Saturday, 8 November 2014

Mama - Nothing to Fear Episode 7 Part 1

Tae Joo terkejut begitu tahu bahwa ibu Geu Roo adalah Seung Hee. Seung Hee terbata-bata menyuruh Geu Roo masuk ke rumah. Awalnya Geu Roo diam saja tapi ketika ibunya meminta kembali dirinya untuk pulang lebih dulu ia pun menurut.


Tae Joo yang shock dengan apa yang dilihatnya teringat ucapan istrinya bahwa ibunya Geu Roo itu berasal dari Kanada dan merupakan orang yang sibuk.
Seung Hee terbata-bata bertanya dimana Tae Joo menemukan Geu Roo. Tae Joo mengatakan kalau dirinya berada di bandara untuk melakukan pekerjaan. Ia melihat Geu Roo berada di bandara sendirian bermaksud kabur ke Kanada. Seung Hee tentu saja terkejut mendengarnya.
Tae Joo yang bingung bertanya bagaimana ini bisa terjadi. Seung Hee bilang kalau ini kebetulan saja, “itu hanya kebetulan aku tinggal di lingkungan yang sama denganmu dan menjadi dekat dengan istrimu.”

“Apa kau tahu kalau Bona itu putriku?” tanya Tae Joo lagi.

Seung Hee mengangguk menjawab ia tahu itu.

Tae Joo mulai kesal sejak kapan Seung Hee mengetahui itu. Seung Hee menjawab belum lama. Tae Joo mendesak jawaban yang pasti dari Seung Hee, belum lama itu sejak kapan. Seung Hee diam menatap Tae Joo. Tae Joo sedikit meninggikan suaranya bertanya lagi sejak kapan Seung Hee mengetahui ini.
“Sejak hari kau datang ke rumahku mencari ibunya Bona.” jawab Seung Hee (haha bohong ya). Suara Tae Joo meninggi lagi seharusnya Seung Hee memberitahukan itu padanya. Suara Seung Hee juga ikut meninggi, bukankah sekarang ia sedang memberi tahu Tae Joo, apa ada alasan ia tak bisa tinggal di lingkungan ini, bukankah selama ini ia dan Tae Joo sudah hidup seperti orang asing. “Sejak kapan kau begitu penasaran tentangku? Kenapa aku harus memberitahumu semuanya?”

Tae Joo berkata bukan itu yang ia maksud. Seung Hee berkata lagi memangnya kesalahan apa yang sudah ia lakukan untuk mencegah dirinya tinggal di lingkungan ini. Tae Joo bertanya apa Seung Hee tidak terkejut. Seung Hee diam. Tae Joo mengerti lagi pula Seung Hee tak tahu apa-apa dan baru tahu sekarang, tapi sekarang...
“Apa?” Seung Hee menyela, “apa aku harus pergi lagi?”

Tae Joo terdiam.

Seung Hee berkata bahwa ia telah rela 13 tahun yang lalu pergi demi kebahagiaan Tae Joo, sekarang apa ia harus pergi lagi untuk kebaikan Tae Joo lagi. Seung Hee minta maaf untuk sekarang ia tidak berada dalam posisi dimana ia memperhatikan Tae Joo malah sebaliknya sekarang ia lah yang membutuhkan bantuan.
Seung Hee berterima kasih karena hari ini Tae Joo sudah membantu menemukan Geu Roo. Seung Hee akan kembali ke rumahnya namun Tae Joo memanggilnya, “Seung Hee-ya...!”

Mendengar panggilan akrab itu Seung Hee mengingatkan agar Tae Joo berhenti memanggilnya dengan nama seperti itu. Ia menilai ibunya Bona adalah orang yang baik.
Di dalam rumah Seung Hee memperhatikan dari kaca jendela Tae Joo yang gundah dan masih berada di halaman depan apartemen tempat tinggalnya.
Seung Hee masuk ke kamar Geu Roo. Ia marah dengan tindakan putranya. Geu Roo menjelaskan kalau ia akan kembali ke Kanada. Seung Hee tanya kalau Geu Roo kembali memangnya siapa yang ada disana. Geu Roo menjawab kalau disana akan ada Joey dan Rachel, kirimkan saja mereka uang sama seperti yang ibunya lakukan sebelumnya terhadap mereka.
Seung Hee mengatakan itu karena pada saat itu ia juga berada disana bersama Geu Roo. “Apa kau pikir mereka akan menerimamu? Apa mereka pernah menghubungimu sejak kau pergi? Kenapa kau akan tinggal dengan orang asing? Ayahmu ada disini. Kenapa kau akan melakukan hal itu?”
“Apa ayah akan menyambutku?” Geu Roo tahu pasti apa yang terjadi, “dia menikah dengan wanita lain dan hidup bahagia dengan keluarga barunya. Kenapa aku akan ikut campur dalam kehidupan mereka? Selama ini aku sudah sendirian.”

