Di sekolah TK Pachi
diadakan pertunjukan. Pachi menjadi salah satu pemainnya sebagai Momotaro.
Posuto, Piami, Bombi dan Donki menonton dari luar jendela. (sekarang saya
menyebut Maki dengan nama Donki)
Selesai pertunjukan mereka
pun kembali ke Kogomo No Li (nama rumah panti). Pachi tidur nyenyak di punggung
Posuto. Donki menawarkan gantian menggendong pachi tapi Posuto menolak karena itu
akan membuat Pachi terbangun.
Tiba-tiba langkah mereka
terhenti karena mendengar suara alunan piano. Piami marah-marah karena suara
piano itu jelek sekali. “Ah bukan begitu memainkannya!” Teriaknya mengomel. “Mainnya
harus pakai perasaan. Bukan begitu. Memainkan piano dengan buruk sungguh menjengkelkan
sekali.”
Bombi meminta Piami jangan
terlalu emosi, bukankah hari ini Mao akan membawakan dokumen calon orang tua asuh
baru. “Kita mungkin bisa mendapatkan orang tua angkat yang kaya.” Sahutnya.
Donki masih tak mengerti
dengan sistem orang tua asuh ini. Piami mengingatkan agar Donki jangan berfikiran
begitu karena takut nantinya akan sepertio Otsubone. Posuto menirukan apa yang
selalu Otsubone ucapkan, “kenapa hanya aku yang tidak dipilih siapapun.” ucapnya
dengan logat seperti Otsubone. Mereka tertawa dan itu membuat Pachi terbangun.
Posuto menurunkan Pachi. Pachi
merengek minta gendong lagi. Tapi Posuto menolak, “Jangan manja. Kalau sudah
bangun, jalan kaki saja.” Donki melihat kalau Posuto seperti ibu bagi Pachi.
Pachi merebut tas-nya yang
dibawa oleh Donki. Ia mengambil botol sampo miliknya. Botol sampo yang memiliki
aroma seperti ibunya. Ia memeluk botol itu. Donki pun jadi teringat apa yang
dikatakan Posuto bahwa Pachi akan marah jika ada orang lain yang menyentuh
botol itu. Mereka pun melanjutkan jalan menuju pulang ke panti.
Di panti, Bombi berdoa di
depan foto Joripi. Ia berdiri dan berseru, “aaaa Jooriippiii…” ucapnya sambil
menggoyang-goyangkan pinggulnya. Hahaha sumpah nih anak lucu banget.
Piami datang memberi tahu
kalau Mao sudah datang. Tapi Bombi enggan meninggalkan kamar dan terus-menerus
menatap foto Joripi. Piami pun terpaksa menarik Bombi keluar.
Mao menunjukan dokumen
beberapa calon orang tua asuh. Piami menggerutu kalau sekarang hanya sedikit
sekali. Mao menghentakan tongkatnya menegur, “Kelihatannya disini hanya ada
orang-orang yang tidak bisa bersyukur.” Anak-anak langsung berebut melihat
siapa saja yang akan menjadi orang tua asuh. Kecuali Posuto dan Pachi yang tak
ikut melihat, kedua anak ini membantu Rokka membersihkan alat makan.
Bombi melihat salah satu
calon orang tua asuh adalah pria dan wanita bule yang pernah ia lihat di taman.
Ia langsung merebut dokumen itu, tapi sayang itu bukan pasangan orang tua yang
dimaksud. Ia pun kecewa. Khayalannya Bombi terlalu ya hahaha.
Piami yang melihat data
calon orang tua bertanya pada Donki tentang kondisi keluarga calon orang tua
tersebut, “apa kira-kira mereka akan membolehkanku ikut les piano? Rumah mereka
ini sewaan atau milik pribadi?” Donki tak tahu pasti. Piami pun memutuskan
kalau ia akan mencobanya. Ia akan melakukan uji coba dengan calon orang tua
asuh ini.
