Ji Eun mencoba beberapa
pakaian sebelum menemui Seung Hee. Ibunya masuk dan bertanya siapa yang akan Ji
Eun temui hingga membuat Ji Eun kebingungan memilih pakaian. Ji Eun bilang ia
akan menemui seorang teman. Ibunya heran kok sampai segitunya, ia menebak apa
yang Ji Eun maksud teman itu yang membayar semua hutang Ji Eun. Ia mendengar
tentang teman Ji Eun ini dari Sena.
Ibu ingin Ji Eun meminta
bantuan pada teman Ji Eun itu untuk memberikan uang pinjaman. “Kau tahu
apartemen 1000 meter persegi kan, jika
kau bisa meminjam untuk uang mukanya.....”
“Ah ibu yang benar saja.” Ji
Eun tak setuju.
Ibu Ji Eun bilang untuk
apa punya teman kaya, bukankah seharusnya saling membantu ketika membutuhkan.
Ji Eun mengatakan dirinyaa sudah banyak berhutang pada temannya. Ia tak mau
melakukannya.
Ji Eun menemui Seung Hee
di dekat taman. Disana Seung Hee sudah menunggu.
“Chagiya...” panggil Ji Eun
tersenyum.
Seung Hee heran kenapa Ji Eun
begitu lama. Ji Eun berkata ia gugup karena merasa seperti dirinya sedang bertemu
dengan mantan pacar. Ia sangat ingin terlihat baik.
Ji Eun sudah menunggu
telepon Seung Hee, ia pikir Seung Hee ingin berbaikan lebih dulu. Seung Hee
mengaku ia juga sudah melakukan banyak kesalahan. Ia merasa tak punya hak untuk
kembali terlebih dulu. Ji Eun berkata kalau ia lah yang bersalah. Seung Hee
merasa Ji Eun pasti terluka olehnya.
Ji Eun membenarkan, ia kemudian
tersenyum dan berkata ketika ia memikirkan itu apa yang Seung Hee katakan ada
benarnya. Ia tersenyum menggoda, “bukankah kau bosan tanpa aku?” Seung Hee
tertawa, “apa aku ini anak kecil yang bisa bosan?”
Ji Eun merasa bahwa
dirinya akan mati tanpa Seung Hee. Ia sampai malas pergi ke akademi dengan ibu
lainnya. Seung Hee ingin nantinya meskipun ia melakukan sesuatu yang salah, Ji Eun
tak akan mempermasalahkannya karena itu pasti ada alasannya.
Ji Eun mengulurkan tangan
ingin berjabat tangan dengan Seung Hee sebagai tanda keduanya berbaikan. Seung Hee
menjabat tangan Ji Eun. Ji Eun tersenyum senang ia berterima kasih karena Seung
Hee menerima permintaan maafnya. Seung Hee juga mengucapkan maaf karena sudah
melakukan kesalahan. Ji Eun tersenyum imut meminta Seung Hee jangan begitu, ia
menggoyang-goyangkan tangannya yang berjabat tangan. Keduanya tersenyum.
Ji Eun mengaitkan
lengannya ke lengan Seung Hee. Tiba-tiba air mancur di taman itu keluar. Kedua
wanita ini kaget dan tertawa-tawa. Keduanya lari bersama agar tubuhnya tidak
basah.
(Sweetu banget sih, udah
kayak orang pacaran yang tadinya berantem trus baikan. Hahaha)
Keduanya berada di dalam
mobil Seung Hee. Ada sms masuk di ponsel Seung Hee. Seung Hee menebak itu
mungkin sms dari Bona karena ia memberitahu Bona untuk menjaga Geu Roo agar tak
melarikan diri lagi.
Tapi itu bukan sms dari Bona
melainkan Ji Sub.
Aku sedang dalam
perjalanan menuju rumahmu. Jika kau tak muncul aku akan menerobos masuk.
Seung Hee terkejut membaca
sms dari Ji Sub, “apa dia ini gila?” Umpatnya. Ji Eun heran siapa yang Seung Hee
maksud gila. Seung Hee tak mengatakan apapun, ia bergegas.
Ji Sub benar-benar dalam
perjalanan menuju apartemen Seung Hee.
Sekolah usai, anak-anak
berhambur keluar. Geu Roo, Bona, Min Joo dan Han Se keluar bersama. Ji Eun
datang untuk menjemput Geu Roo dan Bona.