Seung Hee menekankan bahwa ia tak akan membiarkan Geu Roo sendirian. Geu Roo tak mau tahu silakan saja ibunya pergi melakukan tur pameran, “atau segeralah menikah dengan seseorang. Keluar saja dari rumah ini!” teriak Geu Roo.
Seung Hee meminta Geu Roo menunggu sebentar lagi, tak bisakah putranya ini menunggu sebentar lagi. “Itu tidak akan lama, itu hanya sementara waktu. Sehari seperti semenit bagiku.” ucap Seung Hee penuh emosi.

“Bagiku, sehari denganmu seperti setahun.” Sahut Geu Roo tajam. Ia pun keluar kamar.
Seung Hee yang sedari tadi menahan kesedihannya akhirnya tak tahan lagi. Air matanya mengalir, Ia berusaha bersikap sabar menghadapi semuanya.
Tae Joo teringat ucapan istrinya bahwa ayahnya Geu Roo pacaran dengan wanita lain di Kanada. Ia menggerutu mengomentari kehidupan Seung Hee, apa sulit untuk hidup dengan benar saja. Tae Joo melihat ponsel istrinya ada di meja. Ia mengambil dan memeriksanya. Ketika Ji Eun masuk kamar, Tae Joo buru-buru meletakan kembali ponsel istrinya ke meja.
Ji Eun tanya apa Tae Joo sudah memastikan Geu Roo sampai di rumah. Tae Joo menjawab pendek ya. Ji Eun tanya lagi apa ibunya Geu Roo mengatakan sesuatu untuknya. Tae Joo balik bertanya mengatakan apa, tidak ada yang dikatakan ibunya Geu Roo.
Tae Joo tanya apa pekerjaan ayahnya Geu Roo. Ji Eun heran kenapa tiba-tiba tae joo menanyakan tentang seseorang yang tak pernah Tae Joo temui. Tae Joo berkata bukankah Ji Eun yang bilang kalau ayahnya Geu Roo memiliki wanita lain di Kanada, sementara anaknya bersikap kasar pada ibunya, melarikan diri dan semuanya. “Pria itu tak peduli dengan mereka, berselingkuh, apa dia manusia?” omel Tae Joo.
Ji Eun menyindir bukankah semua pria seperti itu. Itulah sebabnya ia menghibur ibunya Geu Roo. Terlepas dari usia mereka, pria itu semuanya sama, kepribadian mereka bukanlah masalah karena Tae Joo juga termasuk di dalamnya, tidak menurutnya bahkan Tae Joo lebih buruk.

Tae Joo heran kenapa Ji Eun malah melibatkan dirinya. Ji Eun menantang bertanya apa Tae Joo tak tahu kenapa, ia berusaha menahan emosinya dan mengatakan kalau saat itu ia melihat semuanya. “Direktur itu bergandengan tangan denganmu, memelukmu dan bahkan membisikan seseatu padamu.” Apa Tae Joo ini sudah tuli sampai perlu dibisiki seperti itu.
Tae Joo menjelaskan kalau yang menjadi direktur itu dulunya bersekolah di sekolah yang sama dengannya, tak terjadi apa-apa diantara ia dan direktur itu. Ji Eun tentu saja tak percaya, apa Tae Joo pikir ia bodoh karena pura-pura tak tahu. Kalau memang benar tak ada yang terjadi kenapa nomor ponsel wanita itu tersimpan dengan nama Asisten Manajer Lee. Tae Joo membela diri itu karena ia tahu bahwa Ji Eun akan curiga yang tidak-tidak.

Ji Eun menantang Tae Joo untuk menghubungi wanita itu, ia akan bertanya sendiri. Tae Joo pun akhirnya mengaku kalau memang benar ia dekat dengan Direktur Kang tapi ia sudah mengakhiri hubungan itu. “Kami tak memiliki hubungan apa-apa lagi selain rekan kerja di perusahaan.”

