Dong Goo berada di tokonya Nyonya Oh. Nyonya Oh menunjukan dua ponsel baru pada Dong Goo. Ia menyuruh Dong Goo memilih salah satunya, pilih mana saja yang Dong Goo suka. Yang satu akan menjadi milik Dong Goo dan yang satunya akan jadi miliknya.
Dong Goo memilih satu yang ia suka. Tapi ia heran kenapa tiba-tiba Nyonya Oh memberinya ponsel, bukankah Nyonya Oh tak suka dengan ponsel ataupun komputer. Nyonya Oh mengatakan kalau ini hadiah, “akhir-akhir ini kau bagus sekali membersihkan toko.” Dong Goo senang Nyonya Oh baik sekali membelikannya ponsel.
Nyonya Oh : “Apa kau menyukainya?”
Dong Goo mengangguk senang, “Sekarang aku juga bisa chatting-an dengan teman-teman.”
Nyonya Oh terdiam sedih, “Kau... maukah kau pergi ke rumah Bibimu di Dae Jeon?”
Dong Goo mengerti maksud Nyonya Oh. Ia menarik nafas panjang. “Aku pergi ke panti asuhan terdekat saja!” Nyonya Oh terkejut Dong Goo mengatakan itu.
Dong Goo mengatakan kalau ia sudah tahu, Kim Seo Hyun sudah memberi tahu bahwa penyakit yang diderita Nyonya Oh tak bisa disembuhkan. “Bibi di Dae Jeon sangat jauh, cari panti asuhan yang bagus didekat sini saja. Jadi aku tak perlu pindah sekolah dan lulus bersama teman-temanku. Jangan mengkhawatirkan apa yang terjadi nanti. Aku... aku bisa hidup dimanapun.”
“Maafkan aku!” Nyonya Oh terlihat sedih karena tak lama lagi ia akan meninggalkan Dong Goo seorang diri.
Dong Goo : “Sudah kubilang tak apa-apa. Sebaliknya, kau harus minum obatmu tepat waktu dan disuntik sebanyak yang mereka mau. Meskipun hanya satu hari lagi, kita tetap bersama. Aku akan bekerja keras untuk tokonya.”
‘Chi’ Dong Goo tersenyum. Nyonya Oh terharu mendengarnya, ia ikut memperagakan gaya yang ditunjukan Dong Goo.
Dong Goo kembali mengepel dan bergumam kalau ponsel yang dibeli Nyonya Oh bagus, dimana Nyonya Oh membelinya.
Di kamar mandi sekolah Dong Goo memotret dirinya dengan berbagai gaya. Punya hape baru langsung jeprat jepret action sana sini hahaha. Tiba-tiba terdengar suara beberapa orang masuk ke kamar mandi. Dong Goo langsung masuk bersembunyi ke toilet.
Ternyata itu Do Jin, Jung Soo dan Han Gook. Ketiganya ngomongin cewek. Jung Soo heran, “Apa Do Jin membatalkan kencan demi Ha Na?”
Do Jin : “Apa yang kau katakan? Kami itu tak sengaja bertemu kok.”
Han Gook : “Apa kau memutuskan gadis paling cantik di SMP itu demi Shim Ha Na?”
Do Jin kesal, “Sudah kukatakan bukan begitu. Aku ini punya mata yang tajam. Dia itu masih anak-anak apa aku sudah gila berpacaran dengannya?”
Dong Goo yang sembunyi mendengarkan apa yang mereka perbincangkan. Ia tahu kalau yang dimaksud itu Ha Na.
Do Jin : “Di kelas 5, Ha Na itu benar-benar menyukaiku.”
Ketiganya terus ngomongin cewek. Ampun deh kayaknya nih genk playboy deh. Hahaha.
Setelah ketiganya pergi Dong Goo pun keluar dari toilet. Ia menarik nafas lemas dan membuka sms dari Ha Na. ‘Hei.. Oh Dong Goo berhenti mengirimiku foto yang aneh ini’
Do Jin membawakan PR teman-temannya ke ruang guru. Ia juga memberikan jadwal piket kelas untuk minggu selanjutnya. Guru Ma menerima dan bertanya apa ada masalah di kelas. Do Jin bilang tak ada, semuanya baik-baik saja.
Guru Ma tersenyum menatap Do Jin, “Benarkah?” Ia pun membolehkan Do Jin pergi.
