Kang San alias Ryan Kang melempar
kertas-kertas rancangan. Hae Joo yang tengah melakukan interview melihat itu
dan memungutinya satu per satu. Ia pun menyerahkan kumpulan kertas rancangan
itu pada San.
Keduanya bertemu pandang, San
jelas terkejut melihat wanita yang pernah manjatuhkannya secara kasar di klub
malam. Hae Joo juga tak menyangka kalau ia akan bertemu lagi dengan pria yang
ia lumpuhkan di klub malam.
San tertawa, “Senang
bertemu denganmu. Kau ingat wajahku kan? Bahuku masih terasa sakit.”
Il Moon menanyakan apa San
dan Hae Joo saling mengenal. San ingin tahu siapa wanita yang ada di hadapannya
ini. Hae Joo diam saja. Ketua Tim Jo Min Kyung memberi tahu kalau Hae Joo ini
calon pegawai baru untuk Tim pengembangan teknik. San tak mengerti apa
perusahaan akan mempekerjakan preman.
Il Moon heran apa
maksudnya preman. Hae Joo mencoba meluruskan kalau antara dirinya dengan San
sebelumnya pernah ada kesalahpahaman. San menyahut kalau ada salah paham
bukankah seharusnya Hae Joo memulainya dengan minta maaf.
Hae Joo mendekat ke arah San
dan bicara pelan kalau ia tengah melakukan hal penting. San menyahut kalau
kedatangannya juga karena ada hal penting.
Il Moon menyuruh Hae Joo
keluar. Hae Joo jelas kaget karena ia belum selesai memperkenalkan diri. Tapi menurut
Il Moon ini sudah lebih dari cukup, “Wanita preman yang hanya lulusan SMP
bekerja sebagai teknisi tapi berani melamar untuk posisi tim pengembangan
teknik pada perusahaan besar yang membuat komponen berteknologi mutakhir.” Kang
San tertawa mendengar apa yang disampaikan Il Moon.
Hae Joo berkata sejauh
yang ia tahu tak ada batasan pendidikan untuk kualifikasi pekerjaan ini. Kalau Il
Moon tak mempercayainya ia akan dengan senang hati melakukan tes tambahan. Tapi
Il Moon tetap menggagalkan Hae Joo dalam interview kali ini. Hae Joo jelas
kecewa dan berkata kalau ini masalah yang penting untuknya. Ia minta tolong
agar diberi kesempatan.
Il Moon malah bertanya apa
Hae Joo tak tahu caranya pergi dari ruangan ini. Hae Joo menatap San, San hanya
mengangkat bahunya. (San Oppa ekspresi-mu sangat lucu) San mengambil kumpulan
kertas rancangan yang ada di tangan Hae Joo. Hae Joo keluar dari ruangan dengan
perasaan kecewa.
Hae Joo berjalan lemas tak
semangat. Calon pelamar yang akan melakukan interview menatapnya heran dan
menebak kalau Hae Joo pasti tak diterima bekerja.
Kembali ke ruang
interview. Il Moon minta maaf dan meminta si Ryan Kang menunggunya hingga ia
menyelesaikan interview. San berkata interview ini mungkin penting untuk Il Moon
tapi baginya kapal pengebor seharga 900 juta dollar jauh lebih penting. San
kembali melempar kertas rancangan ke meja Il Moon. “Sampai kau menjelaskan ini
kau tak boleh melakukan apapun.”
Il Moon menyindir bahasa Korea
Ryan Kang sangat bagus tapi apa Ryan Kang ini tak belajar menggunakan bahasa
formal. Ia mengatakan kalau ia ini direktur divisi keluatan Cheon Ji. San
tertawa meminta Il Moon berhenti bermain-main. Il Moon bingung kenapa San
bicara begitu.
San : “Hei saat kau kecil
kau bahkan tak sepintar Chang Hee. Apa sekarang kau juga manjadi buta? Itu
sebabnya kau selalu terkena pukulan dariku.”
Il Moon masih belum paham,
“Siapa?” Kemudian ia menyadari sesuatu, “Jangan-jangan apa kau Kang San?”
San menyindir daya ingat Il
Moon buruk. “Kalau orang penting datang bukankah setidaknya kalian mengecek
siapa dia. Atau apa aku sudah semakin tampan melebihi bayanganmu?” (hahaha)
San keluar dari kantor di
depan kantor ada mobil merah yang berhenti. In Hwa keluar dari mobil dan
menyapa San. San jelas bete bertemu lagi dengan In Hwa. Ia heran apa In Hwa
menempelken alat pelacak pada tubuhnya. In Hwa berkata kemana pun San pergi
sudah menjadi takdir kalau keduanya akan selalu bertemu.
San akan pergi tapi In Hwa
menahan dan bertanya mau kemana. San hanya berkata lebih baik In Hwa menyalakan
alat pelacak dan temukan dirinya. San naik ke motornya. In Hwa berkata bukankah
San memiliki kapal Yacht, apa San sekarang akan ke laut.
San : “Kalau kau suka laut
aku akan pergi ke gunung. Dan kalau kau menyukai gunung maka aku akan ke laut.”
In Hwa mengancam kalau
tingkah San seperti ini padanya ia akan memberi tahu ayahnya kalau San adalah Ryan
Kang. San menyindir apa In Hwa mau mengancamnya terhadap hal yang sudah In Hwa
sepakati untuk dirahasiakan. Bagaimana ia bisa mempercayai kalau In Hwa seperti
ini. Ia memberi tahu kalau ia sudah mengaku tentang identitasnya.
In Hwa kaget, “Apa? Aku
sudah mengunci mulutku dan siap membuang keluargaku demi dirimu.”
Kini giliran San yang
kaget, “Apa? Apa kau sungguh akan melakukan hal seperti itu?” hi San ngeri. Haha.
San menyalakan motornya
dan tancap gas mengabaikan panggilan In Hwa.
Hae Joo berada ditempat
pembuatan kapal. Ia menatap kapal besar yang tengah dibangun. Ia menatapnya sedih
sekaligus kecewa karena gagal masuk ke perusahaan besar.
San melintas disana dan
menghentikan motornya ketika melihat Hae Joo berdiri mematung memandang kapal.
Ia heran dengan apa yang dilihat Hae Joo. Ia pun menatap kapal pengebor yang
ada di hadapannya. Tatapannya bergantian antara menatap kapal dan Hae Joo. Kemudian
terdengar suara klakson mobil meminta motor San menyingkir. San pun menjalankan
motornya segera pergi dari sana.
Sambil pergi meninggalkan
tempat San melirik Hae Joo lewat kaca spion.
Di kantor kejaksaan Chang Hee
mencoba menghubungi Hae Joo tapi nomor yang ia tuju tak aktif. Chang Hhee
penasaran bagaimana hasil interview Hae Joo.
Chang Hee teringat ucapan
ayahnya, “Chang Hee kalau kau menikahi In Hwa kau bisa mengalahkan Il Moon dan Perusahaan
Pembangunan Kapal Cheon Ji akan menjadi milikmu. Chang Hee, kau bisa melakukan
itu. Kau pikir demi apa aku menahan semua penderitaan yang aku alami di rumah
ini?”
Chang Hee pun menghubungi
ayahnya ia ingin bertemu karena ada yang ingin ia bicarakan dengan ayahnya.
Hae Joo pergi ke tebing
batu karang tempat ia dulu menaburkan abu ayahnya.
“Aku minta maaf ayah. Aku
tak bisa sering berkunjung. Kalau aku lulus hari ini, aku bisa datang kesini
setiap hari menggantikan ketidakhadiranku selama ini.”
Mata Hae Joo berkaca-kaca,
“Aku minta maaf ayah. Aku sungguh sangat ingin berhasil kali ini.” air mata Hae
Joo mulai menetes.
Ternyata Chang Hee sudah
berada tepat di belakangnya. Chang Hee mendekat dan menyentuh lembut pundak Hae
Joo. Hae Joo berbalik dan terkejut melihat Chang Hee ada disana ia segera
mengusap air matanya. Ia bertanya dari mana Chang Hee tahu kalau ia ada disini.
Chang Hee balik bertanya memangnya Hae Joo bisa kemana lagi, “Kau mematikan
ponselmu. Kalau kau lulus kau pasti sudah senang sekali.”
Hae Joo membenarkan dan
berkata kalau ia gagal dengan begitu saja. Ia sudah menyiapkan banyak hal untuk
interview tapi ia tak bisa menunjukannya. Hae Joo memberi tahu kalau yang
menangani interview-nya itu kakaknya In Hwa. Ia bisa langsung mengenali pria
itu meskipun sudah lama berlalu karena pria itu masih tetap saja brengsek.