Ji Eun tak akan memperpanjang masalah ini, ia akan membiarkan ini berlalu demi keutuhan keluarganya. Namun ia memperingatkan suaminya agar tidak berbuat seperti ini lagi, karena ini adalah batas kesabarannya.

Tae Joo juga mengingatkan istrinya agar mulai sekarang jangan berbagi hal seperti ini dengan ibunya Geu Roo. “Dia itu tetangga kita, kau harus berhati-hati di depan dia. Jika kau memberi tahu dia semua rahasia keluarga kita dan menghancurkan hubungan kita...”

“Jangan khawatir.” sela Ji Eun karena ia sudah memutuskan untuk tak akan menemui Seung Hee lagi. Tae Joo terkejut dan heran memangnya kenapa, apa terjadi sesuatu. Ji Eun berkata sepertinya ibunya Geu Roo terlalu memandang rendah dirinya karena dia lebih kaya.

“Dia tidak seperti itu kok.” bela Tae Joo.
Sekarang Ji Eun yang heran, suaminya ini berpihak pada siapa sekarang. Tae Joo gelagapan, berpihak apanya. Ji Eun meminta Tae Joo berhenti mengkhawatirkan wanita lain, lebih baik perlakukan istri sendiri dengan benar. “Dia (Seung Hee) wanita yang memiliki apartemen mewah dan mengendarai mobil mahal. Dia kaya dan mapan. Jika dia tak tahan dengan suaminya yang berselingkuh, dia bisa saja menceraikannya. Akulah yang menyedihkan, karena aku bahkan tak bisa memimpikan sebuah perceraian. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mendukung suami dan anakku dari belakang.” Ji Eun kembali memperingatkan suaminya mulai sekarang ia akan terus mengawasi.
Ji Sub yang berada di tempat tinggalnya di lantai dua tengah menyiapkan sesaji untuk memperingati hari kematian ibunya. Ia melihat sepertinya ada sesaji yang letaknya salah, ia pun menukar letaknya. Ji Sub mengeluarkan dompet yang berisi foto ibunya. Ia meletakan foto ibunya disana.
Ji Sub memandang foto ibunya, “Ini berantakan kan, bu?” Ia pun mulai curhat pada ibunya. “Ayah sudah mempekerjakan pembantu lagi. Pembantu itu sudah membuatkan makanan untuk peringatan kematianmu setiap tahun. Jadi aku tak begitu pandai melakukan ini. Tetap saja ibunya temanku juga berusaha membuatkan semua makanan ini. Dia itu pandai memasak.

Jangan menunggu ayah. Dia sedang melakukan perjalanan bisnis. Aku tahu kau tak terkejut. Dia masih sama saja.

Oh ya bu, di lantai satu, yang biasa ibu tempati, seseorang pindah kesana untuk sementara. Tapi.... saat dia melukis, dia sangat mirip dengan ibu.”
Seung Hee melihat catatan yang dibuat Ji Eun yang ditempal di pintu lemari es. Catatan itu bersisi tentang hal-hal yang perlu disiapkan Geu Roo di tahun ajaran baru. Sepatu ruangan, sepatu olahraga, buku latihan, dll. Ji Eun juga berpesan pada Seung Hee agar membeli dan membaca buku cara membesarkan anak dengan baik.
Geu Roo keluar dari kamarnya bersiap akan ke sekolah. Seung Hee berkata kalau peralatan sekolah Geu Roo kemungkinan ahjumma sudah meletakannya disuatu tempat. Geu Roo menunjukan pada ibunya tas berisi keperluan sekolahnya, ia mengatakan kalau ahjumma sudah mengirim pesan padanya.
Seung Hee mengambil tasnya dan akan pergi bersama Geu Roo. Geu Roo memandang heran. Seung Hee mengatakan kalau mulai sekarang ia akan mengawasi Geu Roo, ia tak percaya dengan putranya lagi, Siapa tahu Geu Roo akan kabur lagi, ia juga tak percaya pada orang lain. Geu Roo kesal bukankah ada ahjumma. Seung Hee berkata kalau ahjumma tidak datang lagi, jadi ia yang akan mengantar Geu Roo ke sekolah.
Tae Joo mencoba beberapa jas. Ji Eun lelah melihat suaminya gonta-ganti jas terus bukankah apapun yang dipakai Tae Joo akan terlihat bagus. Tae Joo bilang itu ketika dirinya masih muda, saat usia bertambah ia akan terlihat buruk jika tidak berdandan (hahaha).

