Orang suruhan Yi Gun
(kalau menurut saya sih dia ini Kang Gi Chan) menemui Yi Gun di rumah sakit
menyampaikan bahwa ia mencari seseorang yang mungkin mengetahui sesuatu hal
tentang Choi Shin Hyung di Kanada namun ia belum bisa menemukan siapapun.
Tepat saat itu Shin Hyung
datang menjenguk Yi Gun bersama Sekretaris Sung.
Yi Gun merasa Shin Hyung
tak perlu sering datang menjenguknya. Tapi Shin Hyung tak mau begitu karena Yi Gun
terluka seperti ini karena dirinya. Yi Gun bilang tidak, karena seharusnya ia
lah yang lebih berhati-hati. Ia minta maaf.
Gi Chan permisi pada Yi Gun
akan pergi. Sekretaris Sung terus memperhatikan Gi Chan ketika pria itu keluar
dari ruangan. Ia merasa aneh dengan tindak-tanduk pria itu. ia sepertinya
pernah melihat pria itu.
Shin Hyung minta maaf pada
Yi Gun karena tak bisa menepati janjinya. Yi Gun bilang tidak apa-apa, ia pun
menghargai segala bentuk perhatian Shin Hyung padanya. Shin Hyung mengatakan
kalau ia diusir dari rumahnya dan menjadi gelandangan. Ketika ia berada diluar
rumah ia memiliki beberapa pamikiran, ia tak bisa terus-terusan membiarkan
mereka menginjak-injak dirinya. Jika ia meninggalkan perusahaan tanpa
pengawasan maka perusahaan akan bangkrut dalam beberapa tahun. “Apa kau ingin
mengambil alih perusahaan?”
Yi Gun terdiam.
Shin Hyung berkata
almarhum ayahnya mengatakan padanya, “Ketika seusiamu dia begitu sibuk bekerja
dan tidak tahu istrinya sakit. Bagaimana bisa dia hanya melihat pekerjaan yang
sudah dilakukannya seumur hidup akan hancur dalam semalam? Dia ingin seseorang
untuk mengambil alih dan memimpin Daehan ke arah yang benar.” (nyadar juga nih
kakek kalau dia sibuk terus sampai melupakan keluarganya)
Yi Gun tak tahu apakah ia
bisa melakukan tugas itu. Shin Hyung meminta Yi Gun harus berada dipihaknya
untuk mengelola perusahaan dari awal, jika ia tahu semuanya akan berubah
seperti ini.
Keluar dari ruang rawat Yi
Gun, Sekretaris Sung bertanya apa Shin Hyung benar-benar yakin ingin membiarkan
Direktur Jung Yi Gun mengambil alih Daehan, bukankah lebih baik anggota
keluarga yang bertanggung jawab.
Shin Hyung berkata Sekretaris
Sung ini tak tahu, ada pertarungan dalam keluarganya. Pertarungan yang tak
terlihat karena uang. Mereka saling menyerang dan menyembunyikan kemudian
mengungkapkan rahasia masing-masing. Jika ia membiarkan mereka, maka mereka
mungkin akan mati ditembak oleh peluru mereka sendiri.
Sekretaris Sung : “Kalau
begitu biarkan aku saja yang mengambil alih.”
“Bang!” seru Shin Hyung
tiba-tiba sambil menodongkan jemari layaknya pistol dan itu mengagetkan Sekretaris
Sung.
“Ah kau membuatku takut,
aku kan hanya bercanda.” seru Sekretaris Sung.
Sekretaris Sung melihat
syal merah yang melingkar di leher Shin Hyung, “ada apa dengan syal merah ini?”
tanyanya sambil menyentuh ujung syal itu. Namun Shin Hyung menabok tangan Sekretaris
Sung yang sudah pegang-pegang syal yang dipakainya. “Jangan sentuh!” larang Shin
Hyung. Ia pun membersihkan kotoran di bagian syal yang dipegang Sekretaris Sung
tadi. hahaha.
Seorang wanita menjenguk Yi
Gun (tapi wajahnya ga diperlihatkan) wanita itu akan menyiapkan makanan namun Yi
Gun berkata ia sedang tak berselera makan.
“Pastikan Presdir Choi Young
Dal tidak menempati posisi itu terlalu lama. Lakukan sekarang!” perintah Yi Gun.
Wanita itu membungkus
kembali makanan yang dibawanya. (noh cincinnya unik)
Upacara peresmian Presdir
baru Perusahaan Daehan pun dilaksanakan. Terdengar riuh tepuk tangan menyambut Choi
Young Dal sebagai presdir baru. Dae Han yang menghadiri acara itu diam saja. Yi
Gun yang belum sembuh benar pun menghadiri acara itu.
Young Dal pun mulai bicara
di depan, “Berkaca pada filosofi manajemen almarhum Presdir Choi Go Bong, aku
berjanji untuk memimpin Daehan ke arah baru.”
