Ha Soo dan Woo Young sudah
sampai di rumah. Woo Young membantu memijit punggung Ha Soo. Ibu Ha Soo heran
apa yang sebenarnya terjadi hari ini sampai Ha Soo pulang dalam keadaan seperti
ini.
Woo Young akan memberi
tahu bahwa ada orang tua di Silver house tapi Ha Soo menyela bertanya pada
ibunya, apa seperti itu yang terjadi ketika seseorang menjadi tua. Ibu tak
mengerti apa maksud perkatan Ha Soo.
Sambil mengoles luka di
jarinya menggunakan antiseptik Ha Soo mengatakan hari ini ia bertemu seorang
kakek yang emosian dan keras kepala. “Ketika seseorang menjadi lebih tua
bukankah seharusnya mereka menjadi lebih murah hati, baik, serius dan
bermartabat sesuai dengan usianya?”
Ibu menilai itu lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan. Ketika seseorang terluka oleh orang-orang
dan hidup dengan luka hati, seseorang akan tumbuh seperti itu tanpa
disadarinya.
Myung Soo, adik laki-laki Ha
Woo sampai di rumah membawa ayam goreng. Mereka pun langsung memakannya
bersama-sama.
Lain halnya dengan Presdir
Choi Go Bong. Ia makan sendirian.
Ketika akan tidur, matanya
tak bisa terpejam. Pikirannya terus tertuju pada wanita muda yang ditemuinya
tadi, Eun Ha Soo. Ia memejamkan mata dan bayangan Ha Soo muncul di kepalanya.
Tiba-tiba ada kelopak
mawar merah berjatuhan di tempat tidurnya. Semakin lama semakin banyak. Apa
ini? apa hatinya mulai tersentuh pada wanita muda itu?
Matanya terbuka ketika
teringat sebutan Ha Soo bahwa ia ini pria tua yang jahat. (kelopak bunganya ga
ada hehehe) Presdir Choi bangun untuk mengambil kacamata dan permen mint pemberian
Ha Soo yang ia simpan di laci. Ia memakai kacamatanya yang rusak itu dan
perlahan membuka bungkusan permen.
Tidak tidak ia menyimpan
lagi kacamata dan permen itu ke tempat semula. “Ini tidak masuk akal.” gumamnya
berusaha menyangkal apa yang dirasakannya.
Keesokan harinya, Ha Soo
yang masih tidur terbangun karena dering ponselnya. Ia terkejut begitu
mendengar apa yang dikatakan seseorang diseberang telepon sana. Ia senang
sekali mengucapkan terima kasih dan membangunkan Woo Young yang tidur di
sampingnya.
Woo Young yang masih
ngantuk bertanya ada apa. Ha Soo mengatakan kalau ia mendapatkan pekerjaan itu.
Ponsel Woo Young juga bunyi. Ternyata bukan hanya Ha Soo yang mendapatkan
pekerjaan, Woo Young juga mendapatkan pekerjaan magang di Hotel Daehan.
Kedua wanita ini berteriak
kegirangan karena sudah mendapatkan pekerjaan yang baik, keduanya tak harus
melakukan pekerjaan part time lagi. Keduanya berjanji ketika mendapatkan gaji
pertama akan makan ayam utuh. Saking senangnya dua wanita ini jejogetan
hahahaha.
Ha Soo dan Woo Young
sampai di Hotel Daehan, keduanya bertemu Kang Gi Chan. Gi Chan mengucapkan
selamat pada Ha Soo karena diterima bekerja disini.
Tak jauh dari sana lewat
rombongan Presdir Choi Go Bong. Presdir Choi terkejut melihat Ha Soo ada
disana, ia berpikir apa ia salah lihat, ia tak bisa melihat Ha Soo dengan jelas
karena tertutup spanduk. Gi Chan mengantar dua wanita tadi.