Ji Eun cemburu memangnya siapa sih yang sedang Tae Joo coba buat terkesan. Tae Joo mulai kesal apa Ji Eun benar-benar akan seperti ini, haruskah ia benar-benar berselingkuh. Ji Eun berseru jangan. Tae Joo berkata maka dari itu pertahankan martabat Ji Eun, kalau Ji Eun terus melakukan ini bagaimana bisa ia menghormati Ji Eun dan mencintai sebagai istrinya.
Tae Joo mengantar Bona ke sekolah, Ji Eun yang ada keperluan juga ikut bersama suaminya. Tae Joo keluar dari mobil sambil mengeluarkan payung. Di luar hujan rintik-rintik, ia memayungi Bona agar tak kebasahan.
Mereka bertemu ibu Min Joo yang... (menurut saya sih kayak kerja di sekolah deh, jadi apa ya? Kayak satpam gitu apa malah petugas parkir, tahu ah) ibu Min Joo menyapa ramah pada Tae Joo. Ibu Min Joo melihat Tae Joo terlihat begitu tenang tak peduli dalam keadaan apapun. Tae Joo berbasa-basi menanyakan kabar ayah Min Joo. Ibu Min Joo berusaha tersenyum memberi tahu kalau ayah Min Joo keadaannya sangat baik.

Ketika Tae Joo sudah berlalu ibu Min Joo bergumam, “aku ingin hidup dengan pria seperti itu meskipun dia akan berselingkuh dariku.” (hahaha)
Seung Hee yang mengantar Geu Roo juga sudah sampai disana. Ia berpesan agar putranya bersikap baik di sekolah. Geu Roo yang dinasehati seperti itu cuek saja. Ia berlalu dari hadapan ibunya. Seung Hee memanggil putranya karena sepatunya tak terbawa. Geu Roo berbalik untuk mengambil sepatunya.

Bona yang sampai disana memanggil Geu Roo. Tae Joo dan Seung Hee terkejut keduanya bertemu kembali ketika mengantar anak-anak sekolah. Bona menyapa sopan pada Seung Hee.
Tae Joo tak tahu harus mengawali pembicaraan bagaimana. Ia beralih ke Geu Roo, “apa kau sudah meminta maaf pada ibumu?” Geu Roo yang diam saja heran. Tae Joo menasehati bahwa Geu Roo tak seharusnya kabur dari rumah meskipun ibu Geu Roo memarahi Geu Roo. Ia harap Geu Roo tak menyakiti hati ibu Geu Roo lagi, ucapnya sambil menepuk pundak Geu Roo. Geu Roo yang diperlakukan seperti itu menghindar, ga boleh pegang-pegang gitu. Ia yang cuek pun berlalu dari sana. Bona mengejar Geu Roo.

Tae Joo bergumam kalau Geu Roo itu pemarah. Seung Hee akan pergi tapi Tae Joo memanggilnya, ia terbata-bata tak tahu bagaimana mengatakannya, hingga Ji Eun pun tiba disana menyusul Tae Joo.
Ji Eun terkejut melihat suaminya bersama Seung Hee. Ia yang masih kesal dengan Seung Hee diam saja, tak menyapa. Tae Joo mengatakan kalau ibu Geu Roo berada disini karena mengantar Geu Roo. Ji Eun tak mau tahu, ia mengajak suaminya segera pergi dari sana.
Ji Eun mengapit lengan Tae Joo dan menariknya. Ia mengatakan kalau kemarin dirinya bertengkar dengan Seung Hee, jadi pura-pura saja Tae Joo tak mengenal Seung Hee. Tae Joo menilai Ji Eun terlalu kekanak-kanakan bertingkah seperti ini.
Seung Hee menerima telepon dari orang suruhannya. Orang suruhannya mengatakan kalau ia sudah menghubungi pengacara seperti yang Seung Hee minta. Ia penasaran kenapa Seung Hee membutuhkan pengacara. Seung Hee bilang ia perlu membereskan segala sesuatunya karena tak banyak waktu yang tersisa.
Bona bertanya pada Geu Roo apa benar Geu Roo akan kembali ke Kanada. Geu Roo membenarkan. Bona sedih mendengarnya, “Lalu bagaimana denganku? Jika kau pergi ke Kanada, kita tak akan bertemu satu sama lain lagi.”

