Di pesta ulang tahun Ren,
anak perempuan yang memberikan hadiah syal pada Ren menunjukan kebolehannya
bermain piano.
Piami yang melihat itu
bergumam, “bechstein.” Posuto yang tak tahu bertanya apa itu, apa itu mahal. Piami
dengan tatapan sedih berkata bahwa sebelum disita, di rumahnya juga ada piano
seperti itu. “Ayah membelikannya ketika ulang tahunku yang ke lima.”
Posuto menyarankan
bagaimana kalau Piami juga ikut memainkan piano itu. Piami menolak karena hal
itu akan membuatnya teringat pada ayahnya. Posuto menyindir, ah ternyata itu
perkataan dari Nyonya Muda.
Sementara di luar rumah, Bombi
menaiki pagar yang ia temukan. Ia celingukan dan kecewa ketika tak melihat seseorang
yang diharapkannya.
Bombi duduk melamun dan
membayangkan si Joripi impiannya. Suami istri itu mengulurkan tangannya pada Bombi
untuk menjadi anak mereka. Bombi dengan senang hati siap menjadi anak mereka.
Ya ya ya itu hanya
khayalannya Bombi saja. Yang sebenarnya suami istri bule itu sudah punya anak
perempuan. Bombi jelas kecewa.
Anak perempuan yang
bermain piano selesai menunjukan kebolehannya. Teman-teman yang lain memberikan
tepuk tangan, kecuali Posuto dan Piami yang hanya diam saja. Anak itu
menghampiri Posuto dan Piami meminta keduanya untuk mencoba memainkan piano.
Piami menyahut tidak perlu. Anak itu mencibir kalau keduanya pasti tidak bisa
memainkan piano.
“Bukankah itu karena
kalian berasal dari Kogamo No Le?” Sahut teman anak perempuan itu.
Ren meminta mereka jangan
begitu. Posuto menerima tantangan anak itu. Piami akan memainkan piano karena
bagi Piami memainkan piano itu masalah yang gampang. Piami melihat sekilas Piano
yang ada di ruangan itu. Ia pun menyanggupinya.
Piami duduk di depan
piano. Si anak perempuan menatap dengan tatapan remeh. Posuto menyombongkan
diri, “Tunjukan pada mereka mantan Nona Muda.”
Piami memejamkan mata, ia menarik
nafas dalam-dalam. Perlahan ia membuka mata dan jemarinya pun mulai menari diatas
tuts piano. Sebuah alunan nada yang sangat indah diiringi kemampuan teknik
bermain piano yang tinggi. Semua mata yang memandang hanya bisa menatap
bengong, terkejut. Bagaimana mungkin seorang anak yang hidup di panti asuhan
bisa memainkan piano sehebat itu.
Pachi bermain dengan ayah
uji cobanya. Si ibu membuka tas Pachi berniat mengambil baju ganti untuk Pachi.
Tapi ia terkejut begitu melihat botol sampo itu ada disana. Ia mengira kalau Pachi
hari ini tidak membawa botol itu ternyata Pachi menyembunyikannya di dalam tas.
Pachi menggeleng kalau ia tak menyembunyikan botol itu. (Pachi menggeleng
karena memang bukan dia yang menaruh botol sampo di tas)
Si ibu berkata kalau ia
mengerti bagaimana perasaan Pachi tapi Pachi tak boleh hanya terpaku pada masa
lalu. “Lupakan penderitaan yang disebabkan ibumu.” Pachi menggeleng. Si Ibu
berkata kalau ia akan menyimpan botol itu.
Pachi mengejar si ibu
meminta botol itu dikembalikan padanya. Si suami juga meminta istrinya jangan
melakukan itu. Pachi berusaha merebut botol sampo miliknya tapi si ibu berteriak
meminta suaminya memegangi Pachi. Pachi meronta meminta botol itu dikembalikan
padanya, si ibu pun membuang botol sampo ke tempat sampah.
Piami selesai memainkan
piano dengan teknik yang luar biasa. Semua mata hanya terdiam bengong
menatapnya. Posuto mengawali memberikan tepuk tangan. Kemudian Ren dan disusul
tepuk tangan yang lainnya. Kecuali si anak cewek yang sombong itu.