Do Jin berpapasan dengan Guru Yang. Ia menyapa Guru Yang dengan sopan. Guru Ma menatapnya tajam. Setelah menyapa Guru Yang, Do Jin pun kembali ke kelas.
Guru Yang berkata pada Guru Ma kalau Do Jin itu sebenarnya anak baik ketika kelas 5. “Tapi apa karena kejadian di Kanada dia dikembalikan kesini? Aku tahu dia diasopsi dan dibesarkan disini. Tapi apa itu menjadi masalah?”
Guru Ma menilai itu teori yang buruk. “Ada banyak anak adopsi yang sangat pintar dan baik. Yang menyebabkan masalah diadopsi itu dari keluarga bermasalah, apa Guru Yang terus menyalahkan itu? Jadi apa anda tak akan bisa berbuat apa-apa dan meminta orang lain bertanggung jawab?”
Guru Yang bilang maksudnya bukan begitu. Ia bingung mengatakannya. “Lalu kenapa? bukankah dia itu pintar, atletis dan punya banyak teman.”
Guru Ma : “Kurasa aku sudah mengatakan kalau apa yang anda lihat bukanlah segalanya. Dari penglihatanmu, Guru Yang mungkin guru baik tapi kenyataannya dia mungkin guru murahan.”
Guru Yang tak menyangka ia mendengar ucapan tajam seperti itu dari mulut Guru Ma.
Guru Ma memeriksa hasil pekerjaan rumah siswanya. Ada yang janggal, ia menemukan dua tugas yang sama persis. Copypaste lah gitu.
Guru Ma membawa hasil pekerjaan rumah yang sudah ia periksa kembali ke kelas. Ia akan membagikannya kembali. Nilai tertinggi diperoleh oleh Kim Do Jin dan Son In Bo. Do Jin tersenyum senang, tapi lain dengan In Bo, ia menunduk cemas. Guru Ma menilai kalau kedua tugas ini sangat bagus, bahkan datanya juga bagus. “Tapi lucunya, keduanya sama persis. Nilainya juga sama. Ini bukan plagiat tapi menyalin.”
Senyum yang mengembang di wajah Do Jin perlahan menghilang. In Bo menunduk cemas. Anak-anak berpandangan, siapa yang kira kira mencontek pekerjaan rumah orang lain.
Guru Ma : “Ada siswa yang berpikir, ‘oh ini hanya PR kok’. Kenapa begitu? Ini karena guru sepakat itu hanya PR dan membiarkannya. Disaat siswa mencuri, guru harus menghukumnya tapi saat siswa melakukan plagiat, guru membiarkannya. Karena sulit untuk dikatakan bukan berarti tidak mungkin untuk dikatakan. Bagaimana ini bisa terjadi Kim Do Jin? Apa kau menyalinnya?”
Semua siswa menatap ke arah Do Jin. Mereka penasaran apa Kim Do Jin yang menyalin tugas orang lain.
“Aku tidak menyalinnya.” ucap Do Jin. “In Bo bilang dia mau melihat PR-ku dan meminjamnya.” kata Do Jin sambil menatap In Bo yang juga menatapnya. In Bo kemudian menunduk cemas.
Guru Ma pun meminta penjelasan In Bo apa benar In Bo yang menyalin tugas Do Jin. In Bo kembali menoleh pada Do Jin. Wajahnya terlihat takut. Terbata-bata In Bo mengatakan kalau dirinya yang menyalin tugas Do Jin. Teman-teman terkejut tak menyangka kalau In Bo melakukan hal memalukan itu. Padahal mereka tahu kalau In Bo itu salah satu siswa pandai di kelas.
Guru Ma diam, ia bergantian menatap In Bo dan Do Jin. Ada senyum tipis terlihat di wajah Do Jin.
Guru Ma kembali bertanya apa In Bo benar mengakui melakukan ini. In Bo kembali menjawab ya. Guru Ma pun memutuskan kalau PR kali ini In Bo tak mendapatkan nilai. Ia juga menghukum In Bo untuk membuat surat refleksi diri, menulis kata-kata sebanyak seratus kali. Tapi tatapan Guru Ma mengisyaratkan bahwa ia tahu kalau In Bo mengatakan hal yang sebaliknya.
