Sunday 10 August 2014

Sinopsis Temptation Episode 7 Part 2

Nenek memempersilakan Seok Hoon dan Se Young masuk ke rumahnya. Seok Hoon menceritakan maksud kedatangannya, ia juga mengatakan ada pria China yang menginginkan sup buatan nenek lagi. Nenek ingat pria China itu.

Seok Hoon mengatakan pria itu kecewa karena restoran Nenek sudah tutup. Nenek berkata suaminya sakit dan ia tidak sekuat dulu jadi ia menjual tempat itu. Tapi ia begitu senang mendengar pria China itu masih mendambakan sup-nya.
Se Young ingin meminta tolong pada nenek, ia menadari permintaannya ini bukanlah permintaan yang mudah. Ia akan membayar itu dengan baik. Nenek berkata ia sudah membuat sup itu sepanjang hidupnya jadi bukan masalah baginya jika Se Young meminta bantuannya. Suaminya juga suka memakan sup itu. Ia malah sudah punya tulang dan dagingnya tapi ia tak bisa melakukanya hari ini. Ia harus mengeluarkan semua darah yang masih tersisa di daging kemudian harus dididihkan dan mengaduknya sepanjang hari. Itu kan membutukan waktu sampai besok pagi untuk membuat rasanya menjadi lezat.

Se Young dan Seok Hoon berpandangan bingung, besok?
Di luar rumah nenek, Se Young berkata bukankah Presdir Du akan meninggalkan Korea besok. Seok Hoon membenarkan tapi penerbangannya dini hari. Ia menyarankan Se Young lebih baik kembali lebih dulu ke Seoul untuk menemui Presdir Du, ia akan membantu disini dan pulangnya akan naik taksi.

Se Young merasa itu tak akan ada gunanya, ia juga akan tetap disini sampai besok dan kembali ke Seoul bersama-sama Seok Hoon. Ia rasa nenek memiliki kamar-kamar kosong untuk dirinya dan Seok Hoon menginap disini. Seok Hoon menilai itu bukanlah ide yang bagus. Ini bukan perjalanan bisnis resmi, ia tak ingin memulai rumor yang salah jika ada yang tahu dirinya dan Se Young menginap bersama ditempat ini.
“Kau takut ada rumor atau kau tidak nyaman berada di dekatku?” tanya Se Young.

Seok Hoon menjawab keduanya. Seo Young mengingatkan apa Seok Hoon sudah lupa, kita sudah menghabiskan 3 hari di Hongkong bersama-sama di kamar yang sama, ucapnya berbisik. Bukankah saat itu tidak terjadi apapun, sebuah skandal tidak akan dimulai sekarang. Se Young melihat kalau sekarang hari yang menyenangkan ia akan berjalan-jalan sebentar.
Hong Joo menerima kiriman gambar bunga dari Roy. Roy juga mengirimkan pesan sebagai ungkapkan kerinduannya pada Hong Joo. Hong Joo tersenyum membalas pesan Roy.
Di halaman rumah keluarga Kang, Min Woo meminta anak-anaknya berhenti bermain ia menyuruh mereka lekas cuci tangan, kalau tidak mereka tidak akan mendapatkan BBQ istimewa buatannya
Roy menghampiri ayahnya, ia memberi tahu dirinya baru mendapatkan sms bahwa ahjumma Hong Joo juga merindukannya. Roy minta ijin bolehkah ia meminjam ponsel ayahnya ini sekali lagi, bolehkah ia meminta ahjumma Hong Joo untuk datang kesini. Min Woo menjawab tentu saja. Yoon Ah dan Song Ah menatap sebal Roy yang terlihat akrab dengan ayah mereka.
Ada pesan masuk di ponsel Min Woo, Roy mengira itu dari Hong Joo namun bukan. Itu kiriman foto-foto dari Han Soo. Roy menyerahkan ponsel pada ayahnya. Min Woo terkejut melihat foto-foto itu, foto istrinya bersama seorang pria. Min Woo tersenyum sinis.
Ji Sun datang membawakan jus jeruk, ia memberi tahu kalau Soo Ah baru saja tertidur. Min Woo tanya dimana ibunya. Ji Sun mengatakan tadi ibu bilang tidak suka makan BBQ, ia sudah meminta ahjumma pembantu untuk membuatkan makanan lain untuk ibu.
Song Ah mengambil bola yang jatuh ke atas tanaman Roy, Roy berteriak marah karena itu membuat bunga yang ditanam oleh Roy menjadi rusak. Min Woo tanya ada apa, siapa yang melakukannya. Song Ah mengatakan kalau yang melakukan itu Eonni (Yoon Ah).
Yoon Ah beralasan bolanya terlalu melenceng jauh, ia tak sengaja melakukannya. Min Woo mengingatkan agar putrinya ini berhati-hati ketika bermain, karena Roy menyukai bunga.