Shin Hyung datang ke
perusahaan, ia melihat dari luar acara itu melalui layar TV yang disediakan.
“Aku akan mempercayai
orang-orang sebagai prioritas utamaku, tak peduli apapun.” ucap Young Dal
menggebu-gebu. “Aku sadar bahwa aku tak akan bisa menjalankan perusahaan tanpa
mempercayai orang lain. Kepercayaan adalah aset kita yang paling penting. Aku
akan menempatkan karyawan sebelum pelanggan kita. Aku akan menghargai
karyawanku dan menyayangi mereka.”
“Dasar gila!” sahut Shin Hyung
tak sependapat dengan apa yang Young Dal sampaikan.
Ha Soo yang melewati
tempat itu melihat Shin Hyung berdiri disana.
Ketika Shin Hyung akan
meninggalkan tempat itu, Ha Soo memanggilnya. Ha Soo menanyakan kabar Shin Hyung.
Shin Hyung berkata bukankah Ha Soo tahu bahwa ia harus segera menemukan tempat
tinggal baru.
Ha Soo mengerti Shin Hyung
pasti sedang merasa tidak baik. Ia ingin Shin Hyung mencoba apa yang ia lakukan
ketika suasana hati sedang gundah.
“Koong koong da. Koong
koong da. Koong koong da.” Ha Soo memukul-mukul pelan dadanya, cara supaya
hatinya tenang.
Shin Hyung heran, “Apa
itu, apa yang kau lakukan?”
Ha Soo bilang ini untuk
menghibur hati. “Jika kau melakukan ini kau akan merasa lebih baik. Lihat aku,
koong koong da. Koong koong da.” Ha Soo sekali lagi menunjukan itu.
Shin Hyung mengehela nafas
melihat tingkah yang menurutnya kekanak-kanakan.
Lee In Ja membersihkan
papan nama suaminya yang ada di meja presdir. Young Dal sendiri duduk dengan
nyamannya di kursi presdir. Ia bertanya apa istrinya ini sangat menyukai ini. In
Ja menjawab tentu saja, apa suaminya tahu sudah berapa lama ia menunggu saat-saat
seperti ini.
Tiba-tiba ada seseorang
yang masuk ke ruangan presdri, Choi Shin Hyung. Ia datang membawa bunga beserta
vas-nya dan bertanya harus ditaruh dimana ini. Young Dal dan In Ja kaget
melihat kedatangan Shin Hyung.
Shin Hyung bersikap tenang
kenapa Young Dal dan In Ja terkejut seperti itu melihat kedatangannya. Ia
datang kemari untuk mengucapkan selamat pada Young Dal. Shin Hyung meletakan
bunga di meja, ia menilai bunga ini lebih terlihat baik jika diletakan di meja.
Young Dal mengingatkan bahwa Shin Hyung tak bisa seenaknya masuk ke ruangan ini.
Shin Hyung tanya kenapa, apa ada biaya masuknya.
Shin Hyung mengambil papan
namanya yang sudah dimasukan ke kardus. Ia sangat ingin tahu apa transaksi 5
milyar won yang ditemukan di mobil almarhum ayahnya itu seseorang menyuapnya
dan melemparkan semuanya seperti itu. Dia (ayahnya) pasti sangat marah dituduh
seperti itu, apa orang itu juga yang melakukan terhadap dokumen pengganti
warisannya.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya
Young Dal terbata bata.
Lee In Ja tak ingin Shin Hyung
bicara macam-macam lagi. Ia memerintahkan suaminya agar memanggil polisi untuk
mengusir Shin Hyung dari sini. Shin Hyung tak takut, kira-kira siapa yang akan
polisi tangkap saat mereka datang. In Ja marah mendengar itu.
Shin Hyung mencibir
menatap In Ja, “Di belakang suamimu, haruskah kau menjaganya agar tetap
tersembunyi?” Young Dal menatap heran ke istrinya. Ia tak mengerti maksud
perkataan Shin Hyung.
(yah Young Dal kan ga tahu
kalau istrinya melakukan pencucian uang, dia ngirim uang buat keluarganya yang
di Jerman)
Dae Han : “Red Day?”
Ha Soo : “Ketika aku
pertama kali pergi ke hotel, semuanya merah. Dalam ingatanku, di sekeliling
hotel menjadi mewah dan hangat. Aku suka perasaan itu.”
Dae Han ingin tahu saat
itu Ha Soo pergi dengan siapa, apa dengan pacara Ha Soo. Ha Soo menjawab tidak,
ia pergi dengan keluarganya ketika masih kecil dan saat itu ayahnya masih
hidup.
“Ah ayahmu...” Dae Han
tertunduk sedih karena Ha Soo bisa memilkki kenangan bisa menikmati waktu
bersama keluarga, terutama bersama ayah.
