Yoo Se Young berbelanja
bersama teman yang juga dokternya, Myung Hwa. Ketika Myung Hwa sedang melihat-lihat
ke sebuah toko, Se Young masuk ke toko jam tangan.
Se Young berkata pada
pelayan toko ia ingin melihat jam tangan pria. Ia pun melihat dua diantara jam
tangan pria yang diambilkan oleh pelayan.
Myung Hwa datang
mengagetkan Se Young, “Apa belum ada kabar?”
Se Young tanya siapa.
Myung Hwa tersenyum, Se Young
tahu siapa yang ia maksud. “Pria Pemilik jam tangan ini.”
Myung Hwa mampir dan minum
kopi di rumah Se Young. Ia heran bukankah Se Young bilang dia sudah bercerai. “Dia
mungkin meneleponmu sekarang karena dia sudah bebas.” Se Young mendelik apa ini
sebabnya Myung Hwa mengomelinya tentang datang ke rumah supaya bisa menanyakan
itu padanya.
Myung Hwa heran jika Se Young
tak ingin menungu, kenapa tidak berinisiatif meneleponnya lebih dulu. Se Young
merasa kalau situasi sekarang tidak sama dengan dulu. Ia tidak mengambil inisiatif
lagi. Myung Hwa merasa itu situasi disaat dia masih menikah, menurutnya bukan
kesalahan Se Young dia bercerai, tak seharusnya Se Young merasa bersalah. Se Young
berkata ada banyak hal yang tidak temannya ini ketahui.
Myung Hwa berkata kalau
apa yang ia katakan ini hanya berdasarkan apa yang ia ketahui, “Pasangan suami
istri tidak berpisah atau tetap bersama karena apa yang dikatakan orang lain
pada mereka. Mereka lah yang menandatangani kertas itu pada akhirnya. Jangan
salahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi pada pasangan lain.”
Se Young tidak sedang
menyalahkan diri sendiri. Ia hanya sedang menunggu dan membiarkannya.
Myung Hwa benar-benar
heran, “Kau itu setajam pisau jika untuk berbisnis tapi lembut seperti air jika
itu mengenai cinta. Bagaimana jika dia itu menyusup ke laut apa kau akan berdiri
di pantai dan menyesalinya selama sisa hidupmu?”
Se Young terdiam.
Min Woo sudah tiba di Korea.
Ia bertanya pada Pengacara Choi apa tim manajemennya sudah tiba di Hongkong.
Pengacara Choi menjawab ya, mereka sedang mengerjakan blue print untuk rencana
bisnis baru dengan orang-orang Presdir Du. Kita rencanakan untuk membiarkan
pers tahu minggu depan dan mengadakan pertemuan resmi.
Min Woo : “Kita sudah
mengurus mangsa di luar rumah kita, sekarang aku harus membereskan jebakan yang
kupasang disana.”
Jebakan apa itu... hmmm jebakan
untuk istrinya hahahah.
Ji Sun yang sudah kembali
dari Bangkok gemetaran ketika memegang sebuah foto mesra dirinya dengan pria
lain. Min Woo tersenyum santai bukankah itu foto yang bagus. Ia sudah hidup
bersama Ji Sun selama 10 tahun tapi ia tak pernah melihat Ji Sun tersenyum
seperti itu.
Ji Sun pun menyadari kalau
Min Woo sudah menjebaknya, “Kau pria jahat. Bagaimana bisa kau melakukan ini
padaku?”
Min Woo berkata ini adalah
permaianan menangkap ekor. Ia menangkap Ji Sub lebih dulu karena ia ini orang
yang beruntung. Ji Sun tanya apa yang Min Woo inginkan darinya. Apa Min Woo
ingin ia menyerahkan saham dan warisannya.
Min Woo menjawab tepat
sekali. “Aku tak ingin kau menghabiskan uangku untuk membeli makan malam dan
pakaian untuk cinta pertamamu. Hei...itu sangat tak sopan. Tapi aku sudah
membiuat keputusan berat yag tak ingin kubuat, hanya untukmu. Nikmatilah semua
waktu yang kau inginkan dengan cinta pertamamu sekarang. Bersenang-senang dan
berbahagialah.” Min Woo memberikan amplop besar pada Ji Sun. “Hanya dengan
menandatangani ini kau akan bebas.”
