Tuesday 19 August 2014

Sinopsis Temptation Episode 9 Part 2

Yoo Se Young berbelanja bersama teman yang juga dokternya, Myung Hwa. Ketika Myung Hwa sedang melihat-lihat ke sebuah toko, Se Young masuk ke toko jam tangan.

Se Young berkata pada pelayan toko ia ingin melihat jam tangan pria. Ia pun melihat dua diantara jam tangan pria yang diambilkan oleh pelayan.

Myung Hwa datang mengagetkan Se Young, “Apa belum ada kabar?”

Se Young tanya siapa.

Myung Hwa tersenyum, Se Young tahu siapa yang ia maksud. “Pria Pemilik jam tangan ini.”
Myung Hwa mampir dan minum kopi di rumah Se Young. Ia heran bukankah Se Young bilang dia sudah bercerai. “Dia mungkin meneleponmu sekarang karena dia sudah bebas.” Se Young mendelik apa ini sebabnya Myung Hwa mengomelinya tentang datang ke rumah supaya bisa menanyakan itu padanya.

Myung Hwa heran jika Se Young tak ingin menungu, kenapa tidak berinisiatif meneleponnya lebih dulu. Se Young merasa kalau situasi sekarang tidak sama dengan dulu. Ia tidak mengambil inisiatif lagi. Myung Hwa merasa itu situasi disaat dia masih menikah, menurutnya bukan kesalahan Se Young dia bercerai, tak seharusnya Se Young merasa bersalah. Se Young berkata ada banyak hal yang tidak temannya ini ketahui.
Myung Hwa berkata kalau apa yang ia katakan ini hanya berdasarkan apa yang ia ketahui, “Pasangan suami istri tidak berpisah atau tetap bersama karena apa yang dikatakan orang lain pada mereka. Mereka lah yang menandatangani kertas itu pada akhirnya. Jangan salahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi pada pasangan lain.”

Se Young tidak sedang menyalahkan diri sendiri. Ia hanya sedang menunggu dan membiarkannya.

Myung Hwa benar-benar heran, “Kau itu setajam pisau jika untuk berbisnis tapi lembut seperti air jika itu mengenai cinta. Bagaimana jika dia itu menyusup ke laut apa kau akan berdiri di pantai dan menyesalinya selama sisa hidupmu?”

Se Young terdiam.
Min Woo sudah tiba di Korea. Ia bertanya pada Pengacara Choi apa tim manajemennya sudah tiba di Hongkong. Pengacara Choi menjawab ya, mereka sedang mengerjakan blue print untuk rencana bisnis baru dengan orang-orang Presdir Du. Kita rencanakan untuk membiarkan pers tahu minggu depan dan mengadakan pertemuan resmi.

Min Woo : “Kita sudah mengurus mangsa di luar rumah kita, sekarang aku harus membereskan jebakan yang kupasang disana.”

Jebakan apa itu... hmmm jebakan untuk istrinya hahahah.
Ji Sun yang sudah kembali dari Bangkok gemetaran ketika memegang sebuah foto mesra dirinya dengan pria lain. Min Woo tersenyum santai bukankah itu foto yang bagus. Ia sudah hidup bersama Ji Sun selama 10 tahun tapi ia tak pernah melihat Ji Sun tersenyum seperti itu.
Ji Sun pun menyadari kalau Min Woo sudah menjebaknya, “Kau pria jahat. Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?”

Min Woo berkata ini adalah permaianan menangkap ekor. Ia menangkap Ji Sub lebih dulu karena ia ini orang yang beruntung. Ji Sun tanya apa yang Min Woo inginkan darinya. Apa Min Woo ingin ia menyerahkan saham dan warisannya.

Min Woo menjawab tepat sekali. “Aku tak ingin kau menghabiskan uangku untuk membeli makan malam dan pakaian untuk cinta pertamamu. Hei...itu sangat tak sopan. Tapi aku sudah membiuat keputusan berat yag tak ingin kubuat, hanya untukmu. Nikmatilah semua waktu yang kau inginkan dengan cinta pertamamu sekarang. Bersenang-senang dan berbahagialah.” Min Woo memberikan amplop besar pada Ji Sun. “Hanya dengan menandatangani ini kau akan bebas.”
“Kau ingin bercerai?” tebak Ji Sun terkejut.

