Nenek memempersilakan Seok
Hoon dan Se Young masuk ke rumahnya. Seok Hoon menceritakan maksud kedatangannya,
ia juga mengatakan ada pria China yang menginginkan sup buatan nenek lagi.
Nenek ingat pria China itu.
Seok Hoon mengatakan pria
itu kecewa karena restoran Nenek sudah tutup. Nenek berkata suaminya sakit dan
ia tidak sekuat dulu jadi ia menjual tempat itu. Tapi ia begitu senang mendengar
pria China itu masih mendambakan sup-nya.
Se Young ingin meminta tolong
pada nenek, ia menadari permintaannya ini bukanlah permintaan yang mudah. Ia
akan membayar itu dengan baik. Nenek berkata ia sudah membuat sup itu sepanjang
hidupnya jadi bukan masalah baginya jika Se Young meminta bantuannya. Suaminya
juga suka memakan sup itu. Ia malah sudah punya tulang dan dagingnya tapi ia
tak bisa melakukanya hari ini. Ia harus mengeluarkan semua darah yang masih
tersisa di daging kemudian harus dididihkan dan mengaduknya sepanjang hari. Itu
kan membutukan waktu sampai besok pagi untuk membuat rasanya menjadi lezat.
Se Young dan Seok Hoon
berpandangan bingung, besok?
Di luar rumah nenek, Se
Young berkata bukankah Presdir Du akan meninggalkan Korea besok. Seok Hoon
membenarkan tapi penerbangannya dini hari. Ia menyarankan Se Young lebih baik
kembali lebih dulu ke Seoul untuk menemui Presdir Du, ia akan membantu disini
dan pulangnya akan naik taksi.
Se Young merasa itu tak
akan ada gunanya, ia juga akan tetap disini sampai besok dan kembali ke Seoul
bersama-sama Seok Hoon. Ia rasa nenek memiliki kamar-kamar kosong untuk dirinya
dan Seok Hoon menginap disini. Seok Hoon menilai itu bukanlah ide yang bagus.
Ini bukan perjalanan bisnis resmi, ia tak ingin memulai rumor yang salah jika
ada yang tahu dirinya dan Se Young menginap bersama ditempat ini.
Seok Hoon menjawab
keduanya. Seo Young mengingatkan apa Seok Hoon sudah lupa, kita sudah
menghabiskan 3 hari di Hongkong bersama-sama di kamar yang sama, ucapnya
berbisik. Bukankah saat itu tidak terjadi apapun, sebuah skandal tidak akan
dimulai sekarang. Se Young melihat kalau sekarang hari yang menyenangkan ia
akan berjalan-jalan sebentar.
Hong Joo menerima kiriman
gambar bunga dari Roy. Roy juga mengirimkan pesan sebagai ungkapkan
kerinduannya pada Hong Joo. Hong Joo tersenyum membalas pesan Roy.
Di halaman rumah keluarga Kang,
Min Woo meminta anak-anaknya berhenti bermain ia menyuruh mereka lekas cuci
tangan, kalau tidak mereka tidak akan mendapatkan BBQ istimewa buatannya
Roy menghampiri ayahnya,
ia memberi tahu dirinya baru mendapatkan sms bahwa ahjumma Hong Joo juga
merindukannya. Roy minta ijin bolehkah ia meminjam ponsel ayahnya ini sekali
lagi, bolehkah ia meminta ahjumma Hong Joo untuk datang kesini. Min Woo menjawab
tentu saja. Yoon Ah dan Song Ah menatap sebal Roy yang terlihat akrab dengan
ayah mereka.
Ada pesan masuk di ponsel Min
Woo, Roy mengira itu dari Hong Joo namun bukan. Itu kiriman foto-foto dari Han Soo.
Roy menyerahkan ponsel pada ayahnya. Min Woo terkejut melihat foto-foto itu,
foto istrinya bersama seorang pria. Min Woo tersenyum sinis.
