Wednesday 28 November 2012

Sinopsis May Queen Episode 18 Part 1

Hae Joo menerima kiriman foto plat nomor mobil yang digunakan Gi Chul ketika menabrak ayahnya (Chun Hong Chul) dulu. Hae Joo menatap heran, “Apa ini?”

Chang Hee melihatnya dan terkejut. Ia langsung merampas ponsel Hae Joo untuk melihatnya lebih jelas. Ia kesal dan membanting keras-keras ponsel Hae Joo.
Hae Joo yang kaget dengan tindakan Chang Hee mempertanyakan kenapa dengan Chang Hee. Chang Hee mengatakan bukan hanya Hae Joo saja yang punya keluarga ia juga punya. Ia kesini dan meninggalkan ayahnya. Chang Hee tak peduli pokoknya ia dan Hae Joo harus segera pergi dan jangan bertanya lagi.
Hae Joo menolak ia minta maaf karena tak bisa pergi dengan Chang Hee. Ia tak mengerti dengan tingkah laku Chang Hee hari ini meski ia mencoba untuk memahaminya karena saat ini Chang Hee tak terlihat seperti orang yang ia kenal.

Hae Joo meninggalkan Chang Hee sendirian di bandara. Chang Hee memungut ponsel Hae Joo yang tadi ia banting.
Di luar bandara Hae Joo berjalan melamun.
Chang Hee masih berada di bandara. Ia menelepon Presdir Jang. Ia mempertanyakan apa yang barusan Presdir lakukan. Presdir Jang berkata kalau Chang Hee ini pria yang pintar tapi kenapa tak bisa melihat situasi yang terjadi saat ini. ia mengancam sekali saja Chang Hee melangkah pergi, gadis itu (Hae Joo) akan langsung tahu siapa yang membunuh ayahnya.
Chang Hee mengatakan kalau sekarang ponsel Hae Joo ada padanya jadi Hae Joo tak akan menerima telepon apapun dari Presdir Jang.

Presdir menantang, “Begitu ya? Kalau begitu bagaimana dengan ini?”
Presdir Jang mendekatkan ponsel ke Park Gi Chul yang tergolek lemah. Presdir Jang berkata pada Gi Chul kalau Chang Hee akan tetap pergi jadi kenapa tak mengucapkan salam perpisahan padanya.
“Chang Hee...!” seru Gi Chul dengan suara lemah. “Aku tak peduli, cepatlah pergi!”

Plok... Presdir Jang memukul Gi Chul dan kembali bicara dengan Chang Hee, “Bukankah menurutmu cinta ayahmu ini sungguh menyedihkan? Kalau begitu coba saja pergi!”
Chang Hee menahan geram, “Apa yang kau lakukan pada ayahku?”

Presdir Jang menyuruh Chang Hee mencari tahu sendiri kalau Chang Hee ingin tahu apa yang ia lakukan terhadap ayah Chang Hee. “Tidak, datang ke kantorku dulu. Bukankah kita belum menyelesaikan membahas urusan kita?” Presdir Jang memutus teleponnya.
Chang Hee jelas takut terjadi sesuatu pada ayahnya. Ia berdiri mematung di bandara, ia pun memutuskan untuk mengejar Hae Joo, ia meninggalkan kopernya begitu saja untuk menyusul Hae Joo.
Hae Joo baru saja naik bus ketika Chang Hee keluar dari bandara. Chang Hee celingukan mencari Hae Joo. Hae Joo melihat Chang Hee mencarinya tapi Chang Hee tak melihat ke arahnya dan bus pun berangkat.
Chang Hee menoleh dan melihat Hae Joo ada di dalam bus. Ia lari kencang untuk mengejar bus tapi mobil sekertaris Choi mencegatnya.
Chang Hee dikepung beberapa anak buah Presdir Jang.
Chang Hee berusaha mencari celah untuk kabur tapi sayang anak buah Presdir Jang terlalu banyak dan tangguh untuk ia lawan. Chang Hee yang berusaha untuk melawan pun tak kuasa menandingi mereka. Ia hanya menatap pergi bus yang dinaiki Hae Joo.
Sekertaris Choi meminta Chang Hee untuk ikut dengannya karena Presdir Jang sedang menunggu. “Bukankah kau penasaran atas apa yang terjadi pada ayahmu?”
Sekertaris Choi memperlihatkan video kondisi mengenaskan Park Gi Chul. Chang Hee jelas marah ayahnya diperlakukan seperti itu. Sekertaris Choi menilai kalau Park Gi Chul memiliki anak yang buruk hingga Gi Chul harus menderita seperti itu.
Chang Hee yang dipegangi anak buah Presdir Jang meronta dan akan melawan Sekertaris Choi tapi anak buah Presdir Jang menahan Chang Hee yang berusaha melawan mereka.