Min Woo mengingatkan agar JI Sun jangan pernah berpikir untuk mendapatkan hak asuh anak. Ia akan benar-benar marah jika JI Sun melakukannya.

Ji Sun tak takut, “Apa kau pikir aku akan menyerah begitu mudah? Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Aku akan menghancurkanmu dan keluargamu. Itu tidak masalah. Bahkan jika kau memiliki alasan bagus untuk menceraikan istrimu, kau diminta secara hukum untuk membayar uang tunjangan. Apa kau tak tahu itu?”

“Apa kau ingin mengambil jalan yang sulit, bukannya jalan yang mudah? Lakukan saja sesukamu. Tapi itu akan menjadi perjalanan yang berat dan akan membuat cinta pertamamu terlibat.” Min Woo tersenyum namun penuh ancaman.

Ji Sun tak mengerti apa maksudnya.
Min Woo menilai cinta pertama Ji Sun ini sepertinya bisa menjadi suami dan ayah yang baik. Kehidupan kecilnya yang manis akan buakkkkkkk.... dekan dari universitas Kang San itu teman ibunya. Dekannya sangat disiplin dan tak akan menyukai seorang profesor yang memiliki skandal.

Ji Sun tak menyangka Min Woo mengancamnya begini. Min Woo menatap Ji Sun, “Ji Sun-ah terima kaih untuk semua kerja kerasmu tapi sekarang aku harus mengeluarkanmu dari hidupku.”
Hong Joo pun menceritakan perceraiannya pada ayahnya. Ayah yang kaget bertanya siapa yang awalnya menginginkan perceraian itu. Hong Joo minta maaf pada ayahnya dan mengatakan kalau ia lah yang meginginkan perceraian ini sementara Seok Hoon berusaha mempertahankan pernikahan mereka. Ayah ingin Hong Joo menelepon Seok Hoon dan meminta dia untuk menerima Hong Jooo kembali, katakan pada Seok Hoon kalau ia mengusir Hong Joo. Tapi Hong Joo menegaskan bahwa pernikahannya dengan Seok Hoon sudah berakhir.
Ayah sangat marah dan mengobrak-abrik papan catur. Hong Joo hanya bisa menunduk diam. Ayah yang sangat marah kecewa sekali, ia sadar bahwa dirinya ini tidak berpendidikan tinggi ataupun kaya tapi putrinya ini tak boleh memperlakukannya seperti ini. Hong Joo bahkan tak pernah membicarakan ini dengannya. Ia yang marah dan kecewa masuk ke kamarnya.
Seok Hoon mengemasi pakaiannya. Young Chul tanya sampai kapan Seok Hoon akan di Brazil. Seok Hoon tak tahu ia harus melihat dulu saat disana, mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan atau mungkin juga ia akan tinggal disana selamanya.

Young Chul tanya lagi apa Seok Hoon sudah mengatakan ini pada istri Seok Hoon. Seok Hoon mengingatkan bisakah Young Chul ini tidak membicarakan Hong Joo lagi. Young Chul tahu Seok Hoon dan Hong Joo ini sudah bercerai tapi bukankah kalian sudah tidur di ranjang yang sama. Seok Hoon menyela dengan suara keras kalau sekarang sudah tidak lagi. Young Chul terdiam mendengar kemarahan seok hoon. Seok Hoon minta maaf karena sudah emosi.

Se Young yang gelisah mondar-mandir di apartemennya. Ia tak bisa gelisah seperti ini terus. Ia pun bergegas menuju suatu tempat.
Se Young memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemennya Young Chul. Dari kejauhan ia melihat Seok Hoon memapah Young Chul yang sudah mabuk. Seok Hoon pun melihat Se Young yang ada di dalam mobil. Ia meminta Young Chul untuk masuk ke rumah lebih dulu.
Se Young keluar dari mobilnya menghampiri Seok Hoon. Ia berbasa-basi memberi saran kalau yang namanya minum terlalu banyak itu tidak bagus untuk tubuh. Seok Hoon bilang ia tak minum banyak. Se Young memberi saran lagi, jangan minum-minum karena penderitaan dengan alasan membuat diri merasa lebih baik karena itu akan membuat Seok Hoon menjadi pecandu alkohol. Seok Hoon terkekeh mendengar nasehat Se Young, ia mengerti ia tak akan minum-minum.

