Da Jin ke rumah sakit tempat dimana Nenek Lee di rawat. Disana sudah ada petugas sosial yang menemani nenek. Petugas sosial tak tahu kalau Da Jin akan datang, ia mengucapkan terima kasih. Tampak nenek Lee sedang terlelap.
Da Jin bertanya kenapa petugas sosial berada disini bukankah seharusnya berada di kantor dinas sosial. Petugas sosial mengatakan kalau penyakit komplikasi diabetes nenek bertambah parah, perjalanan kemarin terlalu berat untuk orang seusia nenek yang kesehatannya tak baik. Ia merasa tak lama lagi Nenek mungkin akan kehilangan penglihatannya. Ia juaga merasa akan lebih baik kalau nenek bertemu anaknya sebelum buta.
Min Ah akan melakukan penerbangan ke Inggris, Da Jin memohon pada Min Ah agar menemui putra Nenek Lee di Inggris. Tapi Min Ah menolak, ia mengatakan kalau kapten Lee itu orang yang sangat tegas ia tak bisa terbang untuk bersenang-senang lagi pula jangka waktunya snagat pendek dan ia sendiri ingin berbelanja.
Da Jin memohon kalau ini bukan sesuatu yang sulit untuk Min Ah dikerjakan, hanya pergi mencari putra Nenek dan memberikan surat ini sambil mengatakan kalau si nenek benar-benar sakit. Min Ah menyuruh Da Jin agar bisa sedikit menahan, ‘Jangan suka mencampuri urusan orang lain’ Ia minta maaf tak bisa membantu Da Jin. Kapten Kim Yoon Sung mendengar apa yang diperbincangkan antara Da Jin dan Min Ah.
Setelah Min Ah pergi Kapten Kim Yoon Sung menghampiri Da Jin. Ia melihat surat yang ingin Da Jin titipkan pada Min Ah. Da Jin segera menyembunyikan surat itu. Yoon Sung bertanya apa yang sedang Da Jin lakukan. Da Jin berusaha mengalihkan pembicaraan dan balik bertanya apa Kapten baru pulang dari penerbangan.
“Aku tanya, apa yang kau lakukan?” tanya Yoon Sung lagi.
Da Jin pun akhirnya berkata kalau Nenek Lee sedang sakit dan dia kemungkinan akan kehilangan penglihatannya. Kalau bukan sekarang dia mungkin tak bisa melihat wajah putranya, Lee Jong Su. Ia tahu kalau Jang Min Ah akan melakukan penerbangan ke Inggris jadi ia ingin minta tolong pada Min Ah.
Yoon Sung meminta Da Jin mennghentikan semua ini. Sudah cukup yang Da Jin lakukan. Da Jin tak mengerti ternyata kaptennya sungguh tak berperasaan. Ia tak bisa melakukan apa yang diminta Yoon Sung.
“Apa hanya ibunya yang memiliki perasaan?” tanya Yoon Sung. “Apa anaknya tak memiliki perasaan? Dia bilang kalau dia tak ingin bertemu dengan ibunya.”
Da Jin menilai kalau itu kemungkinan bukan perasaan Lee Jong Su yang sebenarnya. Ia sangat yakin kalau Lee Jong Su juga ingin melihat ibunya.
Yoon Sung bertanya apa Da Jin pernah memikirkan perasaan Lee Jong Su yang ditelantarkan. “Bagaimana pedihnya? Tanggapannya begitu buruk hingga dia bereaksi seperti ini. Pernahkah kau memikirkannya?” Ia minta Da Jin berhenti menghancurkan hati Lee Jong Su.
Da Jin merasa kalau orang yang menelantarkan dan yang ditelantarkan juga merasakan sakit yang sama. Tapi sekarang ia berharap mereka berdamai. Saat ini nenek Lee mungkin tak bisa melihat putranya lagi.
Yoon Sung berkata dengan suara bergetar kalau orang yang menelantarkan tak akan pernah mengetahui apa yang dirasakan oleh orang yang ditelantarkan. “Ketika kesulitan mereka menelantarkan dan setelah sukses mereka mencoba mencari kembali. Bukankah mereka itu tak tahu malu?”
Da Jin : “Kapten, kau tahu bagaimana indahnya untuk bisa melihat seseorang ketika kau ingin melihat mereka?”
Yoon Sung mengalihkan pembicaraan, “Wakil kapten Han Da Jin konsentrasi-lah dalam penerbanganmu!”