Chang Hee bertanya apa Il Moon
mengenali Hae Joo. Hae Joo bilang tidak karena orang itu hanya bisa melihat
seseorang memalui tingkat pendidikannya. Chang Hee mengerti Hae Joo tak lulus
karena kualifikasi pendidikan yang kurang. Ia ingin tahu apa perasaan Hae Joo
tak apa-apa. Hae Joo mengangguk tersenyum karena hal ini bukan sekali dua kali
ia alami jadi tak ada yang bisa ia lakukan. Ia merasa sepertinya tak akan pernah
bisa tinggal dekat dengan Chang Hee. Ia juga merasa kalau mungkin ini yang
terbaik, karena kata orang cinta itu harus terpisah supaya semakin menggebu.
Chang Hee tak tersenyum
sedikitpun wajahnya malah tampak murung. Hae Joo heran kenapa Chang Hee sedih
seperti itu paling tidak ia bisa mendapatkan baju dan sepatu baru.
Chang Hee menanayakan
kenapa Hae Joo menenteng sepatu bukankah seharusnya Hae Joo mengenakan itu. Hae
Joo berkata kalau pasir dan kerikil bisa merusak sepatu. Chang Hee tersenyum
dan mengajak Hae Joo pergi makan. Chang Hee membawakan barang-barang Hae Joo
dan tangan yang satunya menggandeng Hae Joo.
Hae Joo berjalan pelan
menuruni tebing batu karang Chang Hee membantu memeganginya. Ups... Hae Joo
kehilangan keseimbangan sepertinya kakinya terkilir. Untung Chang Hee langsung
memeganginya.
Chang Hee melepas jasnya
dan memakaikannya untuk menutupi rok Hae Joo. kemudian ia jongkok dan menyuruh Hae
Joo naik ke punggungnya. Tapi Hae Joo tak enak hati dan berkata kalau tubuhnya
berat. Chang Hee tertawa mengingatkan kalau ia ini laki-laki.
Hae Joo tersenyum dan naik
ke punggung Chang Hee. Chang Hee merasakan berat badan Hae Joo, “Apa kau ini
terbuat dari besi?” Hae Joo menabok punggung Chang Hee, keduanya tertawa.
Tangan Hae Joo merangkul
erat dan berkata kalau ini sangat nyaman. “Ini mengingatkanku saat bersama dengan
ayahku.”
Park Gi Chul menunggu
kedatangan putranya di sebuah restouran. Ia tersenyum senang karena majikannya
menginginkan putranya menjadi menantu sang majikan.
Hae Joo dan Chang Hee
sampai di restouran itu. Hae Joo heran kenapa makan siang ditempat ini. Ia
ingin makan sesuatu yang sederhana saja. Chang Hee tersenyum dan menggandeng
tangan Hae Joo mengajaknya masuk.
Park Gi Chul langsung
berdiri terkejut melihat putranya datang bersama seorang wanita. Ia tak
mengenali wanita itu. Is bertanya siapa wanita itu. Chang Hee mengatakan kalau
gadis ini yang akan ia nikahi.
Park Gi Chul jelas
terkejut. Hae Joo jadi tak enak hati karena tiba-tiba Chang Hee mengajaknya
untuk bertemu dengan ayah Chang Hee. Ia menyapa Gi Chul dengan sopan. Gi Chul
bingung ia berusaha mengenali siapa wanita yang di depannya. Chang Hee bertanya
apa ayahnya ingat, ini Hae Joo.
“Siapa?” Gi Chul kaget
ingin memastikan nama siapa yang ia dengar.
“Paman aku Chun Hae Joo. Yang
dulu tinggal di dekat perkebunan pir.”
Gi Chul terdiam shock.
Chang Hee menyuruh ayahnya duduk tapi Gi Chul masih diam menatap Hae Joo. Ia
tak menyangka akan bertemu lagi dengan gadis ini.
Tanpa berkata-kata lagi Gi
Chul langsung keluar meninggalkan Chang Hee dan Hae Joo. Hae Joo jelas sedih
dan meminta penjelasan dari Chang Hee apa arti semua ini kenapa Chang Hee
membawanya menemui ayah Chang Hee. Bagaimana bisa Chang Hee mengatur hal
seperti ini tanpa bicara dulu dengannya.
Chang Hee bertanya kalau
hal ini ia beritahukan apa Hae Joo mau datang. Tapi menurut Hae Joo walaupun
begitu bagaimana mungkin Chang Hee memutuskan ini tanpa memberitahunya dan juga
ayah Chang Hee pasti sangat terkejut melihatnya. Ia mengajak Chang Hee cepat
keluar untuk menjelaskan. Chang Hee bilang tak apa-apa karena suatu hari nanti
hal ini pasti akan terjadi. Kalau keduanya tak melakukan ini keduanya tak bisa
melakukan apapun.
Park Gi Chul menunjukan
wajah kemarahan dan kegelisahannya. Ia mengingat kejadian dimana ia mencelakai
Chun Hong Chul. Ia gemetaran mengingat semua itu.
Chang Hee minta maaf
karena tak memberi tahu Hae Joo terlebih dahulu. Ia meminta Hae Joo duduk tapi
Hae Joo tak mau ia tak bisa terus seperti ini. Ia belum menyiapkan diri untuk
bertemu dengan ayah Chang Hee.
Chang Hee menanyakan kapan
persiapan itu akan selesai. Ia merasa kalau ia tak bisa menunggu lagi, kalau
keduanya berpisah sekarang kapan lagi keduanya akan bertemu. satu bulan, dua
bulan. Meskipun ia pergi ke Geojae untuk menemui Hae Joo ia tetap tak bisa
menemui Hae Joo dengan tenang, “Kau bekerja di pabrik saat siang dan warung
makan disaat malam. Pernahkah kita bertemu dengan tenang selama satu jam. Aku
tak bisa lagi menunggu,”
Chang Hee berjanji akan
meyakinkan ayahnya. Kalau hal itu tak bisa ia akan tetap meyakinkannya jadi Hae
Joo tak perlu terlalu khawatir. Hae Joo berkata kalau masalahnya bukan terletak
pada ayah Chang Hee. Ia juga memiliki anggota keluarga.
Chang Hee berkata kalau ia
juga bisa menemui mereka. Tapi bukan tentang itu yang Hae Joo maksud. Kalau ia
tak disana bersama keluarganya, mereka tak bisa berbuat apapun bukankah Chang Hee
tahu hal ini kenapa Chang Hee bersikap seperti ini.
Chang Hee : “Lalu apa aku
harus menunggu sampai keluargamu hidup makmur? Berapa lama lagi kau harus
menanggung ibumu, adikmu dan kakakmu?”
Hae Joo : “Mereka
keluargaku!”
Chang Hee : “Mereka
seperti rantai di pergelangan kakimu. Menghalangimu meraih kebahagaiaan. Apa
itu keluarga? Sekali ini, setidaknya sekali ini saja bisakah kau memikirkan
kebahagiaanmu sendiri?”
Hae Joo terdiam. Chang Hee
mengerti kalau begitu ia yang akan mengurus keluarga Hae Joo. Ia akan
bertanggung jawab tentang perekonomian keluarga Hae Joo. Chang Hee mengajak Hae
Joo menikah. Tapi Hae Joo tak setuju karena memenuhi kebutuhan keluarga adalah
tugasnya. Bagaimana bisa ia begitu tak tahu malu membiarkan Chang Hee yang
mengurusi keluarganya. Kenapa Chang Hee tak bisa mencoba untuk mengerti. Ia perlu
bekerja.
Chang Hee : “Kau bisa
bekerja. Kalau kau mau bekerja di Cheon Ji, Bekerjalah. Kalau perlu aku akan
berlutut pada Il Moon untuk mempekerjakanmu.”
Hae Joo : “Kakak kenapa
harus sejauh itu?”
“Karena aku mencintaimu.” Suara
Chang Hee meninggi membuat Hae Joo terdiam. “Tidakkah kau tahu kalau aku
mencintaimu.” suara Chang Hee memelan.
Tiba-tiba Park Gi Chul
masuk dan menarik putranya untuk keluar. Ia ingin bicara dengan putranya. Chang
Hee tak mau kalau ayahnya mau bicara lebih baik disini saja. Gi Chul marah dan
membentak menyuruh Chang Hee keluar bersamanya.
