Wednesday 7 August 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 14 Part 2

Di tempat les bahasa inggris. Ha Na, Sun Young dan Hwa Jung mempelajari listening. Ha Na tampak melamun hingga membuat Sun Young heran.
Sun Young membuyarkan lamunan Ha Na, “Apa yang sedang kau lakukan?” Hwa Jung juga bertanya apa ada sesuatu yang menganggu pikiran Ha Na. Ha Na tak mengatakan apapun.
Na Ri sampai disana dan mengatakan berita heboh, “Hei apa kalian sudah mendengar tentang Guru Ma? Dewan pendidikan sedang menyelidiki Guru Ma.” (di subtitle sekarang depertemen sebelumnya dewan, saya jadi bingung)

Ha Na terkejut sekaligus tak mengerti, “Apa maksudnya menyelidiki, kenapa?”

Sun Young : “Kenapa bagaimana? Bukankah itu tentang perlakukan Guru Ma pada kita?”

Na Ri ingin tahu kapan kira-kira hasil penyelidikan itu keluar, bukankah akhir-akhir ini kelas mereka tak ada masalah.
Choi Young Ho mendatangi rumah Ha Na. Ia melakukan wawancara langsung dengan Ha Na untuk menyelidiki kebenaran petisi yang ditujukan pada dewan pendidikan. Ibu Ha Na ada disana mendampingi putrinya.

Tn Choi : “Dari yang kudengar dari beberapa orang tua siswa yang sudah kutanyai, mereka bilang kalau Ha Na yang paling banyak dimarahi oleh guru. Mereka bilang Guru Ma memberikan perlakukan khusus kepada siswa berdasarkan nilai dan dia menugaskan siwa yang paling akhir untuk melakukan semua tugas kelas. Apa itu benar?”

Ha Na membenarkan, “Tapi sekarang tidak seperti itu lagi.” jelas Ha Na.
Tn Choi : “Kau bahkan bukan peringkat terakhir, kenapa dulu setuju menjadi ketua kelas terendah secara tetap?”

Ibu tak mengerti apa maksudnya ketua kelas terendah secara tetap. Tn Choi bertanya apa itu benar. Ha Na mengangguk membenarkan sambil menunduk. Ibu benar-benar tak menyangka Guru Ma memiliki sifat seperti itu.

Tn Choi : “Apa kau dulu dikucilkan oleh seluruh kelas?”

Ha Na menjelaskan kalau dulu ada beberapa masalah tapi sekarang suasana di kelas sudah lebih baik. “Saat mengalami itu aku menyadari kalau pertemanan itu perlu. Sekarang, tidak ada yang dikucilkan di kelas kami.”

Tn Choi : “Tapi kau mengalami masa sulit dikarenakan guru kelasmu, kan?”
Ha Na tak bisa menjawabnya. Tn Choi merasa penjelasan Ha Na sudah cukup. Ia berterima kasih dan akan pergi pamit. Ibu yang penasaran bertanya apa ada masalah yang serius dengan guru kelas putrinya. Tn Choi berkata kalau ia sedang menyelidiki jadi ia belum bisa mengatakannya. Ibu ingin tahu apa yang akan terjadi kalau masalah ini terungkap. Tn Choi mengatakan jika penyelidikan selesai, semua orang tua akan diberitahu.

Ibu menilai ini saat yang penting, “Saat kudengar ada masalah dengan guru kelas anakku aku merasa tak tenang.” Tn Choi akan memastikan kalau penyelidikan ini akan selesai dengan cepat. Ia pun permisi.
Keesokan harinya Ha Na sampai di kelas. Ia melihat ketiga temannya sedang melakukan piket. Dong Goo berkata kalau mereka berempat sekarang berkumpul lagi memebrsihkan kelas, ia merasa ini seperti kenangan lama.
“Oh iya ketua kelompok, apa kau akan menuliskan namaku lagi kalau aku malas?” ucap Dong Goo menyindir Bo Mi. Bo Mi cemberut Dong Goo menyinggung hal itu. Tapi tak lama kemudian ia tertawa.