Dan buk..... sekali pukulan Sekertaris Choi mendarat membuat Chang Hee langsung ambruk. Pukulan kedua Sekertaris Choi membuat Chang Hee tak bisa berbuat banyak.

Sekertaris Choi mengingatkan agar Chang Hee ikut dengannya secara patuh. Bukankah keterlaluan kalau ayah dan anak keduanya harus terluka. Mereka pun membawa Chang Hee untuk menghadap Presdir Jang.
Presdir Jang menunggu di ruangannya. Sekertaris Choi masuk membawa Chang Hee. Chang Hee melepaskan diri dari cengkraman anak buah Presdir Jang. Presdir Jang meminta Sekertaris Choi dan anak buahnya keluar karena ia ingin bicara berdua dengan Chang Hee.
Presdir Jang berkata kalau ia sudah meminta Sekertaris Choi untuk mengawal Chang Hee dengan sopan, ia bertanya Sekertaris Choi tak bertindak kurang ajar pada Chang Hee kan?

Chang Hee menanyakan apa yang Presdir Jang lakukan terhadap ayahnya. Presdir Jang bilang kalau yang ia lakukan tak ada yang terlalu serius. Ia meninggalkan ayah Chang Hee sendirian jadi daripada ia menjadi pembunuh bukankah lebih baik kalau ia memukul Gi Chul agar bisa istirahat di rumah selama beberapa hari. 

Presdir Jang mengatakan kalau ia sangat menyukai tipe pria yang memiliki cinta murni, Tekad yang bisa membuat seorang pria meninggalkan ayahnya sendirian demi sang kekasih itu sungguh sangat menyentuh. Tapi menurutnya Chang Hee sudah membuat pilihan yang salah karena Chang Hee malah akan kehilangan keduanya, ayah Chang Hee dan juga kekasih.
Presdir Jang bertanya apa yang harus ia lakukan, haruskah ia mengirim Chang Hee dan ayah Chang Hee ke penjara dan memberi tahu Hae Joo kalau ayah Chang Hee lah yang membunuh ayah Hae Joo. Chang Hee menahan geram ia ingin sekali melawan Presdir Jang.
Tapi Chang Hee tiba-tiba berlutut di depan Presdir Jang, ia hanya bisa menunduk pasrah dibalik kemarahannya, “Aku bodoh. Tolong maafkan aku. Mulai saat ini aku akan melakukan apapun keinginanmu Presdir.” Chang Hee terpaksa nih ngomong kayak gitu.
Presdir Jang membantu Chang Hee berdiri dan berkata kalau Chang Hee tak perlu berbuat sejauh itu. Sebenarnya ia paling tidak suka dengan penghinaan seperti ini karena yang namanya penghinaan bisa membawa rasa ingin membalas dendam lainnya. Presdir Jang cukup merasa senang Chang Hee sudah kembali padanya, “Kau tahu aku menyayangimu sejak kau masih kecil.” Presdir Jang tertawa sedangkan Chang Hee diam menahan amarahnya.
Hae Joo pergi ke tempat ia menabur abu ayahnya. Disana ia berkeluh kesah pada ayahnya.
“Ayah, aku melakukan hal yang benar kan? Tidak mengikuti Kak Chang Hee dan tetap tinggal disini, itu keputusan yang benar kan? Tapi ayah, sejujurnya aku ingin mengikutinya. Aku ingin menggenggam tangan Kak Chang Hee erat-erat dan pergi.”
Hae Joo menitikan air mata, “Ayah... kau selau bilang kalau kau selalu berada di belakangku. Kau juga sekarang sedang menjagaku kan? Jadi aku harus tetap kuat kan? Semangat semangat!” Hae Joo menyemangati dirinya sendiri.
Sang Tae bekerja di pabrik kakek ia banyak mengeluh kelelahan karena membawa barang yang berat. Plok.. kakek memukul kepala Sang Tae menyuruhnya bangun. Sang Tae langsung melanjutkan pekerjaannya memindahkan tabung (pipa) besi. Ia memindahkannya satu-satu tapi kakek menaruh beberapa lagi ke atasnya. Sang Tae keberatan. (Hahaha lucu liatnya kakek memang agak kejam ya tapi metode ini cukup sukses kok)
Sang Tae kembali tergeletak kelelahan. Kakek mendekatinya dan memukul kaki Sang Tae, “Hei kau ini masih bujangan kenapa kakimu sangat lemah?”