Geu Roo jadi kikuk tak tahu harus mengatakan apa, ia pun mencari alasan lain dengan mengatakan kalau ia harus pergi ke kantor untuk mencari tahu dimana kelasnya.

Bona kesal, “apa kau tak akan menjawab pertanyaanku? Hei Han Geu Roo.” (hahahaha)
Disebuah kelas tampak anak-anak bersiap di tempat duduk mereka. Ibu guru masuk bersama seorang siswa baru yang tak lain adalah Han Geu Roo. Bu Guru mengenalkan siswa baru tersebut. Ternyata itu adalah kelas dimana Bona, Han Se dan Min Joo belajar. Ketiga anak ini melongo terkejut.
Bu Guru ingin siswa yang duduk disebelah Geu Roo nanti akan banyak membantu Geu Roo. Bu guru tanya siapa yang mau menjadi teman duduk sebelahnya Geu Roo. Hampir semua siswa mengacungkan tangan bersedia. Kecuali Bona yang hanya menunduk. Han Se kesal sekali melihat tingkah teman sekelasnya.

Geu Roo minta ijin pada Bu guru bolehkah ia memilih sendiri dimana ia akan duduk. Bu guru mengijinkannya. Geu Roo tersenyum penuh arti wehehehe.
Geu Roo berjalan menuju tempat duduk Bona. Bona yang sedari tadi menunduk mengangkat wajahnya. Riuh terdengar suara teman-teman sekelas melihat Geu Roo memilih duduk di samping Bona. Bu guru minta maaf pada Han Se yang harus pindah tempat duduk karena harus memberikan tempat duduk pada siswa baru, Han Se pun dipersilakan duduk di sebelah Min Joo dimana ada bangku yang masih kosong. Han Se pindah duduk dengan terpaksa, ia sangat kesal.
“Ini lah jawabanku.” sahut Geu Roo pada Bona.

Bona menatap tak mengerti apa yang Geu Roo katakan.

“Aku tak akan pergi ke Kanada.” ucap Geu Roo sambil tersenyum.
Seung Hee sampai di depan studio, ia melihat disana ada motor Ji Sub. Ia menebak pemuda itu ada di lantai dua. Ia pun kesana.

Seung Hee mengetuk pintu lantai dua, tak ada sahutan dari Ji Sub. Ia pun mencari di sekeliling tempat itu dan menemukan Ji Sub tiduran di ayunan. Tak ingin mengganggu istirahat pemuda itu Seung Hee pun tak membangunkannya. Ia meletakan map yang sepertinya berhubungan dengan pekerjaan di atas badan Ji Sub.
Ketika akan pergi dari sana Seung Hee terkejut karena Ji Sub menahan tangan dan menarik tubuhnya hingga terduduk di ayunan. Ia yang terkejut bertanya apa yang Ji Sub lakukan.
Ji Sub meminta Seung Hee menatap matanya. Ia memegangi tangan Seung Hee. Seung Hee mengaduh tangannya sakit dan berusaha melepaskan diri. Ji Sub terus menatap tajam. Mata keduanya pun bertemu.

Ji Sub bersyukur yang tentu saja membuat Seung Hee heran. JI Sub mengatakan kalau ia sedang memastikan untuk melihat apakah ia akan membantu Seung Hee karena ia menyukai Seung Hee. Ia hanya ingin memastikan saja. “Jadi kau tak harus mengabaikan teleponku. Kau hanya perlu mengabaikan teleponku jika kau berpikir demikian.” tegas Ji Sub.

Seung Hee bilang kemarin dan hari ini ia sibuk, Ji Sub seharusnya menunggu bukankah ia sudah bilang ia akan menelepon kembali.
Ji Sub benar-benar tidak bisa terbiasa dengan sikap Seung Hee. “Apa kau tak pernah berada dalam sebuah hubungan? Itu adalah alasan yang dibuat seorang gadis saat dia bosan dengan pacarnya. Aku tak pernah mendengar kata-kata itu dari seorang wanita sebelumnya, rasanya buruk. Aku merasa terganggu.” Seung Hee bilang ia sudah memastikan kontrak itu, hubungi mereka dan beritahukan pada mereka kelanjutannya.

Seung Hee akan berdiri tapi Ji Sub menahan tangannya, ia kesal apa lagi sekarang.

