Pertama kalinya saya menulis sinopsis Drama Jepang. Semoga reader suka ya...
Drama: Tomorrow, Mom Won't Be Here (literal title)
Romaji: Ashita, Mama ga Inai
Japanese: 明日、ママがいない
Writer: Saya Matsuda
Network: NTV
Episodes: Katanya 9 episode
Release Date: January 15, 2014 --
Runtime: Wednesdays 22:00
Language: Japanese
Country: Japan
Cast
Mana Ashida | Rio Suzuki | Hiyori Sakurada | Konomi Watanabe | Shohei Miura |
Posuto | Maki | Piami | Bombi | Locker |
Hiroshi Mikami | Fumino Kimura | Yuu Shirota | Suzuka Ohgo | Sawa Suzuki |
Tomonori Sasaki | Kanai Mizusawa | Yuuki Toujyou | Otsubone | mysterious woman |
Ashita, Mama ga Inai Episode 1 Part 1
Hujan deras disertai petir
memecah malam. Terdengar teriakan seorang wanita yang menolak dibawa oleh
polisi. Ia terus meronta meminta dirinya dilepaskan. Tapi polisi tetap membawa
wanita itu. “Lepaskan aku, orang itu tak bisa kalau aku tak ada. Kalau aku tak
ada.. Takuya… dia akan….” Ucapnya memohon sambil menangis berteriak.
Kenapa wanita itu
ditangkap polisi. Itu karena dia melakukan pemukulan terhadap seorang pria
(pacarnya) menggunakan benda tumpul (asbak) hingga membuat pria itu terluka.
Mobil polisi pun membawa wanita itu.
Orang-orang yang tinggal
disana melihat wanita itu dibawa polisi. Tak jauh dari sana ada seorang anak
perempuan berdiri kebasahan, itu anak perempuan si wanita. Maki nama anak
berusia 9 tahun itu.
Maki berada di lorong
kantor polisi bersama seorang wanita bernama Kanai Misuzawa. Maki menoleh
melihat wanita yang tampak diam dengan tatapan kosong. Misuzawa mengajak Maki
keluar dari kantor polisi. Maki yang agak takut pun mengikuti Misuzawa.
Keduanya berada di depan
kantor polisi, sebuah mobil berhenti disana. Seorang pria yang berjalan
menggunakan tongkat keluar dari mobil itu. Maki menatap takut ketika melihat
pria itu mendekat ke arahnya.
Dengan nada dingin Misuzawa
meminta bantuan pria itu untuk membawa Maki. Tanpa mengatakan sepatah katapun,
pria itu berbalik menuju mobilnya membukakan pintu untuk Maki.
Maki menatap
sekilas Misuzawa yang berdiri di sampingnya. Misuzawa tersenyum tipis, senyum
dingin yang terkesan menakutkan. Maki pun masuk ke mobil pria itu.
Maki yang ketakutan di
dalam mobil hanya bisa diam. Pria itu mengambil sapu tangan yang ada pada Maki.
Ia menggerutu, “Pertengkaran rumah tangga selalu saja terjadi di malam hari.”
Mobil itu berhenti di
depan sebuah rumah. Pria itu membuka pintu untuk maki. Tapi setelah membuka
pintu, ia berlalu begitu saja masuk ke rumah lebih dulu. Malam ini masih hujan,
Maki keluar dari mobil dan melihat rumah itu. Seram. Itulah kesan pertama yang
dirasakan oleh Maki. Ini mirip seperti rumah berhantu. Ia masuk ke rumah
mengukuti pria itu.
Maki melepas sepatu, tapi
ketika jongkok ia terkejut melihat sesosok wanita yang juga jongkok di
depannya. Wanita muda dengan mata tertutup satu sambil membawa boneka
menatapnya tajam. Wanita itu diam saja, dia segera berdiri dan masuk ke sebuah ruangan.
Keterkejutan Maki tak
berhenti sampai disana. Di sebuah ruangan ia melihat seorang pria muda tengah
memotong ayam dengan pisau. Pria dengan wajah sebagian tertutup rambut itu menoleh
menatap Maki. Maki yang ketakutan segera menyusul pria itu.