Dong Goo terus mengutak-atik ponsel barunya. Bo Mi menyindir setelah punya ponsel Dong Goo seperti tak bisa hidup dengan benda itu. Ha Na yang kesal menyuruh Dong Goo berhenti mengirimi foto Dong Goo yang aneh.
Dong Goo terlihat cemas, “Aku ada masalah nih. Sudah dua jam Nyonya Oh tak membalas sms-ku.”
Ha Na heran, “Kenapa? Apa Nyonya Oh masih sakit?”
Dong Goo mencoba menghubungi Nyonya Oh. Tapi tak ada jawaban. Dong Goo cemas, ia cemas. Ia pun bergegas pergi.
Ha Na yang ikut cemas bertanya pada Seo Hyun apa Seo Hyun tahu sesuatu tentang Nyonya Oh. Seo Hyun pun menjelaskan yang sebenarnya.
Ketika Dong Goo berlari keluar akan pulang, langkahnya terhenti karena melihat sesuatu. Di tangga ia melihat Do Jin dan In Bo. In Bo menunduk ketakutan dan Do Jin ang mendorong-dorong In Bo dengan telunjuknya. Dong Goo heran apa yang terjadi dengan keduanya. Ia bingung harus kemana dulu, ia pun memutuskan untuk segera pulang menemui Nyonya Oh.
Do Jin marah kenapa In Bo membuat PR-nya sama. In Bo minta maaf, kemarin ia ada les dan tak ada waktu membuat dua PR yang berbeda. Do Jin yang marah hampir saja memukul In Bo. In Bo yang ketakutan berusaha melindungi diri.
Tapi Do Jin hanya menggertak ia tak memukul In Bo. Ia menepuk pundak In Bo sebagai ancaman. “In Bo, mari kita lakukan ini dengan baik. Aku sudah menaikan nilaimu ketika lari. Kalau ada hal yang diberikan, hal lain pasti akan kembali.” In Bo yang ketakutan berjanji kalau ia akan berusaha lagi.
Do Jin : “Kau, Saat sesuatu tidak dibutuhkan, ia tak ada. Kalau kau tak memerlukannya, maka akan dibuang ke tempat sampah. Dan kalau di tempat sampah, kau tahu apa yang terjadi?” (ini seperti ucapan curhatnya Do Jin ya)
In Bo menunduk cemas bin ketakutan.
Ha Na membawakan tas Dong Goo ke toko-nya Nyonya Oh. Dong Goo berterima kasih dan menyediakan jus untuk Ha Na.
Ha Na menanyakan apa Nyonya Oh baik-baik saja. Dong Goo mengatakan kalau Nyonya Oh sedang membeli bahan-bahan untuk toko. Ia heran kenapa Nyonya Oh harus membawa ponsel tapi tidak mengisi ulang baterei-nya terlebih dahulu, itu membuat orang khawatir saja. Ha Na bersyukur Nyonya Oh tidak apa-apa.
Dong Goo : “Mereka bilang dalam hidup, suatu hari nanti kau harus mengucapkan selamat tinggal. Semantara dia masih disini, kami akan bersenang-senang. Dan saat dia pergi, aku akan tinggal di panti.”
Ha Na terkejut, “Panti asuhan?”
Dong Goo mengatakan kalau akhir-akhir ini ia menyukai panti asuhan dan ia tak mau pindah sekolah. “Kami akan mencari panti asuhan yang bagus untukku yang dekat dengan sekolah.”
Dong Goo pun menceritakan apa yang dilihatnya ketika keluar dari kelas tadi. “Aku melihat Do Jin dan In Bo. Tapi kurasa itu agak mencurigakan.” Ha Na berkata kalau Seo Hyun juga mengatakan hal seperti itu. Dong Goo menambahkan kalau saat olahraga lari juga aneh, In Bo jelas lebih lambat darinya tapi catatan waktunya malah lebih baik.
Dong Goo : “Mungkin, apa menurutmu ketua kelas yang menolongnya? Ah.. lagipula aku tak suka dia. Setelah dia menjadi ketua kelas sepertinya kelas kita jadi aneh. Aku terus mendapatkan tugas membersihkan kelas.”
Ha Na merasa apa yang Dong Goo katakan sama seperti yang Seo Hyun katakan.