Anak laki-laki disana
menolak melakukan uji coba karena kriteria calon orang tua yang tak sesuai
dengan harapan mereka. Donki akan mengambil dokumen itu tapi Otsubone
menahannya. “Berikan padaku. Sudah tak ada waktu lagi. Jika sampai musim semi
tahun depan aku tak bisa mandiri dan tak punya tabungan, aku tak akan bisa
keluar dari sini. Apa yang harus kulakukan dengan sistem negara ini?”
Mao merebut data orang tua
asuh yang dipegang Otsubone. Ia mengingatkan kalau disana tertulis bahwa orang
tua asuh ini menginginkan anak dibawah 10 tahun. Otsubone berkata kalau jiwanya
ini berumur 9 tahun. (hahaha padahal dia sudah berusia 17 tahun)
“Hei Chibi..!” Mao
memanggil Pachi. (Chibi : orang pendek atau sebutan untuk anak kecil)
Pachi menghampiri Mao tak
lupa ia membawa botol samponya. Mao tahu kalau Pachi belum pernah melakukan uji
coba. Ia memberikan Pachi kesempatan untuk melakukan uji coba. Donki berkata
bukankah Pachi masih memikirkan ibunya.
Mao mengingatkan kalau
wanita seperti itu tidak pantas disebut ibu. “Pada awalnya anak asuh atau anak
angkat, anak yang lebih kecil lah yang diinginkan orang tua. Kau ini mainan
yang lucu. Kenapa kau tak mencobanya?”
Posuto mendelik tak suka
pendapat Mao. Mao melihat tatapan marah Posuto padanya, “Kenapa kau menatapku
begitu? Sejak kapan kau menjadi ibu anjing ini?” bentak Mao. Posuto hanya bisa
diam menatap marah.
Mao mengatakan kalau
minggu ini adalah pertemuan pertama untuk uji coba. Untuk sementara kita lihat
bagaimana perkembangannya. Ia menyuruh Pachi untuk pergi melakukan uji coba
setiap akhir pekan.
Setelah Mao pergi, Pachi berbalik
menatap Posuto.
“wuakkkk….” Posuto
menirukan suara ibu anjing.
“Kuyuunnn….” Pachi menirukan
suara anak anjing.
Di sekolah, Posuto dengan
semangat melakukan permainan lempar bola, bukan semangat sih tapi itu seperti
pelampiasan marahnya. Pami, Bombi dan Donki menonton dari tepi lapangan. Bombi
menilai kalau Posuto itu sedang marah. Piami berkata kalau Posuto pasti
mengkhawatirkan Pachi. Donki menebak apa tentang uji coba itu.
Piami membenarkan, Posuto tidak
mengenali wajah orang tuanya, dia sudah menganggap Pachi seperti keluarganya. Bombi
merasa ketika Pachi bilang kyuuuunn, Pachi seperti sedang memanggil ibunya.
Keempatnya bertemu dengan
Ren. Piami yang naksir Ren langsung berdiri di depan Ren. Ren yang menoleh pada
Posuto bertanya apa mereka ada acara di hari sabtu nanti. Piami menebak apa itu
acara ulang tahun Ren. Ren senang Piami tahu itu.
Piami jadi salah tingkah
dan langsung bersembunyi di belakang Posuto. Ia hanya menebaknya saja, karena hal
ini bisa juga disebut sebagai instingnya wanita. Ren memberi tahu kalau ulang
tahunnya akan diadakan di rumahnya, apa mereka bisa datang. Piami langsung
melihat buku catatannya. Ren sedih, apa mereka tak bisa datang. Piami menjawab
sambil menunjukan buku catatan kalau pada hari itu ia tak ada kegiatan jadi
bisa datang.
Posuto malas membahas ini,
ia pergi lebih dulu dengan wajah jutek. Ren menoleh melihat kepergian Posuto. Ia
menyarankan Piami agar mengajak yang lain supaya acara ulang tahunnya menyenangkan.
Piami pun berjanji.