Da Jin berkata kalau ia akan akan melakukannya. Yoon Sung menyela ucapan Da Jin kalau ia akan selalu memeriksa setiap penerbangan Da JIn. Ia pun segar berlalu dari hadapan Da Jin.
Da Jin masuk ke ruang loker pilot, disana ada Yoon Sung yang tengah mencatat sesuatu. Da Jin berkata kalau ia marasa apa yang Yoon Sung katakan padanya benar. Da Jin berusaha tersenyum kemudian melanjutkan kata-katanya, kalau ia akan tetap bertemu dengan nenek kalau ia ingin.
Da Jin menerima telepon dari petugas sosial yang mengurus Nenek Lee. Da Jin terkejut mendengar kabar, ia pun berkata kalau ia akan segera ke rumah sakit. Yoon Sung menatap penasaran.
Penglihatan Nenek Lee benar-benar menurun, ia meminta pada Da Jin dan petugas sosial agar tidak memberitahukan kondisi yang sebeneranya kepada putranya. Tapi menurut Da Jin putra nenek perlu mengetahui hal ini. Tapi nenek tak mau menjadi beban bagi putranya.
Da Jin menggenggam tangan Nenek Lee. Sesaat kemudian ia menoleh ke arah pintu masuk dan dilihatnya Lee Jong Su sudah berdiri di pintu.
Dengan pandangan mata yang sudah kabur Nenek Lee seolah merasakan kehadiran putranya. “Jo.. Jo.. Jong Su?” Suara Nenek Lee berat dan terbata-bata. Jong Su sedih melihat keadaan ibunya.
Jong Su mendekat. Nenek bertanya apa Jong Su merasa kesulitan ketika berada di dalam pesawat selama perjalanan. Ia terus bertanya apa Jong Su sudah makan. Jong Su menjawab sudah.
Tangan nenek meraba-raba ingin menyentuh putranya, Jong Su mendekat ke arah ibunya dan membiarkan ibunya mengganggam tangannya. Nenek bertanya orang tua angkat Jong Su itu seperti apa, karena menggunakan bahasa asing bukankah itu sulit. Nenek terus bertanya apa Jong Su makan dengan baik, apa Jong Su pergi ke sekolah, “Kau sangat menderita kan?”
Jong Su mengeluarkan sebuah foto. Ia menujukan foto itu dan mengatakan kalau itu istri dan anaknya. Jong Su juga mengatakan kalau mereka semua dalam keadaan baik. Nenek menerima foto itu dan memeluknya. Ia merasa kalau mata, hidung dan mulut cucunya mirip seperti putranya. Nenek memeluk foto dan berulang kali mengucapkan terima kasih.
“Ibu.... Aku sungguh minta maaf. Aku bersalah.” Ucap Jong Su penuh penyesalan.
Nenek Lee berkata kalau ia tak memiliki hak meminta ini tapi bolehkah ia memeluk putranya sekali saja. Jong Su menangis dan memeluk ibunya erat. Keduanya menangis.
Nenek : “Jong Su, karena kau selama ini aku bertahan hidup. Kalau aku mati sekarang aku tak akan menyesal.”
Jong Su berjanji lain kali ia akan membawa keluarganya untuk menemui ibunya. Da Jin dan petugas sosial tak bisa menahan tangis. Keduanya ikut menangis terharu.
Yoon Sung ke rumah sakit tempat Nenek Lee dirawat, ia berdiri di depan pintu kamar melihat pertemuan antara ibu dan anak yang mengharukan. Setelah dirasa cukup ia pun berlalu dari sana.
Da Jin dan Jong Su bicara berdua. Da Jin terkejut kalau Kapten Kim berada dibalik semua ini. Jong Su berkata karena bantuan Kapten Kim ia bisa datang kesini.
Flash Back
Di Inggris, Yoon Sung menemui Jong Su tapi Jong Su menyuruh Yoon Sung pulang. Yoon Sung mengungkapkan kalau ia juga seorang yatim piatu. “Ayahku sudah meninggal, ibuku menelantarkanku. Orang tua adopsiku membatalkan adosinya. Aku membenci ibuku karena mencampakanku. Aku bahkan tak ingin memikirkannya. Kalau kau tak bisa memaafkannya maka jangan maafkan. Tak ada yang memaksamu melakukan itu karena ini bukan kesalahanmu.