Keesokan harinya di kelas. Kyung Hyun, Dong Jin dan Min Jae melakukan piket kelas. Kyung Hyun kesal bagaimana bisa ia selalu membersihkan kelas setiap pagi. Min Jae membenarkan minggu ini saja ia sudah dua kali piket. Dong Jin berkata kalau Cha Jung Soo dan Han Gook namanya saja yang tertulis tapi selalu keluar tak ikut piket.
“Hwang Soo Jin dan Kim Ga Eul juga sama tak piket.” sambung Min Jae.
Kyung Hyun tambah kesal, “Hanya karena mereka akrab dengan ketua kelas, apa mereka bebas dari tugas piket?”
Min Jae : “Apa kita harus memprotesnya? Kalau pengaturannya benar bukankah kita melakukannya seminggu sekali?”
Dong Jin : “Apa kau tahu caranya?”
Min Jae mengeluh bingung tak tahu bagaimana menyampaikan protes ini. Tiba-tiba ada suara seseorang yang mengatakan kalau ia bisa memprotesnya. Itu Seo Hyun yang baru saja tiba bersama Dong Goo.
Ke-lima-nya pun ngumpul di meja Seo Hyun mendata siapa saja yang sudah melaksanakan piket. Satu persatu teman-teman mereka datang, termasuk Do Jin. Do Jin melihat ada yang ngumpul-ngumpul mencurigakan. Ia menatapnya tak suka.
Do Jin memimpin rapat kelas dan mereka sudah sepakat bagaimana cara mendekorasi buku tahunan kelulusan. Karena tak ada yang harus didiskusikan lagi, rapat pun akan ia akhiri.
Tapi Seo Hyun mengangkat tangan meminta waktu untuk bicara.
Seo Hyun : “Kurasa pembagian tugas kelas seperti membersihkan, membagikan makanan itu tidak adil.”
Do Jin mengatakan kalau ia juga memikirkan teman yang memiliki kondisi tertentu yang mendesak. Tapi ia juga akan mengatur jadwal piket kembali jadi semuanya akan kembali adil. Seo Hyun berkata tapi kenyatannya tidak begitu, ia sudah memeriksanya. Meskipun semua sudah terisi kelompok yang sama kembali melakukan piket.
Seo Hyun menyerahkan pada Do Jin data yang sudah ia buat tadi. Do Jin bertanya apa Seo Hyun ini korban yang selalu piket atau ada seseorang yang memaksa Seo Hyun melakukan ini. Seo Hyun bilang tak ada yang menyuruhnya sama sekali.
Do Jin : “Lalu siapa yang bertanggung jawab atas ini?”
“Aku..!” Dong Goo mengangkat tangan. “Aku, Park Kyung Hyun, Min Jae, dan Dong Jin. Mereka juga korban.”
Do Jin mengerti tapi menurut apa yang ia dengar tugas piket Oh Dong Goo itu dilakukan oleh Kim Seo Hyun. Dong Goo mengatakan kalau ia dan Seo Hyun bergantian melakukannya. Jadi walaupun begitu ia tetap kebagian tugas piket.
Do Jin : “Lalu Kyung Hyun, Min Jae dan Dong Jin, apa kalian juga mengeluhkan ini?”
“Tidak. Kami tak ada keluhan.” jawab Kyung Hyun. “Setelah mendengar kondisi teman, aku memilih untuk menggantikannya.”
“Aku juga tak ada.” jawab Min Jae dan Dong Jin.
Dong Goo dan Seo Hyun terkejut mendengar jawaban mereka. Dong Goo berdiri kesal, ia tak mengerti bagaimana mereka bisa mengatakan begitu padahal tadi tak seperti itu.
Do Jin menegur Dong Goo untuk bicara setelah mendapatkan izin darinya. Ia pun bertanya pada teman-temannya apa ada lagi yang punya masalah dengan pembagian tugas kelas.
Han Gook dan yang tidak piket telihat tersenyum santai. Tak ada yang protes.
Do Jin berkata pada Seo Hyun, “Kau menggantikan temanmu setelah mendengar kondisinya. Tapi kau tak akan bilang yang lain tidak bisa begitu kan?”
Do Jin pun menutup rapat kelas hari ini.
Ternyata Guru Ma sejak tadi memperhatikan diskusi di kelasnya. Ternyata benar di kelasnya ada masalah. Ia menatap tajam Do Jin.
Kenapa Kyung Hyun, Min Jae dan Dong Jin bisa merubah perkataan mereka. Ternyata sepulang sekolah Do Jin mentraktir mereka bermain game sepuasnya. Do Jin minta maaf pada ketiganya atas kesalahpahamannya. Ia menyuruh mereka untuk bermain sepuasnya.