Se Young kemudian mengatakan kalau ia takut Seok Hoon akan menjauh darinya sementara dirinya menunggu jadi itu sebabnya sekarang ia ada disini. Sekarang ia merasa lebih baik setelah melihat Seok Hoon. Se Young mempersilakan Seok Hoon masuk ke apartemen karena Young Chul pasti sudah menunggu.
Se Young akan kembali ke mobilnya namun Seok Hoon menarik tangannya membuat Se Young berada sangat dekat dengan Seok Hoon. Jantung Se Young berdegup ketika Seok Hoon memegang tangannya dan wajah Seok Hoon berada sangat dekat dengan wajahnya. Seok Hoon hanya mengucapkan semoga Se Young selamat sampai rumah. Se Young yang gugup tersenyum mengangguk. Ia pun kembali ke mobilnya.
Hari dimana Ji Sun keluar dari rumah keluarga Kang pun tiba. Yoon Ah dan Song Ah menangis ibu mereka akan pergi. Ji Sun meminta kedua putrinya jangan menangis ia hanya akan pergi ke rumah Nenek (ke rumah orangtuanya) dan ia akan kembali.

Yoon Ah dan Song Ah yang menangis ingin juga ikut kesana. Ji sun menangis memeluk kedua putrinya.
Ji Sun turun dari lantai dua, si kecil Soo Ah digendong pengasuhnya. Ia melihat ibu Min Woo menemani Roy yang tengah menggambar. Ia meminta pengasuh membawa Soo ah lebih dulu ke mobil.
Ji Sun pamitan pada ibu Min Woo. Ibu Min Woo berkata kalau ia terpaksa mengirim Soo Ah bersama Ji Sun supaya dia bisa menyusu. Setelah Soo Ah bisa berjalan ia akan mengambilnya kembali.

Ji Sun merasa yakin kalau ibu mertuanya ini pasti sudah lega. Ibu Min Woo tak ingin Roy mendengar obrolan ini, ia menyuruh Roy masuk ke kamar. Roy mengerti, sebelum masuk kamar ia menyapa Ji Sun sopan.
Ibu Min Woo tak menyangka dengan tingkah Ji Sun. “Beraninya kau melirik pria lain?” ucapnya dengan suara tinggi. Ji Sun menyindir kalau Min Woo juga menjalani kehidupan yang seperti itu. Ada wanita dari masa lalunya tidur dengannya semalam, wanita yang terus dia sembunyikan. Dia memiliki selera yang bervariasi.

Ibu Min Woo tahu putranya tidak sempurna tapi ceritanya berbeda untuk para wanita. “Aku ingin menghancurkanmu dan keluargamu tapi Presdir Kang memohon padaku untuk tidak melakukannya, jadi aku menahannya.”

Ji Sun menatap sinis, ia berharap ibu mertuanya ini berumur panjang. Ibu harus tetap hidup agar ibu bisa melihat sendiri keluarga mana yang hancur. Ibu Min Woo tentu saja marah mendengar peringatan seperti itu. Ji Sun pun keluar dari rumah keluarga Kang

Ibu Min Woo heran dan bertanya-tanya kira-kira siapa yang putranya sembunyikan.
Young Chul berlari tergesa-gesa menabrak karyawan lain. Ia masuk ke ruangan Se Young mengabarkan kalau perusahaan sedang dalam masalah. Se Young mengingatkan apa Young Chul lupa kalau Young Chul ini sudah dipromosikan sebagai direktur, ia minta Young Chul bersikap tenang. Jika direkturnya bersin maka karyawanya akan terkena flu. Young Chul mengerti ia menarik nafas agar bisa lebih tenang.