Yoon Ah mengejek masa anak laki-laki suka bunga, ia tak suka Roy.
Roy menatap tak terima, ia menangis bunga-bunganya rusak. Yoon Ah mendelik kenapa anak laki-laki menangis hanya karena hal sepele begitu. Roy yang tak terima mendorong Yoon Ah. Yoon Ah juga tak terima diperlakukan kasar begitu, ia mencakar pipi Roy. Roy menangis. Min Woo marah melihat mereka berkelahi, ia mengeraskan suara menegur putra-putrinya agar menghentikan keributan ini.
Seok Hoon membantu nenek membuat api di tungku untuk memasak daging sup. Se Young membantu mengambilkan air. Nenek heran bagaimana Seok Hoon tahu membuat api di tungku. Seok Hoon mengatakan ia ini berasal dari desa jadi tentu saja tahu. Ia dulu tinggal dnegan kakek dan neneknya di desa.
Nenek meminta Se Young ikut dengannya, kita perlu tulang sekarang karena semua darahnya sudah dikeluarkan.

Ketika keduanya agak jauh dari Seok Hoon nenek bertanya pelan apa yang terjadi antara Se Young dan Seok Hoon, kalian bukan suami istri. Se Young tersenyum mengatakan kalau ia dan Seok Hoon tidak memiliki hubungan seperti yang nenek pikirkan. Nenek berkata kalau dirinya memang sudah tua namun ia tidak buta. Seok Hoon memakai sebuah cincin tapi Se Young tidak. Se Young hanya tersenyum.
Pulang dari rumah sakit, Hong Joo mampir ke toko daging. Ia memasaknya di rumah. Hong Gyu senang karena makan malam kali ini sungguh mewah. Hong Joo tersenyum mengatakan kalau ia mentraktir mereka karena dirinya mendapatkan pekerjaan.

Hong Gyu merasa ini seperti mereka kembali ke masa lalu, karena hanya ada mereka bertiga, persis sekali seperti ketika Hong Joo belum menikah. Apa kakak ipar akan marah jika dia mendengarku emngatakan itu ya?

Ayah bertanya pada Hong Joo, apa Hong Joo dan Seok Hoon sering bicara di telepon. Hong Joo menjawab ya, ia dan Seok Hoon bicara di telepon kemarin. Ayah tak bertanya lagi. Ia terus meminum minumannya. Hong Gyu heran kenapa ayahnya terus-terusan minum.
Seok Hoon dan Se Young masih merebus daging. Se Young mengambil kipas dan mengipasi dirinya yang kepanasan karena terus-menerus di depan api yang menyala. Seok Hoon tanya apa Se Young menyesali ini, bukankah seharusnya Se Young kembali ke Seoul saja. Se Young menoleh mendelik pada Seok Hoon. Seok Hoon tertawa geli melihat Se Young yang terus-menerus kipasan.

Se Young mengingatkan agar Seok Hoon harus membiarkan air rebusan berkurang dengan api sedang jadi apinya jangan besar-besar dan anggap itu sebagai meditasi. Itulah yang dikatakan nenek. Seok Hoon menilai kalau nenek mengatakan banyak hal dan itu terlalu banyak aturan.
Ponsel Seok Hoon bunyi, telepon dari ayah mertuanya. Ia menjawabnya menjauh dari Se Young. Sementara Se Young menutup rebusan dagingnya.

