Posuto memberikan pada
Pachi kue yang ia dapatkan dari calon orang tua angkatnya. Tapi Posuto memberi
syarat pada Pachi jika menginginkan kue itu. Syarat seperti biasa.
Pachi mengerti, ia segera berdiri
dan menari. Hehehe. Si Pachie lucu pisan euy… Posuto tepuk tangan dan
memberikan satu kue itu untuk Pachi.
Maki datang dan terkejut melihat
pakaian yang dikenakan Posuto. “Kenapa kau berpakaian begitu?” Posuto berdiri
memamerkan gaunnya, “aku cantik kan?” ucapnya ganjen hahaha. Tapi itu tak
membuat Maki tertawa, malah ia menatap bingung.
Posuto kembali duduk dan
mengatakan kalau gaun ini hasil dari uji cobanya. Ia memberikan satu kue pada Maki,
tapi maki menolak tak usah. Maki melihat sekeliling sangat berantakan. Ia akan
membereskannya termasuk sebuah botol. Tapi Pachi merebut botol itu. dia
memeluknya.
Posuto berkata kalau Pachi
akan marah jika Maki menyentuh botol itu. “Benda itu memiliki wangi yang sama
seperti ibunya. Dia tak akan bisa tidur tanpa itu.” Maki minta maaf dan
berharap Pachi bisa kembali bertemu dengan ibu Pachi.
Tanpa sengaja Pachi
menjatuhkan kue yang ia makan. Tapi ketika ia mengambil kue itu dan akan
memakannya, Posuto melarangnya. “Jangan dimakan itu sudah jatuh!” Posuto pun
memberikan kue yang baru untuk Pachi. Ia tersenyum senang melihat Pachi
menikmati kue itu.
Keesokan harinya, anak-anak
berlari menuju sekolah mereka. Posuto menggandeng Pachi menuju sekolah.
Sementara Maki berdiam sendirian di kamar. Maki melihat dan menyentuh gaun milik Posuto.
Tiba-tiba Mou masuk kamar mengagetkan Maki. “Hei. Proses pemindahanmu sudah
selesai. Mulai minggu depan kau akan masuk sekolah. Bersiaplah.”
Maki berkata kalau Mou
seharusnya mengetuk pintu dulu sebelum masuk kamar.
Ck ck.. Mou cuek.
Mou menuju suatu tempat.
Melihat Mou pergi, Maki pun pergi juga tanpa sepengetahuan orang panti.
Maki pulang ke rumahnya. Ia
menekan bel rumah tapi tak ada yang membukakan pintu. Ia pun masuk karena pintu
ternyata tak dikunci.
“Ibu…!” panggil Maki.
Namun tak ada sahutan dari siapapun, rumah itu sepi. “Apa ibu masih di kantor
polisi ya?”
Maki menuliskan pesan di
sebuah kertas yang ia letakan diatas meja. Ia kemudian melihat di meja rias
ibunya ada botol parfum. Ia mengambil parfum itu dan menciuminya. Itu aroma
parfum ibunya. Maki rindu pada ibunya. “Ibu…” isaknya.
Bombi keluar dari toilet
dan terkejut ketika melihat seorang wanita bule duduk di bangku sedang melukis.
Bombi pun teringat akan Angelina Jolie. Sosok ibu yang menjadi idamannya.
Tak lama kemudian seorang
pria bule menghampiri wanita bule itu. Dan Bombi langsung membayangkan kalau pria
bule itu adalah Brad Pitt.
Topi yang dikenakan Bombi
tiba-tiba terbang dan jatuh tepat di kaki bule itu. Si bule pria mengambil dan meyerahkannya
kembali ke Bombi. Mulut Bombi menganga hahaha.
Dan imajinasinya pun
muncul, si pria bule itu menjadi ayah angkat Bombi dan memberikannya topi yang
bagus. Bombi juga mengenakan gaun yang bagus layaknya seorang putri. Si ayah
bule mengajak Bombi menari. Bombi menari berputar-putar.