Ji Sub berkata kalau ia adalah tipe orang yang melakukan pekerjaan dengan sempurna. “Pertama batas waktu, Berapa lama kau ingin aku membantumu melakukan ini?” Seung Hee menjawab ini tak akan lebih dari enam bulan. Ji Sub setuju ia akan menjadi sekretaris Seung Hee dengan kontrak enam bulan. Ia akan membuat syarat-syarat kontrak ini, tapi ia akan mengakhiri kontrak jika Seung Hee tak menjawab teleponnya. (hahaha)

“Kedua, presdir perusahaan itu adalah tanggung jawabmu. Aku tak akan menemui dia. Terakhir, luangkan waktumu hari ini!” perintah Ji Sub.
Seung Hee tanya kenapa ia harus meluangkan waktu. Ji Sub tak mengatakannya, pokoknya kalau ia minta Seung Hee meluangkan waktu, luangkan saja, jangan bertanya terus. “Aku sudah banyak membantumu, setidaknya kau harus mencari waktu untuk mentraktirku makan.”

Seung Hee tertawa dengan permintaan Ji Sub yang minta ditraktir. Ia pun setuju. Ia berdiri dan akan mengambil sejumlah uang untuk diberikan pada Ji Sub agar Ji Sub bisa membeli sesuatu yang enak dimakan. Tapi Ji Sub tak bersedia menerima uang, karena ia sendiri juga punya uang kok.
Ponsel Ji Sub berdering, ia menunjukannya pada Seung Hee kalau yang meneleponnya itu Manajer Moon Tae Joo, dia ada di bawah. Seung Hee terkejut.
Moon Tae Joo bersama Asisten Lee ternyata benar-sudah ada di depan studio. Ia terus mencoba menghubungi Ji Sub yang panggilan teleponnya tak dijawab-jawab. Keduanya melihat motor Ji Sub ada disana, keduanya pun memastikan kalau Ji Sub ada.
Seung Hee yang terkejut cemas apa Ji Sub mengundang mereka kesini. Ji Sub bilang ini bukan pekerjaan utamanya, kedatangan Tae Joo kesini akan menghemat waktunya. Ia mengajak Seung Hee bertemu dengannya jam 2 siang ini, jika Seung Hee berjanji akan datang janjian dengannya, ia akan turun untuk menemui Manajer Moon. Kalau Seung Hee tidak mau silakan temui sendiri si Tae Joo itu. Seung Hee pun terpaksa menyetujui janjian pergi dengan Ji Sub.

Ji Sub mengingatkan kembali kalau waktu keduanya janjian nanti itu tepat jam 2 siang. Ia benar-benar tak suka ketika orang-orang membuatnya menunggu, jadi jangan terlambat. “Jika kau tak muncul aku akan mengungkapkan identitasmu ke perusahaan.” ancamnya. Ji Sub akan memberi tahu tempat dimana keduanya akan bertemu, tapi ia tak jadi mengatakannya, ia akan memberi tahu Seung Hee nanti.
Sambil menunggu Ji Sub, Asisten Lee menatakan kalau di kantor ada rumor yang mengatakan bahwa Tae Joo bisa saja menjadi seorang CEO, karena putra Presdir yang seorang petualang dan tak bisa diandalkan untuk meneruskan bisnis. Asisten Lee menilai Stella Han seperti sebuah berkah tersendiri.
Ji Sub turun menumui dua orang ini. Ia memberi tahu keduanya kalau Stella Han sudah mengkonfirmasi kontraknya jadi Manajer Moon dan Asisten Lee bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Tae Joo menyerahkan proposal pemasaran pada Ji Sub. Keduanya akan melakukan presentasi tapi Ji Sub bilang keduanya silakan pergi saja, ia sangat sibuk.

Tae Joo ingin Ji Sub menghubungi Stella Han. Ia dan perusahaannya tak bisa terus-menerus bekerja seperti ini, kenapa Stella Han tak mau menemuinya bahkan setelah menandatangani kontrak. Seung Hee yang was-was mengintip dari lantai dua. Tae Joo tanya kapan Stella Han datang, ia bisa menunggu disini sampai Stella Han datang.

“Dia akan datang saat kalian berdua pergi.” ucap Ji Sub membuat Tae Joo kesal.