Gi Chul menarik tangan Chang
Hee. Chang Hee mengerti kalau ayahnya sangat marah tapi ia tak punya pilihan
lain. Gi Chul tak mau mendengar ia mengajak putranya pulang dan bicarakan hal
ini di rumah.
Chang Hee akan pulang
bersama ayahnya tapi ia minta ayahnya menerima dulu ucapan salam dari Hae Joo
karena dia bukan orang asing. Hae Joo menyusul keduanya dan minta maaf karena
sudah membuat Gi Chul terkejut.
Gi Chul tak sudi menatap Hae
Joo, ia membuang muka. Ia tak mau bicara dengan Hae Joo dan membentak meminta Hae
Joo pergi dari hadapannya.
Chang Hee kaget ayahnya
berteriak sangat keras pada Hae Joo, “Ayah kenapa kau seperti ini?”
Hae Joo mengerti dengan kemarahan
Gi Chul. Ia pun pamit dan akan menghubungi Chang Hee lagi nanti. Hae Joo segera
pergi mengabaikan panggilan Chang Hee.
Chang Hee akan menyusul
tapi Gi Chul menahan putranya jangan mengejar Hae Joo. Chang Hee tak mengerti
apa yang telah ayahnya lakukan, tak peduli semarah apapun ayahnya bagaimana
bisa ayahnya mengusir orang seperti itu.
Chang Hee bersikeras akan
mengejar Hae Joo tapi Gi Chul tetap menahan putranya memohon jangan pergi. Kalau
Chang Hee pergi menyusul Hae Joo lebih baik membunuhnya terlebih dahulu.
Hae Joo berada di terminal
Ulsan. Ia menangis atas apa yang terjadi tadi. Ia menatap sepatu pemberian Chang
Hee yang kotor. Ia mengusap kotoran yang menempel di sepatu dengan tisu.
Park Gi Chul terkejut
mendengar penjelasan Chang Hee kalau selama 15 tahun ini putranya tetap
berhubungan dengan Hae Joo. Chang Hee mengatakan kalau keluarga Hae Joo tinggal
di Geo Jae, “Alasaku tak pernah memberi tahu ayah karena harapan ayah yang sangat
besar padaku sejak aku masih kecil.”
Chang Hee sadar kalau
ayahnya sangat kecewa padanya, ia minta maaf karena tak pernah memberi tahu
tapi Hae Joo adalah seorang wanita seperti mercusuar dalam hidupnya. Kalau
bukan karena Hae Joo ia bisa saja menjadi monster. Meskipun ia membenci
kehidupannya yang seperti ini, tapi Hae Joo adalah orang yang pertama dan satu-satunya
yang bisa membuatnya ingin mencoba hidup.
Park Gi Chul berkata kalau
ia tak mengerti hal seperti itu. “Masa depanmu sebagai menantu keluarga Cheon Ji
sudah di depan mata. Setelah menggertakan gigiku dan memanjat begitu lama akhirnya
aku bisa melihat puncak. Tapi kau, bagaimana bisa kau berfikir untuk jatuh
kembali ke tanah? Chang Hee, apa kau tak tahu bagaimana hidupku? Apa kau sudah
lupa bagaimana hidupku demi dirimu? Aku hidup melewati semua penghinaan,
dipukuli oleh Presdir dan direndahkan oleh Il Moon, apa kau pikir aku melakukan
semuanya untuk melihat hal ini?”
Chang Hee bilang kalau ia
tak melupakan itu, “Aku ingin merancang pembalasan dendamku pada Presdir Jang
dan Il Moon melebihi ayah.” Ia ingin hidup lebih baik melebihi kehidupan orang-orang
itu. “Kalau ayah menyuruhku untuk meremukkan dan menang atas Presdir Jang dan Il
Moon, akan kulakukan. Tapi hidup bukan hanya tentang itu, aku juga ingin
bahagia. Dan hanya Hae Joo yang bisa melakukan itu padaku.”
Park Gi Chul membentak
meminta putranya jangan bicara omong kosong. Chang Hee ikut meninggikan
suaranya. Park Gi Chul menyuruh Chang Hee memilih, “Bunuh aku dan pergi ke
wanita itu atau kau menjadi menantu Presdir Jang.”
Mata Chang Hee berkaca-kaca
karena menahan marah. Ia tak bisa meninggalkan Hae Joo begitu saja.
Sekertaris Choi memberikan
laporan tentang Ryan Kang (Kang San) “Dia (Ryan Kang) dibayar dengan gaji dan
fasilitas yang hebat oleh perusahaan Noble, perusahaan tempat bekerja Ryan Kang
saat ini.”
Presdir Jang menahan kekesalannya,
ia mengira kalau harimau sudah mati tapi ternyata dia sedang membesarkan
anaknya. Il Moon berkata kalau menurutnya ini hanya salah paham karena ketika
masih sekolah San selalu rangking terakhir mana mungkin dia mendapatkan gelar
doktor dari MIT. Ia menduga kalau itu hanya gelar palsu dan hasil rekayasa.
Presdir Jang membentak
putranya agar jangan berfikir bodoh, apa Il Moon pikir perusahaan Noble yang termasuk
perusahaan top dalam bidang pengeboran akan bertindak sebodoh itu.
Ada yang mengetuk pintu
ruangan Presdir, Kang San. Sekertaris Choi mohon diri keluar ruangan. San
bersikap akrab pada Il Moon tapi Il Moon cuek.
San bertanya apa Presdir
memanggilnya. Presdir Jang berusaha tersenyum di depan San, ia memberikan tepuk
tangan, “Ryan Kang, bukan-bukan. Kang San.” Presdir minta maaf karena tak
mengenali San. Ia bertanya kenapa San tak mengatakan identitas San dari awal
padanya.
San berkata ia akan
canggung kalau ia sendiri yang mengatakannya. Presdir berkata kalau ia sangat
terkejut, ia pun ingin memastikan apa San benar-benar pengawas dari perusahaan
Noble. San pun berkata kalau ia juga terkejut, “Saat anda menelan perusahaan
kapal Hae Poong aku tak menyangka anda akan menjadi seperti ini.”
Presdir menyadari kalau San
menyindirnya. “Jadi karena dendam lamamu, apa kau menjadi sangat bertingkah
tentang inspeksi?”
San berkata tidak, ia tak
bisa begitu. Sekarang ini ia hanya seorang pegawai yang dikirim oleh pemilik
kapal perusahannya jadi mana mungkin ia bersikap semaunya padahal ia tak punya
kekuatan. Kalaupun ia memiliki dendam apa yang bisa ia lakukan dalam level
sehebat Presdir Jang. Ia harus menahan dan membiarkannya berlalu (apa benar San
begitu, Hmmm tentu saja tidak kan?)
San bertanya apa ada hal
lain yang ingin Presdir Jang katakan padanya karena ada banyak hal yang harus
ia lakukan. Presdir mengerti ia akan bicara dengan San lain waktu karena
keduanya pasti akan sering bertemu.
San kembali ke kantor ia
bertanya pada Ketua Tim Jo Min Kyung, apa sudah menyelesaikan lembar instruksi
produksi. Jo Min Kyung menjawab belum selesai. San heran kenapa belum selesai,
kenapa lama sekali. Jo Min Kyung mengatakan ini karena mereka memerlukan orang
yang benar-benar paham tentang produksi aktual, mereka sedang meninjau beberapa
kandidat utama.
San ingat dengan seorang
wanita yang dilihatnya sedang melihat kapal (Hae Joo) ia bertanya pada Ketua
Tim Jo Min Kyung, “Gadis itu tidak gagal wawancara karena aku kan?” Jo Min Kyung
tanya siapa yang dimaksud San. San mengatakan gadis yang ia temui saat
wawancara pagi ini.
“Oh itu Chun Hae Joo.” Ketua
Tim Jo Min Kyung berkata kalau gadis itu gagal wawancara bukan karena San tapi
karena kualifikasi pendidikannya yang kurang. San mengangguk menegrti ia
berbalik tapi langkahnya terhenti. “Tunggu sebentar!”
“Kau bilang siapa?” Tanya San
untuk memastikan apa yang tadi ia dengar. “Gadis yang gagal wawancara pagi ini,
siapa namanya?”
“Chun Hae Joo, apa ada
masalah?” tanya Jo Min Kyung bingung.
San jelas kaget, “Chun Hae
Joo?” ia minta Min Kyung membawakan surat lamaran pekerjaan Hae Joo.
San membaca surat lamaran Hae
Joo disana tertera siapa ayah, ibu, kakak dan adik-adik Hae Joo. San kesal dan
membodohi dirinya sendiri kenapa ia tak langsung bisa mengenali Hae Joo.