Ha Na ingin tahu apa ketiga temannya ini diwawancarai juga oleh perwakilan dari dewan pendidikan. Ketiganya mengangguk. Ha Na penasaran apa yang ketiga temannya katakan.

Flashback
Tn Choi berkunjung ke toko ibu Bo Mi. Ia bertanya pada Bo Mi, ia memiliki data bahwa Guru Ma menyuruh ketua kelompok untuk mengawasi anggotanya dan menulis nama mereka dan Guru Ma akan memberikan nilai tambahan untuk itu. Bo Mi menunduk membenarkan.
Tn Choi tahu kalau Bo Mi adalah ketua kelompok 6. “Apa kau dulu menulisknan nama juga?” Bo Mi mengangguk. Tn Choi menarik nafas, “Dia menyuruh anak-anak melakukan hal yang tak perlu. Karena guru kelasmu kau dan teman-temanmu menjadi susah.”

Bo Mi mengaku kalau itu juga salahnya. Tapi menurut Tn Choi menggunakan nilai siswa untuk hal seperti itu menunjukan kalau ada yang salah dengan Guru Ma. Bo Mi merasa tak enak sudah bicara seperti itu.
Tn Choi mendatangi rumah Seo Hyun. “Meskipun nilaimu paling tinggi kau masih ditugaskan sebagai ketua kelas terendah. Aku sudah mendengar bahwa siapapun yang melawan guru akan dijadikan ketua kelas terendah.”

Seo Hyun membenarkan tapi perkataan Guru Ma juga tidak sepenuhnya salah. Tn Choi menyela tentu saja tidak, tapi karena alasan yang tidak adil Seo Hyun terkena hukuman. Ini yang sebenarnya terjadi. Seo Hyun juga sama tak enaknya sudah bicara jujur seperti itu. Ia merasa sudah menyudutkan Guru Ma.
Tn Choi mendatangi bar Nyonya Oh untuk menemui Dong Goo. Dong Goo menyuguhkan minuman untuk tamunya. Dong Goo pun menceritakan kalau waktu itu ia ditugaskan membersihkan kamar mandi di lantai 2 dan 3. Ia juga tidak seperti Shim Ha Na, ia mengaku kalau dirinya bolos ketika tes. Ia selalu menjadi yang terakhir, jadi ia tak menolak menjadi ketua kelas terendah.
Tn Choi : “Aku melihat catatan kehadiranmu dan ternyata kau absen selama beberapa hari. Apa itu juga ada masalah karena guru kelasmu?”

Dong Goo heran, “Itu aneh. Bu guru bilang dia tidak akan menandai absen ketidakhadiranku. Dia bilang akan mengisi kehadiranku meski aku tidak datang ke sekolah. Tentu saja kemudian aku mengembalikan sertifikat kelulusan itu padanya. Aku sudah berjanji pada Shim Ha Na kalau aku akan tetap ke sekolah dan melawan Guru Ma.”

Tn Choi menulis catatan berdasarkan keterangan Dong Goo, “Dia juga melanggar aturan itu!” ucapnya.

Flashback end.
Dong Goo berkata kalau ia tak mengatakan hal bohong pada Tn Choi tapi ia merasa sudah mengatakan hal yang membuatnya merasa bersalah. Bo Mi berkata kalau itu memang bukan kebohongan, tapi dengan menjawab pertanyaannya ini terdengar seperti semua ini disebabkan karena tindakan Guru Ma. Seo Hyun merasa bahwa yang benar tetaplah benar.
 
Ha Na : “Tapi, menurut kalian kenapa Guru Ma sepeti itu?”

Dong Goo : “Bagaimanapun juga, aku merasa pada akhirnya kali ini kita bisa menyingkirkan Guru Ma.”

Ha Na bertanya apa teman-temannya ini ingin Guru Ma dipecat dan mereka mendapatkan guru baru. Dong Goo merasa tak yakin, ia tak bisa membayangkannya. Ia merasa ini tidak benar. Seo Hyun dan Bo Mi juga merasa begitu.