Tapi karena dia (Da Jin) merasa harus menyatukan ibu dan putranya. Dia ingin wanita tua itu memiliki kenangan tentang pesawat terbang. Karena dia tak mau kalau pesawat hanya dikenang sebagai seonggok logam transportasi. Aku hanya ingin menyampaikan maksud hati teman kerjaku yang suka ikut campur hal tak berguna ini. Aku tak tahu apakah tindakanku ini juga tak berguna. Tapi aku harap kau tak hidup dengan cara yang sama denganku selama kau masih memilki kesempatan.”
Flash Back End
Jong Su menebak kalau Da Jin ini kapten yang suka ikut campur urusan orang itu. Ia mengatakan kalau Kapten Kim melarang dirinya memberitahu hal ini pada Da Jin. Ia sangat berhutang budi pada Kapten Kim Yoon Sung. “Aku juga ingin memberinya kesempatan untuk tersenyum lagi, kalau dia terus menyalahkan dan membenci dia akan kehilangan senyumannya. Jadi aku mohon Kapten Han, kau harus membantu memulihkan senyumannya.”
Jong Su berterima kasih pada Da Jin karena sudah membantu mempertemukan dirinya dengan ibunya.
Da Jin berada di bus ia teringat ucapan Yoon Sung yang mengatakan bahwa Da Jin tak tahu seperti apa rasanya menjadi anak yang dicampakkan orang tuanya. Tidak benar bahwa orang tua yang mencampakan anak mereka sangat menderita sedangkan anak yang dicampakan baik-baik saja.
Keesokan harinya Da Jin mengajak Ppo Song mengunjungi rumah Yoon Sung. Da Jin mengingatkan adiknya, begitu pintu dibuka Ppo Song harus langsung memeluk Yoon Sung, “Kau tahu kan caranya?”
“Paman...!” ucap Ppo Song mengucapkannya dengan suara manja. Da Jin menyuruh adiknya nanti menggoyangkan bahu agar terkesan manja. Ppo Song pun memperagakannya. Da Jin gemes dengan tingkah adiknya.
Ppo Song tanya kenapa mereka pergi ke rumah paman pinguin. Apa paman pinguin mengundang mereka. Da Jin menjawab kalau paman tak mengundang tapi kita yang mengunjunginya, “Ppo song kau harus membuat paman sering tertawa!”
Ppo Song mengerti ia akan mencoba mengulang kalimat itu, “Abalone adalah harta karun dari lautan sangat bermanfaat bagi tubuh. Makan yang banyak tubuh menjadi kuat. Bbasha (kau bisa) kakak aku benar kan?” Da Jin tertawa dan memuji kepandaian adiknya.
Yoon Sung membuka pintu dan benar saja Ppo Song langsung memeluk kaki Yoon Sung, “Paman pinguin!” Yoon Sung jelas kaget dengan kedatangan Ppo Song dan Da Jin yang mendadak.
Da Jin beralasan kalau Ppo Song selallu merengek ingin menjenguk Yoon Sung. Ppo Song cemberut karena alasan Da Jin itu hehe. Da Jin kembali beralasan kalau Ppo Song bersikeras ingin menjenguk Yoon Sung.
Makanan yang dibawa Da Jin pun sudah ada di depan Yoon Sung. Da Jin menyuruh Yoon Sung segera memakannya. Ia memberi kode pada Ppo Song agar mengucapkan kalimat yang tadi.
Ppo Song tersenyum mengerti, “Abalone adalah harta karun dari lautan sangat bermanfaat bagi tubuh. Makan yang banyak tubuh menjadi kuat. Bbasha.”
Yoon Sung tertawa mendengarnya (wow kapten tawamu sangat manis hehe) ia pun memakan abalon yang dibawa Da Jin.
Da Jin mengelus kepala adiknya dan memberikan jempol tanda apa yang diucapkan Ppo Song sudah mempan membuat Yoon Sung tersenyum.
Ppo Song bertanya apa makanannya enak. Yoon Sung tersenyum dan berkata kalau makanannya enak. Yoon Sung bertanya kenapa Ppo Song tak berangkat ke TK. Ppo Song mengatakan kalau teman-temannya banyak yang sakit. Da Jin menjelaskan kalau sistem kekebalan Ppo Song lemah. Yoon Sung terdiam, tapi ia tersenyum ketika melihat Ppo Song tersenyum padanya.