“Kau ingin bercerai?” tebak
Ji Sun terkejut.
Min Woo mengingatkan agar
JI Sun jangan pernah berpikir untuk mendapatkan hak asuh anak. Ia akan benar-benar
marah jika JI Sun melakukannya.
Ji Sun tak takut, “Apa kau
pikir aku akan menyerah begitu mudah? Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya.
Aku akan menghancurkanmu dan keluargamu. Itu tidak masalah. Bahkan jika kau
memiliki alasan bagus untuk menceraikan istrimu, kau diminta secara hukum untuk
membayar uang tunjangan. Apa kau tak tahu itu?”
“Apa kau ingin mengambil
jalan yang sulit, bukannya jalan yang mudah? Lakukan saja sesukamu. Tapi itu
akan menjadi perjalanan yang berat dan akan membuat cinta pertamamu terlibat.”
Min Woo tersenyum namun penuh ancaman.
Ji Sun tak mengerti apa
maksudnya.
Min Woo menilai cinta
pertama Ji Sun ini sepertinya bisa menjadi suami dan ayah yang baik. Kehidupan
kecilnya yang manis akan buakkkkkkk.... dekan dari universitas Kang San itu
teman ibunya. Dekannya sangat disiplin dan tak akan menyukai seorang profesor
yang memiliki skandal.
Ji Sun tak menyangka Min Woo
mengancamnya begini. Min Woo menatap Ji Sun, “Ji Sun-ah terima kaih untuk semua
kerja kerasmu tapi sekarang aku harus mengeluarkanmu dari hidupku.”
Hong Joo pun menceritakan
perceraiannya pada ayahnya. Ayah yang kaget bertanya siapa yang awalnya
menginginkan perceraian itu. Hong Joo minta maaf pada ayahnya dan mengatakan
kalau ia lah yang meginginkan perceraian ini sementara Seok Hoon berusaha
mempertahankan pernikahan mereka. Ayah ingin Hong Joo menelepon Seok Hoon dan
meminta dia untuk menerima Hong Jooo kembali, katakan pada Seok Hoon kalau ia
mengusir Hong Joo. Tapi Hong Joo menegaskan bahwa pernikahannya dengan Seok Hoon
sudah berakhir.
Ayah sangat marah dan
mengobrak-abrik papan catur. Hong Joo hanya bisa menunduk diam. Ayah yang sangat
marah kecewa sekali, ia sadar bahwa dirinya ini tidak berpendidikan tinggi ataupun
kaya tapi putrinya ini tak boleh memperlakukannya seperti ini. Hong Joo bahkan
tak pernah membicarakan ini dengannya. Ia yang marah dan kecewa masuk ke
kamarnya.
Seok Hoon mengemasi
pakaiannya. Young Chul tanya sampai kapan Seok Hoon akan di Brazil. Seok Hoon
tak tahu ia harus melihat dulu saat disana, mungkin membutuhkan waktu beberapa
bulan atau mungkin juga ia akan tinggal disana selamanya.
Young Chul tanya lagi apa
Seok Hoon sudah mengatakan ini pada istri Seok Hoon. Seok Hoon mengingatkan
bisakah Young Chul ini tidak membicarakan Hong Joo lagi. Young Chul tahu Seok Hoon
dan Hong Joo ini sudah bercerai tapi bukankah kalian sudah tidur di ranjang
yang sama. Seok Hoon menyela dengan suara keras kalau sekarang sudah tidak
lagi. Young Chul terdiam mendengar kemarahan seok hoon. Seok Hoon minta maaf
karena sudah emosi.
Se Young yang gelisah mondar-mandir
di apartemennya. Ia tak bisa gelisah seperti ini terus. Ia pun bergegas menuju
suatu tempat.
Se Young memarkirkan
mobilnya di depan gedung apartemennya Young Chul. Dari kejauhan ia melihat Seok
Hoon memapah Young Chul yang sudah mabuk. Seok Hoon pun melihat Se Young yang ada
di dalam mobil. Ia meminta Young Chul untuk masuk ke rumah lebih dulu.