Se Young tanya apa yang terjadi. Young Chul mengatakan kalau perusahaan Ajin dan Perusahaan Du sedang menggabungkan kekuatan, kedua perusahaan itu sedang bekerja sama di semua sektor makanan. Sasaran pertama mereka adalah jaringan toko es krim. Se Young tentu saja kaget karena ia juga akan mengembangkan bisnis itu.
Seok Hoon yang sudah siap dengan kopernya akan pergi memperhatikan Hong Joo dari jauh. Ia melihat Hong Joo bersama rekan perawat lain tengah beristirahat sambil berseda gurau. Ia lega karena bisa melihat Hong Joo tersenyum lepas seperti itu. Ia merasa dirinya tak perlu lagi menyapa Hong Joo, ia pun segera pergi.
Ketika sedang bekerja Hong Joo menerima telepon dari Roy. Ia tersenyum namun senyumnya berubah menjadi keterkejutan ketika Roy menyerahkan telepon ke neneknya, alias ibu Min Woo. Ibu Min Woo ingin bertemu dengan Hong Joo.
Keduanya pun bertemu di sebuah rumah makan. Ibu Min Woo sudah banyak mendengar tentang Hong Joo dari Roy. “Kau yang mengurusnya di Hongkong dan bahkan kau juga yang mengurusnya ketika kembali ke Korea.” Hong Joo bilang itu bukan apa apa, saat itu ia memang sedang mencari pekerjaan ditambah lagi keadaan Roy juga tidak baik.

Ibu Min Woo menyadari itu, Roy selalu membicarakan Hong Joo di depannya jadi ia ingin bertemu dengan Hong Joo, “Aku dengar kau sudah menikah, benar kah? Apa pekerjaan suamimu?”

Hong Joo minta maaf ia datang kesini menemeui ibu Min Woo ketika sedang istirahat makan siang, karena istirahat makan siangnya hampir habis ia harus segera kembali ke rumah sakit. Jadi jika ibu Min Woo tak keberatan segera saja katakan apa maksud ibu Min Woo ini menemuinya.
Ibu Min Woo tak tahu apa Hong Joo sudah tahu tentang ini tapi putranya memang memiliki banyak wanita. “Seorang pahlawan akan selalu memiliki banyak wanita. Itu benar untuk orang seperti dia. Dia Presdir sebuah perusahaan besar jadi banyak rumor yang muncul karena kecemburuan. Terkadang rumor itu bahkan berubah menjadi benar. Setiap kali itu terjadi aku harus melangkah masuk sebagi ibunya. Terkadang para wanita datang mengejar dia karena mereka itu wanita matre. Tapi mereka tak semudah itu.”

“Nyonya?” Hong Joo sepertinya sudah mengerti kemana arah pembicaraan ibu Min Woo ini.

Ibu Min Woo melanjutkan, “Dari apa yang kudengar kau telah memenangkan hati cucuku dan sebagian dari hati Presdir Kang. Itu sebabnya aku ingin bertemu denganmu. Aku tak ingin tahu apa yang kau inginkan.”

Hong Joo merasa pembicaraan ini tak bisa dilanjutkan lagi. Ia berdiri, ia menegaskan bahwa dirinya tak menginginkan apapun dan ia sedang tak menyembunyikan apapun. Ia bahkan tak harus bertemu dengan Roy ataupun Kang Min Woo. Ia pun permisi, ibu Min Woo tersenyum terkesan dengan Hong Joo.
Se Young mengundang Min Woo untuk makan siang sebagai bentuk traktirannya pada Min Woo. Namun ia datang terlambat Min Woo yang datang lebih dulu. Min Woo menyindir bukankah yang meminta bertemu itu Se Young, jadi setidaknya Se Young yang harus datang tepat waktu, ia sampai bosan menunggu. Se Young tahu Min Woo paling benci kebosanan.

Min Woo membuka daftar makanan, “Aku rugi jika kau hanya mentraktirku makan siang dan segelas wine.”
Se Young : “Apa kau begitu bosan hingga kau memulai pertarungan baru? Aku dengar kau sedang melakukan kerja sama dengan Perusahan Du.”