Dan toeng hahaha itu hanya
imajinasi Bombi saja. Bombi celingukan di taman itu. Ia hanya seorang diri. “Mana
Joripi? Joripi?"
Joooriiippiiiii?
Teriak Bombi hahahaha….
Di sekolah tepatnya di
ruang seni. Piami bermain piano dengan sangat baik. Tiba-tiba Posuto datang
menunjukan cermin pada Piami. Ia memperlihatkan bahwa wajah Piami terlihat
menyeramkan. Piami pun menyudahi latihan pianonya.
Posuto tanya bagaimana
dengan Festival paduan suara, bukankah mereka menginginkan Piami yang
mengiringi. Piami menolak itu, karena menurutnya mengiringi Festival paduan
suara tak akan memberikan apa-apa untuknya.
Posuto : “Begitu ya?”
Piami mengambil cermin
yang ada di tangan Posuto, “Tentu saja. Aku ingin bermain dalam pertunjukan
yang lebih besar dan menarik perhatian semua orang dengan piano. Lalu di koran
akan ditulis besar-besar ‘Gadis Jenius’.”
Piami kemudian mengeluh,
ia ingin cepat-cepat diadopsi. Dibawa ke rumah yang bagus. Minta dibelikan
piano dan yang pastinya dengan ruang kedap suara. Memanggil guru privat
untuknya. Dengan begitu ayah juga pasti…. Piami menunduk sedih.
Posuto seakan mengerti
perasaan temannya ini. Ia pun kembali memperlihatkan wajah Piami di cermin. Ih
lucunya… ucapnya sambil mendorong kepala Piami dengan telunjuknya. Posuto lari,
Piami mengejarnya, kembalikan cerminku.
Keduanya berlari di
koridor. Seorang anak lelaki mengingatkan keduanya untuk tak berlari di
koridor. Keduanya langsung berhenti. Piami terkejut melihat anak lelaki itu. Ia
bersembunyi di belakang Posuto.
“Ternyata kau.” sahut Posuto
jutek.
Anak lelaki itu menyerahkan
sebuah buku pada Posuto. Piami kaget, “apa? tukeran buku harian?” Piami
langsung berdiri di depan Posuto. Anak lelaki itu bilang bukan, ini buku
catatan hari ini. Piami menerimanya. Anak lelaki itu menatap Posuto sebentar
sebelum ia pergi.
“Hei.. Ren-kun sepertinya
menyukaiku ya.” sahut Piami ke-geer-an. Posuto cuek ia menyerahkan cermin itu
pada Piami.
Di TK nya Pachi.
Teman Pachi memberikan kue
padanya. Pachi berterima kasih dan memakan kue itu. Anak itu tanpa sengaja menjatuhkan
kue-nya ke tanah dan diambil lagi akan dimakan. Pachi yang teringat akan
larangan Posuto ketika kue jatuh tak boleh dimakan lagi langsung melarang
temannya agar jangan memakan makanan yang sudah jatuh.
Tapi anak perempuan itu
tak mau, ia bersikeras akan memakannya. Keduanya pun tarik-tarikan hingga membuat
si anak perempuan jatuh terjengkang. Nangis lah tuh anak.
Posuto dan Piami datang
untuk menjemput Pachi. Keduanya melihat Bu guru minta maaf atas nama Pochi pada
ibu si anak itu. Ibu-ibu itu tak terima karena hal ini sudah terjadi berulang
kali. Perbuatan kasar ini memang tidak menimbulkan luka serius tapi pasti akan
membawa dampak buruk di TK ini.
Piami menanyakan pada ibu-ibu
ini apa yang dilakukan Pachi. Ibu itu bisa menebak kalau Piami dan Posuto pasti
anak-anak dari rumah pria aneh itu. “Dia (Pochi) telah melakukan kekerasan pada
Kaguya (anaknya)”
“Kekerasan?” Piami tak
percaya Pachi melakukan itu.