Kyung Hyun tak mempermasalahkannya, “Kau juga manusia pasti bisa membuat kesalahan.” Dong Jin membenarkan lagi pula mereka sudah melupakan kejadian itu kok.
Do Jin : “Tapi kalian, bisakah kalian mengalahkan Oh Dong Goo? Apa kalian sudah melakukan urutan yang terkuat?”
Min Jae heran, “Urutan? Di kelas kami tak punya itu.”
Do Jin : “Tapi pastinya ada yang jadi bulu di kelas, kan? Apa kalin ingin menargetkan Oh Dong Goo?” (bulu maksudnya anak yang paling lemah dan biasanya selalu menjadi pelayan kelas)
Dong Jin : “Tidak terima kasih. Kami tidak melakukan itu.”
Kyung Hyun : “Oh Dong Goo, dia itu meskipun suka membuat gaduh tapi dia baik.”
Min Jae : “Dia juga setia. Kami juga merasa bersalah pada Shim Ha Na.”
“Shim Ha Na kenapa?” tanya Do Jin.
Min Jae : “Dengan Oh Dong Goo, mereka akrab.”
Do Jin tak suka mendengarnya, apa lagi mereka bertiga menolak rencananya.
Di taman sekolah empat sekawan berkumpul. Dong Goo tak mengerti kejadian di kelas tadi bukankah mereka bilang ingin protes kenapa ceritanya jadi lain. Bo Mi merasa sepertinya mereka tidak diancam oleh nenek sihir atau semacamnya. Dong Goo menebak mereka pasti sudah diperalat oleh Kim Do Jin.
Seo Hyun : “Aku mengerti sekarang, kenapa nenek itu bilang kita tidak akan mendapatkan yang kita inginkan ketika kita setuju memilih ketua kelas. Terutama sekali, ketua kelas itu mengambil tempat nenek sihir.”
Tiba-tiba Guru Ma datang mengagetkan mereka berempat.
Guru Ma : “Kalian itu terlalu percaya diri dan sombong disaat teman sekelas memihak kalian untuk melawanku. Kalian terlihat bersatu. Saat manusia mendapatkan kebebasan mereka menikmatinya sesaat. Namun segera setelah itu mereka lupa apa yang telah mereka perjuangkan. Saat telah berada di tangan mereka, mereka lupa hal yang penting darinya. Lalu saat kehilangan mereka menyesalinya lagi. Jangan terlalu menyalahkan teman kalian. Karena perkataan manis atau pengkhianatan yang terjadi di depan mata mereka itu adalah hal yang wajar. Sepertinya tidak lama lagi, hari dimana aku akan mengambilnya kembali dari kalian. Sudah cukup terbukti kalau kalian tak pantas mendapatkanya.”
Setelah mengatakan ucapan tajam itu Guru Ma pergi dari hadapan keempat siswanya. Mereka terdiam memikirkan ucapan gurunya.
Ha Na meminta Do Jin menemuinya. Keduanya janjian bertemu di taman bermain. Do Jin terkejut Ha Na menemuinya.
Untuk memastikannya Ha Na bertanya apa Do Jin sungguh melakukan itu, “Mengubah nilai olahraga In Bo dan menggunakan itu sebagai kelemahan In Bo. Dan apa kau menyuruhnya mengerjakan PR mu?”
Do Jin tertawa, “Apa yang kau bicarakan? In Bo lah yang menyalin tugasku.”
Ha Na : “Untuk tugas piket juga, kau memilih anak yang mudah disuruh.”
Do Jin mengelak bukan begitu. Tapi Ha Na tak percaya ucapan Do Jin. Do Jin meyakinkan kalau ia sudah menjelaskan semuanya ketika rapat di kelas.
Ha Na : “Kim Do Jin, kau mungkin tak tahu, sebelum ini kelas kita sudah banyak masalah. Kami akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman dengan gembira. Tapi aku tak bisa membiarkanmu menghancurkannya.”
Do Jin : “Apa kau melakukan ini karena Oh Dong Goo?”
Ha Na : “Apa?”