Asisten Lee berusaha menenangkan Tae Joo. Ia mengerti dan mengajak Tae Joo pergi dari sana.
Ji Sub memperhatikan Seung Hee yang terus-menerus melihat kepergian Tae Joo. Ia heran kenapa Seung Hee menatap Tae Joo sampai segitunya.
Ji Eun bersama ibu Min Joo di kafe. Ibu Min Joo tadinya khawatir, ia pikir Ji Eun tak akan pernah menemuinya lagi karena Ji Eun selalu bergaul dengan ibunya Geu Roo. Ji Eun membenarkan tapi sekarang ia sudah tak perlu sibuk lagi, ditambah lagi ini adalah tahun terakhir Bona di SD dan setengah tahun sebelum masuk SMP (jadi anak-anak itu udah kelas 6 ya) Ibu Min Joo iri karena Bona bisa melakukan dengan cukup baik tanpa mengikuti ujian apapun. Ia juga senang sekali karena bisa melihat wajah Ji Eun lagi, apa Ji Eun tahu betapa kesepian dirinya.
Ji Eun ingin ibu Min Joo berjanji satu hal padanya. “Tentang ayah Bona, tolong jangan beritahu ke ibunya Han Se. Jika rumor menyebar di sekitar perusahaan......” Belum sempat Ji Eun menjelaskannya ibu Min Joo sudah menyela meminta Ji Eun jangan khawatir. Ia mendengar hal itu dari ibunya Han Se kok, kenapa Ji Eun malah membicarakan itu lagi. Ups ibu Min Joo keceplosan ngomong. Ji Eun terkejut mendengarnya.
Ibu Min Joo menggenggam tangan Ji Eun memohon agar Ji Eun berpura-pura tak mendengar apa yang ia katakan tadi, karena ia sudah berjanji pada ibu Han Se bahwa ia akan merahasiakannya. Ji Eun kesal sekali ternyata informasi yang diperoleh Ibu Min Joo ini berasal dari Ibunya Han Se.
Disaat yang sama ibu Han Se datang bersama ibu-ibu lain. Ibu Han Se heran apa yang Ji Eun lakukan disini. Ji Eun yang marah menarik paksa ibu Han Se keluar.
Ji Eun mendorong ibu Han Se ke tembok. Ibu Han Se tentu saja marah apa yang Ji Eun lakukan padanya, apa Ji Eun sudah gila. Ji Eun tanya apa ibu Han Se yang memberi tahu ibu Min Joo tentang perselingkuhan suaminya. Ibu Han Se membela diri kalau ia tidak bergosip karena itu fakta. Ia hanya memberi tahu ibu Min Joo karena ia khawatir. Ji Eun tak heran dengan sikap Ibu Han Se karena ibu Han Se ini selalu mengatakan cara terbaik untuk menyebar rumor itu adalah dengan memebri tahu ibu Min Joo.
Ibu Han Se heran karena tingkah Ji Eun sekarang benar-benar aneh. Ji Eun membenarkan sekarang ia sudah berubah, ia menyadari bahwa semakin baik dirinya dan semakin ia berusaha keluar dari masalah, semakin ia dipandang rendah.
Ibu Han Se menantang apa sekarang Ji Eun memilih berkelahi dengannya. Ji Eun balik menantang haruskah ia melakukan itu. Ia tahu tak ada rahasia diantara pasangan, ia cukup yakin dan tahu banyak hal tentang suami ibu Han Se dari pada ibu Han Se sendiri. Ibu Han Se tak mengerti apa maksud perkataan Ji Eun. Ji Eun menatakan kalau belum lama ini Direktur Kim ditegur oleh Presdir di perusahaan karena melecehkan karyawan perempuan. Ibu Han Se jelas saja terkejut.

Ji Eun memperingatkan lebih baik ibu Han Se menutup mulut ibunya Min Joo, kalau tidak ia tak akan melepaskan ibu Han Se begitu saja. Ibu Han Se kesal sekali dengan ancaman Ji Eun ini.
Presdir akan melakukan perjalanan bisnis. Ia mengatakan kalau dirinya banyak melihat kesuksesan melalui perjalanan bisnis ini, begitu kontrak dengan Stella Han diketahui publik masalah perusahaan akan segera terselesaikan. Ia memuji Moon Tae Joo sudah melakukan kerja yang bagus.

Presdir juga perlu melihat tingkat keberhasilan yang sama dengan bisnis yang di China. Kang Rae Yeon tersenyum siap diberi mandat oleh Presdir tapi Presdir malah menugaskannya pada Direktur Kim. Senyum Kang Rae Yeon berubah menjadi keterkejutan, kenapa sesuatu yang seharusnya menjadi tugasnya malah berpindah pada Direktur Kim.