Ayah yang sudah mabuk mengatakan pada Seok Hoon kalau Hong Joo tadi membeli bulgogi, Sup ikan pedas, dan arak beras. Benar-benar makan malam yang mengesankan. Seok Hoon menyahut itu bagus. Ayah tanya apanya yang bagus, “apa kau ingin aku memberimu pelajaran?” Seok Hoon heran kenapa ayah mertuanya tiba-tiba mengatakan itu.

Ayah meninggikan suaranya, “Jika kau membuat marah Hong Joo aku akan memberimu pelajaran, mengerti.”
Hong Joo keluar dari kamar dan melihat ayahnya yang mabuk ngoceh-ngoceh di telepon. Ia mengambil ponsel dan minta maaf pada Seok Hoon karena ayahnya sedikit mabuk. Seok Hoon bilang tidak apa-apa, ia menebak sepertinya suasana hari ayah sedang bagus.

Hong Joo tanya apa Seok Hoon sekarang sedang diluar. Seok Hoon membenarkan, masih ada yang harus ia kerjakan di luar.
Kuali tempat merebus daging airnya meluap karena mendidih. Se Young yang melihat itu memanggil Seok Hoon. Hong Joo terkejut mendengar suara Se Young. Se Young akan membuka penutup kuali itu dengan tangan tapi tutup itu panas, Se Yyoung menjerit kepanasan.

Seok Hoon terkejut melihatnya dan berkata pada Hong Joo kalau ia akan menghubungi Hong Joo lagi nanti. Ia meletakan ponsel itu disana dan segera menghampiri Se Young.
Seok Hoon melihat tangan Se Young yang melepuh karena kepanasan, “kenapa kau menyentuhnya dengan tangan telanjang?” Se Young berkata tadi airnya meluap.

Hong Joo terus mendengarkan tapi kemudian ponsel Seok Hoon mati (kok bisa ya). Seok Hoon mendinginkan tangan Se Young dengan air. Hong Joo tak menyangka sekarang suaminya tengah bersama Se Young, berdua saja. Ini benar-benar membuatnya marah.
Seok Hoon bilang luka Se Young ini tidak terlalu parah, dinginkan dulu lalu dibalut. Se Young terus memperhatikan Seok Hoon yang membasahi lukanya dnegan air. Ia merasakan perhatian yang besar dari seorang pria.

Se Young berkata ia bisa melakukannya sendiri, “kau pernah merawat kakiku. Aku tak ingin membuatmu melakukan pekerjaan lebih banyak.” Seok Hoon mengerti, ia melanjutkan mengurusi rebusan daging.
Di dalam kamar di rumah nenek, Se Young tak bisa tidur. Ia memperhatikan luka di jarinya yang tadi melepuh karena panas dan sekarang sudah dibalut plester. Ia pun keluar dari kamar.
Se Young menghampriri Seok Hoon yang masih menunggui rebusan daging sup. Ia bertanya apa Seok Hoon tidak kepanasan duduk di depan tungku api terus-terusan. Seok Hoon mengatakan cuaca di pegunungan ini sedikit dingin begitu langit gelap. Se Young duduk di dekat sana memperhatikan Seok Hoon.