(Ada yang aneh nih di surat lamaran Hae Joo, tepatnya dibagian anggota
keluarga. Disana tertulis nama-nama yang usianya 58, 52, 31, 21 dan 18. Aku
menebak 58 itu ayah, 52 itu ibu, 31 itu Sang Tae, 21 Young Joo dan yang 18 Jin Joo.
Tapi ada yang aneh kok Jin Joo 18 tahun ya bukannya seharusnya dia 15 tahun.
Kalau
misalkan 18 itu usia Young Joo mana usia Jin Jo dan tidak mungkin kalau yang 21
itu Hae Joo. Coz 15 tahun yang lalu saja Hae Joo sudah 12 tahun-an, kira-kira
ada yang bisa menjelaskan ini)
Hae Joo tiba warung
ibunya. Ibu langsung bertanya bagaimana hasil wawancaranya. Hae Joo terdiam
lemas, ibu langsung mengerti kalau Hae Joo tak diterima kerja di kantoran.
Sang Tae yang sedang minum
dan makan dengan teman-temannya berseru kalau pilar keluarga dan sumber
keuangan keluarga sudah datang. Hae Joo melihat kakaknya ini sudah mabuk.
Sang Tae menghampiri Hae Joo
dan mengatakan kalau hari ini ia keluar dari perusahaan asuransi. Hae Joo jelas
kaget mendengarnya. Sang Tae berkata kalau Hae Joo selalu meremehkannya yang
bekerja tanpa hasil di perusahaan asuransi jadi ia memutuskan untuk keluar dari
perusahaan itu dan kali ini ia akan menjalankan bisnis sendiri.
Hae Joo : “Kakak, kau
bahkan tak punya modal untuk menjalankan usaha. Jadi kau keluar kerja lagi
kurang dari sebulan?”
Sang Tae meminta Hae Joo
jangan khawatir ia berjanji akan membuat Hae Joo tersenyum terus-menerus selama
sebulan. Hae Joo meninggikan suaranya kalau kakaknya pernah mengatakan hal itu
bulan lalu. Sang Tae melirik ke arah teman-temannya tak enak karena ia dibentak
oleh adiknya. Ia pun mengingatkan Hae Joo agar menjaga sikap didepan teman-temannya,
kenapa Hae Joo memancing pertengkaran dengannya.
Ibu menyuruh Sang Tae
berhenti ia melihat kalau putranya ini sudah mabuk. Kedua teman Sang Tae tak
nyaman karena ada keributan di keluarga ini, keduanya pun pamit. Tapi Sang Tae
mencegahnya karena mereka baru saja mulai minum.
Hae Joo melihat makanan
dan minuman yang dimakan teman-teman kakaknya, ia menyebut harga semuanya,
67ribu won.
Sang Tae tertawa dan
berkata jangan bayar ia menyuruh teman-temannya pergi saja, “Gadis ini tak
pernah kuliah jadi dia tak paham tentang pertemanan di dalam kampus.” (saling
mentraktir gitu ya)
Tapi Hae Joo tak bisa
membiarkan teman-teman kakaknya ini makan gratis begitu saja, Ia meminta
bayaran atas makanan yang mereka makan. Teman Sang Tae pun membayarnya dengan
kesal. Sang Tae tentu saja malu. Setelah menerima uang itu Hae Joo pulang akan
ganti baju. Sang Tae yang jengkel menyusul adikanya.
Hae Joo sampai di rumah ia
melihat Jin Joo tengah menyiapkan makan malam. Hae Joo tanya apa yang sedang
dilakukan adiknya, bukankah ia sudah bilang Jin Joo jangan melakukan pekerjaan
rumah.
Sang Tae yang marah
membalikkan badan Hae Joo dnegan paksa, “Hei perempuan kau tak menganggapku
serius ya?” Hae Joo minta kakaknya diam karena ia sedang menahan diri. Sang Tae
tertawa memangnya apa yang akan Hae Joo lakukan kalau tidak menahan diri. “Karena
kau menghasilkan sedikit uang, apa kau menganggapku sebagai pecundang?”
Sang Tae akan menjambak
rambut Hae Joo tapi dengan cepat Hae Joo menahan tangan kakaknya. Sang Tae
berteriak kesakitan.
Ibu datang memarahi
keduanya. Hae Joo tak habis pikir saat Sang Tae bilang pada ibu kalau dia
keluar dari pekerjaannya kenapa ibu hanya diam saja tak berbuat apapun. Tapi
ibu malah menyalahkan Hae Joo yang setiap hari mengganggu Sang Tae membicarakan
tentang uang. Menurut Ibu seharusnya Hae Joo memberi semangat pada Sang Tae.
Adik seperti apa yang memperlakukan kakaknya seperti orang bodoh.
Hae Joo yang sudah kesal
meninggikan suaranya, “Kalau kakak pernah melakukan hal yang benar aku akan
menggendongnya siang dan malam.”
Ibu bilang kalau mereka
harus melihat dan menunggu hasil usaha Sang Tae membuahkan hasil atau tidak.
Sang Tae bahkan belum memulainya tapi kenapa Hae Joo meruntuhkan semangat Sang Tae.
Hae Joo bertanya uang
seperti apa yang akan digunakan kakaknya untuk memulai usaha. Apa belum cukup
kakaknya ini menghabiskan dana simpanan untuk sewa rumah jangka panjang, karena
kakaknya mereka terpaksa harus menyewa bulanan. Semua rekening bank yang
dihabiskan kakaknya apakah ia harus membawa buku rekening dan menunjukannya.
Sang Tae marah ia
menggunakan kakinya untuk membalikan meja makan. Tumpahlah semua makanan yang
ada disana. Sang Tae membentak meminta Hae Joo berhenti meributkan tentang
uang. Melihat makanan berantakan suara Hae Joo makin meninggi, ia membentak
lebih keras. “Kenapa kau menendang meja?” Hae Joo memukuli kakaknya.
Ibu melerai Jin Joo
menahan kakaknya. Young Joo yang dari tadi di dalam kamar keluar dan ikut
marah-marah, “Semuanya berhenti. Kalian menyuruhku untuk belajar, tapi kenapa
semua orang membuat keributan? Di tengah pertengkaran ini apa kalian pikir aku
bisa belajar? Apa bisa?” Young Joo kembali ke kamar dengan kekesalannya.
Hae Joo ke kamarnya dan
menatap sedih foto mendiang ayahnya, “Ayah kenapa ini berat sekali? Menjalani
hidup ini kenapa semuanya tak pernah membaik.” Hae Joo menitikan air mata.
Jin Joo masuk ke kamar dan
langsung memeluk kakaknya, “Maaf kak. Aku akan menjadi lebih baik. Meskipun
semua orang membuatmu marah, aku akan belajar lebih keras untuk meringankan
bebanmu.” Hae Joo berkata kalau ia tak apa-apa, ia merasa tak terbebani, ia
hanya sedikit marah.
Lee Bong Hee berdiri di
pintu restouran milik In Hwa. Ia tengah menunggu seseorang. Dandanan Bong Hee
terlihat wah.. seksi hehe. Ia melihat dadanya dan bergumam apakah ia harus menggunakan
pads (pake busa) haha
Yoon Jung Woo masuk ke
restouran itu, Bong Hee menyapanya dengan sopan dan manis. Jung Woo langsung
mengajak Bong Hee mencari tempat yang enak karena ia sudah lapar. Ia mengajak
ke lantai 2. Bong Hee kesal karena Jung Woo tak memandangnya sedikitpun. Tapi
ia mencoba tersenyum dan berjalan seseksi mungkin.
In Hwa melihat Bong Hee
ada disana, ia mengambil menu yang ada di tangan pelayan dan menyuruh si
pelayan pergi biar ia yang melayani tamu-tamu ini. In Hwa menyerahkan daftar
menu pada Jung Woo dan Bong Hee. In Hwa melirik terkejut melihat pakaian yang
dikenakan Bong Hee, tapi Bong Hee cuek saja. Keduanya tarik-tarikan daftar
menu.
Bong Hee bersikap manis
pada Jung Woo menanyakan mau makan apa. Jung Woo mengambil kacamata-nya untuk
melihat daftar menu. Ia memilih-milih menu. Sementara itu Bong Hee melancarkan
aksinya lagi, ia pura-pura kepanasan dan melepas jaketnya dan woh Bibi
hahaha... berulang kali ia menarik ke atas kembennya haha (wakaka kok kemben
kaya baju jawa aja)
Jung Woo meminta Bong Hee
memilih sendiri menu makannya.