Dae Han pun setuju dengan
konsep pilihan Ha Soo.
Shin Hyung berada di kafe
bersama Sekretaris Sung sambil minum es. Sekretaris Sung terus menyeruput es sambil
memperhatikan Shin Hyung. Shin Hyung menegurnya karena cara minum Sekretaris Sung
itu kuno sekali. Sekretaris Sung berkata Shin Hyung ini memang lebih muda tapi masih
saja tidak mengetahui tren, ini adalah apa yang para pemuda minum hari ini, jus
jeruk.
Sekretaris Sung heran
semakin ia melihat Shin Hyung semakin ia kagum. “Bagaimana mungkin orang tua
menjadi seorang pemuda dalam semalam?”
“Apa maksudmu tentang
kematian?” tanya Shin Hyung.
Sekretaris Sung membenarkan,
“Kau akan mati. Ketika takdir seseorang datang apa kau kaya, miskin, presdir
atau seorang jenius sekalipun kenyataan bahwa usia dan kematianmu itu sesuatu
yang tak bisa dihindari. Dalam kasusmu, kau menjadi tua, sakit, tetapi kau
membalikan arah jarum jam. Kematianmu telah berubah menjadi kehidupan.”
Shin Hyung : “Jadi?”
Sekretaris Sung : “Apa
maksudmu jadi? Kenapa kau tak menggunakan kepalamu (akalmu)? Kau akan melawan
hukum alam. Bukankah ada efek sampingnya? Sejak kau menjadi muda, apa ada yang
sakit atau ada gejala lainnya?”
Shin Hyung mengaku dirinya
kadang-kadang memiliki rasa sakit di dadanya seakan-akan seperti ada batu yang
terjebak di dalamnya.
Sek Sung terkejut, “Tuh Kan.
Lalu?”
Shin Hyung : “Tapi setiap
kali aku sakit dan aku ada bersamanya, aku menjadi lebih baik.”
Sekretaris Sung heran
siapa yang Shin Hyung maksud ‘dia’. Shin Hyung bilang kalau itu adalah Eun Ha Soo,
bukankah Sekretaris Sung tahu perempuan itu, dia yang magang di hotel.
“Oh wanita yang kecil itu.”
seru Sekretaris Sung.
“Hei dia itu lebih tinggi
dari kau.” Shin Hyung tak terima haha.
“Trus?” Sekretaris Sung
penasaran.
“Itu hal yang sama saat
kita jatuh ke lubang malam itu. Dia dan aku sama-sama selamat.” Shin Hyung
memegang tangan Sekretaris Sung dan itu membuat Sekretaris Sung malu. Ia
tersenyum menarik tangannya, “Apa karena kau jadi lebih muda seleramu jadi
berubah?” (haha)
Shin Hyung: “Kau tak
memegang tanganku pada malam itu, kan?”
Sekretaris Sung tak
mengingatnya karena ia keluar dari lubang. Shin Hyung pun menebak mungkin Ha Soo
yang melakukannya dan menyelamatkannya. Sekretaris Sung mengingatkan bahwa pada
malam itu ia lah yang menelepon 911 untuk menyelamatkan mereka malam itu. Shin
Hyung tak ingin menjelaskannya lagi karena sekarang itu tak penting.
Shin Hyung meminta Sekretaris
Sung melihat data yang ia bawa. Sekretaris Sung berkata bukankah ini adalah laporan
penjualan dari kantor cabang di Amerika dan yang bertanggung jawab itu adik Shin
Hyung. (Kemungkinan Mi Hye)
Shin Hyung mengangguk, ia
heran karena penjualannya naik tapi labanya dipotong setengah. Ini jumlah yang
dia tidak bisa ambil sendiri. Itu berarti dia bersekongkol dengan seseorang.
Sekretaris Sung penasaran,
“Bersekongkol dengan siapa?”
Shin Hyung memanggil
pelayan kafe untuk menambahkan gula ke dalam kopinya. Ia menebak kalau
seseorang yang bersekongkol dengan adiknya itu kemungkinan dari pihak
perusahaan, orang dalam.
Pelayan datang sambil
membawa gula dan pelayan itu adalah Eun Myung Soo. Myung Soo terkejut melihat Shin
Hyung ada di sini. Shin Hyung pun sama terkejut, keduanya tos.
Myung Soo menebak apa kedatangan
Shin Hyung kesini untuk bertemu dengan Noonanya. Shin Hyung kaget apa Ha Soo
akan datang keisni. Myung Soo mengira kalau kakaknya akan datang kesini untuk
menemuinya ternyata janjian dengan Shin Hyung. Myung Soo menyenggol lengan Shin
Hyung, namun tiba-tiba Shin Hyung merasakan sakit teramat sangat di dadanya.
Sekretaris Sung panik
melihat Shin Hyung tiba-tiba begitu, “Presdir presdir apa yang terjadi?” ucapnya
cemas.