Seok Hoon tanya apa tangan Se Young sudah baik-baik saja. Se Young mengangguk ya. Seok Hoon duduk di samping Se Young. Se Young tanya haruskah Seok Hoon mengawasi sup daging itu semalaman. Seok Hoon menjawab tidak, nenek akan datang memeriksanya nanti karena nenek punya resep rahasia. Se Young mengerti, itu karena rasanya harus seperti yang diingat Presdir Du. Seok Hoon yakin sup itu rasanya enak karena ia dan Se Young sudah melakukan yang terbaik. Se Young menyadari ia terus mengekor pada Seok Hoon untuk mengganggu. Seok Hoon tertawa mendengarnya.
Se Young tiba-tiba membicarakan Hong Joo. Ia sudah salah mengenai Hong Joo, karena Hong Joo terlihat begitu lembut. Hari itu ia pikir, Hong Joo akan langsung mengatakan pada Seok Hoon. Seok Hoon tak mengerti mengatakan apa. Se Young mengatakan ia bertemu Hong Joo belum lama ini.
Hong Joo dikamar menatap foto dirinya bersama Seok Hoon. Ia benar-benar marah mengetahui sekarang Seok Hoon berdua saja bersama Se Young. Ia mengambil foto itu dan merobeknya. Ia hanya bisa menangis sendirian.
Seok Hoon ingin tahu apa yang Se Young dan Hong Joo bicarakan. Se Young banyak mendengar tentang Seok Hoon dari Hong Joo. “Kau bergabung dengan perusahaan kami sebagai pembalasan untuk apa yang terjadi di Hongkong. Kau sedang berusaha untuk membuktikan cintamu pada istrimu dengan cara ini. Aku benar-benar terluka ketika mendengarnya. Aku sengsara dalam penderitaan dan perasaanku yang sebenarnya keluar. Aku tak perlu menyembunyikannya sekarang. Sebaiknya seperti ini.”

Seok Hoon tak mengerti apa maksudnya.
“Aku menyukai Cha Seok Hoon.” ucap Se Young jujur sambil menatap Seok Hoon.

Seok Hoon terdiam kaget mendengar pengakuan Se Young.

Se Young : “Aku menyukaimu dan aku marah karena itu. Aku bekerja lebih banyak dari yang pernah kulakukan sebelumnya. Tapi aku tidak bisa fokus karena kau.”
Se Young berdiri membelakangi Seok Hoon, “Kau merangkak masuk ke pikiranku dan aku kemudian merindukanmu, aku ingin mengenalmu disaat aku melihatmu. Otakku menjerit ‘tidak’ tapi hatiku tak mendengarnya. Tadinya kupikir itu akan membaik seiring berlalunya waktu tapi ini malah menjadi masalah semakin besar.” Mata Se Young berkaca-kaca hampir menangis.
Seok Hoon berdiri di depan Se Young, Presdir Yoo?

“Aku tahu.” sela Se Young. “Aku tahu aku ini menyebabkan banyak masalah dan aku merasa jahat pada kalian berdua.”
Se Young tak sanggup memandang tatapan Seok Hoon. Ia membalikan badannya kembali membelakangi Seok Hoon. “Aku begitu malu sekarang ini, aku hanya berusaha untuk tidak melarikan diri dengan kembali ke Seoul.”
Seok Hoon membalikan tubuh Se Young pelan agar menatapnya, matanya juga berkaca-kaca. “Kau harus mendengarkan apa yang ingin kukatakan. Aku juga menyukaimu. Aku memikirkanmu dan aku juga merindukanmu. Aku ingin mengenalmu. Benar, aku memiliki perasaan yang sama. Tapi itu berhenti disini. Aku tak akan membiarkan perasaanku berkembang lebih jauh. Aku memiliki Hong Joo dan aku sangat mencintainya.”
Tepat saat itu nenek muncul disana. Nenek heran kenapa keduanya hanya berdiri saja bukankah keduanya bisa bergantian menunggui sup dagingnya. Seok Hoon berlalu dari sana. Mata Se Young mengikuti kemana Seok Hoon pergi.