Dengan suara gemetaran Maki
pamit akan pulang saja. Dengan nada menyeramkan pria itu tanya mau kemana. Ia
pun membuka pintu sebuah ruangan. Ia memberi kode dengan kepalanya menyuruh Maki
masuk ke ruangan itu. Maki pun menurut dan brak pintu ditutup keras oleh pria
itu.
Ruangan itu gelap. Hanya
sedikit cahaya rembulan yang masuk menyinari kamar itu melalui jendela. Maki
terkejut mendengar sebuah suara. Ia melihat di kamar itu ada dua tempat tidur
tingkat (Jadi ranjangnya ada 4). Maki memberanikan diri duduk di atas tempat
tidur. Ia ketakutan memeluk tasnya.
“Kau menangis ya?” Tiba-tiba
sebuah suara muncul mengagetkan Maki. Dan bersamaan itu kepala seorang anak
tiba-tiba muncul dari atas membuat maki kaget setengah mati. Anak itu
tersenyum, turun dari tempat tidur dan menyalakan lampu.
Anak itu bertanya lagi, “Kau
menagis kan?” Maki menggeleng menjawab tidak. Anak itu merasa kalau pada
awalnya semua penghuni tempat ini manangis karena takut pada Mao. Maki heran,
siapa Mao. Ia pun menebak kalau yang bernama Mao itu pasti pria yang tadi.
Maki melihat sekeliling
kamar itu. Ada tas sekolah, jadwal pelajaran kelas 3 SD dan ada foto Angelina Jolie
dan Brad Pitt. Ini dimana? tanya Maki.
Huachhiii.. tiba-tiba
terdengar suara anak lain yang bersin. Group Home, jawab anak itu sambil
memakai kacamatanya. “Ini tempat dimana anak-anak dibawa dengan berbagai
alasan. Kau mengerti kan?” tatanya mengambil tisu dan membuang ingusnya.
Maki merasa kalau ini
bukanlah tempat seharusnya Ia berada. Ia harus pulang, ibunya pasti khawatir. Pletak..
pletak… terdengar suara seseorang pemainkan ikat rambut. Maki yang terkejut
menoleh ke sumber suara. Ia menatap ke tempat tidur bagian atas dimana suara
itu berasal.
“Tapi ibumu kan sudah
membunuh pacarnya. Jadi tak bisa.”
Maki mengatakan kalau ibunya
tidak membunuh pria itu.
“Begitu ya? Tapi kudengar
dia memukulnya dengan donki.” (donki : senjata/ benda tumpul)
Maki membenarkan tapi pria
yang dipukul ibunya dengan benda tumpul itu tidak meninggal. Anak berkaca mata
berseru kalau begitu pria itu pasti kuat. Ia memakan cemilan yang ada di meja.
Maki berkata kalau ibunya
tak mungkin melakukan hal itu. “Ibu sering menangis, memasak makanan sendirian
dan takut dengan hantu. Tak mungkin ibu membunuh seseorang.”
“Ini seperti kisah cinta
buta ya?” sahut si anak berkaca mata. “Kita tak tahu apa yang ada diantara pria
dan wanita.”
Maki heran kenapa anak itu
mengetahui hal yang seperti itu. Anak berambut panjang berkata kalau ia
mendengar pembicaraan antara Mao dan Ice Doll di telepon.
Ice Doll, wanita yang bersama
maki di kantor polisi. Misuzawa.
“Oh iya donki itu apa?” tanya
si anak berambut panjang sambil berdandan.
Maki heran, “kau
mengatakanya tapi kau tak tahu maksudnya?”
Tiba-tiba anak yang
terbaring di ranjang atas terbangun dan turun dari ranjangnya. Ia memakai ikat
rambutnya.
Anak itu mendekat ke arah Maki.
Ia mencengekeram kerah leher Maki. Ia mengendus, kemudian mendorong Maki ke
tempat tidur.
“Donki itu alat pemukul atau asbak atau benda yang seperti itu.”
jelasnya sambil mengambil cemilan disana. “Singkatnya ibumu memukul seseorang
dengan benda itu lalu ditangkap. Itu salahnya sendiri.” Maki tak terima ibunya
disebut seperti itu.
Anak berkaca mata memuji
si anak yang mencengkeram kerah Maki tadi. “Posuto wajah barumu adalah
kelembutan.”