Da Jin melihat-lihat dapur, ia memuji kalau rumah Yoon Sung sangat bersih. Ia merasa sepertinya pembantu rumah tangga sudah bekerja keras. Ppo Song melihat sekeliling dan bertanya kenapa tak ada orang lain disini. Da Jin dan Yoon Sung terdiam.
Bel rumah berbunyi ada yang datang, Hong Mi Joo. Mi Joo langsung melingkarkan tangannya ke lengan Yoon Sung. Ia terkejut melihat Da Jin di rumah Yoon Sung.
Mi Joo bertanya kenapa Da Jin datang ke rumah Yoon Sung. Da Jin bilang kalau ia kebetulan lewat jadi ia hanya menjenguk saja. Yoon Sung pun bertanya kenapa Mi Joo datang. Belum sempat Mi Joo mengatakannya ia melihat ada makanan disana. Ia pun bertanya kenapa Yoon Sung makan bubur, ia membawakan sushi untuk Yoon Sung.
Mi Joo melihat ada anak kecil disana, Da Jin menyuruh adiknya memberi salam pada Mi Joo.
“Halo Bibi...!” sapa Ppo Song. Mi Joo jelas kesal dipanggil Bibi hehe.
Da Jin mengingatkan adiknya menyapanya tanpa kata Bibi. Dan Ppo Song mengikuti apa yang Da Jin ucapkan ‘Tanpa Bibi’
Mi Joo kembali menanyakan alasan Da Jin ke rumah Yoon Sung, Da Jin bahkan tak memberi waktu Yoon Sung untuk istirahat. Da Jin pun berkata kalau ia juga akan pergi.
Yoon Sung mengatakan kalau ia mengajak Da Jin dan Ppo Song makan malam dengannya. Mi Joo tak percaya kalau Yoon Sung yang mengajaknya. Yoon Sung berkata kalau ia tak ingin makan sendirian.
Da Jin pamit, sebelum pergi Ppo Song minta izin pada Yoon Sung bolehkah ia datang lagi ke rumah Yoon Sung. Yoon Sung tersenyum membolehkan. Yoon Sung berterima kasih atas makanan kiriman Da Jin.
Da Jin di kamarnya memeluk Ppo Song yang sudah tertidur pulas, matanya masih terjaga. Ia mengingat perkataan Yoon Sung tadi kalau dia tak ingin makan sendirian dan mengajak Da Jin dan juga Ppo Song makan bersamanya.
Da Jin bergumam kalau ia berhasil membuat Yoon Sung tersenyum, “Dia mirip denganku. Tak punya ayah atau ibu,”
Keesokan harinya di parkiran bandara Incheon, Lee Joo Ri terkejut melihat Kang Dong Soo datang menggunakan mobil bagus. Ia pun terkesan dengan gaya kelas atas-nya Dong Soo.
Lee Joo Ri berdiri di loker penjualan minuman, ia sengaja menunggu Dong Soo disana. Ketika Dong Soo lewat ia langsung mencegat dan menyodorkan uang 300 won. Dong Soo yang tengah mengulum permen lolipop menatap heran.
Joo Ri berkata kalau ia benar-benar menyesal tidak memberikan Dong Soo uang 300 won sebelumnya karena hari ini ia memiliki banyak kembalian uang receh, ia akan memberikan 300 won pada Dong Soo. Tapi Dong Soo menolak ia bilang kalau ia tak perlu uang 300 won lagi karena ia telah menemukannya. Dong Soo berlalu meninggalkan Joo Ri yang terheran-heran apa yang sudah Dong Soo temukan.
Dong Soo duduk di bangku dekat loker penjualan minuman, ia celingukan menunggu kedatangan seseorang, siapa lagi kalau bukan Da Jin. Ia kesal kenapa Da Jin tak lewat lewat juga. Ia ingin pertemuannya dengan Da Jin hari ini terkesan seperti kebetulan. Ia ingin memulai hari setelah melihat wajah Da Jin.
Ada seseorang yang lewat tapi itu bukan Da Jin melainkan Choi Ji Won. Dong Soo menyapanya, ia memperkenalkan diri. Dong Soo berkata kalau ia ingin menemui Ji Won tapi selalu tak ada kesempatan.
Ji Won tanya kenapa ingin menemuinya. Dong Soo berharap kalau Ji Won tak keberatan ia ingin tahu apa yang terjadi antara Ji Won dengan co-pilot Han Da Jin. Ji Won terdiam.