Se Young keluar dari
mobilnya menghampiri Seok Hoon. Ia berbasa-basi memberi saran kalau yang
namanya minum terlalu banyak itu tidak bagus untuk tubuh. Seok Hoon bilang ia
tak minum banyak. Se Young memberi saran lagi, jangan minum-minum karena penderitaan
dengan alasan membuat diri merasa lebih baik karena itu akan membuat Seok Hoon
menjadi pecandu alkohol. Seok Hoon terkekeh mendengar nasehat Se Young, ia mengerti
ia tak akan minum-minum.
Se Young kemudian
mengatakan kalau ia takut Seok Hoon akan menjauh darinya sementara dirinya
menunggu jadi itu sebabnya sekarang ia ada disini. Sekarang ia merasa lebih
baik setelah melihat Seok Hoon. Se Young mempersilakan Seok Hoon masuk ke
apartemen karena Young Chul pasti sudah menunggu.
Se Young akan kembali ke
mobilnya namun Seok Hoon menarik tangannya membuat Se Young berada sangat dekat
dengan Seok Hoon. Jantung Se Young berdegup ketika Seok Hoon memegang tangannya
dan wajah Seok Hoon berada sangat dekat dengan wajahnya. Seok Hoon hanya mengucapkan
semoga Se Young selamat sampai rumah. Se Young yang gugup tersenyum mengangguk.
Ia pun kembali ke mobilnya.
Hari dimana Ji Sun keluar
dari rumah keluarga Kang pun tiba. Yoon Ah dan Song Ah menangis ibu mereka akan
pergi. Ji Sun meminta kedua putrinya jangan menangis ia hanya akan pergi ke
rumah Nenek (ke rumah orangtuanya) dan ia akan kembali.
Yoon Ah dan Song Ah yang
menangis ingin juga ikut kesana. Ji sun menangis memeluk kedua putrinya.
Ji Sun turun dari lantai
dua, si kecil Soo Ah digendong pengasuhnya. Ia melihat ibu Min Woo menemani Roy
yang tengah menggambar. Ia meminta pengasuh membawa Soo ah lebih dulu ke mobil.
Ji Sun pamitan pada ibu Min
Woo. Ibu Min Woo berkata kalau ia terpaksa mengirim Soo Ah bersama Ji Sun
supaya dia bisa menyusu. Setelah Soo Ah bisa berjalan ia akan mengambilnya
kembali.
Ji Sun merasa yakin kalau
ibu mertuanya ini pasti sudah lega. Ibu Min Woo tak ingin Roy mendengar obrolan
ini, ia menyuruh Roy masuk ke kamar. Roy mengerti, sebelum masuk kamar ia
menyapa Ji Sun sopan.
Ibu Min Woo tak menyangka
dengan tingkah Ji Sun. “Beraninya kau melirik pria lain?” ucapnya dengan suara
tinggi. Ji Sun menyindir kalau Min Woo juga menjalani kehidupan yang seperti
itu. Ada wanita dari masa lalunya tidur dengannya semalam, wanita yang terus
dia sembunyikan. Dia memiliki selera yang bervariasi.
Ibu Min Woo tahu putranya tidak
sempurna tapi ceritanya berbeda untuk para wanita. “Aku ingin menghancurkanmu
dan keluargamu tapi Presdir Kang memohon padaku untuk tidak melakukannya, jadi
aku menahannya.”
Ji Sun menatap sinis, ia
berharap ibu mertuanya ini berumur panjang. Ibu harus tetap hidup agar ibu bisa
melihat sendiri keluarga mana yang hancur. Ibu Min Woo tentu saja marah mendengar
peringatan seperti itu. Ji Sun pun keluar dari rumah keluarga Kang
Ibu Min Woo heran dan
bertanya-tanya kira-kira siapa yang putranya sembunyikan.
Young Chul berlari tergesa-gesa
menabrak karyawan lain. Ia masuk ke ruangan Se Young mengabarkan kalau
perusahaan sedang dalam masalah. Se Young mengingatkan apa Young Chul lupa
kalau Young Chul ini sudah dipromosikan sebagai direktur, ia minta Young Chul
bersikap tenang. Jika direkturnya bersin maka karyawanya akan terkena flu. Young
Chul mengerti ia menarik nafas agar bisa lebih tenang.