Begitu pun dengan Myung Soo,
apa karena sentuhan pelannya Shin Hyung jadi seperti ini, Myung Soo ikut panik.
Tepat saat itu Ha Soo
sampai di kafe. Ia kaget begitu melihat Shin Hyung yang kesakitan seperti
ketika di kedai soju. Myung Soo menghubungi ambulans menggunakan ponselnya.
Melihat Ha Soo
datang, Sekretaris Sung teringat apa
yang Shin Hyung katakan. “Bisakah kau memegang tangannya?” Pinta Sekretaris Sung
pada Ha Soo. Ha Soo tak mengerti apa maksudnya. Sekretaris Sung langsung meraih
tangan Ha Soo dan menempatkannya di atas tangan Shin Hyung.
Shin Hyung yang semula
kesakitan setengah mati dan sulit bernafas perlahan ia bisa bernafas dan sakitnya
perlahan menghilang. Melihat Shin Hyung sudah tak apa-apa, Myung Soo tak jadi
menelepon ambulans.
Sekretaris Sung tak
menyangka ternyata benar apa yang Shin Hyung katakan tadi. Shin Hyung menoleh
ke arah Ha Soo, hidupnya terselamatkan lagi.
Shin Hyung pun dibawa ke
rumah Ha Soo untuk beristirahat. Sekretaris Sung berkata pada dua bersaudara Eun
ini bukankah keduanya tahu bagaimana keadaan Shin Hyung, keluarganya
mengusirnya dan perusahaan mengalami kekacauan, sekarang dia tak punya tempat
untuk pergi.
Hanya sampai semuanya kembali tenang dan terselesaikan, ia meminta
bantuan pada keduanya.
Ha Soo sedikit tak nyaman sih
dengan tinggalnya seorang pemuda di rumahnya.
Sekretaris Sung : “Siapa
yang muda? Dia itu seperti orang jahat yang berumur 70 tahun.” (haaha)
“70?” Ha Soo tak mengerti.
Sekretaris Sung kaget dengan
ucapannya yang barusan. Ia memukul wajahnya sendiri, “Ya ampun kenapa aku terus
bingung antara dia dan almarhum ayahnya. Maaf ya, maaf ya.” Ha Soo dan Myung Soo
mengangguk mengerti.
Sekretaris Sung heran
kenapa Ha Soo khawatir akan kehadiran pemuda lain di rumah ini bukankah Ha Soo
memiliki saudara laki-laki. Kalau Shin Hyung berbuat macam-macam bukankah Myung
Soo bisa menamparnya. Myung Soo mengerti, ia bisa kok melakukannya. (haha)
Sekretaris Sung tanya apa
yang sebenarnya Ha Soo khawatirkan itu uang. Jangan khawatir karena ia akan
membayar uang sewa dan pelayanan yang Ha Soo berikan pada Shin Hyung. Ha Soo
heran kenapa Sekretaris Sung membicarakan tentang uang, ia bukan menolak seseorang
karena uang, kalau terjadi itu sungguh memalukan. Ia akan memikirkannya tapi
jangan pernah mneyebut uang. Ha Soo pergi dari sana.
Sekretaris Sung tak
mengerti apa yang Ha Soo katakan, “Dia mengatakan ya atau tidak?”
Myung Soo berkata kalau ia
yang akan mewakili kakaknya, “apa maksudmu dengan uang yang cukup?” Sekretaris Sung
berkata semua itu tak masalah. Myung Soo pun mengiyakan, menyanggupi membolehkan
Shin Hyung tinggal di rumahnya.
Ha Soo ternyata berada di
kamar dimana Shin Hyung terbaring. Ia mebersihkan wajah Shin Hyung menggunakan
handuk kecil. Merasakan sentuhan lembut itu membuat Shin Hyung membuka matanya.
Ha Soo tanya apa Shin Hyung
belum tidur. Ia bertanya lagi apa Shin Hyung benar-benar tak memiliki tempat
untuk tinggal. Dengan wajah memelas Shin Hyung mengangguk (haha. Lucu ekspresi
wajahnya) Ha Soo pun akhirnya setuju Shin Hyung tinggal di rumahnya.
Ha Soo dan Shin Hyung
duduk di tangga jalan depan rumah. Sekretaris Sung dan Myung Soo melihatnya. Sekretaris
Sung heran kenapa dua orang itu ada di luar, bukankah sangat dingin. Ia pun
meminta Myung Soo untuk merawat Shin Hyung. Myung Soo tersenyum Sekretaris Sung
tak usah khawatir. Sekretaris Sung pulang dan Myung Soo kembali ke dalam rumah.
Ha Soo masih cemas akan kesehatan Shin Hyung, apa Shin Hyung yakin tak perlu pergi ke dokter. Shin Hyung bilang tak apa-apa, ia sudah lebih baik.