Ha Na : “Apa Guru Ma benar-benar guru yang buruk bagi kita? Aku benar-benar tak tahu.”
Ha Na menemui Guru Yang, ia ingin tahu apa yang akan terjadi pada guru kelasnya. Guru Yang pun tak bisa memastikannya karena memang situasinya kurang baik. Sejak pagi ia melihat ada beberapa orang tua yang menyampaikan keluhan tentang Guru Ma.

Menurut Guru Yang kalau ingin menyelesaikan masalah ini Guru Ma harus merubah gaya mengajar tapi sepertinya Guru Ma tidak ingin merubahnya. “Setelah besok dimana pegawai dewan pendidikan akan ikut rapat, keputusan akhirnya akan ditentukan besok. Aku khawatir, Guru Ma mungkin harus meninggalkan sekolah.”
Ha Na kembali ke kelas ia melihat teman-temannya menunduk lesu. Sun Young berkata kalau kemarin ibunya sangat marah, dia bilang pada pegawai itu kalau guru kelas kita memiliki masalah yang serius. Padahal ibunya tidak tahu apa-apa.
In Bo juga berkata ketika Tn Choi ke rumahnya, ia tidak bisa berkata banyak, ibunya yang lebih banyak bicara.
Bit Na : “Ibuku sangat senang selama kelas bersama orang tua. Tapi di depan pegawai itu ibuku bilang kalau Guru Ma, guru yang aneh.”
Yeon Hoo : “Apa benar kalau Guru Ma pernah memakai kekerasan?”
Han Gook : “Dia agak menakutkan tapi dia tidak pernah begitu pada kita!”
Jung Soo : “Kalau dia mau memakai kekerasan, dia pasti sudah memukul seseorang.”
Do Jin : “Lalu apa yang akan terjadi pada Guru Ma?”
Na Ri : “Mereka bilang kemungkinan Guru Ma akan dipecat.”
Dong Goo : “Bukankah menurut kalian ini agak aneh? Apa Guru Ma akan dipecat seperti ini?”
Tepat saat itu bel masuk bunyi. Anak-anak segera duduk rapi. Guru Ma masuk ke kelas, Eun Soo yang menjadi ketua kelas minggu ini memimpin teman-temannya memberi salam pada guru.
Guru Ma yang kita tahu hatinya sedang diliputi kegelisahan tetap menunjukan sikap tegasnya pada siswa. “Apa yang kalian lakukan sebelum pelajaran dimulai? Karena tak ada tes mingguan sekarang kalian sangat santai. Siapapun yang tidak ingin berada di kelas ini, keluar saja. aku tak peduli.” 

Anak-anak diam tak ada yang keluar kelas. Guru Ma pun melanjutkan pelajarannya. Terlihat di wajah anak-anak kalau mereka sedih terhadap apa yang akan terjadi pada guru mereka.
Ha Na mengintip ruang guru untuk mencari Guru Ma. Tapi apa yang dilakukannya ini kepergok Guru Ma. Ha Na berkata kalau ada sesuatu yang ingin ia katakan pada Guru Ma.
Ha Na mengajak Guru Ma bicara di taman sekolah (tumben Guru Ma mau diajak ngobrol) Ha Na berkata kalau ia mendengar Guru Ma pernah di penjara. Ia ingin tahu kejadian apa yang menimpa Guru Ma hingga bisa masuk penjara. Apa masuk penjara karena melakukan kekerasan.

Guru Ma : “Apa kau mengajakku kesini untuk membicarakan omong kosong ini? Kau ternyata masih bodoh menyia-nyiakan waktumu memikirkan masalah orang lain. Kembalilah ke kelas. Dan juga kau dihukum karena telah menyia-nyiakan waktuku. Kau tulislah surat pernyatan refleksi diri!”
Guru Ma akan pergi dari tapi langkahnya terhenti karena Ha Na berkata bahwa dia sengaja menanyakan ini karena mengkhawatirkan Guru Ma. Guru Ma berbalik menatap Ha Na.
Ha Na sangat yakin kalau Guru Ma adalah guru yang baik. Bukankah yang ia percayai ini benar. Baginya ini pertanyaan penting. Guru Ma menilai Ha Na masih anak-anak. Daripada menanyakan masalah orang lain lebih baik Ha Na tanyakan pada diri sendiri apa yang lebih penting.