Ji Sun datang membawakan
jus jeruk, ia memberi tahu kalau Soo Ah baru saja tertidur. Min Woo tanya
dimana ibunya. Ji Sun mengatakan tadi ibu bilang tidak suka makan BBQ, ia sudah
meminta ahjumma pembantu untuk membuatkan makanan lain untuk ibu.
Song Ah mengambil bola
yang jatuh ke atas tanaman Roy, Roy berteriak marah karena itu membuat bunga
yang ditanam oleh Roy menjadi rusak. Min Woo tanya ada apa, siapa yang melakukannya.
Song Ah mengatakan kalau yang melakukan itu Eonni (Yoon Ah).
Yoon Ah beralasan bolanya
terlalu melenceng jauh, ia tak sengaja melakukannya. Min Woo mengingatkan agar
putrinya ini berhati-hati ketika bermain, karena Roy menyukai bunga.
Yoon Ah mengejek masa anak
laki-laki suka bunga, ia tak suka Roy.
Roy menatap tak terima, ia
menangis bunga-bunganya rusak. Yoon Ah mendelik kenapa anak laki-laki menangis
hanya karena hal sepele begitu. Roy yang tak terima mendorong Yoon Ah. Yoon Ah
juga tak terima diperlakukan kasar begitu, ia mencakar pipi Roy. Roy menangis.
Min Woo marah melihat mereka berkelahi, ia mengeraskan suara menegur putra-putrinya
agar menghentikan keributan ini.
Seok Hoon membantu nenek
membuat api di tungku untuk memasak daging sup. Se Young membantu mengambilkan
air. Nenek heran bagaimana Seok Hoon tahu membuat api di tungku. Seok Hoon
mengatakan ia ini berasal dari desa jadi tentu saja tahu. Ia dulu tinggal
dnegan kakek dan neneknya di desa.
Nenek meminta Se Young
ikut dengannya, kita perlu tulang sekarang karena semua darahnya sudah
dikeluarkan.
Ketika keduanya agak jauh
dari Seok Hoon nenek bertanya pelan apa yang terjadi antara Se Young dan Seok Hoon,
kalian bukan suami istri. Se Young tersenyum mengatakan kalau ia dan Seok Hoon
tidak memiliki hubungan seperti yang nenek pikirkan. Nenek berkata kalau
dirinya memang sudah tua namun ia tidak buta. Seok Hoon memakai sebuah cincin
tapi Se Young tidak. Se Young hanya tersenyum.
Pulang dari rumah sakit, Hong
Joo mampir ke toko daging. Ia memasaknya di rumah. Hong Gyu senang karena makan
malam kali ini sungguh mewah. Hong Joo tersenyum mengatakan kalau ia mentraktir
mereka karena dirinya mendapatkan pekerjaan.
Hong Gyu merasa ini
seperti mereka kembali ke masa lalu, karena hanya ada mereka bertiga, persis
sekali seperti ketika Hong Joo belum menikah. Apa kakak ipar akan marah jika
dia mendengarku emngatakan itu ya?
Ayah bertanya pada Hong Joo,
apa Hong Joo dan Seok Hoon sering bicara di telepon. Hong Joo menjawab ya, ia
dan Seok Hoon bicara di telepon kemarin. Ayah tak bertanya lagi. Ia terus
meminum minumannya. Hong Gyu heran kenapa ayahnya terus-terusan minum.
Seok Hoon dan Se Young masih
merebus daging. Se Young mengambil kipas dan mengipasi dirinya yang kepanasan
karena terus-menerus di depan api yang menyala. Seok Hoon tanya apa Se Young
menyesali ini, bukankah seharusnya Se Young kembali ke Seoul saja. Se Young
menoleh mendelik pada Seok Hoon. Seok Hoon tertawa geli melihat Se Young yang
terus-menerus kipasan.
Se Young mengingatkan agar
Seok Hoon harus membiarkan air rebusan berkurang dengan api sedang jadi apinya
jangan besar-besar dan anggap itu sebagai meditasi. Itulah yang dikatakan
nenek. Seok Hoon menilai kalau nenek mengatakan banyak hal dan itu terlalu
banyak aturan.