Ha Soo masih cemas akan kesehatan Shin Hyung, apa Shin Hyung yakin tak perlu pergi ke dokter. Shin Hyung bilang tak apa-apa, ia sudah lebih baik.
Ha Soo merasa senang Shin Hyung
ada disini. “Kau bisa tinggal disini untuk saat ini, menarik diri bersama-sama
dan bertahan disana.”
Shin Hyung bekata dalam
hati, “Bagaimana aku bisa mendengar sesuatu yang seperti itu darimu.”
Ha Soo : “Kau tahu, itulah
hidup. Setiap kali kau terjatuh, kau akan menemukan sesuatu di tanah.”
“Dalam kasusku, aku
menemukan sosis di tanah.” Shin Hyung kembali berkata dalam hati. (haha)
“Apa maksudmu belum mulai.
Aku telah sepenuhnya menjalani kehidupanku.” Ucap lagi Shin Hyung dalam hati.”
“Jadi, kau jangan putus
asa.” Ha Soo menyemangati, ia memberi contoh dirinya. Ia yang tak pernah putus
asa akhirnya bisa mengakhiri kerja paruh waktunya dan memulai pekerjaan yang
sebenarnya. Ya walaupun ia merasa dirinya terlambat dibandingkan orang lain, dan
itu memang membuatnya takut. Tapi jika ia terus menjalani hidup sepenuhnya,
suatu saat nanti ia akan berada di atas.
Shin Hyung : “Lebih
penting untuk melakukannya dengan baik daripada hanya bekerja keras. Kerja
keras hanya menyumbang, semua orang juga bekerja keras. Menjalani kehidupan
yang lebih baik adalah sesuatu yang penting.”
Ha Soo tanya apa artinya, “apa
dengan memiliki banyak uang? atau tinggal di rumah yang mewah?”
Shin Hyung terdiam.
Ha Soo : “Bukankah
menjalani hidup dengan sehat dan bahagia bersama keluarga yang penuh kasih
sayang adalah hidup yang baik?”
Shin Hyung tak ingin
membahasnya lebih jauh, ia mengajak Ha Soo ke dalam rumah. Ha Soo bergumam
heran, apa tadi ia mengatakan sesuatu yang salah kenapa Shin Hyung jadi begitu.
Shin Hyung tidur sekamar dengan
Myung Soo. Namun malam ini matanya tak juga terpejam. “Ini benar-benar
menakjubkan. Bagaimana rasa sakit ini menghilang setiap kali aku bersama Eun Ha
Soo? Dan ada apa dengan rasa sakit ini? apakah ini efek samping karena menjadi
muda kembali?”
Keesokan harinya, Ha Soo
terkejut begitu melihat Shin Hyung sudah bangun dan berada di dapur. Ia bertanya
apa yang Shin Hyung lakukan. Shin Hyung yang kaget karena tiba-tiba mendengar
suara Ha Soo berkata kalau dirinya lagi minum haha.
Ha Soo juga akan mengambil
minum tapi bersamaan dengan Shin Hyung yang akan mengambil air minum lagi, hehe
barengan gitu. Keduanya jadi canggung. Shin Hyung bilang ia akan minum sedikit
lebih banyak. Ha Soo tersenyum dan menuangkan air minum ke gelas Shin Hyung.
Ketika Ha Soo tengah
menatap layar laptop, Shin Hyung bertanya apa Ha Soo sedang sibuk. Ha Soo
menjawab kalau ia sedikit sibuk. Shin Hyung yang melihat itu berkata sepertinya
Ha Soo sedang merencanakan Festival akhir tahun. Ha Soo membenarkan, ini pertama
kalinya ia merencakanan sesuatu seperti ini sejak ia mendapatkan pekerjaan di
hotel. Ia menilai ini sangat sulit.
Shin Hyung duduk di
samping Ha Soo, “Di Eropa, ada permainan ini dimana anak muda memecahkan buah
tomat dan saling melamparkanya selama satu jam. Pada hari itu mereka melepaskan
stres dari kehidupan sehari-hari mereka. Mereka membiarkan stres mereka keluar
dan melupakan kemarahan mereka pada hari itu.”
“Tomat?” Ha Soo terkesan,
ia menyukai ide itu. Di depannya ada setumpuk buah tomat segar. Ia harus
mencari ide itu selengkapnya di internet.
Shin Hyung ikut melihat ke
layar laptop, Ha Soo menoleh karena wajah Shin Hyung begitu dekat dengan
wajahnya. Keduanya saling bertatapan. Shin Hyung langsung memundurkan tubuhnya
dan berkata kamar mandi ada di sebelah sana kan? Aku harus ke kamar mandi. (hehe)
Keluar dari kamar mandi Shin
Hyung tak mendapati Ha Soo di ruangan depan. Ia celingukan, kemana si Ha Soo,
kok udah ga ada.
“Apa yang kau cari?” tiba-tiba
Ha Soo muncul di belakang Shin Hyung dan mengagetkannya.