Nenek heran melihat Se Young berdiri saja, ada apa tanya nenek. Se Young bilang ia digigit nyamuk, ia menggaruk-garuk tangannya. Nenek tertawa.
“Aku baru saja ditolak, setelah mengakui perasaanku.” sahut Se Young membuat nenek terdiam.
Seok Hoon menyendiri di depan rumah. Ia galau dengan perasaannya. Se Young duduk merenung di kamar.
Keesokan harinya, Hong Joo sudah siap akan berangkat ke rumah sakit. Ia melihat cincin pernikahan masih melingkar di jarinya. Ia yang marah pun melepas cincin itu dan meletakannya begitu saja di meja.
Seok Hoon dan Se Young dalam perjalanan kembali ke Seoul. Keduanya diam tak ada yang memulai obrolan.
Ibu Min Woo memarahi Yoon Ah karena sudah mencakar Roy. Bagaimana bisa Yoon Ah melakukan kekerasan seperti itu, bagaimana jika luka di wajah Roy meninggalkan bekas. Min Woo berkata pada ibunya kalau masalah ini sudah diselesaikan kamarin, ia harap ibunya tidak terlalu memikirkan pertengkaran anak-anak.

Ibu Min Woo membela Roy, karena Roy putra berharga keluarga Kang. Darahnya mendidih setiap kali melihat luka di wajah Roy. Min Woo menegur ibunya agar tak usah berlebihan begini, ia sudah benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Banyak yang ia pikirkan, tak bisakah ia mendapatkan ketenangan dan kedamaian di rumah.

Ibu Min Woo juga mengingatkan putranya bukankah Min Woo ini kepala keluarga seharusnya Min Woo yang bertanggung jawab atas kedisiplinan anggota keluarga di rumah ini. “Tersenyum sepanjang waktu tidak membuatmu menjadi orang baik.” Ibu Min Woo yang kesal masuk ke kamarnya.
Ji Sun mengajak kedua putrinya segera berangkat sekolah. Roy duduk diam menunduk, Min Woo mengamprinya bukankah Roy juga seharusnya berangkat sekolah TK. Roy mengatakan keinginannya kembali ke rumah rahasia dengan ahjumma Hong Joo. Min Woo memeluk putranya.
Di rumah sakit, Hong Joo lebih banyak melamun dari pada bekerja. Laporan yang ia buat pun salah. Hingga membuat dokter menegurnya karena laporan yang Hong Joo masukan membuat dirinya salah menyampaikan ke pasien.
Hong Joo minta maaf dan menyadari kesalahannya. Dokter bertanya apa ini karena Hong Jjoo sempat mengambil waktu istirahat dengan tidak bekerja jadi hasil kerja seperti ini ataukah ada masalah lain. Hong Joo bilang tidak, ia mengakui dirinya terlalu banyak melamun. Ia berjanji akan lebih berhati-hati lagi.

Hong Joo berusaha menenangkan pikirannya. Ia melihat ponselnya, haruskah ia menghubungi suaminya.
Seok Hoon dan Se Young menyajikan sup buatan nenek ke Presdir Du. Presdir Du pun mencobanya. Ia tersenyum, “Wahhh ini lezat. Aku mengingat rasa ini. Rasanya seperti yang dulu.” Se Young dan Seok Hoon tersenyum senang. Seok Hoon mengatakan kalau nenek sudah menyiapkan banyak cinta untuk berterima kasih pada seorang pelanggan.

Presdir Du terkesan dengan apa yang sudah Seok Hoon dan Se Young lakukan untuknya, “Kau dikarunia seorang asisten yang bagus.” ucapnya pada Se Young memuji Seok Hoon. Se Young tanya kalau begitu apakah perusahaannya akan emdapatkan kesempatan untuk membicarakan bisnis dengan Presdir Du.

“Tunggu,” sahut Presdir Du. “Makan dulu.” (hahaha)

Seok Hoon terkekeh mendengarnya. Presdir Du langsung makan lahap hahaha.
Pengacara Choi memberi tahu Min Woo kalau Presdir Du mengumumkan dia juga akan mengadakan pertemuan dengan persahaan Dongsung mengenai Hotel M. Presdir Du akan memberikan kesempatan yang sama pada kedua perusahaan dan kemudian membandingkan persyaratan.