Dong Soo berkata kalau Da Jin selalu berada dalam masalah ketika dia bersama Ji Won. Kalau ia bertanya pada Da Jin sudah tentu Da Jin tak akan menjawabnya. Jadi ia ingin mengetahui dari Ji Won apa yang sebenarnya terjadi.
Ji Won : “Kenapa kau bertanya padaku pertanyaan yang tak akan dia jawab?”
Dong Soo minta maaf karena sudah merepotkan Ji Won. Ji Won pun berlalu, tapi Dong Soo memohon, ini membuat langkah Ji Won terhenti. Dong Soo memohon agar Ji Won tidak lagi membuat Da Jin terluka. Walaupun terlihat kuat tapi Da Jin lebih mudah terluka daripada siapapun. Ia tak ingin Da Jin terluka lagi karena hal itu akan menyakiti hatinya.
Setelah Ji Won pergi Dong Soo kembali duduk di bangku dekat loker penjualan minuman. Ia mengeluh apa tadi ia sudah berlebihan, ia bingung sebenarnya apa yang terjadi bukankah mereka sudah bukan anak-anak lagi.
Ada seseorang yang mengambil minuman, Kim Yoon Sung. Keduanya bertemu pandang.
Yoon Sung duduk di bangku sebelah, ia menyilangkan kakinya menikmati minumannya. Melihat cara duduk Yoon Sung, Dong Soo ikutan menyilangkan kakinya. Dong Soo bertanya kenapa ia harus berpura-pura kalau ia yang membayar hutang keluarga Da Jin.
Dong Soo menatap tajam Yoon Sung, ia ingin tahu apa Yoon Sung memiliki alasan khusus sampai membuat kesan kalau ia yang membayar hutang keluarag Da Jin. Yoon Sung bilang kalau itu tak ada alasan khusus. Tapi Dong Soo tak percaya, apa tak aneh membayar hutang sebesar itu kalau tak ada alasan khusus dibalik semuanya.
Yoon Sung menatap balik Dong Soo dan berkata kalau ia hanya membalas hutang budi. Setelah minumannya habis Yoon Sung meninggalkan Dong Soo yang menatapnya penuh tanda tanya.
Dong Soo berusaha menerka, ”Apa itu berarti Yoon Sung meminjam uang pada Da Jin?”
Hong Mi Joo berada di ruangannya tengah membaca komentar positif dari beberapa penumpang melalui situs resmi Wings Air. Tapi wajahnya tiba-tiba terkejut ketika ia membaca sebuah komentar yang buruk tentang Wings Air, ‘Kapten begitu terhina sepertinya Wings Air akan hancur lebur’ Mi Joo jelas menahan kesal atas komentar buruk itu.
Ketua Tim menemui Wakil Presdir Hong. Ia mengatakan kalau saatnya telah tiba, ia menyerahkan laporan pada Wakil Presdir Hong.
Wakil Presdir membaca laporannya, “Pilot terlambat. Pramugari menyebabkan gangguan. Keberangkatan terlambat.”
Wakil Presdir menyeringai puas sepertinya ia akan menggunakan kesalahan ini sebagai senjata untuk mengsir Kim Yoon Sung dari Wings Air.
Wakil Presdir Hong menerima telepon, ia terkejut mendengar kalau Inspektur dari Skytrax Asia Utara yang bernama Tony Brian berada di penerbangan yang bermasalah itu.
Wakil Presdir Hong menemui Presdir memberi tahu kalau Tony Brian berada di dalam pesawat yang terlambat itu. Ia mengatakan kalau Tony Brian adalah seseorang yang sangat tegas.
Presdir berkata mereka sedang tak beruntung. Memberikan bantuan kepada penumpang yang berada dalam kesulitan adalah motto Wings Air. Dari semua hal ini, seorang inspektir ada di dalam pesawat.
Wakil Presdir memutuskan kalau mereka harus bertanggung jawab atas peristiwa ini. Presdir bertanya apa wakil Presdir tidak terlalu terburu-buru membuat keputusan.
Wakil Presdir menegaskan kalau ini adalah kasus keterlambatan pilot dan juga pramugari yang menggunakan kekerasan terhadap penumpang. Ia khawatir peringkat 5 bintang Wings Air akan turun seketika.