Sang Tae langsung berdiri dan menepuk kakinya ia mengatakan kalau pinggul Chun Sang Tae ini sangat kuat seperti kuda.
Tapi Kakek kembali memukul kaki Sang Tae membuat Sang Tae meringis kesakitan (haha katanya kuat seperti kuda dipukul gitu aja meringis). Kakek bertanya apa itu otot karena menurutnya ini hanya bongkahan lilin. Sang Tae beralasan kalau ia tak tangkas untuk bekerja di tempat seperti ini.

Kakek : “Apa kau mau dipukuli sampai kau bisa menjadi tangkas?”

Sang Tae jelas saja tak mau ia akan melakukan apapun pekerjaan yang kakek berikan. Kakek mengangkat besi tabung tinggi dan meletakan ke tangan Sang Tae. Sang Tae heran kakek macam apa bisa sekuat ini.

“Kau harus bekerja keras sampai semua lemakmu terbakar.” Kakek menekan perut Sang Tae dengan tongkatnya.
Sambil menggotong besi itu Sang Tae ngedumel, “Kang San brengsek. Aku seharusnya tak mempercayaimu.” Hahaha...
Sang Tae berusaha kabur dari tempat kerja. Ia merangkak mengendap-endap. Tiba-tiba ada orang yang menghalangi laju merangkaknya (kakek).
Tanpa mendongakkan kepala Sang Tae pun berbalik arah dengan tetap merangkak. Tapi ketika berbalik arah pun ia melihat kaki seseorang lagi (Sekertaris Kim). Ia kesal karena tak bisa kabur. Ia pun berdiri. Disana kakek dan Sekertaris Kim mencegatnya. Kakek tersenyum, “Apa kau pikir kau bisa melarikan diri dariku?”
Sang Tae menyangkal ia tak berusaha melarikan diri. Ia beralasan mengatakan kalau pelatihan militernya akan dimulai besok jadi sekarang ia sedang mencoba sedikit latihan. Kakek jelas tak percaya, “Kau sedang berakting ya bocah?”

Kakek mendorong Sang Tae dengan tongkat kecilnya. Sang Tae membersihkan kotoran yang ada di bajunya. “Kakek, kuberi tahu sekali lagi aku ini orang yang sangat memperhatikan gaya. Kenapa kau memperlakukanku dengan buruk? Aku ini lulusan universitas!”

Sang Tae menoleh ke Sekertaris Kim, “Orang ini berpakaian rapi dan tidak melakukan pekerjaan seperti ini.” Sekertaris Kim bilang kalau ia sekolah di luar negeri.

Sang Tae langsung diam mati kutu haha dan langsung memberi hormat pada Sekertaris Kim. Sang Tae melihat sekeliling dan berteriak kalau ia akan datang membantu pekerjaan.