Presdir Choi murka karena
tak menemukan dimana keberadaan putranya. Setiap kamar ia buka supaya menemukan
Choi Dae Han. Jika pintu kamar terkunci ia tak segan-segan mendobraknya. Ia
berteriak bertanya pada Sekretaris Sung di ruangan mana Dae Han berada bukankah
ia sudah berpesan agar Dae Han tetap diam, jangan keluyuran kemana-mana, apa
yang dilakukan putranya sekarang.
Sekretaris Sung meminta Presdir
Choi tenang tapi ia malah kena bentak. Sekretaris Sung tentu saja tak tahu
dimana Dae Han berada. Ia harap Presdir Choi memikirkan citra hotel, jika Presdir
berbuat seperti ini nama baik hotel akan jadi buruk. Tapi Presdir sepertinya
tak peduli.
Sekretaris Sung pun
menghubungi Hong Ji Yoon, “Sekretaris Hong kau dimana?” Ji Yoon mengatakan saat
ini ia sedang melatih pegawai magang. Sekretaris Sung berkata sekarang bukan waktunya melakukan itu, kita
dalam keadaan darurat. Ji Yoon mengerti, ia pun menugaskan hal pertama pada
pegawai magang untuk memeriksa barang di setiap kamar setelah itu kembali ke
kantor.
Hong Ji Yoon berusaha
menghubungi Dae Han. Saat ini Dae Han masih tidur disalah satu kamar hotel. Ketika Dae Han menjawab panggilan
teleponnya, Ji Yoon menanyakan di kamar berapa Dae Han tidur. Masih sambil
merem Dae Han balik bertanya kenapa, apa Ji Yoon akan datang. Ji Yoon
mengingatkan sekarang bukan waktunya bermain-main, “apa kau tahu sekarang ini
waktunya apa? Ini adalah waktunya check out. Ini sudah lewat waktunya untukmu
datang masuk kerja. Ayahmu sedang mencarimu sekarang.”
Dae Han melihat jam di
ponselnya dan terkejut melihat hari sudah siang. Ia pun tergesa-gesa mengenakan
pakaiannya
Dae Han keluar dari kamar
hotel dalam keadaan masih urakan. Ketika ia melewati sebuah lorong ia terkejut
melihat ayahnya bersama Sekretaris Sung memeriksa setiap kamar mencarinya. Ia
pun bersembunyi.
Supaya tak ketahuan Dae Han
sembunyi disalah satu kamar. Di kamar itu ada seorang pegawai magang baru yang
tengah merapikan barang-barang. Pegawai magang itu Eun Ha Soo. Ha Soo terkejut
melihat ada orang lain masuk ke kamar itu. Ha Soo akan bertanya tapi Dae Han
memberi kode agar Ha Soo diam.
Dae Han mencoba mengintip
ke luar. Ia mendengar ayahnya menyuruh Sekretaris Sung untuk mencari tahu kamar
mana saja yang masih terkunci. Sekretaris Sung memohon Presdir berhenti
melakukan tindakan ini. Presdir Choi tak peduli dengan yang lain, ia hanya
menyuruh putranya itu tepat waktu untuk bekerja. Lihat saja apa yang akan ia
lakukan ketika ia menangkap putranya itu. Mendnegar hal tersebut Dae Han
langsung menutup pintu. Ia cemas sekali.
Dae Han mencari tempat
sembunyi di kamar itu. Ia masuk ke kamar mandi dan keluar lagi, bingung
sembunyi dimana. Ha Soo heran melihat orang yang kebingungan itu.
Sebagai pegawai magang
baru ia pun berusaha bersikap sebaik mungkin, “ada yang bisa saya bantu?” ucap Ha
Soo.
Dae Han seperti
mendapatkan ide. Ia menarik Ha Soo ke tempat tidur. Ha Soo tak mengerti apa
yang diinginkan pemuda di depannya ini. Tanpa mengucapkan apapun Dae Han
langsung membuka kancing baju dan melepaskannya.