Do Jin : “Apa ini karena aku menyuruh Oh Dong Goo membersihkan kelas? Dan apa dia malu ketika diskusi di kelas? Saat aku pergi, apa matamu sudah rusak? Ya ampun, meskipun begitu dari Kim Do Jin ke Oh Dong Goo bukankah itu penurunan level yang jauh sekali?”
(huah pede anget nih anak ngaku keren sendiri)
Ha Na tak menyangka Do Jin akan mengatakan itu, “Oh Dong Goo memang tidak pintar tapi dia menepati janjinya. Janjinya yang akan berjuang bersamaku untuk melawan nenek sihir itu dan dia menjaga itu hingga akhir. Oh Dong Goo memang senang bermain-main, tapi dia tahu arti penting dari persahabatan. Oh Dong Goo juga hidup susah dan kesepian seperti dirimu namun dia masih bisa tersenyum. Oh Dong Goo seratus kali bahkan seribu kali lebih baik dibandingkan anak manja sepertimu.”
“Apa?” Do Jin tak suka Ha Na membandingkan dirinya dengan Dong Goo dan Ha Na bahkan menilai Dong Goo lebih baik darinya.
Ha Na : “Kau bilang kau ingin berteman denganku. Jadi sebagai teman aku minta padamu kembalilah menjadi Kim Do Jin yang kukenal dulu. Kalau kau tak mau, jangan mengacaukan kelas kita. lebih baik kembalilah ke Kanada!”
Setelah mengatakan itu Ha Na berlalu dari hadapan Do Jin. Do Jin benar-benar menahan marah Ha Na membandingkan dirinya dengan Dong Goo.
Hingga malam Guru Ma masih berada di kelasnya. Ibu kepala sekolah menemui Guru Ma di kelas. Ibu kepsek penasaran dengan sesuatu.
Ibu Kepsek : "Jujur saja, ini karena aku khawatir. Apa anak pindahan itu baik-baik saja? diluar dia terlihat baik-baik saja tapi di dalam dia terluka, itu yang kudengar. Sampai dia bertemu dengan orang tuanya yang sekarang, dia mengalami 5 kali penolakan."
Do Jin bejalan sendirian menyusuri keramaian jalanan malam. Di depan sebuah toko langkahnya terhenti.
Ibu Kepsek : "Aku tak bisa membayangkan betapa kerasnya dia berusaha untuk tidak ditolak lagi. Aku merasa bersimpati dengan itu. Tapi kenyataan kalau dia memukul temannya beberapa kali saat di luar negeri, itu membuatku tak tenang. Ini mirip sekali dengan anak yang terakhir kau alami."
Guru Ma menunduk diam ada perasaan was-was terpancar di wajahnya.
Ibu Kepsek : "Aku katakan padamu sekali lagi, tapi kau tak akan melakukan seperti yang kau lakukan terakhir kali kan? Karena aku tak ingin ini menjadi semester terakhir kau mengajar."
Guru Ma berusaha memantapkan hatinya dan meyakinkan bahwa jalan yang akan ia tempuh nanti adalah benar.
Di depan toko Do Jin melihat dua orang (ga tahu sepasang kekasih, ga tahu suami istri) yang tengah bercengkerama dengan seekor anjing kecil lucu.
Melihat keceriaan mereka Do Jin mencibir, "Ya benar, kalian akan membuangnya disaat kalian tak suka membesarkannya." Ada perasaan dendam di hati Do Jin terhadap orang tua kandung yang meninggalkannya.
Keesokan harinya di sekolah. Do Jin mondar-mandir berusaha menghubungi seseorang. Tapi tak ada jawaban. Ha Na yang melihatnya heran, Do Jin sedang mencoba menghubungi siapa, karena ia melihat Do Jin tampak gelisah.
Do Jin melihat tempat duduk In Bo kosong. Ternyata dia mencoba menghubungi In Bo yang sepertinya hari ini tak masuk.
Do Jin pun bertanya pada Sun Young apa In Bo tak masuk sekolah. Sun Young membenarkan In Bo tak masuk karena sakit.
Terdengar bel masuk berbunyi, anak-anak segera ke tempat duduk mereka.
Do Jin memimpin memberi salam pada Guru Ma. Guru Ma menanyakan di tumpukan PR anak-anak yang dibawa Do Jin padanya kenapa milik Do Jin tak ada. Do Jin beralasan kalau ia kelupaan PR nya tak dibawa. Ia pasti akan membawanya besok.