Guru Ma : “Ada banyak waktu dalam hidupmu ketika menjadi ragu dan bimbang seperti ini. Lalu, apa kau akan menanyakannya pada mereka? Apa kau akan meminta mereka memberimu jawaban? Pikirkan sendiri, putuskan sendiri dan bertanggung jawablah atas keputusanmu. Meskipun jawabanmu sekarang salah, meskipun kau akan kehilangan sesuatu yang berharga bagimu, kau tak boleh takut.”

Setelah mengatakan itu Guru Ma berlalu meninggalkan Ha Na sendirian. Ha Na merenungi apa yang disampaikan gurunya dan meyakini kalau gurunya itu bukan orang jahat.
Anak-anak bersiap akan pulang tapi Ha Na berdiri memanggil mereka, “Kita tidak tahu apakah Guru Ma akan benar-benar berhenti. Apa tidak apa-apa kalau kita membiarkannya seperti ini? Maksudku, semua sudah bersatu dan orang tua kita sudah paham dengan keinginan kita, bukankah semua ini berkat Guru Ma.”

Dong Goo : “Itu.... apa semua berkat Guru Ma?”
Ha Na : “Dia menjadi guru yang baik atau hanya menyiksa kita, itu aku tidak tahu. Jadi maksudku, besok saat sekolah kita tanyakan apapun yang ingin kita tanyakan. Bagaimana kalau kita putuskan sendiri setelah mendengar jawaban dari Guru Ma?”
Guru Ma berada di ruang kepala sekolah. Ibu kepsek bertanya apa Guru Ma sama sekali tidak berencana untuk merubah sedikit cara mengajar untuk kelas besok. Dengan tegas Guru Ma menjawab tidak, ia berharap ibu kepsek tetap menepati janji hingga akhir.

Ibu kepsek cemas, “Apa kau sudah siap?”

“Ya..!” Guru Ma kembali menjawab tegas. “Kalau harus bertanggung jawab, aku akan bertanggung jawab.”

Ibu kepsek : “Bukan itu maksudku. Apa kau siap meninggalkan anak-anak?”
Wajah Guru Ma berubah terkejut dan sedih.

Ibu kepsek : “Jujur, aku membenci guru seperti dirimu. Saat melihat apa yang terjadi di kelas 6-3, itu sering membuatku marah. Apa aku sudah salah membuat keputusan? Aku memiliki malam yang melelahkan. Apa menurutmu aku membawamu kesini karena aku setuju dengan prinsip dan cara mengajarmu? Tidak. Hal yang kupercayai darimu adalah tidak penting kesan guru seperti apa yang kau tunjukkan, kau akan menyayangi anak-anak. Itu hal yang kuyakini darimu dan aku melihatnya. Guru Ma, apa benar kau tidak peduli kalau kau meninggalkan anak-anak?”