Ha Soo jelas saja kaget
orang itu akan berbuat yang tidak-tidak terhadapnya, ia berteriak, “Eommaaaaaa....”
Dae Han menjatuhkan Ha Soo ke tempat tidur dan menutupi tubuh menggunakan
selimut.
Ha Soo tentu saja
memberontak berusaha melepaskan diri sambil berteriak. Dae Han membekap mulutnya.
Ha Soo ketakutan dirinya akan diapa-apaakan oleh lelaki itu, “apa yang kau lakukan?”
tanya Ha Soo dalam keadaan mulut dibekap.
Dae Han meminta dengan suara
pelan agar Ha Soo diam dan tunggu saja sebentar seperti ini. Ha Soo diam, Dae Han
melepas bekapan tangannya. Tapi tak lama kemudian Ha Soo kembali berteriak, Dae
Han pun menutup mulut Ha Soo lagi.
Ha Soo yang ketakutan
berusaha melepaskan diri dari Dae Han. Ia memukuli wajah Dae Han menggunakan
tangannya. Dae Han tetap menahannya agar diam sebentar, ia bahkan mengunci
kedua kaki Ha Soo menggunakan kakinya agar tak memberontak.
Ada yang membuka pintu
kamar itu. Dae Han dan Ha Soo yang mendengar pintu kamar dibuka terdiam
terkejut. Ha Soo seperti mendapat kesempatan untuk meminta tolong. Tapi Dae Han
dengan wajah memohon berharap agar Ha Soo diam sebentar.
Presdir Choi dan
Sekretaris Sung masuk ke kamar dimana Dae Han dan Ha Soo berada. Hong Ji Yoon
yang menyusul Presdir Choi memberi tahu ia baru saja mendengar kabar dari Direktur
Choi Dae Han. Sekretaris Sung tanya dimana Dae Han berada. Ji Yoon pun
berbohong mengatakan kalau Dae Han mengalami kecelakaan kecil dalam perjalanan
untuk membelikan hadiah ulang tahun bagi Presdir.
Sementara tiga orang ini
membahas kecelakaannya Dae Han, Dae Han sendiri berusaha menahan sakit karena
dipukuli bertubi-tubi dan dijambak oleh Ha Soo dibalik selimut hingga membuat
kalungnya terlepas.
Sekretaris Sung tanya lagi
apa Dae Han benar-benar terluka. Ji Yoon mengatakan kalau itu hanya cidera
ringan.
Presdir Choi pun keluar
dari kamar itu. Sekretaris Sung berkata ternyata itu sebabnya Dae Han tak bisa menjawab
panggilan teleponnya, Dae Han mengalami kecelakaan. Itu melegakannya karena Dae
Han hanya cidera ringan.
Ji Yoon yang keluar
terakhir dari kamar itu mendengar jeritan seseorang. Ia menoleh ke kamar itu.
Ha Soo akhirnya bisa
mendorong Dae Han jauh-jauh, hal itu membuat Dae Han terpelanting jatuh dari
tempat tidur. Begitu pun dengan Ha Soo, di tangannya ada kalung milik Dae Han. Ia
yang akhirnya terbebas dari cengkeraman Dae Han menyingkirkan kalung itu begitu
saja disana.
Di depan lift, Presdir Choi
berkata bukankah Sekretaris Sung tahu bahwa Dae Han tetaplah putranya. Sekretaris
Sung menjawab tentu saja, Dae Han itu putra Presdir yang hanya memikirkan Presdir.
“Aku tahu dia bukan tipe
yang akan pergi keluar untuk membelikanku hadiah ulang tahun lebih awal di pagi
hari.” Ucap Presdir tak percaya Dae Han kecelakaan. Ia pun akan kembali ke
kamar tadi.
Ha Soo gemetaran merapikan
bajunya yang awut-awutan. Dae Han juga mengenakan pakaiannya. Ha Soo menyebut Dae
Han dengan sebutan pria cabul, “Tak tahukah kau bahwa ini termasuk pelecehan
seksual?”