Ibu Min Joo yang sedang
bicara di telepon dikejutkan dengan pengendara motor ngebut yang baru saja
melintas di sampingnya. Ia ngomel-ngomel, “bagaimana bisa kau mengendarai motor
dengan begitu ceroboh ditempat yang banyak anak-anak begini?”
Tapi omelannya terhenti
ketika melihat siapa yang turun dari motor itu. Seorang pemuda tampan yang tak
lain adalah Ji Sub. Ibu Min Joo terpesona melihatnya. Omelannya berubah menjadi
ucapan kekaguman, “bagaimana bisa seorang pria begitu tinggi dan tampan? Dia
itu model apa artis? Aku harus mengambil fotonya.”
Ibu Min Joo sembunyi
dibalik pohon untuk mengambil foto Ji Sub menggunakan kamera di ponselnya. “Lihatlah
karya seni yang indah itu. Aku tak tau kau siapa, tapi malam ini fotomu akan
menghibur hatiku.”
Ji Sub tampak menghubungi
seseorang, hmm pasti Seung Hee ya.
Ketika sedang asyik
memotret pemuda tampan, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di samping pemuda
itu. Seung Hee keluar dari dalam mobil dan menarik Ji Sub agar menjauh dari
tempat itu. Ji Sub menolak tapi Seung Hee tetap menariknya menjauh dari tempat
ini. Ibu Min Joo yang sedang memotret terkejut melihat apa yang dipotret dan
dilihatnya, ibu Geu Roo.
Ibu Han Se terkejut
melihat ibu Min Joo sembunyi dibalik pohon, ia yang heran menanyakan apa yang
ibu Min Joo lakukan dibalik pohon.
Ji Eun mengajak anak-anak
makan di kafe. Ia mengajak Min Joo dan Han Se juga. Ji Eun sepertinya
menjanjikan pada Min Joo dan Han Se akan mengajak kedua anak itu ke rumah Geu Roo.
Min Joo senang sekali, tapi tidak bagi Han Se. Min Joo heran kalau tidak mau
ikut kenapa Han Se ikut datang kesini. Han Se yang sedang bermain game di
ponsel bilang Ji Eun ingin ia datang jadi ia terpaksa datang, hahaha. Min Joo
menilai itu alasan yang terlalu dibuat-buat.
Han Se menilai Geu Roo
sungguh beruntung, “jika kau bertengkar dengan ibumu disini kau bisa melarikan
diri ke Kanada, ke tempat ayahmu.”
Geu Roo menahan kesal
karena masalah ini sampai diketahui oleh Han Se. Bona juga menatap sebal ke
arah Min Joo karena pasti Min Joo yang menceritakannya pada Han Se. Min Joo jadi
tak enak hati, ia mencubit Han Se, bukankah ia sudah bilang kalau itu rahasia.
Ji Eun membawakan pesanan
makanan untuk anak-anak. Wah kentang goreng. Ji Eun memberikan kentang goreng
untuk Geu Roo tapi Geu Roo bilang ia tak makan kentang goreng. Ji Eun tanya
kenapa. Han Se menebak apa Geu Roo ini pemilih makanan. Geu Roo bilang itu
hanya karena ia tak menyukai kentang goreng saja.
Min Joo menyahut kalau
ibunya pasti akan membunuhnya jika ia mengeluh tentang makanan. Ia tanya apa
ibu Geu Roo membiarkan Geu Roo pilih-pilih makanan. Geu Roo membenarkan. Min Joo
kagum dan menilai ibu Geu Roo yang terbaik.
Ji Eun memberi tahu kalau
kentang goreng disini sangat enak jadi coba saja dulu, ucapnya sambil menyodorkan
kentang goreng.
“Sudah kubilang tidak mau,”
ucap Geu Roo dengan nada tinggi sambil menampik kentang goreng yang ada di
tangan Ji Eun.
Ji Eun terkejut melihat
kemarahan Geu Roo. Ia pun minta maaf , kalau memang Geu Roo tak mau memakannya,
ya tidak apa-apa.
Geu Roo permisi akan
pulang lebih dulu tapi Ji Eun mengatakan kalau ibu Geu Roo ingin ia menjaga Geu
Roo sebentar karena ibu Geu Roo sedang ada urusan. Ia menawarkan apa Geu Roo
ingin ia membelikan sesuatu yang lain untuk Geu Roo. Geu Roo tak menjawab, ia
permisi.
Han Se tak menyangka,
menurutnya Geu Roo tidak memiliki sopan santun sama sekali.