“Benarkah?” Suara Bong Hee
menggoda. “Apa aku memilih apapun yang kuinginkan?” Bong Hee berbisik kalau
tempat ini cukup mahal gaji bulanan jaksa bisa saja habis.” Jung Woo tertawa
berkata kalau ada juga perampok tanpa pisau. Bong Hee tertawa menggoda, “Kalau
itu kau jaksa, borgol saja aku. Aku tak akan apa-apa.”
In Hwa tak mengerti apa
maksud bibinya bertingkah seperti ini. Bong Hee membuka menu ia memesan
beberapa makanan. In Hwa dengan suara kesal berkata kalau ia akan segera membawakan
pesanan mereka.
Bong Hee memberi tahu Jung
Woo kalau steak disini enak katanya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya
menggoda, haha.
In Hwa menelepon ibunya
sambil mengintip apa yang dilakukan Jung Woo dan Bong Hee. Ia memberi tahu
kalau Bibinya tengah bersama wakil jaksa lagi. Ia menabak pasti ada sesuatu
diantara mereka. “Ibu kau tahu sedang apa dia? Dia biasanya minum sebotol soju
tapi sekarang dia minum segelas wine dengan elegan.”
Adegan tadi Jung Woo nguap
ya, lebar banget nguap-nya haha.
Jung Woo dan Bong Hee pun
menikmati hidangan steak mereka. Jung Woo menanyakan kabar tim pengeboran Bong Hee.
Bong Hee menjawab kalau tim-nya sangat sibuk tentang eksploitasi pertambangan. Tapi
sekarang tim-nya sedang memodifikasi prosedur pengeboran minyak.
Jung Woo bertanya apa
kesepakatan Presdir Jang dengan perusahaan minyak sudah disetujui. Bong Hee
menjawab tentu saja. Tapi menurut Jung Woo perusahaan minyak itu tidak akan
dengan mudah melepaskan saham mereka.
“Yoon Jung Woo...” Bong Hee
merengut, “Saat bertemu denganku apa kita hanya bisa membiacarakan masalah
pekerjaan.” Jung Woo bertanya sambil mengunyah steak-nya, “Memangnya kenapa?
Bukankah kita memiliki minat yang sama?”
Bong Hee kesal meninggikan
suaranya, “Bagaimana bisa itu disebut minat yang sama?”
Jung Woo heran kenapa tiba-tiba
Bong Hee Jadi marah. Ia melihat sekeliling malu karena Bong Hee berteriak. Jung
Woo berkata bukankah ia tidak bisa membicarakan kasus yang sedang ia tangani.
Bong Hee berkata kalau beberapa hari ini ada banyak kasus pembunuhan. “Mereka
pasti memiliki motif khusus kan?”
Jung Woo menjawab tentu
saja, apa itu direncanakan atau terjadi tanpa sengaja, setiap kasus pembunuhan
memiliki motif tersendiri. Jung Woo terus menjelaskan tentang hukum.
Bong Hee bertambah kesal, “Hei...”
teriak Bong Hee sambil melempar sendok ke wajah Jung Woo hahaha.
Jung Woo mengaduh, “Kau ini
kenapa?”
Bong Hee jelas jengkel
setengah mati, “Dari pada aku sakit gigi sebaiknya kucabut saja gigi itu.”
katanya sambil menacapkan pisau ke meja. Bong Hee berdiri membawa jaket akan
pergi. Jung Woo menatap bingung, “Kenapa kau begini?”
Bong Hee : “Jaksa Yoon,
bukankah seharusnya kau memiliki daya nalar yang tinggi?”
Jung Woo makin tak
mengerti kenapa Bong Hee tiba-tiba marah dan berlalu pergi seperti itu.
Bong Hee ngedumel kesal, “Dia
tak membicarakan tentang wajahku. Dia juga tak membahas tentang dadaku. Si
brengsek itu, aku tak akan merasa dilecehkan seandainya dia melirik sedikit.
Aku bahkan berusaha menggunakan pads.” (Hehe)
In Hwa masih melapor pada
ibunya, ia memberi tahu kalau keahlian bibi-nya dalam menggunakan sendok
digunakan lagi. Tepat dilemparkan di tengah-tengah dahi jaksa itu. In Hwa
menebak kalau pads itu miliknya yang diambil Bong Hee.
Ternyata Bong Hee sudah
berada di belakang In Hwa, “Siaran langsung yang terasa sangat bagus. Dengan
menggunakan benda tak berguna ini. Hei.. pads tak bisa menggoda laki-laki. Apa
ini bahkan bisa disebut pads. Aku akan menyita ini.” katanya sambil membawa
pads milik In Hwa.
In Hwa kembali mengadu
pada ibunya, apa ibunya dengar tadi. Kemarahan bibinya yang seperti itu tak
akan keluar kalau tidak ada alasannya. Ia mulai khawatir, jangan-jangan ini
tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Sesaat kemudian In Hwa terheran-heran
karena ia mendengar suara ibunya yang lain dari biasanya. Apa ibunya ini sakit.
Geum Hee berkata kalau ia hanya kelelahan dan akan bicara lagi ketika In Hwa
sampai di rumah.
Il Moon sampai di rumah.
Geum Hee menanyakan ayah Il Moon (Presdir Jang). Dengan jutek Il Moon menjawab
tidak tahu. Geum Hee mengajak Il Moon bicara berdua.
Dengan tangan gemetaran Geum
Hee membawakan minuman untuk Il Moon. Il Moon memperhatikannya. Geum Hee
mencoba memulai percakapan dengan membahas pekerjaan di kantor, bukankah itu
melelahkan. Il Moon menjawab seperlunya sambil meminum minuman yang disiapkan
ibunya.
Geum Hee terbata-bata
menanyakan sejak kapan Il Moon tahu kalau ia bukan ibu yang melahirkan Il Moon.
Il Moon merasa kapan ia tahu kenyataannya itu tidaklah penting. Geum Hee
berkata kalau waktu itu bukankah Il Moon masih berusia 5 tahun, dari mana Il Moon
mendengarnya.
Il Moon berkata kalau
sejak kecil ia sering bermimpi, ibunya yang muntah darah dan adik yang menangis
di sebelahnya. Mulanya ia berfikir kalau itu hanya sekedar mimpi, tapi kemudian
ia sadar kalau itu bukan mimpi. Il Moon tahu ketika ibunya meninggal ia mendengar
kalau ayahnya sedang bersama Geum Hee.
Geum Hee mencoba
menjelaskan kalau ia juga mengetahui hal itu setelah ayah Il Moon yang
mengatakannya. Il Moon berkata tak apa-apa, apa gunanya membahas tentang ibu
yang tak bisa lagi ia ingat.
Geum Hee cemas Il Moon tak
mengatakan hal ini pada In Hwa kan. Il Moon berkata kalau dirinya itu bukan
orang yang tak punya pikiran, cukup dirinya saja yang terluka. Ia tak perlu
melukai perasaan adiknya.
Il Moon akan berlalu meninggalkan
ruang makan, tapi Geum Hee memanggilnya. Dengan air mata yang berlinang Geum Hee
mengatakan bahwa apapun yang orang lain katakan Il Moon tetap putranya. Il Moon
tersenyum mencibir diam meninggalkan ruang makan menuju kamarnya.
Hae Joo membantu ibunya mencuci piring di kedai. Ia menangis
teringat kejadian di restauran tadi dimana ayah Chang Hee sangat membenci dan
tak menyetujui hubungan asmaranya dengan Chang Hee. Ibu yang melihat Hae Joo
menangis menanyakan alasan kenapa ia menangis, ia mengira Hae Joo menangis
karena sikap Sang Tae. Hae Joo berkata bahwa ia menangis bukan karena itu. Ibu
pun mengira kalau sedihnya Hae Joo ini karena gagal wawancara, bukankah ini
juga bukan yang pertama kalinya kenapa harus menangis. Jika Hae Joo sedih
bukankah Hae Joo bisa minum alkohol, tapi Hae Joo menolak karena itu akan
membuatnya semakin sedih.
Melihat Hae Joo terus menangis dan bersedih membuat
hati ibu ikut sedih. Ia akan bicara namun ponsel Hae Joo berbunyi. Hae Joo
tidak menjawabnya dan itu membuat ibu heran. Hae Joo membiarkan saja ponselnya
terus berdering dan terus menangis. Ia beralasan ada sesuatu yang masuk ke
matanya hingga membuat air matanya keluar. Ibu tak bertanya lagi, ia mengerti
perasaan Hae Joo dan hanya bisa menghela nafas panjang. Ternyata yang menelepon
Hae Joo itu Chang Hee.