Se Young tanya apa yang
terjadi. Young Chul mengatakan kalau perusahaan Ajin dan Perusahaan Du sedang menggabungkan
kekuatan, kedua perusahaan itu sedang bekerja sama di semua sektor makanan. Sasaran
pertama mereka adalah jaringan toko es krim. Se Young tentu saja kaget karena
ia juga akan mengembangkan bisnis itu.
Seok Hoon yang sudah siap
dengan kopernya akan pergi memperhatikan Hong Joo dari jauh. Ia melihat Hong Joo
bersama rekan perawat lain tengah beristirahat sambil berseda gurau. Ia lega
karena bisa melihat Hong Joo tersenyum lepas seperti itu. Ia merasa dirinya tak
perlu lagi menyapa Hong Joo, ia pun segera pergi.
Ketika sedang bekerja Hong
Joo menerima telepon dari Roy. Ia tersenyum namun senyumnya berubah menjadi
keterkejutan ketika Roy menyerahkan telepon ke neneknya, alias ibu Min Woo. Ibu
Min Woo ingin bertemu dengan Hong Joo.
Keduanya pun bertemu di
sebuah rumah makan. Ibu Min Woo sudah banyak mendengar tentang Hong Joo dari Roy.
“Kau yang mengurusnya di Hongkong dan bahkan kau juga yang mengurusnya ketika
kembali ke Korea.” Hong Joo bilang itu bukan apa apa, saat itu ia memang sedang
mencari pekerjaan ditambah lagi keadaan Roy juga tidak baik.
Ibu Min Woo menyadari itu,
Roy selalu membicarakan Hong Joo di depannya jadi ia ingin bertemu dengan Hong
Joo, “Aku dengar kau sudah menikah, benar kah? Apa pekerjaan suamimu?”
Hong Joo minta maaf ia
datang kesini menemeui ibu Min Woo ketika sedang istirahat makan siang, karena
istirahat makan siangnya hampir habis ia harus segera kembali ke rumah sakit.
Jadi jika ibu Min Woo tak keberatan segera saja katakan apa maksud ibu Min Woo
ini menemuinya.
Ibu Min Woo tak tahu apa Hong
Joo sudah tahu tentang ini tapi putranya memang memiliki banyak wanita. “Seorang
pahlawan akan selalu memiliki banyak wanita. Itu benar untuk orang seperti dia.
Dia Presdir sebuah perusahaan besar jadi banyak rumor yang muncul karena
kecemburuan. Terkadang rumor itu bahkan berubah menjadi benar. Setiap kali itu
terjadi aku harus melangkah masuk sebagi ibunya. Terkadang para wanita datang
mengejar dia karena mereka itu wanita matre. Tapi mereka tak semudah itu.”
“Nyonya?” Hong Joo sepertinya
sudah mengerti kemana arah pembicaraan ibu Min Woo ini.
Ibu Min Woo melanjutkan, “Dari
apa yang kudengar kau telah memenangkan hati cucuku dan sebagian dari hati Presdir
Kang. Itu sebabnya aku ingin bertemu denganmu. Aku tak ingin tahu apa yang kau
inginkan.”
Hong Joo merasa
pembicaraan ini tak bisa dilanjutkan lagi. Ia berdiri, ia menegaskan bahwa
dirinya tak menginginkan apapun dan ia sedang tak menyembunyikan apapun. Ia
bahkan tak harus bertemu dengan Roy ataupun Kang Min Woo. Ia pun permisi, ibu Min
Woo tersenyum terkesan dengan Hong Joo.
Se Young mengundang Min Woo
untuk makan siang sebagai bentuk traktirannya pada Min Woo. Namun ia datang
terlambat Min Woo yang datang lebih dulu. Min Woo menyindir bukankah yang
meminta bertemu itu Se Young, jadi setidaknya Se Young yang harus datang tepat
waktu, ia sampai bosan menunggu. Se Young tahu Min Woo paling benci kebosanan.
Min Woo membuka daftar
makanan, “Aku rugi jika kau hanya mentraktirku makan siang dan segelas wine.”
Se Young : “Apa kau begitu
bosan hingga kau memulai pertarungan baru? Aku dengar kau sedang melakukan
kerja sama dengan Perusahan Du.”