Min Woo terkejut jadi Ajin bukan satu-satunya kandidat. Pengacara Choi berkata kalau ini Presdir Du sendiri yang mengumumkannya sendiri. “Kita tak tahu alasan dibalik itu tapi Presdir Du telah mengubah pemikirannya.”
Min Woo tak percaya bagaimana mungkin pengacara Choi tidak tahu alasannya. “Itulah Presdir Yoo. Dia sulit ditebak.” Tapi Pengacara Choi menilai itu bukan cara Yoo Se Young yang ia kenal. Min Woo membenarkan, ini memang aneh. Semuanya janggal dan Se Young juga bersikap aneh. Min Woo berusaha berpikir untuk menebaknya. Ia pun sepertinya tahu, “Pria itu, Cha Seok Hoon. Dia sudah membalikan meja.”
Min Woo mendapatkan panggilan telepon dari Hong Joo. Ia pun mendatangi sebuah bar menemui Hong Joo yang sedang minum-minum disana.

Min Woo heran apa yang terjadi kenapa Hong Joo ada disini. Hong Joo yang sudah mabuk menatap Min Woo dengan tatapan sedih, ia merasa seolah-olah dirinya akan meledak dan ia tak memiliki teman bicara. Bukankah Min Woo pernah bilang akan mendengarkannya.
Seok Hoon di ruangan Se Young mengatakan Presdir Du sudah meninggalkan Korea hanya asistennya yang akan ke pertemuan dan pertemuannya 2 hari lagi jam 2 siang. Se Young tanya apa Manajer Jo tahu tentang ini. Seok Hoon menjawab ya. Se Young mengerti, Seok Hoon sudah bekerja dengan baik.

Seok Hoon diam, tak tahu lagi bagaimana mengatakannya. Se Young tanya apa ada lagi yang harus Seok Hoon laporkan padanya.
Seok Hoon : “Aku ingin mengundurkan diri setelah kita menyelesaikan negosiasinya.”

Se Young terkejut apa maksud Seok Hoon mengatakan akan berhenti, kenapa melakukan itu. Seok Hoon berkata dirinya tak boleh tamak, ia hanya akan mengganggu Se Young jika dirinya berada didekat Se Young.

Se Young menyadari dirinya sudah cukup tua untuk tidak mengomel atau terluka karena ditolak. Tapi jika itu mengganggu Seok Hoon ia tak akan mencegah Seok Hoon yang akan mengundurkan diri.
Hong Joo terus minum. Min Woo masih disana menemaninya minum dan mendengarkan keluh kesahnya. Ketika Hong Joo akan menuang lagi minuman, Min Woo menahannya. Ia yang menuangkan minuman itu ke gelas Hong Joo. Ia melihat Hong Joo akan mabuk, jadi pelan-pelan saja minumnya. Hong Joo memang berniat minum supaya mabuk. Memangnya kenapa lagi orang minum-minum selain ingin mabuk.
Hong Joo : “Aku sudah selesai melakukan apapun yang diperintahkan dan jadi penurut sepanjang hidupku. Aku pikir menekan kemarahanku itu baik dan memberiku kebebasan yang akan meringankan perasaanku. Aku akan berhenti menjadi seperti itu. Jadi jangan memerintahku.”

Hong Joo kembali meneguk minumannya, begitupun dengan Min Woo. Min Woo mengisi kembali gelas Hong Joo yang sudah kosong. “Meskipun begitu, tidak seharusnya kau minum terlalu banyak. Suamimu akan khawatir.” Saran Min Woo.

“Dia tidak di rumah. Kami tinggal terpisah.” Jelas Hong Joo.

Min Woo terkejut mendengarnya. Hong Joo tersenyum miris, “dia memiliki wanita lain.” Min Woo semakin terkejut mendengarnya.

Hong Joo : “Tidak, seharusnya kukatakan dia akan menemukan wanita baru. Bagaimanapun secara fisik kami berpisah dan perasan kami juga akan berpisah.”

Min Woo tak tahu tentang itu, ia ikut prihatin.
Hong Joo menatap Min Woo dengan perasaan terluka, “Presdir Kang Min Woo, tidak, Kang Min Woo-ssi, apa kau... ingin tidur denganku?”