Ponsel Seok Hoon bunyi,
telepon dari ayah mertuanya. Ia menjawabnya menjauh dari Se Young. Sementara Se
Young menutup rebusan dagingnya.
Ayah yang sudah mabuk
mengatakan pada Seok Hoon kalau Hong Joo tadi membeli bulgogi, Sup ikan pedas,
dan arak beras. Benar-benar makan malam yang mengesankan. Seok Hoon menyahut
itu bagus. Ayah tanya apanya yang bagus, “apa kau ingin aku memberimu
pelajaran?” Seok Hoon heran kenapa ayah mertuanya tiba-tiba mengatakan itu.
Ayah meninggikan suaranya,
“Jika kau membuat marah Hong Joo aku akan memberimu pelajaran, mengerti.”
Hong Joo keluar dari kamar
dan melihat ayahnya yang mabuk ngoceh-ngoceh di telepon. Ia mengambil ponsel
dan minta maaf pada Seok Hoon karena ayahnya sedikit mabuk. Seok Hoon bilang
tidak apa-apa, ia menebak sepertinya suasana hari ayah sedang bagus.
Hong Joo tanya apa Seok Hoon
sekarang sedang diluar. Seok Hoon membenarkan, masih ada yang harus ia kerjakan
di luar.
Kuali tempat merebus
daging airnya meluap karena mendidih. Se Young yang melihat itu memanggil Seok Hoon.
Hong Joo terkejut mendengar suara Se Young. Se Young akan membuka penutup kuali
itu dengan tangan tapi tutup itu panas, Se Yyoung menjerit kepanasan.
Seok Hoon terkejut
melihatnya dan berkata pada Hong Joo kalau ia akan menghubungi Hong Joo lagi
nanti. Ia meletakan ponsel itu disana dan segera menghampiri Se Young.
Seok Hoon melihat tangan
Se Young yang melepuh karena kepanasan, “kenapa kau menyentuhnya dengan tangan
telanjang?” Se Young berkata tadi airnya meluap.
Hong Joo terus mendengarkan
tapi kemudian ponsel Seok Hoon mati (kok bisa ya). Seok Hoon mendinginkan
tangan Se Young dengan air. Hong Joo tak menyangka sekarang suaminya tengah
bersama Se Young, berdua saja. Ini benar-benar membuatnya marah.
Seok Hoon bilang luka Se Young
ini tidak terlalu parah, dinginkan dulu lalu dibalut. Se Young terus memperhatikan
Seok Hoon yang membasahi lukanya dnegan air. Ia merasakan perhatian yang besar
dari seorang pria.
Se Young berkata ia bisa
melakukannya sendiri, “kau pernah merawat kakiku. Aku tak ingin membuatmu
melakukan pekerjaan lebih banyak.” Seok Hoon mengerti, ia melanjutkan mengurusi
rebusan daging.
Di dalam kamar di rumah
nenek, Se Young tak bisa tidur. Ia memperhatikan luka di jarinya yang tadi
melepuh karena panas dan sekarang sudah dibalut plester. Ia pun keluar dari
kamar.
Se Young menghampriri Seok
Hoon yang masih menunggui rebusan daging sup. Ia bertanya apa Seok Hoon tidak
kepanasan duduk di depan tungku api terus-terusan. Seok Hoon mengatakan cuaca
di pegunungan ini sedikit dingin begitu langit gelap. Se Young duduk di dekat
sana memperhatikan Seok Hoon.
Seok Hoon tanya apa tangan
Se Young sudah baik-baik saja. Se Young mengangguk ya. Seok Hoon duduk di
samping Se Young. Se Young tanya haruskah Seok Hoon mengawasi sup daging itu semalaman.