Melihat Ha Soo sudah memakai
jaket Shin Hyung bertanya apa Ha Soo akan pergi ke suatu tempat. Ha Soo bilang
ibu meminta dirinya membeli pancake kacang hijau. Shin Hyung tahu tempat yang
terkenal menjual pancake kacang hijau. Ha Soo tanya dimana. Shin Hyung bilang
tempat itu tidak begitu jauh sih, tapi cukup jauh juga. Ha Soo mengusulkan
keduanya bisa naik sepeda kesana.
Ya naik sepeda tapi Shin Hyung
ga bisa mengayuhnya, dia yang mbonceng. Ha Soo heran pria macam apa Shin Hyung
ini yang tak bisa mengendarai sepeda. Shin Hyung bilang ia bisa kalau ia ingin,
hanya saja itu sudah sangat lama. Ha Soo berjanji akan mengajarkan Shin Hyung
mengendarai sepeda. Shin Hyung bilang tak perlu sebagai gantinya lebih baik Ha Soo
mengajarkan padanya bagaimana mengirim pesan (chat gitu) Ha Soo menilai Shin Hyung
ini sangat kuno karena tak bisa mengirim pesan haha.
Ha Soo meminta Shin Hyung
berpegangan erat-erat, ia pun ngebut haha. Shin Hyung memeluk erat pinggang Ha
Soo, “Jangan cepat-cepat.” Teriaknya.
Keduanya sampai di tempat
penjual pancake kacang hijau. Ha Soo membenarkan pancake ini rasanya enak. Shin
Hyung berkata bukankah ia sudah bilang tempat ini yang terbaik. Ha Soo ingin
tahu sudah berapa lama Shin Hyung mengetahui tempat yang menjual pancake ini. Spontan
Shin Hyung menjawab tiga puluh tahun dan itu membuat Ha Soo terkejut campur
heran. Shin Hyung langsung meralat sudah sekitar tiga atau empat tahun. Ia
melihat sekeliling dan berkata tempat ini sudah banyak berubah.
Ha Soo berkata kalau
ibunya sudah terlalu lama bekerja. Shin Hyung tak mengerti apa maksudnya. Ha Soo
berkata kalau ia sedang membicarakan toko jahit ibunya yang dulu dikelola
ayahnya. Ibunya tak bisa menutup toko itu meskipun hasilnya tidak begitu banyak
mendapatkan uang.
“Itulah kenapa kau harus
menjadi orang yang berhasil.” seru Shin Hyung.
Ha Soo berkata jika ada
sesuatu yang ingin Shin Hyung makan beritahukan saja padanya. Ia akan membuat beberapa
lauk pauk. Shin Hyung tersenyum senang, apa Ha Soo akan membuatnya.
Gi Chan mengatakan kalau Dae
Han terkenal seperti itu. Woo Young bertanya apa dulu Dae Han terlibat dalam
beberapa masalah dengan karyawan wanita. Gi Chan belum melihatnya sendiri sih,
tapi ia sudah mendengar rumornya, yang pasti ia sarankan Ha Soo untuk berhati-hati
saja.
Setelah Gi Chan pergi Woo Young
bertanya-tanya memangnya berhati-hati untuk apa, bukankah ini akan meyenangkan
bisa terlibat dengan anak seorang Presdir. Ha Soo tertawa tipis, ia sama sekali
tak pernah berpikir Dae Han akan melakukan itu.
Tiba-tiba orang yang
dimaksud datang. Ha Soo yang menoleh langsung siaga. Haha. Dae Han tersenyum
menatapnya.
Keduanya berada di dalam
mobil, Dae Han mengajak Ha Soo ke suatu tempat. Walaupun semula ia tak pernah
berpikir Dae Han akan macam-macam terhadapnya namun ucapan Gi Chan membuatnya
was-was juga. Ia sih berusaha menepis pikiran itu.
Ha Soo tanya ia dan Dae Han
ini akan kemana. Dae Han berkata kalau ia dan Ha Soo akan menuju tempat
terpencil dimana orang-orang tak mengetahuinya. Ha Soo tanya lagi dimana itu. Dae
Han bilang ada sebuah tempat penyimpanan. Ha Soo mulai cemas, apa maksud Dae Han
dengan tempat penyimpanan.
Dae Han balik bertanya Ha
Soo bisa minum kan. Ha Soo kaget, minum? Ia melihat jalan, kemana sebenarnya Dae
Han akan membawanya. Ia mulai cemas.
Keduanya sampai disebuah
tempat, Dae Han turun dulu dari mobil sedangkan Ha Soo pikirannya mulai macam-macam,
ia cemas. Ia terkejut begitu Dae Han mengetuk jendela kaca mobil dan membukakan
pintu mobil, “kenapa kau tak keluar?”