Presdir berkata kalau ia akan melihat perkembangan selanjutnya terhadap kasus ini, kalau inspektur memiliki pertimbangan yang baik bukankah dia akan menilai dengan adil dan mengenai pelanggaran pelecehan seksual ia akan melakukan hal yang sama.
Wakil Presdir berkata kalau inspektur Tony Brian menilai dengan sangat tegas. Tapi Presdir berkata bukankah ketulusan adalah hal yang terpenting. Ini tentu saja membuat wakil presdir tak suka, ia menebak apa ini karena Kapten Kim Yoon Sung, kenapa Presdir berusaha menutupi kejadian ini. Presdir terkejut dengan ucapan wakil presdir Hong.
Han Da Jin dipanggil menghadap Hong Mi Joo. Mi Joo bertanya apakah Da Jin tahu Da Jin itu adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan dimana saja. “Dan kau tak tahu siapa yang akan terbakar oleh serpihanmu. Atas sikap perikemanusiaanmu yang begitu menyentuh aku memberikan tepuk tangan.” kata Mi Joo. “Tapi, kau seharusnya mengakhirinya dengan kepuasan diri.”
Da Jin berkata kalau hal itu bukan semata-mata hanya perikemanusiaan. 35 tahun yang lalu nenek Lee memberikan anaknya untuk diadopsi dan dia sudah menjalani hidup penuh dengan air mata. Dia mengatakan naik pesawat untuk pertama kalinya dalam 70 tahun adalah sebuah mukjizat. Ia ingin Nenek Lee bertemu dengan putranya.
Mi Joo berkata kalau setiap penumpang memiliki prioritas tersendiri. Kapten Kim Yoon Sung memikirkan langit dan para penumpang tanpa memperdulikan hal lain. “Kau seharusnya mengerti perasaannya dan menghentikan tingkah lakumu yang tidak rasional sejak hari ini.”
Kapten Kim Yoon Sung, Han Da Jin dan Choi Ji Won dipanggil menghadap Wakil Presdir terkait malasah penerbangan kemarin.
Wakil Presdri berkata tertundanya keberangkatan yang disebabkan oleh terlambatnya pilot, gangguan selama penerbangan dan sikap pramugari yang meremehkan penumpang. “Kenapa kau tak menjelaskannya kapten Kim Yoon Sung?”
“Itu kesalahanku!” ucap Da Jin. Ia mengatakan kalau ia memberikan bantuan kepada seorang nenek yang berada dalam kesulitan. Itu sebabnya mereka terlambat.
Mi Joo : “Kapten Han, karena keputusan yang kau buat, apa kau tahu berapa banyak penumpang yang telah direpotkan?”
Yoon Sung minta maaf. Mulai sekarang mereka akan memperhatikan hal ini.
Wakil Presdir : “Selama gangguan, inspektur Skytrax berada di dalam pesawat kan?”
Mi Joo menjawab benar dengan suara pelan.
Wakil Presdir berkata bukankah ia sudah mengatakannya seribu kali agar memberikan pelayanan yang pantas untuk dicontoh. Tapi kenapa malah sebaliknya, mereka bersatu melakukan skenario terburuk.
Wakil Presdir : “Manajer kabin Choi, aku kira kau adalah orang yang profesional. Kau pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya, aku pikir kau mendapatkan posisi sekarang karena pengalamanmu yang luas apakah kau tak memiliki kesabaran sedikit? Apakah kau akan terus menggunakan peraturan penerbangan untuk mengancam penumpang?”
Ji Won berkata kalau saat itu hanya hal itu yang merupakan pilihan terbaik untuk mempertahankan ketertiban.
“Terbaik?” Wakil Presdir meninggikan suaranya. “Dan hasilnya seperti ini?”
Yoon Sung berkata kalau selama penerbangan ada banyak hal yang tak terbayangkan di luar kekuasan mereka.
Wakil Presdir melempar kertas laporan, “Apa kau begitu bertekad ingin menghancurkan perusahaan ini? mereka menuntut kita, apa yang akan kau lakukan?”
Da Jin berkata kalau ini tidak adil, kita yang seharusnya menjadi pihak penuntut. Itu adalah tindakan mempertahankan diri. Dia sudah melakukan pelanggaran seksual.
“Jadi apa kau menggunakan kekerasan?” Wakil presdir mengingatkan kalau mereka hidup tergantung dengan para penumpang, tapi kenapa Kapten dan awak pesawat bekerja sama untuk mempermalukan para penumpang.