Seok Hoon menjawab tidak, nenek akan datang memeriksanya nanti karena nenek
punya resep rahasia. Se Young mengerti, itu karena rasanya harus seperti yang
diingat Presdir Du. Seok Hoon yakin sup itu rasanya enak karena ia dan Se Young
sudah melakukan yang terbaik. Se Young menyadari ia terus mengekor pada Seok Hoon
untuk mengganggu. Seok Hoon tertawa mendengarnya.
Se Young tiba-tiba membicarakan
Hong Joo. Ia sudah salah mengenai Hong Joo, karena Hong Joo terlihat begitu
lembut. Hari itu ia pikir, Hong Joo akan langsung mengatakan pada Seok Hoon. Seok
Hoon tak mengerti mengatakan apa. Se Young mengatakan ia bertemu Hong Joo belum
lama ini.
Hong Joo dikamar menatap
foto dirinya bersama Seok Hoon. Ia benar-benar marah mengetahui sekarang Seok Hoon
berdua saja bersama Se Young. Ia mengambil foto itu dan merobeknya. Ia hanya
bisa menangis sendirian.
Seok Hoon ingin tahu apa
yang Se Young dan Hong Joo bicarakan. Se Young banyak mendengar tentang Seok Hoon
dari Hong Joo. “Kau bergabung dengan perusahaan kami sebagai pembalasan untuk
apa yang terjadi di Hongkong. Kau sedang berusaha untuk membuktikan cintamu
pada istrimu dengan cara ini. Aku benar-benar terluka ketika mendengarnya. Aku
sengsara dalam penderitaan dan perasaanku yang sebenarnya keluar. Aku tak perlu
menyembunyikannya sekarang. Sebaiknya seperti ini.”
Seok Hoon tak mengerti apa
maksudnya.
Seok Hoon terdiam kaget
mendengar pengakuan Se Young.
Se Young : “Aku menyukaimu
dan aku marah karena itu. Aku bekerja lebih banyak dari yang pernah kulakukan
sebelumnya. Tapi aku tidak bisa fokus karena kau.”
Se Young berdiri
membelakangi Seok Hoon, “Kau merangkak masuk ke pikiranku dan aku kemudian
merindukanmu, aku ingin mengenalmu disaat aku melihatmu. Otakku menjerit ‘tidak’
tapi hatiku tak mendengarnya. Tadinya kupikir itu akan membaik seiring
berlalunya waktu tapi ini malah menjadi masalah semakin besar.” Mata Se Young
berkaca-kaca hampir menangis.
“Aku tahu.” sela Se Young.
“Aku tahu aku ini menyebabkan banyak masalah dan aku merasa jahat pada kalian
berdua.”
Se Young tak sanggup memandang
tatapan Seok Hoon. Ia membalikan badannya kembali membelakangi Seok Hoon. “Aku
begitu malu sekarang ini, aku hanya berusaha untuk tidak melarikan diri dengan
kembali ke Seoul.”
Seok Hoon membalikan tubuh
Se Young pelan agar menatapnya, matanya juga berkaca-kaca. “Kau harus mendengarkan
apa yang ingin kukatakan. Aku juga menyukaimu. Aku memikirkanmu dan aku juga
merindukanmu. Aku ingin mengenalmu. Benar, aku memiliki perasaan yang sama.
Tapi itu berhenti disini. Aku tak akan membiarkan perasaanku berkembang lebih
jauh. Aku memiliki Hong Joo dan aku sangat mencintainya.”
Tepat saat itu nenek
muncul disana. Nenek heran kenapa keduanya hanya berdiri saja bukankah keduanya
bisa bergantian menunggui sup dagingnya. Seok Hoon berlalu dari sana. Mata Se Young
mengikuti kemana Seok Hoon pergi.
Nenek heran melihat Se Young
berdiri saja, ada apa tanya nenek. Se Young bilang ia digigit nyamuk, ia menggaruk-garuk
tangannya. Nenek tertawa.
Keesokan harinya, Hong Joo
sudah siap akan berangkat ke rumah sakit. Ia melihat cincin pernikahan masih
melingkar di jarinya. Ia yang marah pun melepas cincin itu dan meletakannya
begitu saja di meja.