Ha Soo yang keluar dari
mobil melihat sekeliling tempat itu, sebuah gedung yang lumayan besar. Dae Han
membuka pintu gedung itu. Ia menolah menatap Ha Soo, wajah Ha Soo langsung
berubah tegang.
Dae Han masuk ke dalam
gedung yang gelap. Ha Soo mengekor di belakangnya, ia sangat cemas apalagi
ruangan itu gelap. Ia hampir saja jatuh ketika menuruni tangga. Dae Han
mengulurkan tangan menawarkan membantu namun Ha Soo yang takut Dae Han berbuat
macam-macam menolaknya.
Dae Han menyalakan lampu
sebuah ruangan. Ha Soo terkejut itu adalah ruangan penyimpanan wine. Ini
seperti sebuah bar mini. Dae Han mengambil salah satu wine dan berkata Ha Soo
akan terkejut jika mengetahui harga wine-wine disini, harganya sangat mahal
sekali.
Ha Soo menanyakan alasan
ia dan Dae Han ke tempat ini, untuk apa. Dae Han tak ingin mendengar pertanyaan
itu, tak bisakah Ha Soo tak menanyakan itu. Kita datang kesini untuk memilih
anggur merah untuk mempersiapkan Red Day. Ia pikir ia dan Ha Soo bisa
mendapatkan beberapa sampel wine untuk acara itu. Ha Soo bernafas lega ternyata
untuk itu Dae Han mengajaknya kesini.
Dae Han tanya apa Ha Soo
biasanya seberani ini. Ia menabak pasti ada beberapa rumor yang buruk
tentangnya di tempat kerja. Ha Soo berusaha bersikap tenang bukankah ini
pekerjaan. Alasan Ha Soo ini tidak serta merta membuat Dae Han merasa baik atau
buruk. Ha Soo tersenyum.
Shin Hyung tak bisa tidur
karena Ha Soo belum pulang. Ia berdiri di depan rumah menunggu Ha Soo. Ia
melihat jam di ponselnya, waktu sudah menunjukan pukul 12.55 dini hari. Ia
cemas kenapa Ha Soo belum juga pulang. Ia ingin mengirim pesan namun tak bisa
melakukannya. (ya telepon donk >_<)
Shin Hyung berjalan mondar-mandir
bahkan untuk menghilangkan udara dingin yang menusuk ia lari-lari kecil. Ia
juga duduk berpindah-pindah untuk menghilangkan kejenuhan.
Karena tak juga pulang Shin
Hyung akan menelepon Ha Soo, tapi tak jadi. Ia marah, cemas karena Ha Soo tak
kunjung pulang. Untuk mengusir kegelisahannya ini ia teringat akan apa yang Ha Soo
ajarkan padanya supaya hati menjadi tenang.
Shin Hyung mulai memukul-mukul
dadanya, “Kooong koong da. Koong koong da.” Awalnya sih pelan namun lama-kelamaan
suaranya semakin keras hingga membuat Woo Young dan Myung Soo terbangun karena
kaget. Woo Young kesal apa sih yang dilakukan Shin Hyun malam-malam begini. Apa
Shin Hyung sedang berolahraga di tengah malam.
Semakin lama Shin Hyung
semakin keras memukul-mukul dadanya, ia marah karena ini tak berhasil membuat
hatinya tenang. Dadanya malah sakit dipukuli sendiri. Shin Hyung pun menelepon
Ha Soo namun tak dijawab. Shin Hyung pun tambah cemas dan kesal sekali.
Ia pun sekali lagi memukul-mukul
dadanya sambil lari-lari dan muter-muter. Tapi itu malah membuatnya marah, “apa
ini? apa melakukan ini membuatku merasa labih baik? Kebohongan apa itu, ini tak
berhasil.”
Dae Han mengantar Ha Soo
pulang, ia akan mengantar sampai rumah. Tapi Ha Soo melarang dan bilang tak apa-apa
sampai disini saja dan sebaiknya Dae Han langsung pulang. Dae Han berkata
bagaimana Ha Soo bilang tidak apa-apa, karena perempuan jalan sendiri malam-malam
itu menakutkan. Ha Soo bilang rumahnya sudah dekat jadi silakan Dae Han pulang.
Ha Soo langsung lari, Dae Han pun kembali ke mobil.
Dae Han menggerutu, “aku
ini menawarkan untuk menemanimu pulang.” Ia melihat ada map yang berisi konsep Red
Day, “ah kenapa dia melupakan ini.” Dae Han pun keluar lagi untuk mengantarkan
itu pada Ha Soo.
Shin Hyung masih duduk di
depan rumah, melihat kedatangan Ha Soo ia pun akhirnya tenanng, apa yang
membuat Ha Soo pulang begitu lama. Ha Soo bilang ia bekerja, ia heran kenapa Shin
Hyung ada di luar rumah. Shin Hyung berbohong ia keluar untuk mencari udara
segar. Ha Soo tambah heran udara segar bagaimana, kan dingin begini.