“Pelecehan seksual? Lalu
apa kau akan pergi dan mengatakan bahwa kau sedang hamil?” Dae Han mengeluarkan
sejumlah uang dan melemparkannya ke tempat tidur, “Lakukan apapun yang kau
inginkan.” Ha Soo tak terima, ini benar-benar pelecehan baginya. Ia berteriak
pada Dae Han. Hong Ji Yoon masuk ke kamar itu.
Ha Soo tak habis pikir
dengan tindakan dan sikap Dae Han, “apa kau mengharapkan aku tetap tenang
setelah sesuatu seperti itu?”
Ji Yoon yang mengerti
situasi akan menjelaskannya pada Ha Soo. Dae Han meminta Ji Yoon membereskan
ini dengan baik karena ia tahu ini keahlian Ji Yoon.
Dae Han akan keluar dari
kamar tapi tepat saat itu Presdir Choi masuk. Dae Han kaget sekali dan berjalan
mundur. Presdir Choi menatapnya tajam.
“Ayah...!!!” sebut Dae Han
gemetaran.
Ha Soo juga terkejut
melihat Presdir Choi. Ia mengenali kakek itu sebagai kakek yang ia temui di Silver
House. Ia juga terkejut kalau pria yang tadi berbuat buruk padanya itu anak dari
si kakek.
Presdir Choi langsung
menampar Dae Han karena lagi-lagi mengejar-mengejar wanita. Dae Han berusaha
menjelaskan kalau bukan seperti itu yang terjadi. Ji Yoon juga akan membantu
menjelaskan, ia menyebut kata ‘Presdir’ yang membuat Ha Soo tambah terkejut.
Ternyata kakek itu Presdir hotel ini.
Presdir Choi tambah marah
karena sekarang putranya bahkan bermain-main dengan karyawan wanita hotel ini. Ia
benar-benar tak percaya kalau Dae Han ini anaknya. Ji Yoon menyahut kalau yang
terjadi bukanlah seperti itu.
Presdir Choi membentak Ji Yoon,
apa maksudnya bukan seperti itu, kenapa Ji Yoon berbohong padanya mengenai
kecelakaan Dae Han, apa Ji Yoon pikir ia ini mudah dibodohi. Ji Yoon bilang
bukan begitu, ia minta maaf mengakui kesalahannya. Dae Han kesal karena
penjelasannya tak didengar ayahnya keluar dari kamar lebih dulu.
Ha Soo menyapa Presdir Choi
dengan sebutan kakek, “apa anda ingat denganku? Dari Silver house.” Presdir Choi
berusaha melihat dengan jelas wajah Ha Soo. Ha soo masih tak percaya kalau
kakek yang ditemuinya di Silver house adalah seorang Presdir.
Presdir Choi melihat di
tangan Ha Soo ada sejumlah uang. Ha Soo menjelaskan kalau pria yang baru keluar
tadi melemparkan uang ini padanya.
Presdir Choi tertawa sinis
ia tak menyangka, ternyata ia sudah salah mengira tentang Ha Soo. Ia menilai Ha
Soo sudah memilih cara yang lebih mudah untuk hidup sebagai wnaita muda.
Presdir Choi pun memerintahkan Ji Yoon untuk segera memecat Ha Soo. Ha Soo
terkejut mendengarnya, ini hari pertamanya bekerja, ia mengalami kejadian buruk
dan sekarang ia dipecat.
Ha Soo mengejar Presdir Choi,
“Bagaimana bisa anda menganggapku seperti itu?” Ia tahu Presdir Choi ini pria
tua yang jahat tapi ternyata Predir Choi bisa membuat orang merasa buruk juga.
Apa Presdir Choi tahu apapun tentang dirinya hingga langsung men-cap-nya
sebagai wanita buruk, “apa anda tahu orang seperti apa aku ini dan bagaimana
aku hidup selama ini?” Ha Soo hampir menangis. Presdir Choi diam menatap Ha Soo.