“Dia merebut makanan
anakku (lha anaknya sendiri yang ngasih kok). Dia tidak diberi makan dengan
baik, makanya dia melakukan hal yang buruk. Dasar, jadi ini kelakuan anak
yatim.”
Piami tak terima Pachi
disebut seperti itu. Ia menilai ibu ini sudah keterlaluan. Ia yang akan maju
ditahan oleh Posuto.
Posuto maju ke arah ibu
itu. Ibu-ibu ini mundur perlahan, kenapa kau ini?
Piami senang karena posuto
akan melawan ibu-ibu ini. Tapi tidak, Posuto malah membungkuk minta maaf atas
kejadian ini.
Di pintu gerbang TK, Piami
kesal karena Posuto meminta maaf seperti itu. Ini bukan posuto yang dikenalnya,
“Kau kenapa? Apa kau akan membiarkan ini? apa kau tak marah?” Posuto tersenyum
mencurigakan
Dan… brak.. Posuto menendang sepeda yang terparkir di depan
gerbang sekolah. Sepedanya ibu-ibu yang anaknya sekolah TK disini hahaha.
ambruklah sepeda-sepeda itu.
“Bagaimana dengan ini?” tanya
Posuto. Piami tersenyum.
“Suara apa itu?” terdengar
ibu-ibu mendekat.
“Waduh gawat, ayo lari!”
Posuto menggandeng Pachi untuk segera lari dari sana. Ibu-ibu itu ngomel-ngomel
tak karuan.
Posuto menggendong Pachi
di punggungnya. Ia dan Pachi tertawa gembira. Di belakang keduanya Piami turut
berlari gembira.
Di kamar, Piami
menceritakan kejadian di TK-nya Pachi pada Maki. Ia menilai perempuan tua itu
(ibunya Kaguya) terlalu protektif dan aneh. Kau tahu tidak, dia menamai anaknya
dengan nama putri bulan. Dia mamanggilnya Kaguya. Benar-benar aneh kan? Padahal
anaknya itu bodoh. Aku benar benar tak tahan.”
Piami memandang foto Angelina
Jolie dan Brad Pitt. “Ahhhh Joripi… cepatlah menjemputku!” Piami mengeluh orang
seperti itu (orang tua angkat yang diharapkannya) mungkin benar-benar tak ada.
Bombi teringat akan
pasangan bule yang dilihatnya di taman tadi siang. Jo…. Sahutnya…
Mereka yang disana
memandang heran, joo?
“Joripi…..” sebut Bombi
langsung terkapar, terlentang… wakakaka..
Mou menunjukan beberapa
data calon orang tua angkat yang baru. Ia harap anak-anak memperhatikan dengan
baik. Anak-anak langsung berebut berusaha mencari orang tua asuh yang didam-idamkannya.
Tapi tidak bagi Maki, ia sama sekali tak tertarik.
Bombi heran apa Maki tak
mau melihat data calon orang tua angkat itu. Maki bilang kalau ia tak perlu
karena ia yakin ibunya pasti akan menjemputnya. Mou yang berada di luar ruangan
mendengar itu. Ia hanya berdecak sinis.
Posuto tertawa mendengar
keyakinan Maki. Maki kesal kenapa Posuto tertawa. Posuto menjawab tidak apa-apa.
Ia hanya sedang merasa senang. Maki tanya apa maksud Posuto. Posuto berkata
kalau ia menertawakan Maki yang masih memiliki harapan bahwa ibu Maki akan
datang. Ia menasehati Maki agar jangan terlalu berharap karena ibu maki tidak
mungkin datang.
Tapi Maki tetap yakin
kalau ibunya pasti datang, ibunya tak bisa hidup tanpa dirinya. Posuto yang
tengah menuang minuman tertawa dengan cara pemikiran Maki. Maki berkata kalau Posuto
tak mengenal ibunya. Posuto menjawab kalau ia tahu wanita seperti apa ibu Maki
itu, dia orang yang melakukan percobaan pembunuhan dengan donki.