Ketika Hae Joo akan berangkat bekerja seseorang menghampirinya
dan bertanya apa dia adalah Chun Hae Joo. Pria itu mengatakan kalau dia berasal
dari perusahaan kapal Cheon Ji. Hae Joo heran. Pria itu membukakan pintu mobil
agar Hae Joo masuk ke mobilnya.
Pria itu membawa Hae ke suatu tempat dimana banyak
kapal pesiarnya. Ia menunjukan arah ke salah satu kapal dan permisi pergi.
Hae Joo menuju tempat yang dimaksud, salah satu kapal
pesiar yang ada disana. Ia tersenyum bahagia melihat pemandangan disana. Ryan
Kang (Kang San) keluar dari dalam kapal dan mengamati penampilan hae Joo, ia
memuji Hae Joo pantas mengenakan pakaian yang dipakai itu.
Hae Joo heran kenapa seorang Ryan Kang ada disini,
bukankah yang memanggilnya itu seseorang dari Perusahaan Cheon Ji. Kang San memberi
tahu kalau ia adalah Pengawas kapal yang bekerja di Cheon Ji. Hae Joo tambah
heran. San meminta Hae Joo untuk duduk, walaupun heran dan bingung Hae Joo
duduk disana dan di depannya banyak makanan enak.
San heran Hae Joo itu kan bukan seorang kolektor
kenapa mengoleksi begitu banyak lisensi. Hae Joo diam tak mengerti apa maksud
perkataan pria di depannya ini. san tersenyum menilai sikap Hae Joo ini sungguh
kaku. Ia berjanji akan memberikan Hae Joo kesempatan wawancara kedua.
Hae Joo berkata jika seseorang bekerja di berbagai bidang
bukan berarti orang itu bisa menapatkan tipe pekerjaan yang selalu sama. San
bertanya yang menjurus ke arah wawancara kerja, kalau begitu lalu kenapa Hae
Joo masih menjadi pekerja sementara. Hae Joo mengatakan kalau di beberapa
tempat kerjanya ia bekerja di posisi tetap, ya walaupun pada akhirnya
perusahaan tempatnya bekerja itu harus tutup. San berkata dengan kemampuan dan
latar belakang Hae Joo menurutnya Hae Joo itu bisa mendapatkan pekerjaan di
sebuah perusahaan pembangunan kapal. Menurut Hae Joo yang perusahaan inginkan
di tempatnya melamar itu bukan keahlian melainkan sertifikat kelulusan (ijazah
gitu) Bagi San ingatan Hae Joo itu sangat buruk. Hae Joo tak mengerti apa
maksudnya.
San : “Saat kau masih kecil, apa kau pernah menyukai
seseorang?”
Hae Joo heran mendengar pertanyaan itu. Kang San
mengangkat kursinya untuk duduk lebih dekat dengan Hae Joo. San berkata
kalau ia sedang bertanya pada Hae Joo. Hae Joo menjawab, ada seseorang. San penasaran
orang seperti apa yang disukai Hae Joo itu. Hae Joo heran campur kesal bertanya
apa itu adalah pertanyaan wawancara untuk pembangunan kapal. San beralasan itu
karena ia ingin mengetahui masa lalu Hae Joo yang sentimental, kira-kira siapa
orang yang membuat hati Hae Joo berdebar ketika masih kecil karena itu bisa
membantu kelancaran kehidupan Hae Joo.
San mendekatkan wajahnya ke arah Hae Joo, apa sekarang
Hae Joo memiliki seseorang, “Jika tidak punya, bagaimana denganku?” rayunya
sambil membelai rambut Hae Joo. wakakaka.
Hae Joo kesal mendnegarnya dan bicara dengan logatnya hingga
membuat San tertawa terbahak bahak. Ia sangat merindukan logat itu. melihat
sikap pria di depannya ini tentu saja membuat Hae Joo semakin kesal dan menilai
San ini pria mesum. Ia menyiram wajah San menggunakan wine.
Hae Joo yang marah beranjak pergi namun San menahannya, “Apa kau sungguh
tak mengingatku?” tentu saja Hae Joo tak kenal, bagaimana ia bisa mengenal San.
“Tunggu,” San menahan tangan Hae Joo yang akan pergi.
Hae Joo yang marah menendang San hingga jatuh ke air. Itu
Hae Joo lakukan karena sikap kurang ajar San padanya, ia menilai setidaknya San
cukup sadar diri kalau dirinya ini cantik dan layak dirayu oleh Sa. Hahaha. Ia
menilai San ini pembohong mengaku sebagai pengawas pemilik kapal, kalau San
seorang pengawas kapal maka ia ini juga seorang Miss Korea.
Ketika Hae Joo akan pergi dari sana ia menerima telepon
dari Jo Min Kyung di perusahaan Cheon Ji yang menanyakan apa Hae Joo sudah
bertemu dengan Ryan Kang yang akan mengatakan kalau Hae Joo di terima di Cheon
Ji. Hae Jo terkejut dan kembali ke tempat San, jadi benar itu perwakilan dari
perusahaan Cheon Ji. Hae Joo memanggil San dengan nama panggilan Ryan Kang,
mendnegar Hae Joo memanggilnya San pura-pura tenggelam, padahal sebelumnya ia
sempat berenang.
Hae Joo panik dan akan menolongnya, tapi San malah
menariknya hingga jatuh ke air. San masih pura pura tak bisa berenang hingga pada
akhirnya Hae Joo berhasil mengangkatnya. San pura-pura pingsan.
Hae Joo sangat panik, ia bahkan memberikan pernafasan
buatan. San yang menggoda Hae Joo dengan pura pura pingsannya ini sedikit membuka
mata dan menutupnya lagi.
Namun ketika Hae Joo ingin memberikan pernafasan
buatan yang kedua, San mempnyongkan mulutnya untuk mengecup bibir Hae Joo lebih
dulu. mengetahui itu hanya pura pura Hae Joo marah dan akan memukulnya. Tapi
kemudian San berkata, “senang bertemu denganmu, Tukang Las.”
Hae Joo terkejut, tak ada lagi yang memanggilnya
dengan panggilan itu selain San, “Tukang Bohong?” San tersenyum manis seraya
mengangguk.
Hae Joo mengeringkan diri menggunakan handuk,
sementara San sudah berganti pakaian. San tentu saja protes ia itu hanya
berusaha menjamu teman yang sudah 15 tahun tak ia temui, tapi apa ini, ia malah
ditendang ke laut. Hae Joo berkata seharusnya San memberitahunya sejak awal. San
mengatakan kalau ini kejutannya untuk Hae Joo. ia heran bagaimana bisa Hae Joo
tak berubah sedikitpun. Hae Joo membela diri kalau San juga sama tidak berubah.
San megaku kalau ia sering memikirkan Hae Joo. Tapi ia
yakin Hae Joo tidak begitu. Hae Joo membantah, ia mengatakan ia juga sering
memikirkan San. Wajah San berubah cerah mendengar itu, benarkah?
Hae Joo berkata setiap ia melihat kapal pengebor
pemberian San, ia akan memikirkan San. San tersenyum bahagia Hae Joo masih
menyimpan benda pemberiannya, “kau masih memilikinya?” Hae Joo menjawab tentu
saja, karena itu adalah hadiah pertama yang diberikan seseorang padanya.
San berkata kalau ia akan menunjukkan hadiah yang
lebih bagus dari itu, bukan miniatur, tapi kapal pengeboran sungguhan. Tapi ia membutuhkan
bantuan Hae Joo. Hae Joo menebak apa itu kapal pengebor yang sedang dibangun oleh
Perusahaan kapal Cheon Ji. San mengangguk membenarkan, ia ini kepala pengawas
pemilik kapal. Tapi Hae Joo tak yakin apa ia bisa membantu San karena tak
terlalu paham mengenai kapal berteknologi tinggi. San berkata jika Hae Joo tidak
tahu bukankah bisa belajar.
San mendekatkan wajahnya bertanya dengan penasaran,
siapa cinta pertama si tukang las ini. Hae Joo mengambil sendok dan memukulkannya
ke kepala San hingga membuat San mengaduh. Ia berkata kalau itu bohong, jadi
lupakan saja perkataannya tentang itu.
Hae Joo kemudian makan makanan enak yang ada di depannya dan San tersenyum melihatnya.