Min Woo tersenyum Se Young
cepat mengetahui berita ini, “ah aku memang bukan tandinganmu tadinya aku kira
itu akan tetap dibawah radarmu setidaknya sampai minggu depan.”
Se Young : “Kami sudah
mulai berencana untuk meluncurkan toko es krim kami ke luar negeri sebelum kau.”
Min Woo yang sepertinya
sudah tahu terlihat pura-pura terkejut, “benarkah?”
Se Young : “Kemudian kami
sedang berencana untuk melebarkannya pada coffee shop dan restoran keluarga
juga.”
“Aku tak tahu itu.” sahut Min
Woo yang sepertinya sih memang sudah tahu.
Se Young : “Tapi berkat
kau Presdir Kang rencana rencana itu tertunda.”
“Aku?” Min Woo berpura-pura
bersikap bingung, “memangnya apa yang sudah kulakukan?”
Se Young : “Seharusnya China
yang menjadi target kami tapi kau memulai bisnismu disana. Jika kau memanfaatkan
bisnis yang dimiliki Perusahaan Du di China pada dasarnya perusahaan Ajin ini
sedang menjegal.”
Min Woo tersenyum, “apa
ternyata akhirnya jadi seperti itu? sungguh situasi yang sulit.”
Se Young : “Bukankah ini
sedikit kasar untuk balas dendam atas kekalahan keras dalam pertarungan kita untuk
Hotel M?”
Min Woo meminta Se Young
jangan salah paham, “Perusahaan kami sudah melewati keuntungan potensial,
pasar, visi, manajemen dan semua hal yang membosnakan itu untuk memulai proyek
baru ini.”
Se Young : “Jadi apa kita
benar-benar akan masuk ke dalam pertarungan ini?”
Min Woo : “Itulah tepatnya
maksudku. Kita sudah saling mengenal satu sama lain untuk waktu yang lama. Apa
yang harus kita lakukan?”
Min Woo punya ide, ia
menatap tajam Se Young, “Kenapa kau tidak menyerah, Presdir Yoo? Kibarkan
bendera putih atau kau dan perusahaanmu akan secepatnya kalah. Kalah sangat
banyak.”
Ditengah-tengah
pembicaraan ini ponsel Se Young berdering, telepon dari Seok Hoon. Ia tentu
saja tak bisa menjawabnya diantara obrolan seriusnya dengan Min Woo. Ia pun
mengirim pesan kalau dirinya sedang tak bisa menjawab telepon. Seok Hoon yang
membaca pesan itu mengerti karena Se Young pasti sedang sibuk. Ia pun
mengirimkan sms pada Se Young.
Se Young tentu tak mau
menyerah begitu saja seperti saran Min Woo. Min Woo tahu kalau Se Young ini
sangat cermat terhadap yang namanya untung dan rugi. “Dapatkan tidur malam yang
nyenyak, mandi dan saat kau setiap untuk berpikir dengan jernih ambil kalkulator
dan hitunglah. Kau akan mendapatkan jawabanmu.”
Se Young tahu kalau yang
namanya bisnis tidak selalu berjalan sesuai rencana. Selalu ada variabel
disana.
“Variabel?” itu tidak terdengar
seperti sikap Se Young yang ia kenal. “Variabel untukmu apa Cha Seok Hoon,
benar kan? Apa pria itu?” sekarang ia tahu ternyata Soek Hoon yang membuat
gerakan selama pengambilalihan Hotel M. Karena presdir Yoo Se Young yang ia
kenal tak akan pernah menerima persyaratan-persyaratan itu.
Se Young tak ingin bicara tentang
kehidupan pribadinya. Ia disini agar dirinya dan Min Woo bisa bernegosiasi dan
menghindari pertarungan yang tidak perlu antara Dongsung dan Ajin.
Min Woo mengingatkan lagi
jika Se Young tidak menyerah maka akan terjadi pertumpahan darah. “Yang pertama
sekali, aku tak ingin kalah untuk yang kedua kalinya. Kedua, aku ingin
menginjak Cha Seok Hoon.” Ia tahu Se Young datang kesini untuk membicarakan
bisnis tapi ia untuk membicarakan masalah pribadi.