Bona kesal kenapa ibunya
memaksa Geu Roo untuk memakan sesuatu yang tidak Geu Roo suka. Ji Eun juga
sedikit menyesal.
Langkah Geu Roo terhenti
sebelum ia keluar dari kafe. Ia melihat seorang pelayan akan membuang sisa-sisa
kentang goreng dari pelanggan yang tidak habis dimakan. Ia sedih melihat
makanan sisa itu dibuang dan ia pun teringat akan masa kecilnya.
Flashback
Di Kanada, ketika Geu Roo
masih kecil, ia selalu ikut jika ibunya bekerja. Saat itu ibunya bekerja disebuah
kafe. Ia duduk sendiri sementara ibunya melayani pelanggan. Saat itu hidup
keduanya sungguh susah. Ketika melihat masih ada sisa kentang goreng, Seung Hee
memberikan itu pada Geu Roo. Ia tahu betul putra kecilnya ini lapar jadi ia
minta Geu Roo memakan itu saja dulu. Geu Roo memakannya.
Tapi apa yang Seung Hee
lakukan ini diketahui boss-nya, Julia. Julia memarahi Seung Hee karena sudah
membuat pelanggan lain jijik dengan memberikan makanan sisa ke anak Seung Hee.
Seung Hee minta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya.
Julia yang mengkritik
kerja Seung Hee berkata bukankah ia sudah berbaik hati membiarkan Seung Hee bekerja
sambil membawa anak tapi sesuatu yang seperti ini tak bisa dilanjutkan. Seung Hee
harus pilih, meninggalkan anak di rumah atau berhenti bekerja. Itu sebabnya ia
tak ingin mempekerjakan orang asia.
Geu Roo tak terima ibunya
dimarahi begitu. Ia pun melempar sisa kentang goreng ke tubuh Julia. “Jangan
mengatakan hal-hal buruk pada ibuku. Dia bukan orang asia yang buruk. Minta
maaf padanya.”
Seung Hee terkejut dengan
apa yang dilakukan Geu Roo. Ia memeluk putranya agar tak mengatakan yang tidak-tidak
lagi. Seung Hee pun dipecat.
Flashback end
Geu Roo sampai di rumah,
ia masuk ke kamar ibunya.
Seung Hee marah karena Ji Sub
datang ke lingkungan tempat tinggalnya, bagaimana Ji Sub tahu ia tinggal
disini. Ji Sub berkata Seung Hee sudah membuat pria normal seperti dirinya
terlihat seperti seorang penguntit, apa Seung Hee tidak ingat, dihari Seung Hee
dibawa ke UGD ia yang mengantar Seung Hee pulang. Seung Hee tak mau Ji Sub
jangan datang ke rumahnya lagi.
Ji Sub tanya kenapa Seung Hee
tak menepati janji pergi dengannya. Seung Hee balik bertanya apa Ji Sub pikir
ia punya waktu untuk pergi makan dengan Ji Sub. Ji Sub bilang ia tak pernah
mengatakan kalau ia akan pergi dengan Seung Hee untuk makan bersama, apa Seung Hee
pikir ia hanya ingin makan bersama Seung Hee.
Ji Sub : “Obat itu... obat
yang kau minum, itu adalah pereda nyeri yang cukup kuat untuk mematikan indera
perasa.”
Seung Hee : “apa kau
sedang menyelidiki aku?”
Ji Sub membenarkan dan
mengku kalau ayahnya Presdir perusahaan yang tengah bekerja sama dengan Seung
Hee. “Orang yang diandalkan oleh ayahku sedang sakit. Haruskah aku menutup
mata? Ini akan menjadi kerumitan bagiku jika kesepakatan dengan perusahaannya
jatuh. Kau sakit dan kau menempatkanku dalam posisi yang buruk. Saat kau sakit,
menolak pengobatan dengan meminum obat penghilang rasa sakit hanya membuat semuanya
lebih buruk.” Ia sudah bertanya pada seorang teman di rumah sakit untuk mengatur
janji pengobatan Seung Hee, tapi apa ini?
Seung Hee minta maaf,
tapi... Ji Sub tak mau mendengar alasan Seung Hee, ia akan mengatur janji lagi
dengan dokter lain kali. Kalau Seung Hee mengatakan namanya pada temannya
mereka akan merawat Seung Hee.