Setelah Ren pergi, Piami
berseru pada Bombi dan Donki, “Aduh bagaimana ini, Ren-kun mengundangku.” Bombi
memuji kalau Ren itu sangat tampan. Piami menambahkan kalau ayah Ren itu
seorang politikus, rumahnya juga sangat besar. “Ah sudah kuduga, Ren pasti
punya perasaan padaku.” (ge-er banget haha)
Piami ingin Bombi dan Donki
juga ikut datang ke pesta ulang tahun Ren. Donki mengingatkan bukankah pada
hari sabtu besok Piami akan melakukan uji coba. Piami terkejut, ia menoleh
menatap tajam Donki. Ia berpesan agar Donki hati-hati. Donki terkejut. Yup.. Piami
menyerahkan uji coba ketemuan sama calon orang tua itu pada Donki hehe.
Rokka membeli dua paket
nasi di toko bento. Sebelum pergi Rokka menatap wanita pemilik toko. Wanita itu
heran, ada apa. Rokka menggeleng dan segera pergi dari sana.
Rokka kembali ke mobil dan
disana sudah ada Mao. Ia memberikan satu paket nasi itu pada Mao. Dari dalam
mobil Mao terus-menerus menatap wanita penjual nasi bento. “Dia wanita yang
baik kan? Apa dia sudah bersuami?” tanya Mao. Tak ada sahutan dari Rokka. Mao menilai
percuma saja ia bertanya pada Rokka yang selalu diam. Bertanya apapun pada Rokka
ia tak akan mendapatkan jawaban. (kenapa Rokka tak pernah bersuara)
Malam hari disaat yang
lain sudah terlelap, Posuto masih terjaga. Ia mencium sesuatu. Seseorang membuka
pintu kamar, Posuto turun dari tempat tidurnya. Pachi datang ke kemarnya. Posuto
tanya apa Pachi ngompol lagi. Pachi yang memeluk botol sampo menggeleng. Posuto
tanya apa Pachi takut, Pachi diam. Posuto mengajak Pachi masuk ke kamar dan
naik ke tempat tidurnya. Donki yang terbangun melihatnya.
Posuto berbagi tempat
tidur dengan Pachi. Ia menyelimuti Pachi. “Kau tak perlu mengkhawatirkan
apapun. Pikirkan seperti kau akan makan makanan yang enak.” Posuto mengenggam
tangan Pachi. “Kau tak perlu memaksakan diri. Kalau ada yang Mao tak bisa
lakukan, aku yang akan melakukannya. Kalau terjadi sesuatu, kalau kau menelepon
ke Kogamo No Le, aku akan segera kesana. Kau tak perlu takut lagi. Karena aku akan
melindungimu.”
Pachi tertidur di samping Posuto.
Posuto menatap lekat-lekat Pachi. Donki yang melihat dan mendengar itu terharu.
Posuto melihat dari
jendela kamarnya Pachi dan Donki berangkat melakukan uji coba. Donki melakukan
uji coba menggantikan Piami. Pachi menoleh menatap jendela kamar Posuto tapi Posuto
segera sembunyi. Mizusawa meminta kedua anak itu lekas naik ke mobil.
Mizusawa bertanya apa
Donki dan Pachi merasa tegang. “Kalian tak usah khawatir. Aku sudah mewawancarai
mereka. Keduanya adalah orang tua yang baik. Aku juga begitu saat pertama kali.”
Donki terkejut mengetahui kalau dulu Mizusawa juga melakukan uji coba. Mizusawa
berkata kalau dulu juga ia tegang ketika pertama kali melakukan uji coba.
Mobil berhenti di rumah
orang tua yang pertama. Orang tua angkat untuk Pachi. Pachi yang masih takut,
enggan keluar dari mobil. Donki menyentuh pundak Pachi memberi semangat dengan
mengatakan sampai jumpa nanti. Pachi mengangguk pelan. Kedua calon orang tua
angkat Pachi tersenyum menyambut pachi. Sepertinya calon orang tua yang baik.
Mereka sampai di rumah
calon orang tua angkat yang kedua. Seperti Pachi, Donki juga merasakan kecemasan.
Posuto berlari menuju
jembatan. Ia yang cemas melihat Pachi dari jauh. Pachi sedang bermain-main di
balkon rumah bersama calon orang tua angkatnya. Mereka tampak senang. Pachi terlihat
gembira bermain gelembung sabun. Apakah kekhawatiran Posuto ini berlebihan?