Ji Yoon menyusul mereka.
Ha Soo mengatakan kalau ia akan berhenti bekerja, ia tak punya keinginan
bekerja untuk orang jahat seperti Presdir Choi.
Di hotel diadakan pesta
ulang tahun untuk Presdir Choi. Dalam pesta mereka mengundang penyanyi seriosa.
Mereka yang datang menikmati lagu yang dibawakan oleh penyanyi.
Ha Soo benar-benar tak
menyangka ternyata kakek itu Presdir hotel ini. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya
setelah dipecat. Ha Soo berdiri di depan ruangan dimana acara ulang tahun Presdir
Choi berlangsung.
Presdri Choi Go Bong pun
memberikan sambutannya...
“Aku datang ke Seoul
ketika usiaku memasuki awal dua puluhan. Rasanya seperti baru kemarin aku
memulai perusahaan dengan tanganku sendiri. Waktu telah berlalu.
Dalam dunia bisnis yang
seperti medan pertempuran yang tenang ini, hanya ada satu alasan mengapa aku
mampu bertahan selama ini. Karena... aku tak pernah mempercayai orang lain.
Sebuah kesalahan, aku pernah mempercayai orang lain, ada juga saat-saat aku
hampir dikhianati. Tapi aku mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Itulah cara bahwa aku tak akan menyesal selama tujun puluh tahun terakhir.”
Ucapan Presdir Choi pas
bagian terakhir begitu menggebu-gebu. Riuh tepuk tangan pun terdengar dari samua
yang hadir. Choi Mi Hye celingukan mencari keberadaan Dae Han.
Dae Han ternyata ada di
klub malam. Ia minum-minum sendirian. Karena bosan ia akan pergi namun ada
seseorang yang dikenalnya berada di tempat itu. Ia pun menghampirinya. Itu
seorang wanita.
Wanita itu terkejut
melihat Dae Han, apa ini? ia pura-pura tak mengenal Dae Han. Ia bersama seorang
pria. Dae Han menatap tajam wanita itu dan mengatakan bukankah ia ini yang
sudah membuat wanita itu hamil. Ia menarik wanita itu, wanita itu meronta
meminta Dae Han melepaskan tangannya.
Pacar wanita itu akan
memukul Dae Han namun Dae Han dengan sigap menahan tangan pria itu. Dae Han
mencengkeramnya kuat-kuat. Pria itu berusaha sekuat tenaga melepas cengkeraman Dae
Han. Dae Han melepasnya dan buk... tangan pria itu malah terlempar ke wajah di
wanita hingga membuat wanita itu jatuh. hahaha
Wanita itu menemui seorang
pria (wajah pria ini tidak diperlihatkan tapi saya menebak ini Jung Yi Gun)
wanita itu kesal dan memperlihatkan luka memar di wajahnya. Ia kesal kenapa
dirinya harus kenapa pukul seperti ini, “kau harus mengurus sisanya jika aku
membuatnya dalam kesulitan.”
Pria itu melemparkan map
ke meja. Wanita itu terkejut begitu melihat apa isi di dalam map. “Gambar? Aku
tak akan melakukannya secara gratis.” ucapnya.
Ha Soo sampai ditempat
ibunya bekerja. Ibunya bekerja sebagai penjahit. Ibu menanyakan hari pertama Ha
Soo bekerja. Ha Soo berbohong mengatakan pekerjaannya baik-baik saja. Ibu
menyadari Ha Soo sudah bekerja keras karena dirinya.
Ponsel Ha Soo berdering,
telepon dari Dae Han. Dae Han yang kehilangan kalungnya menanyakan ketika ia
dan Ha Soo berada di tempat tidur yang sama, apa Ha Soo melihat permata di
kalungnya.