Ini seperti sebuah pertanyaan tusukan yang tajam buat Guru Ma. Matanya berkaca-kaca. Ia diam tak bisa menjawab.
Hingga malam Guru Ma masih berada di kelas mengerjakan tugas-tugasnya. Ia akan pulang tapi tiba-tiba ia merasakan sesuatu di tubuhnya yang tak enak. (Guru, apa kau sakit?)
Ibu Dong Goo alias si Rosa tetap pada aktivitasnya di klub malam. Ia kembali terkejut saat melihat Guru Ma ada di depan klub malam, menunggunya. Rosa kesal, “Ah keterlaluan. Bukankah sudah kubilang berhenti. Kau selalu menghancurkan suasana hatiku setiap aku mau kerja.”
Rosa akan masuk ke dalam klub malam tapi Guru Ma mengajukan pertanyaan yang membuatnya kembali menghentikan langkah, “Bagaimana setelah melihatnya? Oh Dong Goo sudah besar kan?” 
Rosa kesal disinggung seperti itu, “Benar. Saat kulihat dia, dia sudah besar. Dia sudah besar sekarang. Dia bisa tumbuh tanpa ibu, jadi bukankah dia akan baik-baik saja kalau sendirian nanti? Bukankah lebih baik baginya tidak memiliki ibu sepertiku? Karena kau ada di dekatnya dia tidak butuh ibu sepertiku. Jadi, kumohon hentikan!”
Guru Ma bersikap tenang menghadapi Rosa yang emosional, “Baik aku akan berhenti. Hari ini yang terakhir. Apapun keputusan yang kau buat, Dong Goo akan tumbuh dengan bahagia. Setelah Nyonya Oh meninggal, dia akan dikirim ke panti asuhan. Dong Goo, kurasa dia akan baik-baik saja.”

Mata Rosa berkaca-kaca mendengarnya.

Guru Ma : “Tolong jangan lupakan ini. Sejak kau meninggalkannya sampai sekarang Dong Goo selalu merindukanmu. Tak peduli Dong Goo, kau atau bahkan orang lain, waktu tidak bisa diputar kembali. Bagaimana nantinya itu tergantung kau yang memutuskannya.”
Perlahan air mata Rosa tumpah. Sebelum pergi Guru Ma menyerahkan bingkisan pada Rosa. Rosa mengambil apa isi bingkisan itu dan ternyata isinya boneka Miss Rosa. Tambah menangislah Rosa memeluk boneka itu. Ia menangis menyesali selama ini sudah meninggalkan putranya.
Keesokan harinya di sekolah, Guru Ma dengan langkah mantap dan tenang menuju kelasnya. Di depan kelas ibu kepsek, wakasek dan Tn Choi sudah menunggunya. Sementara di kelas anak-anak duduk diam dan tegang. Ibu kepsek terlihat khawatir.
Wakasek masuk ke kelas mengumumkan pada siswa bahwa hari ini salah satu anggota departemen pendidikan akan mengawasi kelas ketika KBM berlangsung. Tn Choi masuk kelas dan berdiri di belakang untuk mengawasi. Wakasek berharap siswa kelas 6-3 tak mempermaslahkan kehadiran Tn Choi dan belajar seperti biasa saja. Ia pun mempersilakan Guru Ma dan keluar dari kelas.
Guru Ma akan memulai belajar tapi Seo Hyun mengangkat tangan ingin menanyakan satu hal sebelum pelajaran dimulai. Guru Ma mempersilakan.

Seo Hyun : “Ibu mengajarkan bahwa belajar untuk mendapatkan uang atau hidup lebih baik di masyarakat itu tidak ada artinya. Lalu kenapa kita harus belajar?”

Guru Ma : “Kau masih belum tahu? Bodoh sekali.”

Tn Choi sedikit terkejut dengan ucapan Guru Ma yang mengatakan perkataan tak baik pada anak-anak.
Guru Ma : “Belajar bukan hal yang harus kalian lakukan. Belajar adalah sesuatu yang harus kalian dapatkan. Ketika anak lahir, dia akan dihadapkan dengan berbagai macam hal menarik di dunia ini. Siapa orang yang menggendongku? Apa yang berkilauan di depanku? Kemudian si anak mulai mempelajari hal satu persatu. Dia akan belajar cara mengucapkan ‘Ibu’ dan mulai bermain dengan mainan. Proses mempelajari inilah yang disebut belajar. Belajar tidak hanya dari buku pelajaran. Belajar juga tidak harus menerima ulangan. Rasa ingin tahu tentang dunia yang setiap manusia miliki, proses keingintahuan inilah yang dinamakan belajar. Jadi kuliah yang bagus atau pekerjaan yang bagus tidak bisa menjadi tujuan dari arti belajar. Ulangan dan nilai juga bukan hasil dari belajar. Kalian anak bodoh berpikir kalau belajar adalah keharusan yang tidak kalian sukai, tapi belajar adalah kemampuan istimewa yang hanya dimiliki manusia.”