Posuto berdiam diri di
jembatan memandang matahari sore yang hampri tenggelam. Ren melintas tak jauh dari
sana. Ia memberanikan diri menghampri Posuto. Ren menyapa Posuto, apa yang Posuto
lakukan dsini.
“Cantik, ya?” sahut posuto
memandang matahari yang hampir tenggelam.
“Iya…” jawab Ren sambil
memandang Posuto. (hahaha)
“Senjanya…” sambung Posuto.
“Ah iya…” Ren jadi kikuk. Keduanya
memandang matahari sore.
Ren kembali bertanya apa
yang Posuto lakukan disini. Posuto berkata kalau Pachi tersenyum pada orang
lain. Ren yang tak tahu siapa Pachi menebak apa Pachi itu orang yang Posuto
sukai.
Posuto heran, “suka? Ah,
apa aku terlihat seperti orang yang patah hati?”
Ren pun mengundang Posuto
untuk datang ke pesta ulang tahunnya hari sabtu nanti. “Mungkin cinta yang baru
bisa menyembuhkan patah hati.” (hahaha)
Posuto melongo kaget. Ren jadi
tambah kikuk. Posuto tertawa, apa yang Ren bicarakan.
Ren beralih memandang
matahari, “senjanya cantik ya.” Posuto bingung apa yang dibicarakan Ren.
Pachi terus bermain dengan
calon orang tua angkatnya. Ia tampak senang. Si ibu berkata kalau kalau Pachi
harus berhenti bermain nanti lelah dan berkeringat. Ia mengajak Pachi mandi.
Pachi langsung diam
memeluk botol samponya. Si ayah heran kenapa, apa Pachi tak mau mandi. Pachi tak
menjawab, ia memeluk botolnya erat. Suami istri itu berpandangan heran.
Pachi akhirnya mau mandi
dengan si ayah dan botol sampo itu ada disana. Sambil mandi keduanya bermain. Pachi
terus-menerus menatap botolnya. Si ibu masuk ke kamar mandi dan melihat mereka
tampak senang. Si ibu berusaha dekat dengan Pachi. Tapi Pachi diam saja dan
terus menatap botol.
Si ibu merasa kalau botol
itu pasti sudah mengganggu mandi Pachi. Pachi
menggeleng. Si ibu pun membawa keluar botol itu. Pachi hanya bisa menunduk
sedih. Si ibu akan membuang botol itu ke tempat sampah tapi niat itu ia
urungkan.
Piami belajar merajut dari
Rokka. Piami bertanya apa Rokka tidak mau tahu untuk siapa ia membuat syal
rajutan ini. Rokka menampilkan ekspresi ingin tahu. Tapi Piami berkata kalau ia
tak akan memberi tahu karena ini rahasia wanita. (wakaka si Rokka lucu juga
ekspresinya haha)
Posuto ke dapur meminta
susu, Piami segera menyembunyikan rajutannya. Posuto heran ada apa dengan Piami.
Piami berkata kalau ini bukan urusan Posuto. Posuto langsung mengelabui ada
yang datang, Piami langsung menoleh dan tepat saat itu Posuto merebut rajutan Piami.
Posuto heran kenapa
rajutannya begini (ga rapi) Piami sewot dan berkata kalau hasilnya tetap bagus
kalau itu dibuat dengan perasaan karena yang namanya barang buatan tangan
berbeda dengan hasil membeli.
Calon orang tua angkat Pachi
mengantar Pachi ke panti. Si ibu berkata pada Mao kalau hari ini benar-benar
menyenangkan. Ia sangat menyukai ketika bersama Pachi. Ia harap uji coba
selanjutnya juga akan sebaik ini. Si ayah dan ibu ini pun pamit dan berharap
pekan depan lebih menyenangkan lagi. Pachi diam saja.
Mao merebut paksa botol
yang dipeluk Pachi. Ia melemparkan itu pada Rokka. Ia menyuruh Rokka membuang
botol itu. Ia menatap Pachi, “cepatlah terbiasa dengan pemilik baru.” Mao menghentakan
tongkatnya. Pachi diam menatap Rokka. Tatapan memohon agar Rokka tak membuang
botolnya. Rokka berlalu dari sana.