Tapi Seung Hee menolak, “Aku
bukan seseorang yang perlu pergi ke rumah sakit.” Ji Sub menahan kesal, apa itu
harus menjadi sebuah alasan bagi Seung Hee. Seung Hee bilang itu bukan alasan
karena pengobatan teknologi modern sudah tak ada pilihan lagi untuk
pengobatannya, alias percuma.
Ji Sub penasaran, penyakit
seperti apa yang diderita Seung Hee. Seung Hee bilang itu penyakit yang sangat
umum, Ji Sub pasti sudah sering mendengarnya, itu adalah kanker rahim stadium
akhir. Hidupnya tersisa hanya 6 bulan lagi. Ji Sub terdiam terkejut, ia tak
bisa berkata-kata.
Seung Hee tak punya banyak
waktu yang tersisa, masih banyak hal yang harus ia lakukan. Jadi, jika tak bisa
menghubunginya terlalu sulit bagi Ji Sub...
Ji Sub menyela bertanya
kenapa Seung Hee memberitahukan padanya akan hal ini, “Bagaimana bisa kau
mengatakan seperti itu, seperti sesuatu yang bukan masalah besar bahkan tanpa
memita ijiiku terlebih dulu.”
Seung Hee bilang ia dan Ji
Sub tak memiliki hubungan, karena menurutnya rahasia yang sebenarnya itu sangat
mudah diungkapkan pada orang asing. Orang yang dicintai mungkin akan membenci
atau mengalami waktu yang sulit untuk berurusan dengan hal itu. Ia minta maaf
tapi bagaimana pun ia berharap Ji Sub bertanggung jawab menjaga rahasia ini,
berpura-pura tak tahu tentang penyakitnya.
Seung Hee akan pergi namun
Ji Sub menahan tangannya. Seung Hee meminta Ji Sub jangan merasa terbebani, Ji Sub
bisa memperlakukannya seperti yang Ji Sub lakukan padanya selama ini. Seung Hee
melepas tangan Ji Sub dan berlalu dari sana.
Seung Hee masuk ke rumah
dn memanggil putranya, namun tak ada sahutan dari Geu Soo. Ia masuk ke kamar
putranya namun Geu Roo tak ada disana. Ia mendengar suara musik.
Seung Hee masuk ke
kamarnya, ia melihat Geu Roo tidur di tempat tidurnya. Ia mematikan musik yang
berasal dari ponsel Geu Roo.
Seung Hee mengusap kepala
putranya pelan. Ia memandang putranya yang terlelap. Matanya berkaca-kaca, “Jangan
khawatir, jangan khawatir akan apapun. Semuanya akan baik-baik saja Geu Roo. Kau
memiliki ibu.” Air mata Seung Hee mengalir.
Air mata Geu Roo menetes
dari sudut matanya ketika ia tidur. Seung Hee yang melihat itu mengusap air
mata putranya.
Tiba-tiba tangan kiri yang
ia gunakan untuk mengusap air mata Geu Roo gemetaran. Ia terkejut, ia tak bisa
menunjukan kondisi tubuhnya yang seperti ini di depan Geu Roo. Ia menggenggam
tangannya yang gemetaran. Seung Hee menahan tangis dan teringat ucapan dokter
padanya.
“Seiring waktu berlalu,
kau akan mengalami tangan yang gemetaran dan suhu badan yang sangat rendah.
Jadi kau akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-harimu. Itu mungkin
akan membuatmu tak akan bisa melukis lagi.”
Geu Roo terbangun dan
melihat Seung Hee duduk di samping dirinya tidur, “Mom...” panggil Geu Roo
lirih.
Seung Hee menyahut namun
tak memandang Geu Roo. Ia tak mau Geu Roo melihatnya dalam keadaan begini. “Ada
apa?”
Geu Roo mengatakan ia
bermimpi buruk. Seung Hee berkata itu mungkin karena Geu Roo kelelahan. Geu Roo
ingin ia bersama ibunya di kamar ini walaupun sebentar. Seung Hee menangis tak
bersuara, sebisa mungkin ia tak memperlihatkan tangisnya di depan Geu Roo. Ia
mengatakan kalau dirinya ingin beristirahat jadi Geu Roo lebih baik kembali ke
kamar sendiri.
Penolakan ini jelas
membuat Geu Roo kecewa. Ia keluar dari kamar ibunya dengan perasaan marah
campur kecewa. Padahal dirinya sangat membutuhkan perlindungan dan belaian
ibunya. Seung Hee hanya bisa menangis sambil memegangi tangannya yang
gemetaran. Ia tak bermaksud mengabaikan putranya.