“Ibuku tak seperti itu.”
ucap Maki membela ibunya. Ia menatap tajam Posuto, “Namamu Posuto kan? Kau
pasti tak tahu apapun tentang ibu. Kau tak pernah melihat wajah orang tuamu.
Makanya kau bisa berkata seperti itu. Sebenarnya kau iri, kan? Makanya kau
mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Karena kau sama sekali tak bisa
membayangkan sosok ibu. Posuto apanya?” Cibir Maki.
Posuto sedari tadi menahan
marah mendengar ucapan Maki. Ia membanting gelas yang ada di tangannya hingga
pecah berkeping-keping.
Posuto menarik maki dan
mendorongnya hingga terjatuh ke lantai. Ia mengambil bantal kursi dan
memukulkannya pada Maki. Anak laki-laki disana berteriak pukul pukul pukul. Bahkan
Otsubone pun ikut berseru ayo pukul dia. Eh bukanya melerai ya, kan dia yang gede.
Pachi menangis melihat ada yang berkelahi.
Maki mengambil sesuatu
untuk melawan Posuto yang terus memukulnya menggunakan bantal. Ia mengambil vas
bunga dan akan memukulkannya pada Posuto.
“Nah lhat itu donki.” seru
Posuto menunjukan benda tumpul yang akan Maki gunakan sebagai senjata. Maki pun
tak jadi memukul posuto dengan benda itu. Ia mendorong Posuto. Keduanya terus
berkelahi hingga datanglah Mou memarahi keduanya.
Mou meminta kedua anak ini
untuk angkat tangan, siapa yang memukul terlebih dulu. Posuto mengangkat
tangannya. Posuto pun mendapatkan tamparan keras dari Mou hingga hidungnya
berdarah.
Mou yang marah meminta
anak-anak memperhatikan apa yang dikatakannya.
“Kalian itu manusia lemah
yang saling terhubung. Anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya, itu saja
sudah cukup tak adil buat kalin. Dunia mungkin mengasihani kalian tapi itu
hanya simpati sementara. Perasaan seperti itu sama sekali tidak penting.
Pendapat bahwa yang patut kalian dikasihani adalah perasaan kalian sendiri.
Dengan kelemahan, kalian membuka tangan seseorang. Lalu dalam waktu singkat,
mereka menggenggam tangan kalian…. ‘Jadi seperti ini anak yang tak punya orang
tua’ ….dan pada akhirnya, hidup kalian menjadi lebih baik.”
Mou menarik tangan Posuto,
“Yang memukul duluan, menyerahlah.” Posuto tak melawan ia akan menerima
hukumannya. Ia berdecak seperti apa yang menjadi kebiasaan Mou, ckck
Mou marah seakan Posuto
mempermainkanya, ia menjambak rambut Posuto menatapnya tajam.
Posuto dihukum berdiri di
kamar mandi dengan dua tangan mengangkat ember yang bersisi air penuh.
Hidungnya yang berdarah sudah disumpal dengan kapas.
Ada yang masuk ke kamar
mandi, Rokka akan mandi. Posuto yang tetap berada disana membalikan badan.
Rokka pun mandi tanpa mengatakan apapun. (nih orang belum ngomong apa-apa)
“Anak itu, dia bilang, Posuto
apanya?” sahut Posuto. “Tapi dibandingkan denganku, kau (rokka) lebih menderita
kan?” Rokka merasakan dingiinya musim dingin dan panasnya musim panas. Aku
bersyukur menjadi anak dalam kotak pos, bukannya anak dalam loker koin. Tapi
tak ada bedanya kan?”
Posuto melanjutkan. “Memang
benar, kita sama sekali tak menginat wajah ibu. Wajah ibu… aku hanya bisa
mengucapkannya.”