Bombi berteriak sambil
menggoyang-goyangkan pinggulnya di depan foto Joripi. Donki menceritakan uji
cobanya pada Piami. Ia mengatakan kalau Bibi itu (si ibu orang tua uji cobanya)
pandai membuat kue bahkan si ibu itu mengajarinya membuat kue. Donki tersenyum
kalau paman juga bercerita sangat menarik. Benar-benar bagus.
Piami heran dengan
perubahan sikap Donki yang tiba-tiba. Bukankan kemarin Donki bilang tidak untuk
yang namanya uji coba. Donki berkata bukankah Piami yang mengatakan kalau ia
harus cepat terbiasa dengan sistem ini. Awalnya ia bingung harus bagaimana tapi
ternyata mereka berdua (calon orang tua angkat) sangat baik. Piami berkata seharusnya
ia yang pergi. Semenatra Bombi terus-terusan berteriak memanggil Joripi hahaha.
Pachi datang ke kamar
cewek-cewek. Donki menawarkan apa Pachi mau kue. Pachi mengangguk mau. Posuto turun
dari tempat tidurnya mengingatkan dengan nsikap jutek bukankah Pachi sudah gosok
gigi, sebaiknya tidur saja. Posuto cuek pada pachi. Posuto heran mana sampo Pachi.
“Jelek…” ucap Pachi pada Posuto.
Posuto kaget, “ha? Berisik,
chibi. Dasar cengeng,”
Keduanya saling mengolok-olok.
Pachi yang sewot karena sikap jutek posuto kembali ke kamar dan menutup pintu
kamar keras. “Jelek..” ucapnya lagi. Otsubone mendengar itu dan keluar kamar. Pachi
langsung kembali ke kamarnya.
Uji coba yang kedua. Donki
diajak ke taman hiburan. Naik segala macam wahan dan dibelikan macam-macam. Perlakukan
si ayah dan ibu pun sangat baik pada Donki. Mereka sangat bahagia.
Si ayah memberikan balon
pada Donki. Donki melihat ke kaca dan tampaklah pantulan dirinya dengan calon
orang tua angkatnya yang terlihat bahagia. Ia terdiam. Tanpa terasa balon yang
ada di tangannya pun terlepas dan terbang. Donki melihat balon itu terbang
tinggi.
Ayah berkata kalau ia akan
membelikan balon lagi untuk Donki. Donki tiba-tiba menangis sedih, ia minta
maaf. Si ibu heran kenapa Donki tiba-tiba menangis, apa Donki tak suka naik roller
coaster. Donki menggeleng terus menangis sambil terus menerus mengucapkan maaf.
Posuto, Piami dan Bombi
sampai di depan sebuah rumah. Mereka memuji kalau rumah itu terlihat besar. Piami
heran kenapa Posuto ada disini. Posuto berkata kalau Ren juga mengundangnya.
Tiba-tiba Bombi terkejut
melihat sesuatu hingga mulutnya terbuka. Bombi melihat pasangan suami istri
bule impiannya. Bombi berlari ke rumah si bule itu. “Rumah Joripi ternyata
disini?” Piami dan posuto menyusul Bombi, “Hei apa yang kau lakukan? Rumahnya bukan
disini.” Piami menarik Bombi. Hahaha.
Pachi juga akan melakukan
uji coba lagi. Mao mengatakan kalau malam ini Pachi diperbolehkan menginap. Ia
sudah menyiapkan baju gantinya juga. Pachi memeriksa tasnya dan terkejut begitu
melihat botol sampo miliknya ada disana. Ia menoleh ke arah Rokka. Rooka memberi
kode supaya Pachi diam saja. Hehe Mao ga tahu nih, kalau botol sampo itu belum
dibuang sama Rokka. (ah rokka baik sekali dikau, kapan ya dia ngomong)
Di pesta ulang tahun Ren. Piami
tak menyangka kalau yang diundang banyak juga. Posuto heran dimana Bombi. Bombi
ternyata ada di halaman rumah Ren. Dia loncat-loncat di samping pagar karena
rumah Joripi impiannya ada di sebelah rumah Ren. Ia melihat tak jauh dari sana
ada tangga.