Geu Roo yang marah dan
kecewa akan membanting mainan motornya. Namun ia teringat itu adalah mainan
motor pemberian ibunya ketika ia masih kecil. Saat menerima hadiah itu ia
sangat bahagia sekali. Geu Roo tak membantingnya, ia hanya bisa menangis.
Ibu Han Se menunjukan pada
Sena foto Seung Hee yang menarik tangan Ji Sub. Ia berkata bukankah Seung Hee
ini orang yang menarik. Sena merasa ibu Han Se harus memberi tahu Ji Eun agar
berhati-hati terhadap seung hee, karena bisa saja Ji Eun terluka. Ibu Han Se
bilang itu sebabnya ia menunjukan foto ini pada Sena karena ibunya Bona itu
sudah dibodohi oleh Seung Hee.
Sena menebak sepertinya Seung
Hee sudah membantu Ji Eun secara finansial. Seung Hee meminjamkan begitu banyak
uang pada Ji Eun tanpa meminta imbalan apapun.
Ponsel Sena berdering
telepon dari anaknya, Hyun Soo. Ia terkejut mendengar sesuatu dari Hyun Soo.
Hyun Soo yang berada di
dapur bersama ayah dan neneknya menangis. Ia yang dipeluk ayahnya mengatakan
kalau ia takut karena neneknya sudah menyebabkan kebakaran. Neneknya bilang
tdak, Hyun Soo ini sama saja seperti ibu Hyun Soo. Ia bertanya pada Young Jin
dimana Sena. Young Jin berkata kalau Sena sedang ada janji, jadi akan pulang
sedikit terlambat.
Ibu kesal Sena seharusnya
memberi tahu kalau sudah mempekerjaakan seorang pengurus rumah tangga, “dia (Pengurus
rumah tangga) hampir membakar rumah dengan mengukus cucian.” tuduh ibu.
“Dia tidak mempekerjakan
pengurus rumah tangga.” ucap Young Jin khawatir dengan kondisi ibunya.
Ibu terkejut dan menilai Sena
sudah melempar tanggung jawab. Jika bukan pembantu rumah tangga, siapa yang
mengukus pakaian, apa itu pencuri atau hantu. Hyun Soo menyahut kalau neneknya-lah
yang melakukan itu, ia melihat sendiri. Ibu menyangkal ia tak melakukannya.
Young Jin tampak khawatir dengan kesehatan ibunya.
Tae Joo berdiri di depan
rumah Seung Hee. Ia mengambil ponselnya akan menghubungi Seung Hee. Namun tepat
saat itu Ji Eun, Bona dan Geu Roo keluar dari rumah itu. Bona mamanggil
ayahnya, Tae Joo terkejut dan tak jadi menelepon. Ia heran bagaimana istrinya
bisa ada disini. Ji Eun juga balik bertanya kenapa suaminya ada disini.
Tae Joo mengatakan ia
sudah menelepon ke rumah tapi tak ada yang menjawab, jadi ia menebak
kemungkinan Ji Eun dan Bona ada di rumah Geu Roo, ternyata tebakannya benar.
(hueeeee bo’ong hahaha) Ji Eun tanya bagaimana Tae Joo tahu kalau ia sudah
berbaikan dengan ibunya Geu Roo. Tae Joo bilang kalau wanita selalu begitu,
berbaikan dan bertengkar, berdebat dan berbaikan.
Tae Joo heran melihat Geu Roo
ikut keluar, Geu Roo mau kemana. Bona menjawab Geu Roo akan menginap di rumah
mereka. Tae Joo tambah heran kenapa begitu. Ji Eun memberi tahu kalau malam ini
ibu Geu Roo sibuk, jadi Geu Roo akan tidur di rumahnya dan pergi dari sekolah dari
rumahnya.
Tae Joo tanya apa ibunya Geu
Roo sekarang tak ada di rumah. Ji Eun menjawab ada, tapi sebentar lagi Seung Hee
akan pergi. Ia senang suaminya datang jadi mereka bisa pulang bersama.
Seung Hee menerima sms
dari Tae Joo.
Aku minta maaf atas apa
yang terjadi hari itu. Aku bingung dan hanya memikirkan hal itu dari sudut
pandangku. Tolong jangan beritahu ibunya Bona. Aku mengandalkanmu.