Anak itu melihat ada tas
bingkisan yang tadi dibawa Piami. Ia mengambilnya, “Jangan-jangan ini kado
untuk Ren-kun?” tebak gadis itu pada Piami. Anak itu meminta Ren membuka kado
di depan teman-teman. Ren membukanya, sebuah syal yang dibuat dengan tangan Piami
sendiri.
“Syal? Jangan-jangan ini
buatan tangan?” cibir teman anak itu. “Lihat baik-baik, jahitannya aneh. Aku
akan malu kalau membuatnya, benar kan?”
Piami sedih hasil karyanya
dipermalukan begitu. Ia pun merebut benda itu secara paksa. Ia dan anak itu
tarik-tarikan syal hingga membuat syal itu putus jadi dua bagian.
Anak itu terus menghina
hadiah buatan Piami. “Karena dibuat dari benang murahan jadi pasti cepat rusak.”
Piami menangis menatap
marah.
Posuto tak tahan lagi
melihat Piami dihina seperti itu. “Kau itu terlalu ikut campur.” ucap Posuto
pada anak itu. Piami meminta Posuto jangan melakukan hal yang tidak-tidak.
Posuto langsung menyerang
anak itu. Terjadilah perkelahian di ruang pesta ulang tahun. Bombi yang masih
duduk melamun diluar terkejut begitu mendengar dan melihat ada keributan.
Bukan hanya Pusoto saja
yang penampilannya awut-awutan karena keributan di pesta ulang tahun Ren,
ternyata Piami dan Bombi juga sama. Hahaha, kayaknya keduanya ikut berkelahi
deh.
Piami kesal sekali, karena
pesta ulang tahun Ren jadi berantakan dan sekarang Ren pasti membencinya. Posuto
minta maaf sambil melipat lidahnya. Piami makin kesal, “kau jangan bertingkah
seperti anjing.”
Bombi ikutan kesal melihat
dua temannya ini. Piami heran kenapa Bombi ikutan nangis kesal begitu. Bombi
terus ngomel-ngomel yang tak dimengerti oleh Piami.
Ren memanggil menyusul
ketiganya. Piami yang terkejut segera bersembunyi di belakang Posuto dan Bombi.
Ia segera mengambil cermin untuk merapikan penampilannya.
Ren minta maaf atas
kejadian di rumahnya. Posuto bilang tak apa-apa karena itu bukan kesalahan Ren.
Piami ikutan bicara
membenarkan kalau itu bukan kesalahan Ren. Ia menunjuk dan menyalahkan Posuto
karena sudah bersikap kasar.
Ren berterima kasih atas
syal pemberian Piami. Ia meminta tolong ibunya untuk memperbaiki bagian yang
rusak. Piami senang sekali.
Posuto bertingkah cuek, ia
berlalu dari sana lebih dulu. Tapi Ren memanggilnya. Ren melihat ke arah
matahari terbenam, “hari ini senjanya indah juga kan?”
Piami dan Bombi terejut
menatap posuto, ada apa antara Ren dan Posuto. Posuto menatap geli ucapan Ren
hahaha.
Ibu uji coba Pachi
menerima telepon dari Mao yang menanyakan keadaan Pachi. Ibu mengatakan kalau Pachi
baik-baik saja, Pachi baru saja selesai makan dan sekarang sedang istirahat.
Selesai menelepon Mao
bersembunyi dibalik pohon mengamati seorang wanita. Dia wanita yang menjual
nasi paket itu. Wanita itu merasa ada yang mengikutinya. Tapi ketika ia menoleh
tak ada siapa-siapa di belakangnya.
Mao memperhatikan wanita
itu dari balik pohon. Ia belum berani menemui wanita itu. Ia menggerutu pada
dirinya sendiri, apa yang dilakukannya, kenapa ia melakukan hal ini, seperti
seorang penguntit.
Ayah uji coba Pachi
bertanya pada istrinya apa tidak masalah kalau mereka tak mengatakan perihal
sampo itu. Istrinya menjawab tak apa-apa, karena kelihatannya sekarang Pachi
sudah lebih tenang.
Pachi duduk diam memeluk
tas-nya. Ia mengingat ucapan marah Posuto padanya. Pachi melihat tas-nya, disana
ada nomor telepon Kogamo No Le. Ia mengingat ucapan Posuto yang mengatakan
kalau terjadi sesuatu, segera telepon panti asuhan karena Posuto akan segera
kesana jikalau Pachi menelepon.