Seok Hoon dan Se Young
dalam perjalanan kembali ke Seoul. Keduanya diam tak ada yang memulai obrolan.
Ibu Min Woo memarahi Yoon Ah
karena sudah mencakar Roy. Bagaimana bisa Yoon Ah melakukan kekerasan seperti
itu, bagaimana jika luka di wajah Roy meninggalkan bekas. Min Woo berkata pada
ibunya kalau masalah ini sudah diselesaikan kamarin, ia harap ibunya tidak
terlalu memikirkan pertengkaran anak-anak.
Ibu Min Woo membela Roy,
karena Roy putra berharga keluarga Kang. Darahnya mendidih setiap kali melihat
luka di wajah Roy. Min Woo menegur ibunya agar tak usah berlebihan begini, ia
sudah benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Banyak yang ia pikirkan, tak
bisakah ia mendapatkan ketenangan dan kedamaian di rumah.
Ibu Min Woo juga mengingatkan
putranya bukankah Min Woo ini kepala keluarga seharusnya Min Woo yang
bertanggung jawab atas kedisiplinan anggota keluarga di rumah ini. “Tersenyum
sepanjang waktu tidak membuatmu menjadi orang baik.” Ibu Min Woo yang kesal
masuk ke kamarnya.
Ji Sun mengajak kedua
putrinya segera berangkat sekolah. Roy duduk diam menunduk, Min Woo
mengamprinya bukankah Roy juga seharusnya berangkat sekolah TK. Roy mengatakan
keinginannya kembali ke rumah rahasia dengan ahjumma Hong Joo. Min Woo memeluk
putranya.
Di rumah sakit, Hong Joo
lebih banyak melamun dari pada bekerja. Laporan yang ia buat pun salah. Hingga
membuat dokter menegurnya karena laporan yang Hong Joo masukan membuat dirinya
salah menyampaikan ke pasien.
Hong Joo minta maaf dan
menyadari kesalahannya. Dokter bertanya apa ini karena Hong Jjoo sempat
mengambil waktu istirahat dengan tidak bekerja jadi hasil kerja seperti ini
ataukah ada masalah lain. Hong Joo bilang tidak, ia mengakui dirinya terlalu
banyak melamun. Ia berjanji akan lebih berhati-hati lagi.
Hong Joo berusaha menenangkan
pikirannya. Ia melihat ponselnya, haruskah ia menghubungi suaminya.
Seok Hoon dan Se Young menyajikan
sup buatan nenek ke Presdir Du. Presdir Du pun mencobanya. Ia tersenyum, “Wahhh
ini lezat. Aku mengingat rasa ini. Rasanya seperti yang dulu.” Se Young dan Seok
Hoon tersenyum senang. Seok Hoon mengatakan kalau nenek sudah menyiapkan banyak
cinta untuk berterima kasih pada seorang pelanggan.
Presdir Du terkesan dengan
apa yang sudah Seok Hoon dan Se Young lakukan untuknya, “Kau dikarunia seorang
asisten yang bagus.” ucapnya pada Se Young memuji Seok Hoon. Se Young tanya
kalau begitu apakah perusahaannya akan emdapatkan kesempatan untuk membicarakan
bisnis dengan Presdir Du.
“Tunggu,” sahut Presdir Du.
“Makan dulu.” (hahaha)
Seok Hoon terkekeh mendengarnya.
Presdir Du langsung makan lahap hahaha.
Pengacara Choi memberi
tahu Min Woo kalau Presdir Du mengumumkan dia juga akan mengadakan pertemuan dengan
persahaan Dongsung mengenai Hotel M. Presdir Du akan memberikan kesempatan yang
sama pada kedua perusahaan dan kemudian membandingkan persyaratan.
Min Woo terkejut jadi Ajin
bukan satu-satunya kandidat. Pengacara Choi berkata kalau ini Presdir Du
sendiri yang mengumumkannya sendiri. “Kita tak tahu alasan dibalik itu tapi Presdir
Du telah mengubah pemikirannya.”