Kakek menatap tajam dan Sang Tae langsung mengkerut bergumam kalau ini mimpi yang buruk. Kakek tertawa melihat tingkah Sang Tae.
Kang San mencoba mencari tahu sesuatu lewat internet. Sepertinya nama seseorang.
San memandang jauh kapal yang ada di depannya.
“Kakak pembohong!” panggil Hae Joo menghampiri San. Hae Joo menanyakan kenapa San menyuruhnya datang kesini, bukankah ia harus datang ke aparteman San untuk untuk belajar design. San berkata kalau Hae Joo lebih baik melanjutkan kencan saja untuk apa belajar design.

Hae Joo berkata setiap kali ia berusaha untuk berhenti belajar bukankah San yang selalu meyakinkannya untuk terus melanjutkan.

San : “Benarkah? aku tak bisa ingat apa yang terjadi 30 menit sebelumnya.”

Hae Joo menanyakan apa yang dilakukan San disini. San berkata kalau ia sedang melihat kapal. Hae Joo heran kenapa San melihatnya dari sini. Hae Joo ingat kalau San tak bisa naik ke tempat tinggi di kapal. Ia heran bagaimana bisa seorang seperti San bisa menjadi kepala pengawas kapal.
San tersenyum dan bertanya kenapa Hae Joo menyukai kapal. Hae Joo kembali heran kenapa San tiba-tiba menanayakan itu. San tahu kalau Hae Joo menyukai kapal sejak masih kecil karena tidak biasa seorang gadis menyukai kapal.

Hae Joo berkata kalau setiap kali ia melihat kapal ia langsung merasa bahagia. Ketika ia masih kecil ayah mengajaknya naik kapal dan berkata apapun kesulitan yang dihadapi ia langsung bisa melupakan semuanya. Saat ia melihat kapal menerjang ombak ia juga menjadi lebih berani menghadapi hidup. “Kakak bagaimana denganmu?”
San berkata kalau ia juga hampir sama seperti Hae Joo. Ia suka menghadapi laut. “Apa kau tahu kenapa aku menyukai azimuth thruster? Azimuth thruster membuat kapal tetap berada dalam posisinya sebesar apapun ombak yang menerpanya. Itu adalah baling-baling yang membuat kapal bisa berlabuh dalam satu posisi yang sama di lautan. Meskipun kapal sedang dilanda badai dia tetap tak bergerak karena kalau kapalnya bergerak maka bor-nya akan patah. Banyak orang yang membuat kapal selama ribuan tahun tapi mereka tak bisa mengalahkan lautan. Azimuth thruster bisa melakukannya.”
Hae Joo menatap San penuh kekaguman. San balik menatapnya, “Kenapa?”

Hae Joo berkata kalau ia merasa iri terhadap San, “Karena tumbuh tanpa kekhawatiran kakak bisa memiliki mimpi sebesar itu. Aku hanya bermimpi membuatkan kapal kecil untuk ayah dengan kedua tanganku.”

San malah berkata kalau ia-lah yang iri pada Hae Joo, “Kau bisa mengenal orang tuamu dengan baik.”

Hae Joo bertanya kenapa San tak menanyakan pada kakek tentang orang tua San. San menjawab kalau ia tak ingin menyakiti kakeknya lebih dalam. Kakeknya sudah menutup mulutnya selama 30 tahun pasti menyakitkan sekali baginya untuk melakukan itu. Ia akan mencari tahu sendiri, setidaknya ia yakin kalau ayahnya adalah orang yang jauh lebih berani daripada dirinya. Cukup berani sampai dia melepaskan hubungan darah dan negaranya demi wanita yang dia sukai.