Maki heran, “apa Posuto
itu namanya?”
“Semua orang disini punya
nama panggilan. Karena aku berbakat bermain piano. Namaku Piami.” ucap si anak
berambut panjang. (Ok saya pun akan menyebutnya Piami) “Orang orang bilang aku
ini cocok menjadi putri dengan piano mewah.”
Posuto menyahut, “siapa
yang bilang begitu?”
“Aku Bombi.” si anak
berkaca mata mengenalkan nama panggilannya. “Itu karena aku lucu seperti Bambi.”
“Bukan begitu.” sanggah Piami,
“Itu karena kau ditemukan di rumah kumuh kan?”
“Lalu Pasuto?” tanya Maki.
“Posuto adalah anak yang
diambil dari Kotak pos.” jelas Bombi.
Maki minta maaf pada Posuto
karena ia tak tahu asal muasal Pasuto.
Posuto yang sedang membaca
buku tersenyum sinis, “kau pikir aku menyedihkan? Orang yang berpikir aku
menyedihkan, dia lebih menyedihkan.”
Piami menanyakan nama
panggilan Maki. Maki bilang kalau ia tak perlu nama panggilan karena dirinya
akan segera pulang. “Saat ibu keluar dari kantor polisi aku akan pulang, jadi
sebentar lagi.” ucap Maki penuh keyakinan.
“Rupanya kau tak mengerti
ya?” sahut Posuto.
Maki menyebutkan kalau
namanya Maki. Posuto menyarankan lebih baik nama Maki itu diganti Donki saja.
Piami dan Bombi setuju, itu gampang disebut dan keren. Maki berteriak tak mau.
Tiba-tiba terdengar suara
orang yang mengetuk pintu kamar. Maki terdiam terkejut, apa itu pria yang tadi?
Posuto mengendus hidungnya, sepertinya ia bisa menebak siapa yang berada di
luar kamar itu. Ia tetap santai membaca bukunya.
Seorang anak laki-laki
kecil masuk ke kamar. “Ngompol..” katanya yang sudah ngompol di celana.
Piami dan Bombi mendekat
dan berseru, bau. Ya ampun Pachi ngompol di celana. Keduanya tertawa.
“Jangan tertawa.” Posuto
tak suka ada yang menertawakan Pachi yang ngompol di celana. Ia mendekat ke
arah Pachi dan menutup hidung. Tak lama kemudian ia pun ikut tertawa. Karena
ditertawakan begitu Pachi pun nangis. Posuto minta maaf dan mengajak Pachi ke
kamar mandi. Ia akan membersihkannya. Ia meminta Piami dan Bombi membantunya.
Sebelum ke kemar mandi Posuto
mengingatkan Maki, “kau tidur saja lebih dulu.” (hahaha kirain mau ngingetin
apapan)
Keesokan harinya, saatnya
sarapan.
Ternyata ada beberapa anak yang tinggal disana. Maki bertabrakan dengan
gadis yang matanya ditutup satu. Gadis itu marah. Maki yang terkejut takut
minta maaf. Piami memberi tahu Maki kalau gadis itu memiliki nama panggilan
Otsubone. (wanita pekerja paruh baya yang belum menikah)
Maki melihat sekeliling
meja makan, “apa kita sarapan disini?” Piami membenarkan dan berkata kalau Maki
akan kaget dengan rasa makanannya yang enak. Posuto memberi tahu ini resep
masakannya Rokka. Dan yang disebut Rokka pun menyuguhkan makanan untuk Maki. Ya..
itu pria muda yang dilihat Maki semalam yang tengah memotong ayam.
Tiba-tiba terdengar suara
tongkat pria yang semalam menjemput Maki. Pria yang disebut Mou oleh anak-anak
ini bernama Tomomari Sasaki. Semuanya duduk rapi tapi tidak bagi Posuto yang
duduk santai sambil menopang dagu.
Mou yang masih mengantuk
sesekali menguap. Ia melihat satu persatu anak yang ada disana. Brak… ia
menghentakan tongkatnya ke lantai. “Menangislah!” perintah Mou pada anak-anak. Anak-anak
diam menunduk kecuali Posuto yang santai saja, sedangkan Maki menatap bingung.