Moon Tae Joo ikut bersama rombongan Presdir mengantar Presdir yang akan melakukan perjalanan bisnis.
Rae Yeon tak mengerti kenapa tiba-tiba Dir Kim yang mengambil tugasnya. Direktur Kim yang tersenyum puas bertanya apa Rae Yeon membutuhkan saran darinya sekarang. Rae Yeon penasaran apa rahasia Dir Kim untuk bertahan di perusahaan ini hingga akhir.

“Bukankah itu kelemahan dia? Kelemahan presdir ada di tanganku.” ungkap Dir Kim seraya tersenyum.
Ji Eun yang sampai di rumah dalam perasaan campur aduk segera meneguk air minum untuk menenangkan dirinya. Ia menyesal sudah menuduh Seung Hee yang tidak-tidak, padahal Seung Hee tidak melakukan apa yang ia tuduhkan. Ia merasa dirinya pasti sudah kehilangan akal karena tak mempercayai Seung Hee.
Seung Hee yang tengah melukis di studio menerima sms dari Ji Sub.

Ayo kita bertemu di kafe depan rumah sakit Tae Yang. Itu buruh waktu 30 menit dari studio. Kenapa kau masih membaca pesan ini? kau harusnya pergi.

Seung Hee terkekeh membaca sms Ji Sub. Hihihi.
Seung Hee bersiap akan pergi. Ia sudah keluar dari studio, ponselnya bunyi lagi. Ada sms masuk. “Iya aku tahu, ini aku sedang dalam perjalanan.” gerutunya.

Tapi itu bukan sms dari Ji Sub melainkan Ji Eun.

Ji Eun sekarang sudah di rumah Seung Hee.

Ini aku, ibunya Bona. Aku tak bisa memberitahu ini secara langsung, jadi aku mengirimkan pesan sebagai gantinya. Kau belum mengganti password rumahmu? Itu artinya aku bisa masuk kapan pun kan? Kenapa kau tak membuat penolakan yang lebih kuat?

Kepercayaan yang nyata, berarti kau mempercayai seseorang bahkan saat mereka berbohong padamu. Aku salah, maafkan aku. Mulai sekarang aku akan percaya padamu tak peduli apapun. Kau akan meneleponku kan?

Seung Hee melihat jam tangannya. Ia bingung, ia ada janji dengan Ji Sub tapi salah pahamnya dengan Ji Eun harus segera diselesaikan.
Tepat saat itu Suzy datang akan naik ke lantai dua. Seung Hee tanya apa kedatangan Suzy untuk menemui Ji Sub. Dengan juteknya Suzy malah balik bertanya memangnya ia berada disini untuk menemui Seung Hee.
Ji Sub duduk di motornya di depan kafe. Ia melihat jam tangannya, ia menahan kesal karena Seung Hee terlambat datang. Bukankah ia sudah memberi tahu agar datang tepat pukul dua siang. “Apakah dia sakit atau tidak itu bukan urusanku.” gerutu Ji Sub sok tidak peduli hahaha.
Ji Sub akan pergi tapi suara seseorang yang memanggil membuatnya terkejut, Suzy. Suzy datang menunjukan kartu kredit yang ada di tangannya. Ia memberi tahu Ji Sub, Seung Hee memberikan kartu kredit ini padanya.

“Wanita di lantai satu itu memberitahuku, dia sudah berhutang padamu dan mentraktirmu makan, tapi dia sedang sibuk. Jadi dia memberikanku kartu kreditnya untuk membayar hutangnya.” Jelas Suzy.
Ji Sub menahan kesal sambil menggerutu, “Memangnya dia pikir aku itu siapa?” Ji Sub merampas kartu kredit itu dan menyimpannya di saku celana. Ia naik ke motornya.
Suzy otomatis ikut naik, dikiranya ia dan Ji Sub akan pergi makan bersama. Tapi Ji Sub meminta Suzy turun dari motornya. Suzy kesal karena Ji Sub selalu saja memintanya turun dari motor.

Ji Sub yang hatinya kesal tak peduli dengan rengekan Suzy. Ia tancap gas meninggalkan wanita muda itu.


Bersambung ke part 2


4 comments:

  1. Ha ha lucu n menjanjikan
    Serasa ak seung hee
    Ngayal

    ReplyDelete
  2. Seru sinopsisnya hehehe...
    Lanjutin sampai episode terakhir yaaa penasaran nih^^d

    ReplyDelete
  3. Bosen lagi ya mbak....
    Kok dak dilanjut

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.