Hae Joo tak mengerti apa yang sedang San bicarakan. San berkata pokoknya ada kisah yang seperti itu. Tapi bukankah hebat kalau ia dan Hae Joo menginginkan hal yang sama. Ia cukup bahagia dengan itu.
Hae Joo berkata kalau ia sudah salah manilai San, mulanya ia berfikir kalau San adalah orang yang tumbuh tanpa luka apapun. San berkata di dunia ini mana ada orang yang belum pernah terluka karena semua orang hanya bisa menahannya. “Ayo pergi muridku!” San mengelus kepala Hae Joo. “Kau perlu belajar!”

Ah... curhat-an yang so sweet...
Chang Hee kembali ke rumah dan melihat ayahnya yang lemah duduk di kursi dengan kondisi ruangan yang berantakan. Dengan lemah Gi Chul menanyakan kenapa Chang Hee kembali. Seharusnya Chang Hee tetap pergi dan tak melihat ke belakang.
Chang Hee berkata kalau ia tak bisa pergi dengan cara seperti ini karena Presdir Jang akan menyiksa ayahnya seumur hidup. Gi Chul meyakinkan kalau ia akan baik-baik saja tapi Chang Hee tetap saja tak bisa pergi karena Hae Joo juga tak ingin pergi dengannya.
Gi Chul sedih menatap putranya, “Pria seperti apa kau ini? kau bahkan tak bisa meyakinkan dia untuk melakukan satu hal pun. Sudah kubilang aku akan menerima semua hukuman!”

Gi Chul menangis memukul-mukul putranya, “Kenapa kau harus kembali? kenapa? Setidaknya kau harus memiliki hidup yang baik, kau pengecut.”
Chang Hee : “Ayah aku rasa inilah takdirku. Aku sudah menyerah berusaha berada di jalan yang terang. Seperti Jang Do Hyun aku akan berjalan dalam kegelapan. Apapun yang terjadi aku akan mendapatkan posisi yang lebih tinggi daripada Jang Do Hyun. Aku akan berdiri di atasnya dan melihatnya jatuh. Demi melakukan hal itu, aku akan melakukan apapun. Meskipun aku harus bergandengan tangan dengan iblis, meskipun aku harus menjadi iblis. Aku akan mengambil semua miliknya. Lihat saja!”

Chang Hee mengatakan semua ini penuh dendam. Gi Chul hanya bisa menangis lemas.
Chang Hee berada di batu karang tepi laut di depan rumah membuka surat kiriman Hae Joo yang ia terima selama 15 tahun ini. Salah satunya ucapan selamat Hae Joo karena Chang Hee diterima di universitas dan meraih posisi pertama di ujian masuk universitas.
Chang Hee menangis membaca surat-surat kiriman Hae Joo. tapi ia sudah memantapkan hatinya untuk membakar semua surat itu.
Sang Tae yang kelelahan berbaring di tempat tidur depan. Hae Joo dan San sampai di rumah melihat Sang Tae sedang tiduran. Sang Tae mendengar suara San dan langsung bangun. Ia langsung mengeluarkan sumpah serapahnya pada San. Bagaimana San bisa memperlakukannya begini.
San bingung apa salahnya kenapa Sang Tae marah-marah padanya, apa hari pertama Sang Tae bekerja tak menyenangkan.
Sang Tae : “Apa kau serius sekarang? Aku pikir aku dijual sebagai seorang budak. Mereka bahkan memaksaku melepaskan bajuku. Mereka mengunciku saat sedang bekerja dan setiap aku pergi ke toilet si sekertaris itu akan berdiri menjaga. Kau, apa kau menjualku? Berapa yang kau dapatkan?”
San menilai kalau yang dialami Sang Tae tak terlalu buruk karena kakek biasanya sangat keras saat melatih seseorang. Butuh 15 tahun untuknya agar bisa menjadi seperti ini. Ia minta Sang Tae menahan saja dan terus bekerja.
Menurut Sang Tae ini sudah keterlaluan ia tak mau datang lagi ke pabrik. Ia tak akan bekerja disana. Ibu menabok Sang Tae. Sang Tae mengeluh kesakitan kenapa ibu malah memukul bukannya meletakan obat di punggungnya. Ibu menyuruh Sang Tae melepas baju karena ia akan menempelkan koyo. Saking keselnya ibu kembali memukul Sang Tae.
Tapi Sang Tae malah sembunyi di belakang San. San merangkul Sang Tae dan berkata percaya saja padanya dan bertahanlah bekerja selama satu bulan maka Sang Tae akan mendapatkan posisi yang akan membuat Sang Tae lupa pada semua penderitaan Sang Tae.