Mou : “Kenapa? Apa tidak
ada satupun dari kalian yang bisa? Kalau kalian seperti ini, kalian tak akan
menerima apapun (tidak menerima makanan). Dengar, di tempat ini kalian sama
seperti anjing di toko hewan. Kebahagiaan hewan peliharaan ada pada pemiliknya.
Bagaimana seseorang memilih hewan peliharaan? Mereka memilih yang lucu. Memberi
senyuman manis untuk menyegarkan pikiran. Menangis sedih untuk mendapatkan
perhatian mereka. Hewan yang memperlihatkan wajah cemberut saat pertemuan
pertama, tidak akan dipilih oleh siapapun.”
Mou mendekat ke arah Maki,
“bahkan seeokor anjing pun tahu hal itu. Kalau sudah mengerti, menangislah.
Dengan menangis kalian bisa makan.” Brak Mou kembali menghentakan tongkatnya ke
lantai.
Pachi menutup wajahnya
berusaha untuk menangis. Anak-anak yang lain juga sama. Tapi nangis yang
dipaksakan malah jadi aneh. Mou pun menggeplak kepala salah satu anak yang
menangis aneh. “Memangnya ada laki-laki yang menangis seperti itu? sudah
kubilang perlihatkan wajah yang lucu.” omelnya.
Otsubone ikut menangis meratap.
Tapi Mou tak suka menangis begitu.
Mou pun meminta Maki untuk
melakukannya. Tapi maki tak mau, “aku bukan seekor anjing.”
Mou : “Lalu apa? Kucing?”
“Meoongg….” sahut Posuto
meniru suara kucing.
Mou pun meminta Posuto memberikan
contoh menangis pada Maki.
“wani piro?” Posuto
meminta bayaran.
Cckk.. Mou berdecak
Posuto pun mulai
memperlihatkan wajah sedihnya. Semakin lama sedihnya semakin mendalam. Air
matanya perlahan menetes dengan sendirinya, semakin lama semakin mengalir
deras. (pinter banget nangisnya, kira-kira posuto ngebayangin apa ya sampai
bisa nangis begitu) bahkan dengan melihat Posuto menangis saja, Otsubone serasa
ikut menangis sedih.
Mou pun membolehkan Posuto
makan. Posuto langsung menghentikan tangisannya dan makan. Mou sepertinya kesal
deh karena Posuto berhasil dengan tantangannya. Ia keluar dari ruang makan.Di kamar, Piami terus merapikan rambutnya. Sementara Posuto bersiap-siap akan pergi. Piami tanya apa Posuto akan pergi uji coba hari ini. Posuto membenarkan. Maki heran, uji coba?
Hug.. Posuto menirukan
suara anjing hahaha.
Sebuah mobil berhenti di
depan rumah panti. Posuto dan Mou ada di depan rumah menyambut tamu yang
datang. Tamu itu sepasang suami istri yang akan mengadopsi Posuto. Kedua pasangan
itu akan membawa Posuto ke rumah mereka. Maki, Piami dan Bombi mengintip dari
jendela kamar mereka.
Piami menjelaskan, “ketika
menemukan keluarga baru, kita bisa keluar dari sini.” Maki tak mengerti, “kelauarga
baru?” Piami kembali menata rambutnya, orang tua asuh atau diadopsi, atau hal
semacam itulah.
Bombi ikut menjelaskan, “Nah
uji coba itu, mereka akan mempertemukan anak yang mereka inginkan dan anak
mereka di rumah. Mereka bisa saja langsung akur, kan?”
Maki : “seperti itulah uji
coba?”
Piami : “Ya. Setelah
beberapa kali pergi ke rumah bersama, mereka akan memutuskan untuk mengadopsi
atau tidak. Kepastian akan diadopsi atau tidak itu saat yang penting.”
Piami bertanya pada Bombi
bagaimana model rambutnya. Biasa aja jawab Bombi. Piami pun merubah lagi gaya
rambut yang lain.
Piami : “Tujuan kita itu
membawa kebahagiaan yang lebih daripada orang lain di rumah idaman. Dan impian
terbesarnya….”