Se Young menebak apa itu
karena Na Hong Joo. Min Woo tersenyum tanda membenarkan. Se Young menilai itu
tidak berarti Cha Seok Hoon kalah bahkan jika Min Woo mampu mengalahkannya. Min
Woo berkata kalau itu pilihan Se Young sekarang.
Se Young : “Kau mengatakan
kau akan melakukan apapun yang kau inginkan tanpa menghiraukan keputusanku. Kau
tidak boleh menyebut itu suatu pilihan.”
Min Woo meminta Se Young
menganggap itu sebagai ancaman saja. Se Young melihat sepertinya Min Woo bicara
jujur. Min Woo tak menyangkal jika Se Young paham apa yang ia katakan ia sangat
berharap Se Young akan membuat keputusan yang bijaksana.
Min Woo berdiri menatap
tajam Se Young, ia merasa pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang
sesungguhnya.
Se Young pun menatap Min Woo
sambil tersenyum. Ia tak takut ancaman Min Woo. Ia akan menantikan itu, ia juga
akan mentraktir Min Woo sesuatu yang lezat setelah semua kemenangannya. Min Woo
tersenyum, ia kemudian keluar dari ruangan itu lebih dulu.
Se Young menarik nafas
panjang. Walaupun sepanjang pembicarannya dengan Min Woo tadi terlihat tenang
dan penuh senyum namun sekarang wajahnya mulai terlihat cemas.
Min Woo menerima telepon
dari ibunya. Ibunya mengatakan kalau dia tidak mengincar uang Min Woo. Min Woo
tak mengerti siapa yang ibunya maksud ‘dia’. Ibunya bilang kalau itu adalah wanita
yang dari pondok. Min Woo terlihat tak senang ibunya menemui Hong Joo.
Se Young yang masih ada di
ruangan tadi teringat akan telepon Seok Hoon tadi. Ia pun mengecek ponselnya
dan mendapati ada sms dari Seok Hoon.
Maaf aku pergi tanpa
berpamitan. Kita akan menyelesaikan obrolan kita suatu hari. Sampai saat itu,
aku akan mengingatmu.
Seok Hoon masuk ke dalam
bus menuju bandara. Se Young berusaha menelepon Seok Hoon namun ponsel Seok Hoon
sibuk. Dia tengah berbincang dengan Young Chul di telepon. Baterai ponsel Seok Hoon
pun habis.
Se Young pun menelepon Young
Chul menanyakan apa Seok Hoon akan pergi ke suatu tempat, karena Seok Hoon
bilang dia akan pergi ke suatu tempat. Se Young terdiam terkejut mendengar
sesuatu dari Young Chul. Ia pun bergegas masuk ke mobilnya.
Seok Hoon sampai di
bandara.
Se Young yang juga sampai
di bandara celingukan mencari sosok Seok Hoon. Namun mencari satu orang diantara
banyak orang sungguh sulit.
Se Young pun melihat Seok Hoon.
Tanpa berlama-lama ia pun memanggilnya. Langkah Seok Hoon terhenti mendengar
seseorang memanggilnya. Ia menoleh dan terkejut melihat Se Young.
Seok Hoon menghampiri Se Young.
Se Young berkata bukankah ia sedang menunggu Seok Hoon jadi kemana Seok Hoon
sekarang kan pergi. “Kau menyebutku seorang pengecut dan sekarang kau akan
melarikan diri seperti ini?”
Se Young memohon Seok Hoon
tak pergi ke Brazil. “Bukan hanya Brazil jangan pergi kemanapun.”
Se Young mengeluarkan uang
3 dollar. “Ini untuk 3 jam yang kujual padamu di Hongkong. Waktu itu adalah
saat cinta pertamaku dimulai.” Se Young menjatuhkan uang itu, “Sekarang aku tak
ingin membuat kesepakatan apapun denganmu. Kau boleh tak menyukaiku atau bahkan
membenciku hanya saja bisakah kau tetap di sisiku?”
Seok Hoon menunduk menatap
uang 3 dollar yang Se Young buang. Ia mengangkat wajahnya, “Tidak. Jika aku
tetap berada di dekatmu seperti ini aku tak bisa menyukai atau membencimu. Aku
sudah menghancurkan semuanya sampai sekarang karena aku seperti itu. Aku tak
ingin mengulangi kesalahanku.”