Tae Joo mengatakan pada Ji
Eun ketidaksetujuannya akan Geu Roo yang berteman dengan Bona. Menurutnya Geu Roo
itu tak punya sopan santun, ia tahu mungkin itu karena anak itu tinggal di luar
negeri. Ia tak menyukainya. Ia harap Ji Eun memberi tahu Bona agar tidak
terlalu akrab dengan Geu Roo. (yah biar hubungan masa lalunya dengan Seung Hee
ga ketahuan istrinya gitu) Ji Eun heran kenapa Tae Joo tiba-tiba ikut campur
dengan kehidupannya dan Bona.
Tae Joo mengajak Ji Eun
sebaiknya pindah rumah saja. Ia beralasan dirinya bosan tinggal di lingkungan
ini. Ji Eun tanya kalau pindah bagaimana dengan sekolah Bona. Tae Joo bilang Bona
bisa pindah sekolah juga. Ji Eun tidak mau. Tae Joo merasa jarak dari rumah ke
tempat kerjanya terlalu jauh dan itu membuatnya seperti membuang-buang waktu.
Ji Eun bilang itu tidak terlalu buruk karena jarak rumah ke kantor paling 20
sampai 30 menit. Mereka tak bisa pindah begitu saja karena harga rumah sekarang
mahal. Walaupun mendapatkan kembali yang muka apartemen, itu tak akan cukup
untuk memiliki tempat tinggal baru.
Ada sms masuk di ponsel Tae
Joo. Ketika Tae Joo akan membukanya Ji Eun merebut ponselnya. Tae Joo kesal apa
yang istrinya lakukan. Ji Eun mengingatkan bukankah ia sedang mengawasi Tae Joo.
Ji Eun terkejut membaca
sms itu. Tae Joo tanya sms dari siapa. Ji Eun menjawab dengan nada sinis bahwa
ini sms dari Asisten Manajer Lee. Ia pun menunjukan sms itu pada suaminya.
Sunbae, aku mabuk. Aku
ingin bicara dneganmu.
Tae Joo tahu pasti siapa
itu, itu Kang Rae Yeon. Ia akan mengambil ponselnya. Tap Ji Eun yang juga tahu
siapa yang mengirim sms bertanya pada Tae Joo, apa suaminya ingin pindah rumah
karena wanita ini, “apa kau ingin mempersingkat jam kerjamu untuk menemui dia?”
Tae Joo jelas menolak
tuduhan itu, memangnya berapa lama lagi Ji Eun akan curiga terus seperti ini. Ji
Eun meninggikan suara kalau Tae Joo lah yang membuatnya seperti ini.
Tae Joo : “apa kau tak
mempercayaiku?”
Ji Eun : “Kau harus
membuatku percaya. Kau harus bersikap agar aku mempercayaimu.”
Ji Eun menyuruh Tae Joo
menghubungi Rae Yeon sekarang dan biarkan ia bicara dengan wanita itu. Tae Joo meminta
istrinya menghentikan kecurigaan ini. Ia mengambil ponselnya dan keluar kamar.
Ji Eun menyusulnya.
Kang Rae Yeon berada di
dalam mobil tersenyum puas. Ia menilai ini menyenangkan.
Ji Eun tanya Tae Joo mau
kemana. Tae Joo mengatakan ia akan pergi ke sauna. Ji Eun yang tak ingin
suaminya macam-macam diluar meminta suaminya mengajak Geu Roo juga jika benar-benar
ingin pergi ke sauna. Walaupun heran, Geu Roo pun nurut aja sih disuruh ikut ke
sauna karena memang ia belum pernah ke sauna Korea.
Di tempat sauna, Tae Joo
menggetok kepala Geu Roo dengan telur. Geu Roo jelas saja mengaduh kesakitan. Tae
Joo memberi tahu beginilah cara mengupas telur. Ia pun memberikan sebutir telur
pada Geu Roo dan meminta anak itu mencoba mengupas telur seperti yang ia
lakukan.
Tae Joo mempersilakan Geu
Roo mengupas telur dengan menggetokan telur ke kepalanya. Plok... Tae Joo
mengaduh, karena apa yang Geu Roo lakukan itu terlalu keras. Geu Roo terkesan
karena kulit telur lepas dengan mudah.
Tae Joo tanya apa Geu Roo
tak merindukan ayah Geu Roo. Geu Roo tak yakin ia merindukan ayahnya atau
tidak. Tae Joo menyuruh Geu Roo menghubungi ayah Geu Roo dan katakan bahwa Geu Roo
ingin kembali ke Kanada. Dari yang ia lihat Geu Roo sepertinya mengalami waktu
yang sulit disini dengan ibu Geu Roo. Geu Roo diam saja, ia bermain game di
ponselnya.