Hae Joo kemudian makan makanan enak yang ada di depannya dan San tersenyum melihatnya.
Malam harinya Presdir Jang mengunjungi Kakek Kang. Presdir kang menyapa
kakek karena keduanya sudah lama tak bertemu. Kakek Kang yang sudah berusia
lanjut bertanya siapa yang datang ini. Predir Jang mengatakan namanya, kakek
yang tengah minum mengabaikannya begitu saja.
Presdir Jang memuji cucu kakek kang (Kang San) sudah
tumbuh dengan baik dan sudah kembali ke Korea. Kakek kang menoleh terkejut
Presdir Jang membahas tentang cucunya. Presdir Jang menyadari kalau ia sudah
ceroboh, ia menyadari Kakek Kang bukankah orang yang mudah jatuh, ia terlalu
sibuk menikmati kemenangannya tanpa menyadari Kakek Kang sudah membesarkan
senjata pamungkas yang akan digunakan untuk melawannya. Kakek Kang tersenyum
sinis, meskipun jika kang san tumbuh, memangnya cucunya itu akan bisa sebesar
apa jika dibandingkan dengan Jang Do Hyun.
Dengan nada sindiran Presdir Jang meminta Kakek Kang
jangan salah paham, karena ia juga tak ingin menginjak-injak tunas taoge, selama
lawannya tidak menarik pisau tanpa menyadari siapa lawannya. Ia berpesan pada
kakek Kang, jangan sampai anak yang tumbuh dengan baik itu nantinya terluka. Kakek
kesal dan terus meminum soju miliknya. Ia mulai mengkhawatirkan cucunya setelah
mendengar perkataan Presdir Jang.
Kang San sampai di depan apartemennya dan heran begitu
melihat kedatangan Kakeknya, apa yang kakeknya lakukan disini bukankah kakeknya
ini bilang tak mau datang ke rumahnya.
Di dalam apartemen, Kakek menanyakan tentang rencana San.
Ia sudah mendengar semuanya dari Presdir Jang. San berkata kalau ia sudah
memberitahukan semuanya pada kakek, ia tahu pasti kalau semuanya akan terungkap
jadi ia akan mengambil langkah terang untuk melawan Presdir Jang karena jalur
gelap itu merupakan keahlian Jang Do Hyun. Kakek kembali bertanya mengenai
rencana San, ia juga perlu tahu. San tak bisa memberi tahu Kakek tentang
rencananya itu sekarang. Ia meminta kakeknya agar mengambil alih pabrik untuknya.
Itu adalah pabrik salah satu sub kontraktor yang membuat baling-baling.
Ada hal yang membuat San penasaran, kenapa Presdir Jang
Do Hyun begitu tertarik dengan minyak. Dia sudah kaya dengan perusahaan pembuat
kapal, kenapa dia sangat terobsesi pada kapal pengebor yang kesempatan suksesnya
tidak tinggi. Ia tahu semuanya tentang Jang Do Hyun, tapi tak mengerti tentang
itu.
Hae Joo menikmati angin pantai didekat mercusuar. Chang
hee datang ke tempat itu, ia memanggil Hae Joo, menghampiri dan memeluknya. Ia
mengatakan kalau ia sangat khawatir karena tak bisa menghubungi Hae Joo. Hae
Joo bertanya bagaimana ayah Chang hee, apa dia baik baik saja. Chang Hee
berbohong dan mengatakan kalau ayahnya menyesali perkataannya yang kejam pada
Hae Joo.
Hae Joo tahu itu bohong, ia sangat mengenal Chang Hee. Ia bahkan bisa melukis wajah Chang hee dengan mata tertutup. Chang Hee tak perlu mengatakan kebohongan seperti itu. Chang Hee berkata bahwa menurut pendapat orang tak ada orang tua yang bisa menang dari anaknya. Ia yakin dengan berjalannya waktu segalanya pasti akan bisa teratasi.
Hae Joo tahu itu bohong, ia sangat mengenal Chang Hee. Ia bahkan bisa melukis wajah Chang hee dengan mata tertutup. Chang Hee tak perlu mengatakan kebohongan seperti itu. Chang Hee berkata bahwa menurut pendapat orang tak ada orang tua yang bisa menang dari anaknya. Ia yakin dengan berjalannya waktu segalanya pasti akan bisa teratasi.
Hae Joo menyentuh pipi Chang Hee dan mengatakan kalau
Chang hee semakin kurus. “Oppa, sampai ayahmu menyetujui kita, haruskah kita berhenti
berhubungan?” Chang Hee meminta Hae Joo tidak mengatakan hal itu, apapun yang
terjadi Hae Joo tak boleh lemah. Hae Joo menghela nafas, ia mengangguk mengerti.
Chang Hee kemudian bertanya apa Hae Joo jauh-jauh
datang ke Ulsan untuk bertemu dengannya. Hae Joo berkata kalau ia punya berita
bagus, ia diterima di Perusahaan Pembangunan Kapal Cheon Ji. Chang Hee heran,
bukankah Hae Joo sudah ditolak. Hae Joo meminta Chang Hee menebak ia bertemu
dengan siapa.
Lalu kita beralih ke ruang kerja Kang San dimana ia
sedang mendengarkan musik klasik sambil mengayunkan tangan layaknya seorang
konduktor. Ia sepertinya sangat senang hari ini.
Chang Hee terkejut, “San? San yang di Ulsan?”
Hae Joo membenarkan, sekarang Kang San bekerja sebagai
Pengawas untuk pesanan kapal pengebor yang diperoleh Cheon Ji. Chang Hee pun
akhirnya tahu kalau si Ryan Kang itu adalah Kang San. Ia pernah mendengar
tentang Ryan Kang sebelumnya. Hae Joo berkata kalau San tidak berubah sedikitpun,
masih saja nakal dan aktif. Ia merasa dirinya diterima di perusahaan Cheon Ji
karena San. Chang Hee menilai itu bagus, karena San sudah melakukan hal yang
hebat pada Hae Joo. Ia merasa kalau dirinya merindukan San.
Chang Hee ingin tahu kapan Hae Joo mulai bekerja. Hae
Joo memperlihatkan barangnya, secepatnya besok. Chang Hee heran, apa secepat
itu, bukankah keluarga Hae Joo juga harus pindah. Hae Joo merasa kalau ia harus
menemukan rumah di Ulsan, sepertinya tak akan ada rumah seperti dulu di Ulsan.
Chang hee membawa Hae Joo ke sebuah rumah. Ia
memanggil pemilik rumah dengan 'Boss!'. Pemilik rumah keluar dan itu adalah
Yoon Jung Woo. Jung Woo heran kenapa Chang Hee malam-malam ke rumahnya. Chang
Hee bertanya apa kamar di rumah Jung Woo sudah ada yang menyewa. Jung Woo
menjawab belum, apa temannya Chang Hee ini mau pindah.
Hae Joo terkejut melihat Jung Woo, “Ajusshi, kau Jung
Woo ahjussi kan? aku Hae Joo, Chun Hae Joo.” Jung Woo juga terkejut, “kau...
Hae Joo? si gadis ceria dari Hae Nam?”
Hae Joo membenarkan, ia dan Jung Woo sudah lama sekali tak bertemu. Jung Woo
tersenyum bahagia dan memeluk Hae Joo. ia melihat Hae Joo sudah tumbuh besar,
kalau bertemu di luar ia pasti tak mengenali Hae Joo.
Jung Woo berkata kalau ia sudah lama mencari Hae Joo.
Ia mendengar Hae Joo pergin ke Hae Nam tapi kenapa malah di Geoje, apa yang
terjadi. Hae Joo berkata ceritanya sangat panjang.
Chang Hee memberi tahu kalau Hae Joo Joo diterima bekerja
di Perusahaan Cheon Ji dan ia ingin Jung Woo mengizinkan Hae Joo tinggal di
rumah Jung Woo sebelum ia menemukan tempat bagi Hae Joo dan keluarganya. Hae
Joo menolaknya. Tapi Jung woo berkata tak masalah, ia punya 3 ruangan kosong.
Hae Joo dan keluarganya bisa tinggal di rumahnya berdesakan seperti dulu.
Jung Woo heran bagaimana Chang Hee dan Hae Joo bisa
masih berhubungan sampai sekarang. Chang Hee berkata kalau itu sudah sangat
lama. Jung Woo tambah heran kenapa Chang Hee tak mengatakan apapun padanya. Ia
menebak kalau keduanya pasti berpacaran. Keduanya tersenyum malu-malu dan Chang
Hee mengiyakan. Jung Woo tertawa, ia mengira Chang Hee itu lamban tapi ternyata
lebih cepat darinya yang masih jomblo hahaha. Ia mengatakan kalau mereka berdua
serasi.