Min Woo tak percaya
bagaimana mungkin pengacara Choi tidak tahu alasannya. “Itulah Presdir Yoo. Dia
sulit ditebak.” Tapi Pengacara Choi menilai itu bukan cara Yoo Se Young yang ia
kenal. Min Woo membenarkan, ini memang aneh. Semuanya janggal dan Se Young juga
bersikap aneh. Min Woo berusaha berpikir untuk menebaknya. Ia pun sepertinya
tahu, “Pria itu, Cha Seok Hoon. Dia sudah membalikan meja.”
Min Woo mendapatkan
panggilan telepon dari Hong Joo. Ia pun mendatangi sebuah bar menemui Hong Joo
yang sedang minum-minum disana.
Min Woo heran apa yang
terjadi kenapa Hong Joo ada disini. Hong Joo yang sudah mabuk menatap Min Woo
dengan tatapan sedih, ia merasa seolah-olah dirinya akan meledak dan ia tak
memiliki teman bicara. Bukankah Min Woo pernah bilang akan mendengarkannya.
Seok Hoon di ruangan Se Young
mengatakan Presdir Du sudah meninggalkan Korea hanya asistennya yang akan ke
pertemuan dan pertemuannya 2 hari lagi jam 2 siang. Se Young tanya apa Manajer Jo
tahu tentang ini. Seok Hoon menjawab ya. Se Young mengerti, Seok Hoon sudah
bekerja dengan baik.
Seok Hoon diam, tak tahu
lagi bagaimana mengatakannya. Se Young tanya apa ada lagi yang harus Seok Hoon
laporkan padanya.
Se Young terkejut apa
maksud Seok Hoon mengatakan akan berhenti, kenapa melakukan itu. Seok Hoon
berkata dirinya tak boleh tamak, ia hanya akan mengganggu Se Young jika dirinya
berada didekat Se Young.
Se Young menyadari dirinya
sudah cukup tua untuk tidak mengomel atau terluka karena ditolak. Tapi jika itu
mengganggu Seok Hoon ia tak akan mencegah Seok Hoon yang akan mengundurkan
diri.
Hong Joo terus minum. Min
Woo masih disana menemaninya minum dan mendengarkan keluh kesahnya. Ketika Hong
Joo akan menuang lagi minuman, Min Woo menahannya. Ia yang menuangkan minuman
itu ke gelas Hong Joo. Ia melihat Hong Joo akan mabuk, jadi pelan-pelan saja
minumnya. Hong Joo memang berniat minum supaya mabuk. Memangnya kenapa lagi
orang minum-minum selain ingin mabuk.
Hong Joo : “Aku sudah
selesai melakukan apapun yang diperintahkan dan jadi penurut sepanjang hidupku.
Aku pikir menekan kemarahanku itu baik dan memberiku kebebasan yang akan
meringankan perasaanku. Aku akan berhenti menjadi seperti itu. Jadi jangan
memerintahku.”
Hong Joo kembali meneguk
minumannya, begitupun dengan Min Woo. Min Woo mengisi kembali gelas Hong Joo
yang sudah kosong. “Meskipun begitu, tidak seharusnya kau minum terlalu banyak.
Suamimu akan khawatir.” Saran Min Woo.
“Dia tidak di rumah. Kami
tinggal terpisah.” Jelas Hong Joo.
Min Woo terkejut
mendengarnya. Hong Joo tersenyum miris, “dia memiliki wanita lain.” Min Woo
semakin terkejut mendengarnya.
Hong Joo : “Tidak,
seharusnya kukatakan dia akan menemukan wanita baru. Bagaimanapun secara fisik
kami berpisah dan perasan kami juga akan berpisah.”
Min Woo tak tahu tentang
itu, ia ikut prihatin.
Hong Joo menatap Min Woo
dengan perasaan terluka, “Presdir Kang Min Woo, tidak, Kang Min Woo-ssi, apa
kau... ingin tidur denganku?”