Min Woo tercengang mendengar ucapan Hong Joo, “Hong Joo-ssi?

Air mata Hong Joo perlahan menetes, “Tidak masalah apa kita tidur bersama atau tidak. Berapa banyak kau akan membayarku untuk memilikiku selama 3 hari?”

Min Woo menarik nafas karena pertanyaan Hong Joo ini sudah keterlaluan.

Hong Joo menatap tajam, “Maukah kau memberiku 1 milyar won?”
Min Woo berkata ia tidak sesembrono itu. Hong Joo menyahut bohong. Ia tahu orang-orang seperti Min Woo itu bagaimana. “Menarik, kaya, percaya diri. Kau memiliki seluruh dunia. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan cara apapun untuk membuatmu bahagia. Kau dan wanita itu sama saja.” cibir Hong Joo.
Min Woo berpikir siapa wanita yang Hong Joo maksud itu. Ia sepertinya bisa menebak siapa wanita itu, “Presdir Yoo Se Young dari perusahaan Dongsung, benar kan?”

Hong Joo terkejut Min woo mengenal Se Young. Min Woo tak tahu apa yang terjadi antara Hong Joo, Seok Hoon dan Se Young tapi ia ini orang yang berbeda. “Jika aku ingin memilikimu maka terlebih dulu aku akan membuatmu menginginkanku.”
Young Chul yang berada di hotel melihat Kang Min Woo bersama seorang wanita. Ia terkejut ketika tahu wanita yang bersama Min Woo adalah Hong Joo. Ia melihat kedua orang itu masuk lift menuju kamar hotel.
Young Chul pun mengatakan pada Seok Hoon apa yang dilihatnya. “Aku melihat dia naik ke sebuah kamar bersama Presdir Ajin Grup, Kang Min Woo.” Seok Hoon kaget bukan main.
Seok Hoon langsung ke hotel. Ia sangat marah. Young Chul berusaha menenangkan temannya, apa yang akan Seok Hoon lakukan jika sampai disana. Bukankah keduanya bisa menunggu disini kemudian membicarakannya. Seok Hoon emosi, bisakah Young Chul hanya diam menunggu disini sementara tahu si istri bersama pria lain di kamar hotel.
Seok Hoon sampai di depan kamar. Ia mengetuk pintu kamar itu keras-keras. Min Woo membuka pintu kamar dan terkejut melihat Seok Hoon ada disana. Seok Hoon masuk mendorong Min Woo.
Seok Hoon melihat Hong Joo yang mabuk keluar dari kamar mandi. Hong Joo menatap suaminya dengan tatapan sinis. “Lama tak bertemu.” sapa Hong Joo. “Apa sekarang kau menguntit istrimu?”
Kemarahan Seok Hoon meledak, “Na Hong Joo apa kau sudah gila?” bentak Seok Hoon.

Bersambung ke episode 8

Huwaaaaaaa semakin rame. Drama ini sesuai dengan judulnya ya, godaan.

Ketika seorang wanita lama tak pernah membuka hati dan ketika hatinya mulai tersentuh oleh seorang pria tapi kemudian ia kecewa karena si pria menolaknya bisa jadi wanita itu akan kembali menutup hatinya. #PengalamanPribadi hahaha

Saya mencoba memahami perasaan Se Young sebagai wanita yang sedang jatuh cinta. Inilah godaannya, jatuh cinta pada pria yang sudah beristri. Ini pula yang menjadi godaan Seok Hoon, ia yang mencintai istrinya tapi ia juga menyukai Se Young. Kekuatan cinta siapakah yang paling kuat? Hmmm penasaran.

3 comments:

  1. Hemmm.. Sru nian.
    Stuju dg mbk anis..
    D'tnggu lnjtan ny mbk.

    ReplyDelete
  2. sama yg itu kah Jeng??? hahahaha.....

    ReplyDelete
  3. Semoga Se young akhir Nya bisa jadian sama seok hoon....

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.