Pachi beranjak ke arah
telepon tapi ketika ia mengambil benda itu si ibu merebut teleponnya. Ia
tersenyum mengajak Pachi mandi. Ia ingin sekali menjadi orang tua yang baik
untuk Pachi. Tapi pachi menolak.
Si ibu pun habis kesabarannya, ia memaksa Pachi untuk mandi. Pachi tak mau. Si ibu memaksa menarik Pachi.
Pachi berteriak kesakitan dan memanggil nama Posuto bermaksud minta tolong.
Posuto yang baru saja tiba
di depan panti seakan-akan mendengar teriakan Pachi. Piami heran kenapa Posuto
diam saja. Posuto menyebut nama Pachi. Piami pun bisa menebak kalau Posuto
pasti mencemaskan Pachi. Posuto berkata kalau perasaannya tak enak.
Piami menebak apa Posuto
juga bisa merasakan insting seorang wanita. Posuto menggeleng, ini bukan
insting seorang wanita melainkan insting seorang ibu. Posuto segera pergi ke
rumah uji coba Pachi. Piami dan Bombi ikut menyusulnya.
Si ibu uji coba Pachi
berusaha sebaik mungkin pada Pachi. Tapi Pachi yang menolak pun akhirnya
dipaksa mandi karena kesabarannya sudah habis.
Posuto dkk sampai di depan
apartemen rumah uji coba Pachi. Ada seseorang yang datang, ketiganya segera
sembunyi dibalik pohon. Itu ayah uji coba Pachi, dia keluar malam-malam untuk
membuang sampah.
Setelah ayah uji coba Pachi
pergi, Posuto yang curiga pun segera membongkar isi sampah itu. Piami dan Bombi
panik dengan apa yang Posuto lakukan. Ketika Posuto mengeluarkan isi sampah, Piami
dan Bombi memunguti sampah yang diobrak-akbrik Posuto untuk dibereskan kembali.
Pachi berendam di air
hangat. Si ibu uji coba Pachi berusaha bersikap baik padanya. Ia menyemprotkan
air yang keluar dari pistol air. Tapi kondisi badan Pachi berubah pucat. Nafasnya
putus-putus. Ia pun teringat akan hari ketika dirinya dehidrasi sendirian di
kamar ketika ditinggal ibu kandungnya. Berulang kali Pachi menggumamkan kata sampo.
Ibu uji coba Pachi
mengatakan kalau benda itu sekarang sudah tak ada, “akan ada kebahagiaan yang
baru untukmu.” Si ibu pun mulai menghitung mundur supaya Pachi menikmati
berendam. Hitungan mundur itu membuat nafas Pachi semakin putus-putus, ia mulai
lemas.
Posuto menemukan botol
sampo milik Pachi diantara sampah-sampah yang dibuang ayah uji coba Pachi.
Ketiganya terkejut. Posuto pun semakin mencemaskan keadaan Pachi.
Si Ibu berteriak memanggil
suaminya. Suaminya datang tergesa-gesa ke kamar mandi dan terkejut begitu
melihat Pachi menggiggil tak sadarkan diri. Suaminya menyarankan untuk segera
menghubungi pusat konsultasi anak atau panti asuhan. Tapi istrinya menolak, “ini
anak kita. Jika kita tak melakukan sesuatu, dia akan diambil.” ucap si istri
panik.
Posuto akan berlari menuju
rumah uji coba Pachi tapi tiba-tiba sebuah mobil mencegatnya. Mao dan Rokka
keluar dari mobil itu. Mao menatap marah Posuto dan berkata kalau ia baru saja
bicara dengan ibu uji coba Pachi dan sekarang Pachi tak ada masalah. Tapi Posuto
tak percaya, ia menunjukan botol sampo yang ditemukannya di tempat sampah.
Bombi memberi tahu kalau botol itu baru saja dibuang di tempat sampah.
Mao tanya memangnya
kenapa. Ia merebut botol itu dan memarahi Rokka. “Bukankah aku sudah bilang,
sejak awal buang botol ini. Abaikan saja apa yang bukan menjadi urusanmu.” Mao menyuruh
Rokka membuang botol itu. Tanpa berkata apapun Rokka menuruti apa yang Mao
perintahkan.