“Permata?” Ha Soo berusaha
mengingat ketika dirinya dibekap Dae Han. Ia pun ingat. Dae Han tanya dimana permata
kalung itu. Ha Soo mengatakan kalau ia membuangnya. Dae Han marah bagaimana Ha
Soo bisa membuang sesuatu milik pelanggan, apa itu masuk akal, apa Ha Soo tidak
mendapatkan pelatihan yang baik hingga begitu mudahnya membuang barang milik
pelanggan hotel, bentak Dae Han.
Dae Han mengatakan kalau
permata di kalung itu sangat penting baginya. Ia menyuruh Ha Soo mencari itu
dan bawa kembali padanya hari ini juga. Bukankah Ha Soo sudah tahu siapa dirinya.
Ia mengancam Ha Soo akan dipecat jika tidak menemukan permata kalung itu hari
ini, harus sekarang diserahkan padanya, bahkan jika kau harus pergi
mengelilingi bumi sepuluh kali.
Ha Soo pindah bicara di
luar agar ibunya tak mendengar. Ia memberi tahu kalau dirinya sudah dipecat.
Presdir sudah mengambil kesimpulan yang buruk tentang dirinya karena Dae Han. “Jadi
kau pergi jelaskan padanya apa yang sebenarnya terjadi dan kembalikan
pekerjaanku. Aku akan pergi menemukannya dan membawanya kembali padamu hari
ini.”
“Aku mengerti, jadi cepat
pergi bawakan padaku. Jika kau membawakannya padaku, kau akan mendapatkan
pekerjaanmu kembali.” Bentak Dae Han.
(udah kayak bapaknya,
bentak-bentak melulu)
Ha Soo mengambil kunci
mobil. Ibunya heran putrinya ini mau pergi kemana. Ha Soo tak mengatakannya ia
hanya mengatakan kalau ia akan segera kembali.
Ha Soo mengendarai mobil
toko ibunya. Ia kembali ke kamar hotel dimana ia bersama Dae Han tadi siang. Ia
mencari kalung permata itu disetiap sudut bahkan hingga ke kolong-kolong. Ia pun
berhasil menemukan permata itu dibawah kursi. Ia senang sekali karena dengan
ini mungkin pekerjananya akan kembali.
Sekretaris Sung jongkok di
luar mobil menatap langit malam. Presdir Choi datang bersama Hong Ji Yoon. Keduanya
tak melihat keberadaan Sekretaris Sung. Presdir Choi celingukan dan berteriak
memanggil Sekretaris Sung.
Sekretaris Sung langsung
berdiri menyahut panggilan Presdir. Presdir tanya apa yang Sekretaris Sung
lakukan jongkok disitu. Sekretaris Sung mengatakan ia mendnegar malam ini akan
ada hujan meteor. Presdir tak peduli dan meminta Sekretaris Sung memastikan
agar kepala Sekretaris Sung tidak jatuh. Hahaha
Berita di televisi menyebutkan
bahwa dalam beberapa saat lagi mulai pukul 9.30 malam ini masyarakat akan
menyaksikan banyak bintang jatuh (ya hujan meteor) melintasi langit. Institut
astronomi Korea memprediksi akan ada 200 bintang jatuh perjam-nya.
Ha Soo menghubungi Dae Han,
dimana ia harus menemui Dae San. Ia menggerutu karena Dae Han sudah membuatnya
pergi ke semua tempat. Ha Soo mendengar berita dari radio di mobilnya.
‘Bintang jatuh yang akan
segera anda lihat adalah potongan-potongan komet yang lebih besar. Diperkirakan
memiliki meteor berdiameter 1 cm.’
Di dalam mobil, Presdir Choi
menanyakan kenapa Sekretaris sung lewat jalan ini. Sekretaris Sung bilang rute
jalan lain terlalu macet. Karena bintang jatuh di langit dan ada begitu banyak
orang di luar. Sekretaris Sung menyetel berita tentang hujan meteor di radio.