Sang Tae : “Apa kau serius?”

San : “Tentu saja. Apa kau tak percaya pada kakak?”
Hae Joo mengingatkan kakaknya bahwa tak ada pekerjaan yang mudah di dunia ini. Kalau kakaknya bisa menahan maka hasilnya pun akan setimpal dan kalau kakak meneruskannya maka kakak akan terbiasa dan pekerjaan itu tak akan terasa berat sama sekali. Ia memberi semangat kakaknya agar bertahan. Ia merasa kalau kakek orang yang baik dan pandai, kakaknya bisa belajar banyak dari kakek.
Sang Tae : “Gadis ini, kau belum pernah melihat kakek kalau emosi. San, kau tahu kan?”

San berusaha mengingat-ingat hahaha...

Sang Tae kembali mengeluh, “Ya ampun satu bulan? Aku tak lagi bisa bekerja disana meski aku mati. Aku akan keluar besok.”
Ibu marah, “Sebelum kau keluar aku akan membunuhmu kemudian membunuh diriku sendiri.”

Ibu akan memukul Sang Tae lagi tapi Sang Tae langsung sembunyi di bawah tempat tidur. Hae Joo menarik kaki kakaknya. San ketawa aja lihat tingkah keluarga ini. haha..
San akan pulang Hae Joo mengantarnya sampai di depan. San meminta Hae Joo jangan terlalu khawatir tentang pekerjaan Sang Tae karena ia sudah memohon pada kakeknya untuk mengatasi Sang Tae.
Tapi Hae Joo tak yakin karena baru satu hari saja kakaknya sudah bertingkah seperti ini menurutnya kakaknya itu akan mati atau mungkin melarikan diri. San kembali meminta Hae Joo jangan khawatir karena ia sudah mengatur supaya Sang Tae tak bisa melakukannya jadi percayakan saja hal itu padanya. Hae Joo berterima kasih, “Kau bahkan sampai menjaga keluargaku.”
San : “Benarkah? Kalau begitu, kalau kau sangat berterima kasih, bagaimana kalau satu ciuman?” (hahaha)
“Ah keterlaluan....” Hae Joo mengacungkan kepalan, “Apa mau lagi?”

San tertawa, “Itu dia. Kau paling bagus kalau bersikap begini. Kau dan Chang Hee baik-baik saja kan?”
Hae Joo langsung terdiam. San berkata kalau Hae Joo punya masalah Hae Joo bisa menceritakan apapun padanya. Apalagi yang bisa ia lakukan selain mendengarkan masalah Hae Joo. Hae Joo berkata kalau ia baik-baik saja ia tak punya masalah. San mengerti sepertinya Hae Joo belum siap menceritakan permasalahan padanya. Ia pun pamit, Hae Joo berjanji kalau ia akan datang ke apartemen San sepulang dari bekerja.
Hae Joo di kamarnya dan teringat sesuatu. Ia pun menghubungi Chang Hee menggunakan telepon rumah meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Ia mengajak Chang Hee bertemu.
Chang Hee menunggu Hae Joo di jembatan dekat mercusuar. Ia mengingat awal mula pertemuannya dengan Hae Joo ketika ia membantu mengusir lebah yang mengerumuni Hae Joo.
Hae Joo sampai disana dan berkata ia tahu kalau Chang Hee sangat marah tapi menurutnya Chang Hee juga sudah keterlaluan. Bagiamana bisa Chang Hee menyeretnya seperti itu. Ia merasa seolah ia sedang diculik. “Kau bahkan menghancurkan ponselku!” Hae Joo meminta Chang Hee mengganti ponselnya.