Mao menatap tajam Posuto, “Segera
kau lupakan mengenai orang tua yang tak berharga itu. Selain itu, tak ada jalan
lain untuk kalian hidup. Apa kau pikir peliharaan yang tak bisa melupakan
pemilik lamanya bisa disukai orang lain.” Bentak Mao.
Posuto menatap marah Mao, “Pachi…
kalau terjadi sesuatu pada Pachi… aku akan membunuhmu.”
Mao pun menghubungi orang
tua uji coba Pachi. Dan ia terkejut mendengar sesuatu yang buruk tentang Pachi.
Posuto yang melihat reaksi terkejutnya Mao langsung lari menuju rumah uji coba
Pachi.
Posuto yang melihat rumah sebelah pintunya terbuka segera masuk ke rumah itu. Ia berlari menuju balkon. Posuto akan ke rumah uji coba Pachi lewat balkon. (jadi inget adegan Song Yi n Do Min Joon hahaha)
Piami dan Bombi yang
melihat dari bawah menatap ngeri dan cemas. Ditambah lagi Posuto sempat
terpeleset tapi untungnya tidak sampai jatuh. Posuto berhasil melewati balkon rumah.
Posuto melihat Pachi
tergeletak tak sadarkan diri. Ia melihat sekeliling dan menemukan bata. Ia pun
menggunakan bata itu untuk memecahkan jendela. Kedua orang tua uji coba Pachi
terkejut melihat Posuto datang memecahkan jendela. Darah segar mengalir di
tangan Posuto.
Posuto langsung memeluk Pachi.
Ia yang cemas terus-menerus memanggil Pachi yang tak sadarkan diri. Terdengar gumaman
Pachi menyebut ibu. Posuto memeluk pachi. Orang tua uji coba Pachi hanya bisa
duduk terdiam pasrah.
Mao sampai di rumah itu. Melihat
Mao datang, Posuto menarik melindungi Pachi. Ia menatap Mao dengan tatapan
marah.
Pachi pun segera dilarikan
ke rumah sakit. Di ruang tunggu dimana ada Kanae Mizusawa, Mao dan Rokka. Kanae
(kayaknya lebih simple nyebut Kanae ya haha) tak menyangka dengan kejadian ini.
Mao berkata kalau ia sudah menegaskan pada keluarga uji coba tentang
peraturannya. Ia sudah menjelaskan semuanya.
Mao bertanya bukankah
antara dua atau tiga hari Pachi aka kembali sembuh. Kanae balik bertanya apa Mao
tidak tahu, “kita tidak tahu seberapa dalam trauma pada seorang anak tertaman
dalam ingatannya.” Mao berkata kalau Kanae mengkhawatirkan masalah itu, maka
adopsi tidak akan pernah terlaksana.
Kanae pun menceritakan
masa lalunya bahwa ketika ia masih kecil, ia melakukan segala sesuatu tanpa
mengeluh. “Berpakaian harus selalu terburu-buru, orang tuaku kuat… dia menarik
tanganku kuat sambil berkata cepatlah. Takut, sakit, selalu, karena itulah
sampai sekarang aku tak bisa percaya apapun dan pada siapapun.”
Kanae permisi pulang lebih
dulu. Rokka yang dari tadi mendengarkan, memperhatikan Kanae yang berjalan
menjauh.
Donki sampai di rumah
sakit. Ia bertanya pada Piami dan Bombi bagaimana keadaan Pachi. Bombi tak
sanggup mengatakannnya, ia malah hampir menangis. Piami yang sedih menunjukan
dimana ruangan Pachi di rawat.
Donki melihat ke dalam
ruangan dimana Pachi masih belum sadarkan diri. Di samping Pachi yang terbaring,
Posuto setia menemani.
Perlahan Pachi membuka
matanya. Posuto yang melihat Pachi sudah sadar memanggilnya. Pachi menolah, ia
mengangkat tangan akan menyentuh Posuto. Posuto menggenggam tangan Pachi.
Tangan Posuto yang terluka sudah diperban.
“Posuto.” panggil Pachi. “Kau
lama sekali. Selalu, selalu, aku memanggil-manggil Posuto.”
Dengan suara lembut Posuto
minta maaf. “Tapi aku perhatikan, kau kelihatan senang. Makanya, mungkin aku
cemburu.”