Tapi Presdir Choi malas mendengarnya dan menyuruh Sekretaris Sung mematikan
radio.
Presdir Choi memandang
langit malam dimana saat itu juga tengah terjadi gerhana bulan. Disana mulai
lah meteor itu jatuh menghiasi langit malam.
‘Kau akan melihat banyak
bintang jatuh bersama dengan gerhana total.....’ terdengar kembali suara
reporter.
Ha Soo mengambil jalan
lain supaya tak terjebak macet. “Saat semua orang mengadakan pesta kenapa aku
harus melakukan ini?” gumamnya. Ia mengeluarkan permata di kalung milik Dae Han.
Ia bertanya-tanya ada apa dengan permata ini. Ia pun memacu mobilnya cepat agar
pekerjaannya segera kembali.
Tiba-tiba aspal jalan raya
retak, retakannya cukup lebar. Sekretaris Sung terkejut melihat mobil di
depannya berbelak-belok. Hal yang lebih mengejutkan pun terjadi, tanah di jalan
raya tiba-tiba amblas sangat dalam dan lebar.
Sekretaris Sung dan Presdir
Choi berteriak terkejut. Sekretaris Sung berusaha menghindari lubang itu dengan
membanting setir ke kiri agar mobil tidak meluncur jatuh ke dalam lubang.
Ha Soo yang mengedari
mobil dari arah berlawanan pun sama terkejutnya begitu melihat ada lubang besar
di tengah jalan raya. Ia yang memacu mobilnya cepat-cepat segera mengerem
mendadak agar tak terperosok ke lubang itu.
Walaupun sudah membanting
setir untuk menghindar agar tak terperosok ke lubang, mobil yang dikemudian Sekretaris
Sung masih terus bergerak, mobil bergerak mundur.
Ha Soo yang sudah ngerem
mendadak masih belum bisa menghentikan laju mobilnya. Mobilnya meluncur jatuh
ke dalam lubang. Ia berteriak. Begitu pun dengan mobil yang di dalamnya ada Presdir
Choi, mobil itu bergerak mundur dan masuk ke lubang.
Ha Soo, Sekretaris Sung
dan Presdir Choi terluka. Tangan Ha Soo bergerak. Presdir Choi dengan sisa
tenaga yang dimiliki membuka pintu mobil, ia tergeletak di tanah. Di sampingnya
muncul percikan yang ditimbulkan serpihan batu meteror yang jatuh.
Presdir Choi tiba-tiba
merasakan jantungnya sakit, ia juga sulit bernafas. Ponsel di sakunya terjatuh. Ia
mengambil botol obat pemberian dokter. Ketika ia membuka tutup botol obat,
obatnya malah berhamburan jatuh ke tanah.
Disamping obat yang
berhamburan tadi ada potongan batu kecil yang bersinar berwarna biru. Presdir
berusaha menggapai obatnya namun yang ia ambil bukan obat yang berwarna
hijaunya melainkan sesuatu yang berwarna biru. Ia langsung menelan sesuatu yang
dikira obatnya.
Setelah menelan itu Presdir
Choi merasakan sesuatu di tubuhnya, ada cahaya biru yang memancar di tangannya, tak lama kemudian ia tak sadarkan diri. Lubang
besar itu bersinar berwarna biru.
Di dunia antah-berantah
Presdir Choi Go Bong terbangun. Ia terkejut melihat dirinya dikelilingi oleh
orang-orang berpakaian putih, apakah ia sekarang benar-benar menemui ajalnya.
Tidak, ia tidak mau mati
seperti ini. Ia menangis dan menilai ini tidak adil, “aku telah bekerja
sepanjang hidupku untuk mendapatkan uang.” Ia tidak ingin mati seperti ini. Ia
memohon pada malaikat pencabut nyawa itu agar memberinya lebih banyak waktu
lagi untuk hidup di dunia. Walaupun satu hari pun tidak apa apa. Tidak apa-apa jika
itu harus ditukar dengan mengambil semua uang yang ia hasilkan. Orang-orang itu
mendekat ke arah Presdir Choi Go Bong lebih dekat membuat Presdir Choi
meringkuk ketakutan.