Yoon Sung berkata bila diperlukan ia akan menanggung semua tanggung jawab. Ia akan menerima hukuman tindakan tak disiplin. Jadi ia berharap wakil Presdir tak menghancurkan usaha para awak pesawat yang sudah memberikan yang terbaik bagi Wings Air.
“Aku juga akan bertanggung jawab!” ucap Da Jin tegas. Ia bersedia menerima hukuman bersama kapten Kim Yoon Sung. Tapi Yoon Sung bilang tak usah, karena ia kaptennya dan semua ini terjadi karena pertimbangan dan keputusannya.
“Aku akan menerima hukuman denganmu!” ucap Da Jin menatap kapten Kim Yoon Sung.
Yoon Sung menatap tajam Da Jin dan membentak, “Sudah kubilang kau tak usah terlibat!”
Wakil Presdir pun memutuskan bahwa Kapten Kim Yoon Sung yang akan bertanggung jawab atas peristiwa ini. Ia menyuruh Mi Joo untuk membentuk komite disiplin agar meng-evaluasi peristiwa ini.
Ji Won tentu saja tak bisa menerima semua ini, apa mereka harus mengalah terhadap tindakan pelecehan seksual untuk memperlihatkan pelayanan terbaik. Layanan seperti apa yang harus ia berikan kepada seseorang yang melakukan pelecehan seksual.
Wakil Presdir berkata kalau Ji Won harus meminta maaf dengan tulus dan akhiri permasalahan ini secara diam-diam.
Yoon Sung jelas tak suka, hanya demi menjaga nama baik perusahaan apa Wakil Presdir ingin mereka minta maaf pada orang yang seperti itu.
Ketua Tim masuk dan mengatakan kalau ia sudah membawa seseorang, siapa itu. Dia adalah penumpang yang melakukan pelecehan seksual di pesawat. Wakil Presdir berdiri memberi hormat dan meminta maaf atas semua kejadian yang sudah terjadi.
Penumpang itu kesal dan berkata kalau ia sudah diperlakukan seperti sampah, apa ia harus kesini secara langsung hanya untuk menerima permintaan maaf.
Penumpang itu menatap marah Ji Won, “Apa itu masuk akal.” bentaknya. Ji Won menatap tak suka.
Da Jin akan maju melawan tapi Yoon Sung memberi tanda agar Da Jin bersikap tenang.
Wakil Presdir sangat menyesal dan menyuruh Ji Won cepat minta maaf. Penumpang itu masih manatap dan mencibir Ji Won sambil berkata kalau hal ini hanya menghabiskan waktu saja. Ia akan pergi untuk mengajukan tuntutan. Tapi Ketua Tim menahannya, ia pun menyuruh Ji Won cepat meminta maaf secara tulus.
“Aku... apa yang harus kulakukan?” Mata Ji Won berkaca-kaca menahan marah. Penumpang itu berkata kalau Ji Won bisa berlutut padanya.
Ji Won maju perlahan tangannya mengepal menahan marah. Ketika sampai di depan penumpang itu Ji Won sudah bersiap akan berlutut dengan tangan yang gemetaran.
Tapi Yoon Sung tak bisa membiarkannya. Ia menarik Ji Won keluar ruangan. Semua menatap terkejut.
Komentar :
Wow.. apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah akan ada yang menuntut Wings Air, apakah Wakil Presdir Hong benar-benar akan menggunakan kesempatan ini untuk menyingkirkan Yoon Sung. Episode 9 akan hadir di Blog-nya Irfa.
Oh ya Happy Birthday buat Goo Hye Sun (9 November 1984 - 9 November 2012)
Baguuuus banget,di tunggu episode selanjut nya
ReplyDeleteLanjutkan dan semangat.
ReplyDeletekeren bgt
ReplyDeletewah goo hye sun berarti kembaran ku dunks soalnya tgl lahir sama thn plus bulan sama penasaran dia lahir jam berapa ya hehehe
ReplyDelete#suka bgt sama ini drama .... tks ya lanjutkan semangattttttt :)
hhaaahhh menyebalkan dgn tindakanyoon sung, membuat orng penasaran dgn hubungan mreka saja
ReplyDeletebagus banget sinopsisnya. gak bikin bosen.
ReplyDeletebagus banget sinopsisnya. gak bikin bosen.
ReplyDelete