Ren senang melihat Posuto
dan Piami datang ke ulang tahunnya. Piami gugup Ren menyapanya. Ia bersembunyi
di belakang Posuto. Piami memberanikan diri
mengucapkan selamat ulang tahun dan akan memberikan hadiah.
Tapi tiba-tiba ada
penggemar Ren lain yang menyela. 3 cewek centil. Hahaha. Ketiganya mengucapkan
selamat ulang tahun pada Ren dan memberikan hadiah pada Ren.
Ren membuka hadiah itu,
sebuah syal yang bagus. Piami jadi minder, ia malu dengan hadiah syal yang
dibuatnya. Ia pun enggan memberikannya.
Posuto heran apa Piamo tak
memberikan hadiah itu pada Ren. Piami berkata kalau sekarang kekuatannya tiba-tiba
menghilang. Ia lemas hahaha.
Mizusawa membicarakan
secara pribadi pada calon orang tua Pachi mengenai hal penting tentang Pachi.
Mizusawa : “Seperti yang
sudah saya katakan sebelumnya, anak itu adalah anak yang mengalami kekerasan
dalam rumah tangga sebelum dibawa ke panti. Yang ingin saya sampaikan adalah
anak ini ditinggalkan sendirian di kamar dalam keadaan kritis. Dia ditinggalkan
dalam ruangan yang terkena sinar matahari langsung dan mengalami dehidrasi
parah. Untungnya, seorang pegawai Pusat Konsultasi Anak menemukannya tepat
waktu.”
Si ibu bertanya dimana
orang tuanya Pachi. Mizusawa berkata kalau ayah Pachi sudah tidak ada. Ibu Pachi
mengurus Pachi sendiri dan pergi dengan membawa semua tunjangan anak.
Si ibu menilai kalau ibu
kandung Pachi sungguh tega sekali. Mizusawa berkata kalau ibu Pachi
ketergantungan pada yang namanya judi. Sejak pagi selalu di tempat judi
(pachinko), maka dari itu di Kogamo No Le anak itu nama panggilannya Pachi.
Posuto melihat seorang
anak yang mirip dengan Pachi di rumah Ren. Ia memnggil anak itu dengan sebutan
Pachi. Ren datang memberi tahu kalau anak kecil itu adiknya. Ia berkata kalau
adiknya itu sangat manja.
Si ayah menilai kalau ibu
kandung Pachi sungguh kejam. Ibu bertanya kenapa Pachi selalu membawa botol
sampo. Mizusawa berkata kalau wangi di botol itu adalah wangi ibunya Pachi. Ia sendiri
tak bisa melepaskan itu karena anak itu membutuhkannya, walaupun masa lalunya
seperti itu.
Ibu merasa diberkahi anak
seperti Pachi ibarat impian yang menjadi kenyataan. Ia juga bisa menerima
kondisi jasmani suaminya. “Aku akan melakukan apapun demi anak itu. Aku ingin
membantunya melupakan ingatan yang menyakitkan itu. Aku benar-benar ingin
menjadi ibu anak itu.”
Apakah Pachi akan benar-benar
menjadi anak di keluarga ini? Bagaimana dengan Donki? Apakah dia juga akan
menemukan keluarga bahagianya? Lalu yang lain bagaimana?
Bersambung ke episode 2 part
2
terima kasih sinopsisnya kak :)
ReplyDeleteterus dilanjut ya kak sinopsisnya, ceritanya bagus. suka banget sama anak-anak ini. gemes lihatnya.
oh ya kak queen of office masih dilanjutkan?
Alur cerita yg sangat bagus,jenis drama yg unik.berbeda dgn kebanyakan drama.bukan tentang cinta,bukan tentang perebutan harta,sprt kebanyakan drama.melainkan berlatar belakang anak2 yg terbuang.
ReplyDeletemakin ksni jalan cerita nya makin seru.
mksh ya mba anis.semangat.
lanjutkan ^_^
Cerita-cerita drama jepang memang pakai persaan, jadi bikin terharu membacanya.
ReplyDeleteDi tunggu lanjutannnya ya,,
ReplyDeletesuka sm cerita ini...baguuusss
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya...
arigatoo