Chang Hee pulang ke rumahnya dan melihat di meja
makan, makanan tadi pagi masih rapi. Ia menghela nafas tahu ayahnya mogok
makan. Park Gi Chul di kamar sedang kesal dan tiduran, Chang Hee masuk. Chang
hee membawakan bubur untuk ayahnya yang masih ngambek. Ia berkata perasaannya
tak akan berubah walaupun ayahnya bersikap begini, bukankah ayahnya ini tahu
bagaimana sifatnya. Ia kemudian keluar membuat ayahnya tambah kesal.
Jung woo menjelaskan ruangan-ruangan yang bisa di
pakai Hae Joo dan keluarganya. Hae Joo menolak memakai ruang utama. Tapi Jung
Woo berkata kalau ia jarang di rumah jadi ia tak perlu kamar yang besar. Hae
Joo berkata tetap saja ia tak punya uang banyak untuk sewa bulanan, ia tak akan
bisa membayar banyak. Jung Woo kesal, pernahkah ada diskusi uang diantara ia
dan Hae Joo, berikan saja sesuai kemampuan Hae Joo. Jika Hae Joo tak nyaman
soal itu keduanya bisa membicarakan itu lagi. Hae Joo berjanji ia akan membayarnya
ketika ia sudah mapan dan mendapatkan kenaikan gaji. Hae Joo berterima kasih
atas kemurahan hati Jung Woo.
Jung Woo melakukan itu karena Hae Joo mengingatkannya
pada keponakannya yang akan seumuran dengan Hae Joo, apa Hae Joo ingat surat
yang pernah ia tunjukan pada Hae Joo dulu. Hae Joo ingat surat, surat yang
ditulis Hyung-nya Jung Woo. Jung Woo membenarkan itu adalah surat yang hyung
nya tulis untuk Yoo Jin. Jika Yoo Jin masih hidup mungkin dia seumuran dengan
Hae Joo. Hae Joo bertanya apa Yoo Jin sudah meninggal. Jung Woo mengangguk
membenarkan.
Tiba-tiba Bong Hee datang memanggil Jung Woo. Tapi Bong
Hee terkejut melihat ada wanita muda di rumah Jung Woo. Ia tentu saja marah,
selama ini Jung Woo bersikap penyendiri tapi ternyata seperti ini. Hae Joo
tersenyum menyapa menanyakan kabar Bong Hee. Bong Hee yang marah menyahut kalau
ia tidak baik-baik saja.Hae Joo langsung menutup mulutnya, diam.
Jung woo tertawa dan berkata apa Bong Hee tidak
mengenal gadis itu. Bong hee meninggikan suaranya, siapa dia. Jung Woo memberi
tahu kalau gadis muda ini adalah Hae Joo yang waktu itu tinggal di seberang
rumah mereka. Bong Hee bingung dan akhirnya mengingatnya. Hae Joo mengenal Bong
Hee sebagai perawan tua, sementara Bong Hee mengenalnya sebagai gadis kasar.
Mereka bertiga tertawa bersama.
Hari pertama Hae joo bekerja. Ia masuk ke kantor penuh
semangat. Ia memperkenalkan diri pada rekan kerjanya, ia juga memberi salam
pada ketua Tim Jo Mi Kyung dan juga Direktur Jang Il Moon. Hae Joo berjanji
kalau ia akan bekerja keras, ia juga berterima kasih karena sudah memberinya
kesempatan. Il Moon berkata bukan dia yang memberi kesempatan, tapi Ryan Kang.
Ia penasaran bagaimana Hae Joo dan Ryan Kang saling kenal. Hae Joo gugup dan
berkata mereka bertemu saat bertengkar karena ada sedikit salah paham. Il Moon
mengerti. Ketika Hae Joo sudah keluar dari ruangannya ia bergumam kalau Ryan
Kang itu si brengsek yang aneh.
Ketua Tim Jo Mi Kyung menjelaskan tugas pada Hae Joo,
yaitu menerjemahkan blue print yang dibuat oleh tim Development ke dalam lembar
instruksi dan mengirimkannya ke pabrik. Ia harap Hae Joo bekerja keras. untuk
tugas hari ini ia minta Hae Joo mempelajari dokumen yang ada di kantor baru
kemudian pergi ke lokasi di siang hari.
Geum Hee bersiap-siap untuk bertemu dengan Bong Hee di
kantor. In Hwa heran bukankah seharusnya ibunya ini mengatakan itu pada Bong
Hee pagi tadi. Ia kemudian terkejut, apa Bibinya itu semalam tidak pulang. Geum
hee tak menjawab tanda membenarkan. Karena ibunya ini akan ke kantor, ia minta
tolong ibunya ini untuk menemui ayahnya, dan pergilah makan bersamanya. Geum
Hee heran memangnya apa yang ingin In Hwa minta sampai-sampai bicara formal
seperti itu. In Hwa mengatakan kalau ia ingin mengeluarkan merk baju outdoor tapi
ayahnya tak setuju. Geum Hee heran, apa In Hwa kenapa pakaian out door apa In
Hwa sudah bosan dengan restoran sehingga ingin buka toko pakaian. In Hwa bilang
bukan begitu, ia sebenarnya sudah lama ingin melakukan ini. Ia belajar tentang
mode di Amerika jadi ia rasa dirinya punya kesempatan bagus. Ia yakin merk ini
sangat berkelas dan pasti sukses. Geum Hee mengelus kepala In Hwa, kenapa
putrinya ini harus melakukan itu, bukankah In Hwa tidak kekurangan uang. In Hwa
mengatakan kalau ia tak ingin hanya menjadi ibu rumah tangga saja seperti
ibunya ini, meskipun ia menikah ia ingin sukses dengan tangannya sendiri.
Geum Hee menyapa Park Gi Chul yang berdiri melamun
menatap lautan. Melihat Geum Hee sudah rapi Gi Chul bertanya, apa Geum hee akan
pergi, Geum Hee menjawab kalau ia akan pergi ke kantor. Geum hee melihat Park Gi
Chul terlihat tak sehat. Gi Chul berkata tidak apa apa.
Bong Hee datang terhuyung-huyung. Geum Hee tentu saja khawatir,
apa yang terjadi pada adiknya ini. Dengan nada malas Bong Hee mengatakan kalau
ia didepak dari rumah Jung Woo. Geum Hee terkejut, apa Bong Hee dari rumah Jung
Woo. Bong Hee mengiyakan, disana ia minum semalaman, ia merasakan perutnya yang
sakit dan merasa tak akan bisa ke kantor hari ini.
Bong Hee teringat sesuatu dan bertanya apa Eonni-nya
ingat dengan Hae Joo teman lama In Hwa, sekarang ia tinggal di rumah Jung Woo. Hae
Joo juga bekerja di divisi kelautan perusahaan kita. Ia menilai dunia ini
begitu kecil. Geum Hee tentu saja terkejut. Bong Hee terlihat pucat dan berkata
ia ingin istirahat karena perutnya sakit. Jadi semalam mereka minum bersama
untuk menentukan siapa yang bisa tinggal di rumah Jung Woo. Park Gi Chul yang
mendengar itu sangat kaget dan cemas.
Geum Hee segera masuk ke mobil dan pergi. Sementara Park
Gi Chul berlari ke rumahnya dan mengambil kunci mobil. Geum Hee meminta supir
agar cepat. Keduanya menuju perusahaan namun laju mobil Park Gi Chul terhalang
lampu merah hingga tak bisa mengejar mobil Geum Hee.
Geum Hee tiba di divisi kelautan dan bertanya pada
ketua tim Jo apa Chun Hae Joo bekerja disini. Jo Mi Kyung mengiyakan, ia
mengatakan Hae Joo mungkin di toilet.
Geum Hee pergi ke toilet dan melihat seorang gadis mencuci tangan dengan
bekas luka di punggungnya. Geum Hee kaget melihatnya. Ia mendekat ke arah Hae
Joo mencoba memegang bekas luka bakar itu. Hae Joo terkejut dan melihat ke
arahnya. Geum Hee memandangi wajah Hae Joo dan luka bakar Hae joo di pantulan
cermin. “Apa kau Hae Joo?”
Hae Joo juga terkejut dan menyapa Geum Hee, “Apa kabar.... Nyonya.”
Geum Hee kembali melihat di cermin luka bakar di tubuh Hae Joo.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...