Se Young sedih mendengarnya,
apa Seok Hoon benar-benar akan pergi. Seok Hoon berjanji kalau dirinya akan
kembali.
Se Young mengulurkan
tangannya. Seok Hoon menjabat tangan Se Young. Dengan mata berkaca-kaca Se Young
mengucapkan selamat tinggal pada Seok Hoon. “Itu adalah hubungan sial yang tak
akan pernah bisa kulupakan.”
Se Young tak kuasa menahan
air matanya, ia melepaas jabatan tangannya dari Seok Hoon. Ia berbalik badan. Seok
Hoon mendekapnya dari belakang, “Hubungan sial kita belum berakhir. Aku akan
menemuimu ketika aku kembali. Bisakah kau menungguku sampai saat itu?”
Se Young hanya bisa
menitikan air mata mendengar ucapan Seok Hoon.
Bersambung ke episode 10
Memang benar sih, bukan
salah Se Young ketika Hong Joo dan Seok Hoon menandatangai surat perceraian
namun kehadiran Se Young kan salah satu muncul sebabnya.
Jika datang pada kita
seorang wanita yang terang-terangan menyukai suami kita bahkan suami kita pun
jujur menyukai wanita itu, bagaimana perasaan kita. Berusaha dipertahankan
seperti apapun kecurigaan dan tuduhan-tuduhan pasti akan muncul. Ya mungkin ini
jalan hidup Hong Joo n Seok Hoon supaya keduanya bisa memulai hidup baru dengan
tenang.
Alasan Seok Hoon pergi
sepertinya ingin menguji perasaannya sendiri terhadap Se Young. Selama ini ia
masih belum memahami apakah ia mencintai Se Young atau tidak. Nah ketika dia
jauh dari Se Young kan dia bisa tuh merasakan rindu atau apapun lah namanya.
Dan mungkin saat itu dia bisa merasakan perasaan yang sesunggunya pada Se Young.
kepercayaan lah yang hilang dari mereka,
ReplyDeletedalam hal ini semua orang bisa di salahkan dan bisa di benarkan, tergantung dari sudut mana kita memandang,, semoga ke depan mereka dapat yang terbaik.
ahhhh eps ini scene hong gyu ~ se jin kurang banyak...
btw ma kasih mba 'anis.^^
~sari_
Sepertix SH menyukai SY... toh skrg juga sdh cerai jd bisa leluasa menunjukkan perhatian dan kebersamaan nntx...
ReplyDeleteSemoga berbahagia...
Tp sbnrx sy ingin melihat kalian menderita...
*sy berada d sisi HJ
Ikut d sisi HJ...
DeleteSmoga SH ga jd sm SY,dan nyesell udh pisah sm HJ...
Smogaa HJ sm MW happy ending...krn kyny mreka dsini korban pslingkuhn yaaa...
Moga happy ending HJ n MW...
Deleteadegan terakhir itu... isssshhh... geuleuh da aku mah liatnya ...
ReplyDeletemungkin seok hoon pngen meluk se young dr kemaren2...? rrrrr......
ntar pas seok hoon pulang dari brazil atau entah dari mana pun itu,
hong joo udah nikah sama min woo,
HOOOREE....
**mengarangBebas, hhhaaha**
tapi kyknya hong joo ga semudah itu buat min woo...
Seok hoon-ssi, silakan ya kalo mau sama se young,
tp maaf saya tidak ikut berbahagia,
hhahaa
sy menantikan sweetscene hong-joo dan min woo aja ...
Hahahaha sepertix begitu SH pengen meluk dr kemarin2...
DeleteSenang banget kan dia skrg sdh cerai. Jd bebas..
Semoga hong joo bisa segera move on dan melupakan seok hoon...
ReplyDeleteGa tau kenapa ya benci liat psangan sh sma sy. Ya wlwpn ga nyata tp berasa nyata mgkin krna aku wanita kali ya ngrti prsaan hj. Duh wlwpn sy jdi pmran utama tp knpa mlah benci ya. :'(
ReplyDelete