Shin Hyung mengingatkan Ha
Soo, tak aman bagi seorang wanita sendirian di luar di malam hari. Ha Soo
mengerti jadi Shin Hyung tak perlu cerewet. Shin Hyung tanya apa Ha Soo sudah
makan, Ha Soo menjawab sudah. Shin Hyung tanya lagi dengan siapa Ha Soo makan. Ha
Soo kesal karena Shin Hyung cerewet sekali. Keduanya pun masuk rumah.
Dae Han yang terkejut
benar-benar heran bagaimana Shin Hyung bisa berada disini, di rumahnya Ha Soo.
Dae Han sampai di
kamarnya, untuk mengusir rasa penasaran ia pun menghubungi Ha Soo. Shin Hyung
yang melihat ada panggilan di ponsel Ha Soo ingin melihatnya dari siapa itu
namun Ha Soo secepat mngkin mengambil ponselnya.
Ha Soo menjawabnya, Dae Han
memberi tahu kalau tadi Ha Soo meninggalkan dokumen di mobil. Ia akan
membawakan itu pada Ha Soo besok. Ha Soo minta maaf karena sudah kelupaan.
“Berikan remote-nya!” seru Shin Hyung meminta remote pada Myung Soo yang lagi tiduran. “Berikan remotenya!” bentak Shin Hyung membuat Myung Soo berjingkat kaget. “Kenapa kau menonton acara TV seperti itu?”
Ha Soo yang tengah
menelepon terganggu dengan teriakan Shin Hyung, ia memberi kode agar Shin Hyung
diam supaya Dae Han tak tahu bahwa Shin Hyung disini namun ocehan Shin Hyung
semakin keras saja membuat Ha Soo semakin kesal.
Shin Hyung tertawa-tawa melihat
tayangan di TV, bahkan ia sampai menendang-nendang dan menjambak Myung Soo
haha.
Untuk memastikan Dae Han
bertanya Ha Soo tinggal dengan siapa. Belum sempat dijawab Ha Soo, Dae Han pun
menyudahi teleponnya. Ha Soo menatap jengkel Shin Hyung yang berisik sekali.
Shin Hyung terdiam begitu Ha Soo selesai menelepon. “Dengan siapa kau bicara malam-malam begini?”
“Kau tak perlu tahu.”
sahut Ha Soo. “Apa kau harus bicara sekeras itu?” Ha Soo yang jengkel pergi ke
kamarnya.
Shin Hyung juga kesal, ia
melempar remote ke Myung Soo yang tidur. Myung Soo ikutan sewot kenapa Shin Hyung
melemparkan itu padanya mengganggu tidurnya saja.
Shin Hyung masuk ke kamar,
ia tak mengerti dengan dirinya. Kenapa ia jadi seperti ini, ada apa dengannya,
ia berdiri menatap dirinya di depan cermin. Ia menilai apa yang dilakukannya
ini sungguh salah. Ia tak boleh memiliki parasaan seperti ini.
Ketika Shin Hyung melihat
pantulan dirinya di cermin, ia melihat wajah tuanya.
Bersambung ke episode 7
Ya Shin Hyung pun sama
sudah jatuh hati ke Ha Soo. Ketika Ha Soo tak ada ia cemas, gelisah dan begitu
khawatir. Ia pun sepertinya menyadari bahwa perasaan ini tak boleh terus
berkembang di hatinya.
Kenapa ketika Shin Hyung
merasakan sakit di dadanya dan ketika dipegang Ha Soo langsung sembuh, hmm itu
mungkin karena Ha Soo yang menyimpan permata kalung Dae Han. Sepertinya permata
itu juga batu meteor. Mungkin dulu juga ada hujan meteor terus Dae Han
mendapatkan itu dari ibunya, sebagai kenang-kenangan. Makanya ketika dia
kehilangan kalung itu dia marah sekali.
Ok gantian ya cemburunya,
kemarin Shin Hyung yang ngeliat kebersamaan Ha Soo dengan Dae Han sekarang
gantian Dae Han yang ngeliat kebersamaan Ha Soo n Shin Hyung. Hah, apa bakal
ada persaingan cinta antara bapak n anak.
Yi Gun ini benar-benar
musuh dalam selimut. Ah semoga saja Ji Yoon tidak.
yaik!! keluar juga lanjutannya...drama nie ngingetin q sm drmaanyaa choi jin hyuk... ngelit SH yg balik ke tuaaaa laagi jd makin taambaah bikin penasaaraaan...akankah traansformaaasinya bs dikendaaliin?? gmn reaksi org2 liat oraang maati idup laagiii... wewhh
ReplyDeletebingung mau komen apa makin seru Mr Back nya,,,, lanjutkan mbak Fighting y ...
ReplyDeleteOfie yg selalu hadir isi absen hehehe