Tae Joo ingin melihat
wajah ayah Geu Roo, Geu Roo pasti punya fotonya di ponsel. Geu Roo bilang tidak
ada. Tae Joo tak percaya, ia memaksa akan melihat. Geu Roo kesal bukanlah ia
sudah bilang ia tak punya foto ayahnya.
Geu Roo yang kesal duduk
di tepi kolam air hangat. Tae Joo mengikutinya, ia tanya apa ayah Geu Roo tidak
bepergian dengan Geu Roo. Geu Roo tak menjawab ia menahan kesal karena terus-terusan
ditanyai tentang ayahnya yang tentu saja tak bisa ia jawab.
Geu Roo melepas bajunya
dan nyemplung ke kolam air hangat. Tae Joo juga melakukan hal yang sama. Lucu gerakan
keduanya sama haha.
Geu Roo heran kenapa Tae Joo
begitu tertarik ingin tahu tentang ayahnya. Tae Joo bilang ia sama sekali tidak
tertarik, “aku hanya berpikir ayahmu tidak mendidikmu dengan baik. Seorang pria
seharusnya tidak melukai perasaan wanita, tidak peduli siapapun dia. Khususnya ibumu.”
Geu Roo tanya apa Tae Joo
ini mengenal ibunya. Tae Joo menjawab tidak juga, tapi ia bisa membaca orang-orang
dalam sekejap, “Ibumu terlihat sangat kuat tapi sebenarnya cukup lemah. Dia
juga terlihat menyedihkan. Kau tidak punya kakek dari ibumu, kan? Kau tidak punya
keluarga dari pihak ibumu sama sekali. Tak bisakah kau bayangkan betapa ibumu
itu mencintaimu? Tapi kau tidak mengakui kasih sayangnya. Sebaliknya kau malah
melukainya.”
Geu Roo kesal karena Tae Joo
sudah salah menilai, “Aku tidak punya nenek, kekek dari ibu ataupun kerabat
lainnya, tapi kau salah tenang yang lainnya.”
Tae Joo : “Dimana salahku?
Aku sudah mendengar semuanya tentang ibumu, karena dia dan istriku berteman.”
Geu Roo : “Mereka tidak
berteman. Ibuku selalu baik seperti itu pada orang-orang yang mengurusku, itu
karena dia tak bisa menjagaku dnegan baik. Dia juga memberikan mereka bayaran
yang banyak.”
Tae Joo terkejut, “bayaran?”
Geu Roo :”Semakin ibu
membayar mereka, semakin sedikit ibu harus terbebani olehku.”
Tae Joo : “Apa ibumu
membayar istriku untuk mengurusmu?”
Geu Roo : “Ibuku bahkan
membelikannya mobil.”
Tae Joo tentu saja kaget, ternyata
Ji Eun menerima mobil dari Seung Hee.
Ketika sedang bersih-bersih
Ji Eun terkejut melihat disalah satu dinding ada brankas. Brankas itu tak
terkunci, Ji Eun membukanya. Ada map besar disana, Ji Eun melihat isinya. Ia terkejut
dan tersenyum begitu melihat foto Seung Hee bersama Geu Roo kecil.
Geu Roo dan Bona masuk ke
ruangan dimana Ji Eun bersih bersih. Ji Eun yang kaget segera mengembalikan
foto itu ke tempat semula. Ia juga menutup kembali brankasnya. Geu Roo heran
apa yang Ji Eun lakukan. Ji Eun bilang ia sedang bersih-bersih.
Bona mengatakan pada
ibunya kalau Geu Roo membutuhkan buku etika, tapi di sekolah bukunya sudah
terjual habis. Ji Eun mengerti ia akan membelikan buku itu untuk Geu Roo di
toko buku.
Ketika tengah melukis Seung
Hee menerima panggilan telepon dari Tae Joo namun ia tak menjawabnya. Tae Joo
pun mengirim sms padanya.
Mari kita bicara. Aku akan
menunggu sampai kau datang.
Seung Hee pun menemui Tae Joo
disebuah kafe. Ia tanya apa yang terjadi kenapa Tae Joo menginginkan dirinya
menemui Tae Joo. Belum juga Tae Joo mengatakannya, ponsel Seung Hee berdering,
telepon dari Ji Eun.