Piami dan Bombi menatap
foto Angelina Jolie dan Brad Pitt. “Joripi…” teriak Bombi antusias dengan gaya
seimut mungkin. (Singkatan Angelina Jolie dan Brad Pitt)
Piami membenarkan, “Impian
terbesar adalah diadopsi oleh Angelina Jolie dan Brad Pitt. Bukankah itu
menarik? Dengan menjadi anak di rumah mereka, tidak akan ada yang menandingi
kita. Ibu yang cantik dan ayah yang keren. Mengenakan baju yang bagus seperti
putri.”
Jooriiipppiiii teriak Bombi
lagi hahaha…
Piami : “Pastinya aku bisa
memainkan piano sepuasnya. Dan demi aku mereka akan membelikan sebuah piano
mewah.” (wakakaka ngayal)
Jorriiipppiiii
wakakakakaa…
Maki heran, “benarkah ada
ibu yang seperti itu?”
Piami yang tadinya senang
banget dengan khayalannya langsung bermuka masam, itu beda berita lagi. “Aku
rasa, uji coba yang dilakukan Posuto juga tidak buruk. Dengan dilihat saja,
mereka pasti kaya. Mereka baik, hidup enak bahkan ada piano. Pasti sangat
nyaman.”
Piami pun jadi ingat Daifuku,
anak laki-laki yang juga sedang melakukan uji coba dengan sebuah keluarga, “kabar
Daifuku bagaimana ya?”
Maki heran (si maki heran
mulu ya) ada anak yang bernama Daifuku. (mochi dengan strauberry utuh di
dalamnya) Bombi menjelaskan, kalau Ibu Daifuku membawa Daifuku dan bilang ‘tolong
rawat anak ini’ jadi diputuskan namanya Daifuku.
Piami memberi tahu kalau
ada orang tua yang akan mengadopsi Daifuku, “Orang itu bukannya tidak baik sih,
hanya nasibnya saja yang buruk. Bombi berkata kalau ia tak mau berada di rumah
seperti rumah uji cobanya Daifuku. Maki penasaran memangnya rumah seperti apa.
Piami berkata kalau itu warung ramen, rumahnya sangat kecil dan kotor.
Daifuku berada di sebuah
warung bersama orang tua uji cobanya. Warung itu sangat ramai hingga membuat Daifuku
yang tadinya hanya berdiri jadi ikutan sibuk membantu mereka.
Piami menilai kalau rumah
uji coba Daifuku itu seperti neraka. Mereka bukannya menginginkan anak tapi
hanya pekerja gratisan. Bombi menebak kalau Daifuku pasti ingin melarikan diri.
Piami berkata tentu saja karena hari-harinya disana pasti sangat membosankan
tapi kesepakatan sudah ditepatkan, ia merasa kasihan pada Daifuku.
Piami bertanya lagi pada Bombi
bagaimana dengan model rambutnya yang sekarang. Bombi kembali menjawab seperti
tadi, biasa saja. Hahaha.
Mou dan Misuzawa ke rumah
ramen keluarga baru Daifuku dengan membawa dokumen dokumen resmi adopsi anak.
Misuzawa mengatakan kalau ini pasti ada biayanya, prosedur dari pusat
konsultasi anak akan segera selesai dibuat. Untuk selanjutnya ia meminta kepada
ibu dan ayah baru Daifuku untuk membawa dokumen-dokumen itu ke kantor regional.
Misuzawa : “ada satu
syarat lagi, jika ada tindakan pelecehan anak, anda akan dimasukan ke dalam
daftar hitam dan tidak bisa menjadi orang tua asuh lagi.”
Ayah dan ibu baru Daifuku
saling berpandangan mengerti, tak mungkin mereka melakukan hal buruk seperti
itu. Misuzawa dengan dingin berkata kalau ia juga berharap demikian. Daifuku
terdiam menunduk.
Mou menegur Daifuku yang
dari tadi diam saja, “mana salamnya?”
“Mohon bantuannya.” Daifuku
bicara pelan sambil membungkuk memberi hormat pada kedua orang tua barunya.
Ayah dan ibu baru itu meminta Daifuku jangan terlalu formal, jangan terlalu
tegang juga, bukankah Daifuku bisa memanggil mereka dengan sebutan ayah dan
ibu. Daifuku diam, ia tak bisa dengan mudah mengucapkan itu.