Min Woo tercengang
mendengar ucapan Hong Joo, “Hong Joo-ssi?
Air mata Hong Joo perlahan
menetes, “Tidak masalah apa kita tidur bersama atau tidak. Berapa banyak kau
akan membayarku untuk memilikiku selama 3 hari?”
Min Woo menarik nafas
karena pertanyaan Hong Joo ini sudah keterlaluan.
Hong Joo menatap tajam, “Maukah
kau memberiku 1 milyar won?”
Min Woo berkata ia tidak
sesembrono itu. Hong Joo menyahut bohong. Ia tahu orang-orang seperti Min Woo
itu bagaimana. “Menarik, kaya, percaya diri. Kau memiliki seluruh dunia. Kau
akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan cara apapun untuk membuatmu
bahagia. Kau dan wanita itu sama saja.” cibir Hong Joo.
Min Woo berpikir siapa
wanita yang Hong Joo maksud itu. Ia sepertinya bisa menebak siapa wanita itu, “Presdir
Yoo Se Young dari perusahaan Dongsung, benar kan?”
Hong Joo terkejut Min woo mengenal
Se Young. Min Woo tak tahu apa yang terjadi antara Hong Joo, Seok Hoon dan Se Young
tapi ia ini orang yang berbeda. “Jika aku ingin memilikimu maka terlebih dulu
aku akan membuatmu menginginkanku.”
Young Chul yang berada di
hotel melihat Kang Min Woo bersama seorang wanita. Ia terkejut ketika tahu wanita
yang bersama Min Woo adalah Hong Joo. Ia melihat kedua orang itu masuk lift menuju
kamar hotel.
Young Chul pun mengatakan
pada Seok Hoon apa yang dilihatnya. “Aku melihat dia naik ke sebuah kamar
bersama Presdir Ajin Grup, Kang Min Woo.” Seok Hoon kaget bukan main.
Seok Hoon langsung ke
hotel. Ia sangat marah. Young Chul berusaha menenangkan temannya, apa yang akan
Seok Hoon lakukan jika sampai disana. Bukankah keduanya bisa menunggu disini
kemudian membicarakannya. Seok Hoon emosi, bisakah Young Chul hanya diam menunggu
disini sementara tahu si istri bersama pria lain di kamar hotel.
Seok Hoon sampai di depan
kamar. Ia mengetuk pintu kamar itu keras-keras. Min Woo membuka pintu kamar dan
terkejut melihat Seok Hoon ada disana. Seok Hoon masuk mendorong Min Woo.
Seok Hoon melihat Hong Joo
yang mabuk keluar dari kamar mandi. Hong Joo menatap suaminya dengan tatapan sinis.
“Lama tak bertemu.” sapa Hong Joo. “Apa sekarang kau menguntit istrimu?”
Kemarahan Seok Hoon
meledak, “Na Hong Joo apa kau sudah gila?” bentak Seok Hoon.
Bersambung ke episode 8
Huwaaaaaaa semakin rame.
Drama ini sesuai dengan judulnya ya, godaan.
Ketika seorang wanita lama
tak pernah membuka hati dan ketika hatinya mulai tersentuh oleh seorang pria
tapi kemudian ia kecewa karena si pria menolaknya bisa jadi wanita itu akan
kembali menutup hatinya. #PengalamanPribadi hahaha
Saya mencoba memahami
perasaan Se Young sebagai wanita yang sedang jatuh cinta. Inilah godaannya,
jatuh cinta pada pria yang sudah beristri. Ini pula yang menjadi godaan Seok Hoon,
ia yang mencintai istrinya tapi ia juga menyukai Se Young. Kekuatan cinta siapakah
yang paling kuat? Hmmm penasaran.
Hemmm.. Sru nian.
ReplyDeleteStuju dg mbk anis..
D'tnggu lnjtan ny mbk.
sama yg itu kah Jeng??? hahahaha.....
ReplyDeleteSemoga Se young akhir Nya bisa jadian sama seok hoon....
ReplyDelete