Min Woo tersenyum Se Young cepat mengetahui berita ini, “ah aku memang bukan tandinganmu tadinya aku kira itu akan tetap dibawah radarmu setidaknya sampai minggu depan.”

Se Young : “Kami sudah mulai berencana untuk meluncurkan toko es krim kami ke luar negeri sebelum kau.”

Min Woo yang sepertinya sudah tahu terlihat pura-pura terkejut, “benarkah?”

Se Young : “Kemudian kami sedang berencana untuk melebarkannya pada coffee shop dan restoran keluarga juga.”

“Aku tak tahu itu.” sahut Min Woo yang sepertinya sih memang sudah tahu.

Se Young : “Tapi berkat kau Presdir Kang rencana rencana itu tertunda.”

“Aku?” Min Woo berpura-pura bersikap bingung, “memangnya apa yang sudah kulakukan?”

Se Young : “Seharusnya China yang menjadi target kami tapi kau memulai bisnismu disana. Jika kau memanfaatkan bisnis yang dimiliki Perusahaan Du di China pada dasarnya perusahaan Ajin ini sedang menjegal.”

Min Woo tersenyum, “apa ternyata akhirnya jadi seperti itu? sungguh situasi yang sulit.”

Se Young : “Bukankah ini sedikit kasar untuk balas dendam atas kekalahan keras dalam pertarungan kita untuk Hotel M?”

Min Woo meminta Se Young jangan salah paham, “Perusahaan kami sudah melewati keuntungan potensial, pasar, visi, manajemen dan semua hal yang membosnakan itu untuk memulai proyek baru ini.”

Se Young : “Jadi apa kita benar-benar akan masuk ke dalam pertarungan ini?”

Min Woo : “Itulah tepatnya maksudku. Kita sudah saling mengenal satu sama lain untuk waktu yang lama. Apa yang harus kita lakukan?”
Min Woo punya ide, ia menatap tajam Se Young, “Kenapa kau tidak menyerah, Presdir Yoo? Kibarkan bendera putih atau kau dan perusahaanmu akan secepatnya kalah. Kalah sangat banyak.”
Ditengah-tengah pembicaraan ini ponsel Se Young berdering, telepon dari Seok Hoon. Ia tentu saja tak bisa menjawabnya diantara obrolan seriusnya dengan Min Woo. Ia pun mengirim pesan kalau dirinya sedang tak bisa menjawab telepon. Seok Hoon yang membaca pesan itu mengerti karena Se Young pasti sedang sibuk. Ia pun mengirimkan sms pada Se Young.
Se Young tentu tak mau menyerah begitu saja seperti saran Min Woo. Min Woo tahu kalau Se Young ini sangat cermat terhadap yang namanya untung dan rugi. “Dapatkan tidur malam yang nyenyak, mandi dan saat kau setiap untuk berpikir dengan jernih ambil kalkulator dan hitunglah. Kau akan mendapatkan jawabanmu.”

Se Young tahu kalau yang namanya bisnis tidak selalu berjalan sesuai rencana. Selalu ada variabel disana.

“Variabel?” itu tidak terdengar seperti sikap Se Young yang ia kenal. “Variabel untukmu apa Cha Seok Hoon, benar kan? Apa pria itu?” sekarang ia tahu ternyata Soek Hoon yang membuat gerakan selama pengambilalihan Hotel M. Karena presdir Yoo Se Young yang ia kenal tak akan pernah menerima persyaratan-persyaratan itu.

Se Young tak ingin bicara tentang kehidupan pribadinya. Ia disini agar dirinya dan Min Woo bisa bernegosiasi dan menghindari pertarungan yang tidak perlu antara Dongsung dan Ajin.
Min Woo mengingatkan lagi jika Se Young tidak menyerah maka akan terjadi pertumpahan darah. “Yang pertama sekali, aku tak ingin kalah untuk yang kedua kalinya. Kedua, aku ingin menginjak Cha Seok Hoon.” Ia tahu Se Young datang kesini untuk membicarakan bisnis tapi ia untuk membicarakan masalah pribadi.

