengan Se Young, eh dia malah masuk lagi ke api
itu. Berharap aja Seok Hoon bukan cowok plin-plan. Wanita manapun pasti akan
salah paham seperti Hong Joo ya, bukankah Seok Hoon seharusnya menjauh dari api
agar tak terkena panasnya. Eh tapi malah dia mendekat lagi. Se Young sendiri
bukannya berusaha memadamkan api itu dengan air malah menyiramnya lagi
dengan bensin kan jadi gede tuh api. Hahahaha.
Kira-kira kenapa ya dulu Se
Young ga mau menjalin hubungan dengan Min Woo dan malah berakhir dengan
persaingan bisnis. Apa karena Ji Sun yang merayu Min Woo lebih dulu. Min Woo
kan gampang banget tuh tergoda sama cewek cantik hahaha.
Saya pikir Ji Sun akan kecewa berat dan sedih ketika mengetahui Min Woo memiliki seorang putra dari wanita lain, tapi disini dia berusaha berpikir realistis, untuk apa bersedih lebih baik memikirkan nasib dirinya dan putri-putrinya yang tidak dianggap oleh ibu mertuanya karena tak memberikan cucu laki-laki. Ia membolehkan Roy tinggal disana asalkan kehidupan putri-putrinya terjamin.
Ga nyangka juga dengan reaksi ibunya Min Woo, dia sepertinya ga peduli itu anak sah dari pernikahan atau tidak, yang penting anak laki-laki kandung dari Min Woo.
Walaupun ga banyak tapi
scene Hong Gyu n Se Jin bikin drama ini jadi hidup. Saya dukung keduanya jadi
couple, malah jadi best couple drama ini deh. Se Jin imut banget kalau lagi
bermanja-manja. Dia juga care banget sama kakaknya. Semoga interaksi Se Jin n Se
Young semakin banyak. Terutama lagi interaksi Se Jin dan Hong Gyu hahahaha.
moga aza nasib mereka ga kayax eun yong and min soo di one warm world..
ReplyDeleteberasa gimana gitu..
-ley-
se jin dan hong gyu suka sama pasangan ini.
ReplyDeleteaaah liat hong gyu sma se jin bner2 bkin geregetan...
ReplyDeleteapalgi pas liat hong gyu terpesona sma se jin..hahaha
ditunggu kelanjutannya mbak..
fighting ^_^
Daebak, ini lebih lengkap daripada kadorama rekap. Salut ,FIGHTING! I,m Running Man Fans^^
ReplyDelete