Ji Eun mengira Seung Hee
sedang sibuk ia pun meninggalkan pesan. “Kenapa kau tak menjawab teleponmu? Aku
sedang keluar membeli buku pelajaran untuk Geu Roo. Geu Roo sendirian di rumah,
jadi pulanglah sesegara mungkin. Hubungi aku lagi.”
Seung Hee merasa tak
nyaman bertemu Tae Joo seperti ini. Makanya ia datang untuk memberi tahu Tae Joo,
“aku tak ingin melakukan apapun untuk melukai ibunya Bona...”
“Kau...” sela Tae Joo. “Apa
kau ingin menghancurkan aku? Dendam yang kau miliki terhadapku, apa rasanya
melegakan bisa membuat istriku menjadi seorang pesuruh?”
Seung Hee menatap tak
mengerti apa maksud perkataan Tae Joo.
Tae Joo : “Karena aku
meninggalkanmu untuk seorang wanita yang memiliki kasta lebih tinggi, apakau
puas melihat dimana aku gagal?”
Seung Hee : “Apa ibu Bona
memberitahumu?”
Tae Joo : “Anakmu yang memberitahuku,
anakmu.”
“Namanya Geu Roo,” Seung Hee
meminta Tae Joo menggunakan nama itu. Tae Joo marah itu tak penting menyebut
nama Geu Roo atau tidak. Tapi bagi Seung Hee ini sangat penting.
Tae Joo mengerti, ia pun
mengatakan Geu Roo yang memberitahunya. “Dia memberitahuku bahwa istriku
menerima uang dan mobil darimu sebagai pengganti mengurus Geu Roo. Apa itu
menyenangkan?”
Seung Hee : “Apa hanya itu
yang bisa kau katakan?”
Tae Joo : “Wanita yang
kutinggalkan tiba-tiba muncul kembali di lingkungan tempat tinggalku. Secara kebetulan
dengan tiba-tiba dia adalah sahabat istriku. Persisnya, apa yang seharusnya aku
pikirkan? Jika balas dendam adalah tujuanmu, maka kau berhasil.”
Ji Eun yang kehausan masuk
ke kafe dimana Seung Hee dan Tae Joo berada. Ia membeli es kopi.
Seung Hee sama sekali tak menyalahkan
atau memiliki dendam pada Tae Joo. Ia tak akan pernah membelenggu dirinya
dengan melakukan itu. Ia bahkan sudah terlalu sibuk daripada memikirkan balas
dendam. Jika semua ini sudah direncanakan, seperti yang Tae Joo duga tidakkah
menurut Tae Joo pasti akan ada alasan dibalik itu, kenapa sampai ia harus melakukan
itu, pasti ada alasannya.
Tae Joo mencibir, “Kau
hanya ingin memamerkan gaya hidupmu yang kaya.” Seung Hee bertanya haruskah ia benar-benar
menunjukan itu pada Tae Joo, bagaimana ia telah hidup dan bagaimana ia hidup
sekarang, haruskah ia menujukan semuanya.
Ji Eun pun melihat
suaminya ada di kafe itu. Ia terkejut suaminya bersama seorang wanita. Ia
menebak suaminya ini bersama Kang Rae Yeon. Ia benar-benar marah dan akan melabrak
mereka. Namun ia malah menabrak seorang pelayan yang membawakan pesanan.
Tae Joo terkejut melihat istrinya
ada disana. Ji Eun marah sekali, “kau bilang kau sudah mengakhirinya, kau
bilang kau tak ada hubungan spesial dengannya. Kau memberitahuku untuk
mempercayaimu.”
Seung Hee juga terkejut
melihat Ji Eun. “Tunggu sebentar!” sela Seung Hee terbata-bata.
Ji Eun menoleh ke arah Seung
Hee, ia terkejut wanita yang bersama suaminya ini bukan Kang Rae Yeon melainkan
Seung Hee. “Kenapa kalian berdua disini bersama-sama?”
Apa yang akan Seung Hee dan Tae Joo jelaskan pada Ji Eun?
Bersambung ke episode 8
Iiih seru...
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya mbk
Yay Anis, akhirnya.. Muncul lagi si ganteng geu roo :)
ReplyDeleteGomawo
Eh ita baru tahu kalo drama ini 20-an episode.. Tp may queen aj 30-an episode, Anis selesai nyinopnya;)
Semangat terus ya nis..
Btw, ternyata mr. Back itu romcom ya..
Ita
Bagus cerita nya
ReplyDelete