Daifuku melirik ke arah Mou
yang menatapnya. Ia kemudian berusaha tersenyum cerah, “Baik, mohon bantuannya.”
Tapi ketika membungkuk dengan semangat ia malah menyenggol meja dan menjatuhkan
semua piring yang ada di atas meja.
Posuto kembali ke rumah
panti setelah uji coba dengan calon keluarga barunya. Kedua suami istri itu
membelikan gaun yang indah untuk Posuto. Bahkan sang istri juga membelikan kue
untuk Posuto sebagai hadiah. Posuto merasa kalau ia tak bisa menerima itu. Tapi
si istri memaksa Posuto untuk menerimanya dan jika ada sesuatu yang Posuto
inginkan katakan saja padanya. Hadiah itu adalah wujud perasaannya pada Posuto.
Posuto tersenyum berterima kasih dan berjanji akan memakan kue itu.
Posuto melambaikan tangan
pada kedua calon orang tua baru itu. Tapi setelah kedua pasangan itu pergi, Posuto
langsung melepas topi gaunnya. Ia lega karena melewati uji coba hari ini.
Posuto mengambil susu
kotak dari kulkas dan meminumnya langsung. Otsubone yang berada di dapur sambil
makan menilai kalau Posuto sungguh beruntung. Ia menebak apa rumah itu sangat
bagus, karena mereka membelikan posuto baju yang bagus.
Otsubone memberi tahu
kalau hari ini Daifuku sudah resmi pindah dari rumah ini. “Walaupun warung
ramennya kecil, bukankah itu tak masalah? Manjadi anak angkat itu pasti enak
kan ya? Hei sekarang aku sudah 17 tahun. Sampai kapan aku akan disini? Atau
berapa kali lagi aku harus melihat seorang anak diambil dari sini? Posuto, apa
yang harus kulakukan? Aku tak bisa menahan kecemasanku. Makanya aku selalu
makan. Hei apa rahasianya?”
Posuto keluar dari dapur,
terdengar suara Otsubine berterima kasih pada Posuto. Posuto berpapasan dengan
Rokka dan memberi tahu kalau Otsubone memakan makanan lagi di dapur. Rokka
langsung ke dapur, terdengar teriakan Otsubone yang menyangkal kalau ia tak
memakan makanan di dapur karena makanan yang ia makan ini miliknya.
Ngapain nih ya hahaha….
Episode 1 akan saya bagi
ke dalam 3 part ya. 20 menit aja udah nyampe 8 halaman hahaha...
Komentar :
Wow another human drama.
Like this. Jadi ingat The Queen’s Classroom versi Jepang. Serem-nya dapat,
ucapan nylekit-nya dapet, komedinya juga ada. Baru nonton episode 1 dan
langsung jatuh cinta dengan jalan ceritanya.
kirain film horor tadi mbak heheheh. tapi setelah baca seru juga, bener kata mbak anis klo liat anak anak jadi inget Queen of Classroom. lanjut deh mbak ^^
ReplyDeleteiya nih, mbak anis pingin bareng anak2 lagi :P
Delete#genrenya mbak anis^^"
waww,,,kayak gini nih yg tak tunggu2,,semangat mbak anis,,saya jg semangat banget nunggu lanjutannya... ^^
ReplyDeleteWah dikira horor,ternyata bukan.haha lanjtkan mba anis.semangat!^_^
ReplyDeleteMba anis aq punya request neh.bsa recap drakor generation of youth ga ?
ReplyDeletemaaf saya ga nonton drama itu jadi ga buat recaps-nya
DeletePasuto agak mirip moon geun young yaa... :D
ReplyDeletekeren ekpresi anak2nya haha so mysterious child :D
ReplyDeleteada yang masih mysterious juga tuh...
suspicious child/lady hihihi
Deletebtw mbak, itu takuya belum dijelasin siapa?
Boleh link tuk drama ni?? Teringin nak tgk budak2 lm drama ni, macam comel jeeeee :D
ReplyDeletebagus kak ^^... mana yg ke 4 ??
ReplyDeleteMana ashidaaaa, favorit ku nih. Dia nih ttrmsuk artis cilik kelas a lho djpang, suka bgt dia di bunny drop 😘😄
ReplyDelete