Maki yang berada di kamar
merindukan ibunya, ia menciumi parfum ibunya.
Di luar panti, seorang
anak laki-laki datang dengan langkah terseret. Ia membawa kotak ramen yang
berantakan. Celananya kotor karena ramen itu. Daifuku, ia sepertinya kabur dari
rumah orang tua angkatnya dan ingin kembali ke panti. Wajahnya tampak sedih
dengan pipi yang basah terkena air mata.
Posuto yang berada di
kamar mandi mencium sesuatu. Ia bisa mengetahui bau siapa ini.
Piami dan Bombi berlari menuju
toilet untuk memberi tahu Posuto. Tapi keduanya terkejut begitu melihat Rokka
sedang mandi di kamar mandi. Melihat ada cowok mandi Piami bersembunyi di
belakang bombi. Ia tak mau melihat tapi masih ngintip. Sementara Bombi melotot
wae ngeliatin si Rokka mandi hahaha.
Piami memberi tahu Posuto
kalau Daifuku kabur dari warung ramen. “Mou juga bilang kau bisa berhenti
melakukan hukumanmu.” Posuto langsung menjatuhkan embernya dan segera berlari
keluar untuk melihat Daifuku.
Piami menutup wajahnya
karena malu melihat cowok mandi, tapi ia masih sempat mengintip melalui jari
tangannya. Sedangkan Bombi, dia malah terus ngeliatin si Rokka yang mandi tanpa
malu-malu hahaha.
Daifuku menunduk diam
ketika dimarahi oleh Mou karena kembali ke rumah panti. “Siapa yang menyuruhmu
pulang? Kau melarikan diri karena tak mau bekerja kan? Kau sudah tak ada
hubungannya dengan tempat ini. kau hanya mengganggu saja, pulang sana!”
Daifuku hanya bisa
menunduk sedih.
“Keluar…!” bentak Mou
sambil menghentakan tongkatnya. Daifuku mennagis diam.
Bel rumah panti bunyi.
Daifuku sepertinya tahu siapa yang datang. Segera ia bersembunyi dibalik tubuh Mou.
Ia ketakutan.
Mizusawa datang bersama orang
tua angkat Daifuku. Ibu angkat bersyuku karena bisa menemukan Daifuku. Ayah
angkat minta maaf pada Mou karena lalai mengawasi Daifuku. Mou bilang tak apa-apa
karena ini juga kesalahannya karena tak mengajarkan disiplin pada Daifuku.
Ibu angkat terlihat
khawatir, “Kau kotor sekali, apa kau terluka? Tak ada yang terbakar, kan?”
Daifuku yang terus
berpegangan pada Mou menggeleng merespon jawaban.
Ibu angkat menyesal karena
terlalu banyak meminta Daifuku untuk mengantar pesanan ramen. Ia pun mengajak Daifuku
pulang bersamanya. Tapi Daifuku diam saja, ia terus berpegangan pada Mou, tak
mau pergi.
Mizusawa bertanya pada Daifuku
kenapa bersikap seperti itu, ada apa. Katakan saja, kalau tidak kami tak akan
tahu.
Piami yang ada disana
berbisik pada Bombi kalau Daifuku itu Lemah dan sulit berbicara. Karena sejak
awal memang begitu. Bombi berbisik pada Piami kalau siapaun pasti tak mau
tinggal di warung ramen yang kecil dan kotor.
“Diam…” bentak Mou.
Daifku terbata-bata menangis
mengatakan kalau ia tak bisa memanggil orang tua angkatnya dengan sebutan ayah
dan ibu. Ibu angkat mengerti ia tak akan memaksa Daifuku untuk memanggilnya ibu
dan ayah. Ia minta maaf dan meminta Daifuku untuk memanggilnya paman dan bibi
saja.