Se Young menebak apa itu karena Na Hong Joo. Min Woo tersenyum tanda membenarkan. Se Young menilai itu tidak berarti Cha Seok Hoon kalah bahkan jika Min Woo mampu mengalahkannya. Min Woo berkata kalau itu pilihan Se Young sekarang.

Se Young : “Kau mengatakan kau akan melakukan apapun yang kau inginkan tanpa menghiraukan keputusanku. Kau tidak boleh menyebut itu suatu pilihan.”

Min Woo meminta Se Young menganggap itu sebagai ancaman saja. Se Young melihat sepertinya Min Woo bicara jujur. Min Woo tak menyangkal jika Se Young paham apa yang ia katakan ia sangat berharap Se Young akan membuat keputusan yang bijaksana.
Min Woo berdiri menatap tajam Se Young, ia merasa pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang sesungguhnya.

Se Young pun menatap Min Woo sambil tersenyum. Ia tak takut ancaman Min Woo. Ia akan menantikan itu, ia juga akan mentraktir Min Woo sesuatu yang lezat setelah semua kemenangannya. Min Woo tersenyum, ia kemudian keluar dari ruangan itu lebih dulu.

Se Young menarik nafas panjang. Walaupun sepanjang pembicarannya dengan Min Woo tadi terlihat tenang dan penuh senyum namun sekarang wajahnya mulai terlihat cemas. 
Min Woo menerima telepon dari ibunya. Ibunya mengatakan kalau dia tidak mengincar uang Min Woo. Min Woo tak mengerti siapa yang ibunya maksud ‘dia’. Ibunya bilang kalau itu adalah wanita yang dari pondok. Min Woo terlihat tak senang ibunya menemui Hong Joo.
Se Young yang masih ada di ruangan tadi teringat akan telepon Seok Hoon tadi. Ia pun mengecek ponselnya dan mendapati ada sms dari Seok Hoon.

Maaf aku pergi tanpa berpamitan. Kita akan menyelesaikan obrolan kita suatu hari. Sampai saat itu, aku akan mengingatmu.
Seok Hoon masuk ke dalam bus menuju bandara. Se Young berusaha menelepon Seok Hoon namun ponsel Seok Hoon sibuk. Dia tengah berbincang dengan Young Chul di telepon. Baterai ponsel Seok Hoon pun habis.

Se Young pun menelepon Young Chul menanyakan apa Seok Hoon akan pergi ke suatu tempat, karena Seok Hoon bilang dia akan pergi ke suatu tempat. Se Young terdiam terkejut mendengar sesuatu dari Young Chul. Ia pun bergegas masuk ke mobilnya.
Seok Hoon sampai di bandara.

Se Young yang juga sampai di bandara celingukan mencari sosok Seok Hoon. Namun mencari satu orang diantara banyak orang sungguh sulit.
Se Young pun melihat Seok Hoon. Tanpa berlama-lama ia pun memanggilnya. Langkah Seok Hoon terhenti mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh dan terkejut melihat Se Young.
Seok Hoon menghampiri Se Young. Se Young berkata bukankah ia sedang menunggu Seok Hoon jadi kemana Seok Hoon sekarang kan pergi. “Kau menyebutku seorang pengecut dan sekarang kau akan melarikan diri seperti ini?”

Se Young memohon Seok Hoon tak pergi ke Brazil. “Bukan hanya Brazil jangan pergi kemanapun.”
Se Young mengeluarkan uang 3 dollar. “Ini untuk 3 jam yang kujual padamu di Hongkong. Waktu itu adalah saat cinta pertamaku dimulai.” Se Young menjatuhkan uang itu, “Sekarang aku tak ingin membuat kesepakatan apapun denganmu. Kau boleh tak menyukaiku atau bahkan membenciku hanya saja bisakah kau tetap di sisiku?”
Seok Hoon menunduk menatap uang 3 dollar yang Se Young buang. Ia mengangkat wajahnya, “Tidak. Jika aku tetap berada di dekatmu seperti ini aku tak bisa menyukai atau membencimu. Aku sudah menghancurkan semuanya sampai sekarang karena aku seperti itu. Aku tak ingin mengulangi kesalahanku.”