Bo Mi mengangkat tangan ingin bertanya juga, “Kenapa ibu memperlakukan kami dengan sangat keras? Jujur, aku merasa ibu sering kali menyiksa kami. Alasannya tolong katakan pada kami.”
Semua menunggu jawaban Guru Ma termasuk Tn Choi.
Guru Ma menatap seluruh siswanya, “itu karena di dunia ini tidak ada yang seperti dongeng sebelum tidur. Di dunia dimana kalian tinggal orang baik akan diperlakukan semena-mena dan menyedihkan. Meskipun kalian melakukan hal buruk tapi kalau kalian berada dipihak orang kuat, maka kalian akan mendapatkan penghargaan daripada hukuman. Setelah kalian dewasa, kalian akan melawan banyak hal yang lebih sulit dari yang kalian hadapi sekarang ini. Pada saat itu, pilihan ada di tangan kalian tapi konsekuensinya juga akan kembali pada kalian. Apa yang kalian pelajari selama ini, melawanku? Perjuangan akan terus datang pada kalian dalam hidup. Hal seperti kekuatan super atau tongkat ajaib tidak ada di dunia ini. Sebaliknya yang ada mungkin hanya harapan. Seseorang diantara kalian mungkin pernah mengalaminya.”

Guru Ma bertanya apa sudah selesai pertanyaannya. Giliran Ha Na mengangkat tangan akan bertanya.
Ha Na : “Ibu pernah bilang yang bisa bahagia dalam hidup ini hanya satu dari seratus. Ibu mengatakan hanya 1% orang yang akan bahagia. Kenapa begitu?”

Guru Ma : “Karena itulah realitanya.”

Ha Na menyanggah, “Kurasa itu tidak sepenuhnya benar.”

Guru Ma : “Lalu?”
Ha Na : “Seo Hyun bilang dia bahagia ketika membaca buku. Oh Dong Goo bilang dia bahagia saat bermain dengan serangga. Bo Mi bilang dia bahagia saat menggambar kartun. Dan aku bahagia ketika Bo Mi menggambarkanku sebuah kartun. Kurasa kebahagiaan bukan hal yang sudah ditetapkan. Seperti teman yang berbeda-beda, kebahagiaan juga akan berbeda antar satu teman dengan teman lainnya. Oleh sebab itu, untuk 25 orang di kelas kita ini, bukankah akan ada 25 kebahagiaan yang berbeda? Kalau seperti itu kurasa 25 anak di kelas ini semuanya bahagia.”
Guru Ma menatap tajam bangga pernyataan yang disampaikan Ha Na. “Shim Ha Na, yakini apa yang memang kau yakini dan jangan lupakan itu. Untuk kalian semua juga.”

Anak-anak terharu melihat kesungguhan hati guru mereka. Mereka menyadari bahwa Guru Ma bukankah seseorang yang kejam yang mereka pikirkan selama ini.

Tn Choi tampak tersenyum manggut-manggut. Ia sepertinya menemukan sesuatu yang menarik dari diri Guru Ma. Sesuatu yang kita tidak ketahui.
“Bu Guru...!” Dong Goo berdiri. “Ibu sebenarnya guru yang baik kan? Ketika mengajar kami ibu berperan sebagai orang jahat dan melawan kami kan? Jadi kami bisa bersatu dan keluar sebagai pemenang.”