Pachi : “cemburu?”
Posuto mengangguk.
Pachi : “apa itu artinya
kau menyukaiku?”
Posuto tersenyum, ya
begitulah. Ia mengusap lembut kepala Pachi. Pachi tersenyum menatap Posuto.
Donki, Piami dan Bombi terharu melihatnya.
Donki, Piami dan Bombi terharu melihatnya.
Di Kogamo No Le, waktunya
sarapan. Piami terkejut mendengar kalau Donki menolak uji coba kemarin.
Otsubone yang ikut mendengar berseru kalau itu sangat disayangkan. Piami heran
kenapa Donki menolak, padahal ia sudah sengaja minta maaf agar Mao tidak
menyalahkannya. Bombi menebak apa itu karena Pachi, jadi Donki juga tak ingin
keluar dari panti ini.
Posuto ingin tahu alasan
kenapa Donki menolak uji coba itu, apa terjadi sesuatu. Donki tersenyum
menjawab tidak. “Ini pertama kalinya sejak aku lahir, aku pergi ke taman
bermain. Itu sangat menyenangkan. Kebahagaiaan…”
Posuto heran, kalau
bahagia dan menyenangkan kenapa menolaknya.
Piami tak mengerti apa
yang Donki katakan. Posuto tersenyum dan berkata jadi bisa dibilang bahwa
ketidakbahagiaan itu lebih menyenangkan.
Mao datang ke ruang makan.
Semuanya langsung diam. Mao menegur mereka yang selalu saja ribut ketika makan.
Ia melempar bungkusan pada Posuto. Ia memerintahkan anak-anak untuk makan cepat
dan segera mandi. Posuto membuka bungkusan itu yang ternyata isinya sampo
seperti milik Pachi.
Semuanya menatap terkejut
dan heran dengan sikap Mao. Mao tak berkata apa-apa, dia cuma ck… hahaha dan Rokka
sedikit menyunggingkan senyum. (huwaaa jackpot ga sih liat Rokka senyum)
Malamnya, Kanae mengantar Pachi
yang baru keluar dari rumah sakit ke Kogamo No Le. Sampai di depan kamar
cewek-cewek, Pachi mencium sesuatu. Ia masuk ke kamar itu.
Keempat cewek yang baru
selesai mandi senang melihat Pachi keluar dari rumah sakit. Piami langsung
pasang aksi, “aku seksi kan?” Hahaha…
Donki meminta Pachi
menebak wangi sampo apa ini.
Posuto menunjukan botol
sampo itu pada Pachi. Pachi senang sekali melihatnya. Ia segera memeluk botol
sampo itu dan menciumi aromanya. “Wangi ibu…” sahut Pachi riang.
Donki, Piami dan Bombi
membuka kedua tangan mereka berharap Pachi masuk ke pelukan mereka. Tapi Pachi
malah berhambur memeluk Posuto. Donki, Piami dan Bombi tertawa karena ketiganya
sudah bisa menebak ke siapa Pachi akan memberikan pelukannya.
Donki mengajak Piami dan Bombi
mengeringkan rambut keluar.
Posuto tersenyum memeluk Pachi.
Pachi juga merasa sangat nyaman berada di pelukan Posuto.
Posuto melepas pelukannya dan berkata bukankah Pachi pernah mengatakan dirinya jelek. Posuto mencubit pipi Pachi. Pachi berkata kalau Posuto cantik kok. Posuto dan Pachi kembali berpelukan erat.
Posuto melepas pelukannya dan berkata bukankah Pachi pernah mengatakan dirinya jelek. Posuto mencubit pipi Pachi. Pachi berkata kalau Posuto cantik kok. Posuto dan Pachi kembali berpelukan erat.
Donki, Piami dan Bombi
yang masih berada di ruangan itu ikut tersenyum senang.
Apakah kebahagiaan mereka
sampai disana? Kapankah mereka mendapatkan orang tua idaman?
Nantikan kelanjutannya di
Ashita, Mama ga Inai episode 3
hahahaha... hanyut dalam membaca....
ReplyDeletesampai lupa blm mandi.. hohoho
*rain
ya ampuun terharu bgt
ReplyDeleteni anak-anak aktingnya kereeennn bgggeeett .... :)