Chang Hee ingin tahu kalau sebelumnya ia bertanya lebih dulu apa Hae Joo mau melakukannya (ikut dengannya pergi). Hae Joo ragu menjawabnya.
Chang Hee : “Kau sudah muak kan bertengkar seperti ini? Aku juga sudah muak. Aku tak tahu kenapa aku mau melepaskan segalanya hanya demi bersamamu. Aku ini sungguh menyedihkan.”

Hae Joo : “Kakak?”

Chang Hee : “Saat kau meninggalkan bandara semuanya sudah berakhir. Pada akhirnya kau memilih keluargamu bukan aku.”

Hae Joo : “Kau tahu kalau aku seperti itu. Lalu kenapa kau tiba-tiba bersikap begini?”

Chang Hee : “Apa kau tahu kenapa aku mau berhubungan denganmu? Kau ini sangat menyedihkan sejak kau kecil. Kau hanya kotoran malang yang terus menerus dibentak oleh ibu tirimu dan kau bahkan tak bersekolah. Siapa yang lebih menyedihkan daripada dirimu? Itu sebabnya aku merasa tak ada orang lain yang bisa menjagamu selain aku. Itu sebabnya kita bisa bersama selama 15 tahun.”

(OMG ini bukan ucapan Chang Hee yang sesungguhnya kan, sedih banget denger Chang Hee ngomong kayak gini)
Hae Joo jelas sedih mendengar perkataan Chang Hee tapi ia berusaha tenang. Ia menilai kalau Chang Hee terlalu berlebihan, tak peduli betapa marahnya Chang Hee bagaimana bisa Chang Hee berkata seperti itu.
Chang Hee dengan sikap dingin bertanya kenapa, apa karena ia selalu berkata kalau ia ingin bersama Hae Joo. “Apa kau pikir kau wanita hebat? Apa hebatnya keluargamu?”

Chang Hee meninggikan suaranya, “Kenapa aku harus menderita karena manusia-manusia pengemis seperti kalian? Sejujurnya apa sebenarnya yang bisa kau lakukan untukku? Bisakah kau membantuku dengan semua yang kau miliki? Atau bisakah kau membantu keluargamu yang kelaparan?”

Hae Joo tak mengerti kenapa sikap Chang Hee tiba-tiba seperti ini. Ia tahu kalau Chang Hee tak berniat berkata seperti itu. Ia ingin tahu apa yang terjadi, Chang Hee bisa menjelaskan itu padanya supaya ia bisa mengerti. “Apa kau mencoba membuatku marah dengan tiba-tiba mengatakan hal yang menyakitkan? Kalau kau begini kau akan lebih terluka.”
Chang Hee memegang kedua bahu Hae Joo menatap tajam dan berkata kalau sekarang ia baru sadar ternyata Hae Joo ini sangat bodoh bahkan untuk mengerti perkatannya saja Hae Joo tak paham. Ia membenarkan ayahnya kalau Hae Joo bukan wanita yang pantas untuknya.
Chang Hee menyuruh Hae Joo keluar dari kehidupannya dan jangan pernah mencoba menghubunginya lagi.
Chang Hee meninggalkan Hae Joo sendirian. Wajahnya tampak sedih setelah mengatakan perkataan yang menyakitkan pada Hae Joo.
Hae Joo masih berdiri diam tak percaya dengan apa yang baru saja Chang Hee katakan. Ia jelas sedih Chang Hee mengatakan hal yang begitu menyakitkan hatinya.
Bersambung ke part 2

4 comments:

  1. AYo.....lanjutin sinopsisnya!!!! Semangat..100x

    ReplyDelete
  2. semangat mba anis buat bikin lanjutan sinopsis may queen episode 18 part 2 nya (*.*) ~flo~

    ReplyDelete
  3. Eonni, fighting!!
    Ku tunggu kelanjutan may queen-nya.. smp selesai y eon sinopnya...^^

    -salsa-

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.