Mata Guru Ma berkaca-kaca tapi ia segera menyembunyikan itu dan menyuruh siswanya, “Jangan bersikap konyol, berhentilah bersikap seperti anak kecil. Dari pertanyaan kekanak-kanakan kalian kita membuang banyak waktu belajar. Aku akan memperpanjang jam pelajarannya, kalian sudah tahu itu kan?”
Tn Choi tampak tersenyum mencurigakan. Merasa sudah cukup ia keluar dari kelas 6-3. Anak-anak pun mulai pelajaran mereka.
Tn Choi berada di ruangan kepala sekolah. Ia menyampaikan kesimpulan bahwa Guru Ma tidak mampu mengajar. “Dalam laporan, di semua fakta yang telah kuselidiki, aku akan melampirkan alasanku untuk ketidakmampuannya.” Ibu kepsek terdiam pasrah.
Kelas usai tapi Guru Ma masih tetap berdiri di tempatnya mengajar, padahal kelas sudah kosong. Ia sepertinya menyadari kalau dirinya akan segera meninggalkan tempat ini. Hati kecilnya seakan tak ingin menginggalkan mereka. Wajah Guru Ma tampak kelelahan. Tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap kuat.
Guru Yang dan Guru Goo berada di lorong kelas 6. Guru Yang bertanya apa yang akan terjadi pada Guru Ma. Guru Goo tak tahu pasti tapi ia merasa kalau posisi Guru Ma sekarang sulit. Guru Yang cemas, “Lalu apa dia akan berhenti mengajar di sekolah?”

Guru Goo berkata itu biarkan saja departemen pendidikan yang memutuskan. Sekolah kita sudah mendapat pengaruh buruk karena ini. Tidak hanya kelas 6-3, tapi seluruh orang tua juga marah sekali. Guru Yang merasa kalau hal ini tidak sepenuhnya salah Guru Ma.
Keduanya memperhatikan Guru Ma yang tetap berdiri diam. Karena tak ingin menganggu kesendirian Guru Ma. Guru Goo mengajak Guru Yang pergi dari sana.
Kelelahan fisik dan pikiran jelas membuat kesehatan Guru Ma menurun. Wajahnya tampak pucat. Sekuat tenaga tangannya berpegangan pada meja yang ada di depan agar ia tak jatuh.

Matanya memancarkan kesedihan yang teramat dalam. Kesedihan karena ia harus meninggalkan anak-anak yang ia sayangi dan lindungi.
Brukkk..... Guru Yang dan Guru Goo terkejut mendengar seperti sesuatu yang terjatuh. Keduanya segera berlari ke kelas Guru Ma.
Keduanya terkejut menemukan Guru Ma tergeletak tak sadarkan diri.

10 comments:

  1. Makasih ya say.. Mohon maaf lahir dan batin. Lebaran mudik kemana mb anis? Hani

    ReplyDelete
  2. mohon maaf lahir batin mb anis.
    Di tnggu kelanjtanya. .
    Makin keren ajah ceritanya.

    ReplyDelete
  3. Nangis lgi baca sinopsisnya :'( tinggal 2episode lgi semangat!! Thanx sinopnya ;-)

    ReplyDelete
  4. Guruuu ma !! :'( padahal dia memikirkan anak2 muridnya lebih dari apapun, gara2 ibu nari !! Arrrgghhh .. Lanjutkan sinopsisnya mba ^^ bener2 penasaran nich

    ReplyDelete
  5. ibu nari minta di bejek-bejek ne ...
    gomawo ne mba anis sinopnya ..
    mohon maaf lahir batin yah ..
    tetep semangat mba anis nulis sinopnya :D

    ReplyDelete
  6. All : Maaf lahir batin semua ya.

    Saya mah ga mudik hehehe...

    ReplyDelete
  7. Maaf lahir dan batin juga mbak anis :)
    Terima kasih sinopsisx.

    ReplyDelete
  8. hmmmm
    guru ma guru yg peduli anak didiknya..
    jarang sekali ada guru g\yg sprt itu skrg

    ReplyDelete
  9. Wah kasihan ya guru Ma.. Tapi tn.choi bilang guru ma nggak mampu mengajar ?
    Ayo mb anis, tinggal dua episode lagi.. Lanjutt ya.. ! Hwaiting !

    ReplyDelete
  10. Masa lalu guru Ma kayak apa sih? di ver. Japan nya diceritakan & ada 2 ep. Special berisi masa lalu guru MA.. Tp Korea kok gak ada? Hehe... Oh iya, film nih sbnrnya Dr Jepang atau Korea?

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.