Eun Ha Soo berhasil keluar
dari mobil. Ia yang terluka terjatuh ke tanah. Dengan suara tertatih ia
memanggl ibunya. Ha Soo melihat ada orang lain yang terluka tergeletak di
depannya. “Tolong aku!” ucapnya dengan suara lemah. Sekuat tenaga Ha Soo merangkak
menggapai pria tua yang terluka di depannya.
Presdir Choi Go Bong
memohon pada orang-orang yang membawanya agar membiarkan ia pergi, ia jangan
dibawa. Selama hidupnya ia tidak melakukan apa-apa. Satu hari pun ia tidak
pernah merasakan yang namanya kenyamanan dalam hidupnya. Ia tak pernah merasa
bahagia. Ia memohon dengan sangat.
Tiba-tiba langkah orang-orang
itu terhenti. Presdir Choi terkejut dan menoleh ke belakang.
Dengan sisa tenaganya Ha Soo
berhasil meraih tangan Presdir Choi. “Kumohon, tolong aku!” ucap Ha Soo lirih
yang kemudian tak sadarkan diri. Presdir Choi membuka sedikit matanya.
Ada sms masuk di ponsel Presdir
Choi. Dari mobil Presdir Choi keluar cairan yang kemungkinan itu adalah bensin.
Polisi dan ambulans sampai
ditempat itu. Ketiga korban langsung diselamatkan. Setengah sadar, Presdir Choi
melihat ke arah Ha Soo yang tak sadarkan diri.
Tiba-tiba dari dalam
lubang meledaklah mobil Presdir Choi. Bersamaan dengan api yang disebabkan
ledakan itu, berhamburan pula lembaran-lembaran uang tunai yang ikut terbakar.
Presdir Choi dan Ha Soo setengah sadar melihat itu.
“Ini sebuah keajaiban. Dia
hanya mengalami cidera ringan. Organ dalam dan otaknya tidak terluka.
Selebihnya, yang dia butuhkan adalah istirahat.”
Presdir Choi ingin
menenggelamkan dirinya sejenak di bak mandi. Namun ia malah kesulitan untuk
bangun. Ia tenggelam, sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya.
Dari dalam bak mandi muncul sinar berwarna biru.
Dari dalam bak mandi muncul sinar berwarna biru.
Wakakaka muka bebeknya Shin
Ha Kyun...
Bersambung ke episode 2
Jadi apakah karena batu
meteor biru yang ditelan makanya Choi Go Bong berubah menjadi muda? Bagaimana
ia menghadapi keluarganya dengan keadaan yang seperti ini? Hal apa yang ingin
ia lakukan untuk mengisi hidupnya? Kenapa ia mengatakan tidak sehari pun ia
hidup dengan nyaman.
Saya penasaran dengan karakter Jung Yi Gun, berasa ada rahasia. Jadi inget karakter Kang In Ho di Prime Minister and I.
hehe, akhirnya ada drama romcom lg
ReplyDeletebtw mbak, tertarik sama aki-akinya ya? haha
soalnya nyari-nyari birthof a beauty mbak wkwk
aneh banget interaksinya jsw sama hys :P
Mba Anis,q seneng bgt pas liat sinopsis mr back udah ada part 2 nya,,haha. Q tunggu2 looh sinopsis lengkapnya ya,,hehe
ReplyDeleteMba Anis,cepetan ya bikin sinopsis episode 2 nya mr back,,thanx
makasih mbak udah bikin sinopsisnya, sempat khawatir gak ada yang bikin sinopsisnya. soalnya suka banget sama aktingnya shin ha kyun, lucunya selalu dapet. semangat mbak buat sinopsinnya
ReplyDelete