Ibu angkat beraharap
dengan seiring berjalannya waktu, entah berapa lama pun tahun berlalu, ia
berharap Daifuku akan terbiasa hidup dengan keluarganya. “Maukah kau sekali
lagi kembali ke rumah kami?”
Daifuku yang menangis
menatap ayah angkatnya. Ayah angkat tersenyum mengangguk. Daifuku pun bersedia
kembali ke rumah orang tua angkatnya. Ia menangis memeluk ibu angkatnya. Ibu
angkat menangis meminta maaf.
Mizusawa dengan sikap
dinginnya memberikan tepuk tangan tanda bahagia karena mereka bersama lagi.
Anak-anak turut memberikan tepuk tangan. Kecuali Posuto dan Maki yang diam
saja.
Otsubone merasa walaupun miskin
asalkan memiliki kasih sayang, pasti kita hidup bahagia. Diumur segini, bagiku
tak ada kasih sayang pun, tak apa-apa.
Mereka
pun akan kembali ke kamar masing-masing karena Daifuku dan orang tua angkatnya
sudah pulang. Mou menahan Jengkel, merepotkan saja, dasar anak bodoh.
“Begitukah?” tanya Maki.
Mou : “Anjing seperti itu
bahkan tak mengetahui caranya bersikap. Kabur dengan alasan bodoh begitu.
Anjing yang seperti itu, tidak pantas mengeluh.”
Maki mengerti bagaimana
perasaan Daifuku, “Karena ibu yang sebenarnya akan terlihat menyedihkan. Jika
aku harus memanggil orang yang tidak kukenal dengan sebutan ibu, tapi ibuku
hanya satu.”
Halah ckck.. Mou tak
peduli dengan ucapan Maki.
Maki : “aku tak bisa
mengkhianati ibu.”
Mou mencibir, “Kau lupa ya,
kau lah yang lebih dulu dikhianati.”
Keempat anak sudah berada
di kamar. Bombi bertanya bukankah Posuto sabtu nanti akan menginap di rumah
calon orang tua angkat Posuto. Posuto membenarkan. Piami merasa kalau Posuto
adalah anak selanjutnya yang dipilih sebagai anak yang akan diadopsi keluarga
baru.
Maki tetap pada
pendapatnya bahwa ini salah. “Karena yang diinginkan seorang anak untuk
menjempunya adalah ibu kandungnya bukan ibu angkat.”
Bombi membenarkan, “tentu
saja yang diinginkan mereka untuk menjemput kembali mereka adalah ibu kandung
tapi…”
Maki : “Benar kan? Menjadi
bagian keluarga dengan orang yang hanya beberapa kali bertemu demi kepentingan
pribadi, bukankah itu aneh? Bersabar agar seseorang menyukai kita, itu tak
masuk akal. Apa itu yang namanya keluarga? Yang pasti ibu kandung tidaklah
seperti itu. seseorang yang memanggilku, memelukku erat, yang selalu memanggil
namaku. Kita mencari orang tua baru dengan wajah tenang, hal yang seperti itu
benar-benar aneh.”
Posuto mencibir pendapat Maki,
ia turun dari tempat tidurnya. Maki cemas apa Posuto akan memukulnya seperti
tadi. Posuto tak melakukan apapun. Ia hanya akan keluar kamar sebentar karena
mencium sesuatu. Ia membuka pintu kamar dan benar saja, di depan kamar sudah
ada Pochi, ngompol.
Indera penciumannya si Posuto tajam juga ya....
Bersambung di part 3
Komentar :
Nylekit banget ucapannya,
masa manusia disamain sama anjing di toko hewan. Tapi entah kenapa selalu saja ada
benarnya, bahwa seperti itulah kehidupan yang anak-anak jalani di masyarakat.
Rasa simpati hanya sementara, selanjutnya mereka tak akan peduli pada kita.
ceritanya seru. anak-anaknya kawai kawai :)
ReplyDeleteterima kasih sinopsisinya kak. semangat terus ^_^