Se Young sedih mendengarnya, apa Seok Hoon benar-benar akan pergi. Seok Hoon berjanji kalau dirinya akan kembali.
Se Young mengulurkan tangannya. Seok Hoon menjabat tangan Se Young. Dengan mata berkaca-kaca Se Young mengucapkan selamat tinggal pada Seok Hoon. “Itu adalah hubungan sial yang tak akan pernah bisa kulupakan.”
Se Young tak kuasa menahan air matanya, ia melepaas jabatan tangannya dari Seok Hoon. Ia berbalik badan. Seok Hoon mendekapnya dari belakang, “Hubungan sial kita belum berakhir. Aku akan menemuimu ketika aku kembali. Bisakah kau menungguku sampai saat itu?”

Se Young hanya bisa menitikan air mata mendengar ucapan Seok Hoon.

Bersambung ke episode 10

Memang benar sih, bukan salah Se Young ketika Hong Joo dan Seok Hoon menandatangai surat perceraian namun kehadiran Se Young kan salah satu muncul sebabnya.

Jika datang pada kita seorang wanita yang terang-terangan menyukai suami kita bahkan suami kita pun jujur menyukai wanita itu, bagaimana perasaan kita. Berusaha dipertahankan seperti apapun kecurigaan dan tuduhan-tuduhan pasti akan muncul. Ya mungkin ini jalan hidup Hong Joo n Seok Hoon supaya keduanya bisa memulai hidup baru dengan tenang.


Alasan Seok Hoon pergi sepertinya ingin menguji perasaannya sendiri terhadap Se Young. Selama ini ia masih belum memahami apakah ia mencintai Se Young atau tidak. Nah ketika dia jauh dari Se Young kan dia bisa tuh merasakan rindu atau apapun lah namanya. Dan mungkin saat itu dia bisa merasakan perasaan yang sesunggunya pada Se Young.

8 comments:

  1. kepercayaan lah yang hilang dari mereka,
    dalam hal ini semua orang bisa di salahkan dan bisa di benarkan, tergantung dari sudut mana kita memandang,, semoga ke depan mereka dapat yang terbaik.
    ahhhh eps ini scene hong gyu ~ se jin kurang banyak...
    btw ma kasih mba 'anis.^^
    ~sari_

    ReplyDelete
  2. Sepertix SH menyukai SY... toh skrg juga sdh cerai jd bisa leluasa menunjukkan perhatian dan kebersamaan nntx...
    Semoga berbahagia...

    Tp sbnrx sy ingin melihat kalian menderita...
    *sy berada d sisi HJ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ikut d sisi HJ...
      Smoga SH ga jd sm SY,dan nyesell udh pisah sm HJ...
      Smogaa HJ sm MW happy ending...krn kyny mreka dsini korban pslingkuhn yaaa...

      Delete
    2. Moga happy ending HJ n MW...

      Delete
  3. adegan terakhir itu... isssshhh... geuleuh da aku mah liatnya ...
    mungkin seok hoon pngen meluk se young dr kemaren2...? rrrrr......

    ntar pas seok hoon pulang dari brazil atau entah dari mana pun itu,
    hong joo udah nikah sama min woo,
    HOOOREE....
    **mengarangBebas, hhhaaha**

    tapi kyknya hong joo ga semudah itu buat min woo...

    Seok hoon-ssi, silakan ya kalo mau sama se young,
    tp maaf saya tidak ikut berbahagia,

    hhahaa

    sy menantikan sweetscene hong-joo dan min woo aja ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha sepertix begitu SH pengen meluk dr kemarin2...
      Senang banget kan dia skrg sdh cerai. Jd bebas..

      Delete
  4. Semoga hong joo bisa segera move on dan melupakan seok hoon...

    ReplyDelete
  5. Ga tau kenapa ya benci liat psangan sh sma sy. Ya wlwpn ga nyata tp berasa nyata mgkin krna aku wanita kali ya ngrti prsaan hj. Duh wlwpn sy jdi pmran utama tp knpa mlah benci ya. :'(

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.