Guru Ma : "Apa kau pikir ini akan ada lain kalinya?"
Do Jin minta maaf dan berjanji besok akan membawanya. Guru Ma menyela dan menyayangkan ucapan seperti itu keluar dari mulut Do Jin. Guru Ma pun tak akan memberikan nilai pada Do Jin untuk PR kali ini. Ia juga menghukum Do Jin membuat surat refleksi diri, ditulis sebanyak seratus kali. Do Jin mengerti ia akan melakukannya.
Guru Ma tak membedakan hukuman pada Do Jin hanya karena dia ketua kelas. Anak-anak memang memilih Do JIn sebagai ketua kelas, tapi baginya Do JIn tak ada bedanya, sama seperti siswa lain.
Di jam olahraga, sebagai ketua kelas Do Jin memeriksa dan menghitung bola yang akan mereka gunakan.
Anak-anak yang lain duduk santai memperhatikan Dong Goo yang asyik menari. Mereka juga bertepuk tangan gembira.
Do Jin Jelas tak suka melihat Dong Goo mendapatkan perhatikan seperti itu. Apalagi Ha Na terlihat tertawa riang menyaksikan aksi lucu Dong Goo.
Do Jin memanggil Dong Goo untuk membantu membawa bola-bola itu agar disiapkannya di pelajaran olahraga nanti. Dong Goo bersedia membantu Do Jin dan aksi Dong Goo tadi diganti oleh Soo Jin yang unjuk kebolehannya dalam menari. Mereka tertawa tawa gembira.
Do Jin melirik ke arah Ha Na sebentar, "Apa kau menyukai Shim Ha Na?" tanya Do Jin pada Dong Goo.
Dong Goo : "Apa yang kau katakan?"
Do Jin : "Tidak ya? Shim Ha Na itu menyukaiku."
Dong Goo terlihat menahan kesal, "Tidak mungkin."
"Kami bahkan berciuman." sahut Do Jin bangga.
Dong Goo menunduk menarik nafas kesal, "Kau bohong."
Do Jin menatap Dong Joo, "Apa kau melakukannya juga?"
"Kau ini berisik sekali." Dong Goo tambah kesal.
Do Jin : "Kau juga ya? Bagaimana pun Shim Ha Na pasti melakukannya dengan siapa saja. Dengan siapapun."
Dong Goo yang menahan marah mengepalkan tangannya, "Dasar brengsek."
"Sepertinya kau mau memukulku." ucap Do Jin terus memprovokasi Dong Goo.
Dong Goo : "Hentikan itu, Shim Ha Na tak seperti itu!"
Do Jin : "Benarkah? tidak mungkin, apa kau kira kau ciuman pertamanya? Dia itu murahan."
Bug.. Dong Goo yang emosi mendengar itu memukul wajah Do Jin hingga membuat Do Jin tersungkur. Yang lain tentu saja terkejut melihat perkelahian yang tiba-tiba. Ujung Bibir Do Jin berdarah.
Dong Goo membentak Do Jin, "Jangan pernah kau bicara begitu!"
"Ada apa ini?" Tiba-tiba Guru Ma datang dan melihat Do Jin sudah terluka.
Guru Ma membawa kedua siswa yang terlibat perkelahian ke ruang guru. Wakil kepala sekolah tentu saja marah ada perkelahian ketika jam belajar. Ia menegur Guru Ma, bagaimana cara Guru Ma menangani kelas hingga ada kejadian perkelahian seperti ini. Ia ingin tahu apa yang akan Guru Ma lakukan selanjutnya karena kejadian ini tanggung jawab Guru Ma sebagai guru.
Guru Ma berkata kalau ia akan memberikan hukuman. Wakasek tanya hukuman apa dan bagaimana hukuman yang akan Guru Ma berikan.
Guru Ma : "Aku terpaksa akan memindahkan Oh Dong Goo."
Semua terkejut mendengar keputusan hukuman yang akan Guru Ma berikan. Do Jin tampak menyeringai puas.
Dong Goo terdiam terkejut mendengar dirinya akan dipindahkan dari tempatnya sekolah. Ia menatap gurunya dengan tatapan tak percaya.
Guru Ma menatap penuh keyakinan apa yang menjadi keputusannya.
Bersambung ke episode 12
Ah saya antara sebel dan kasihan dengan Kim Do Jin. Dia pada dasarnya baik hanya keadaan yang membuatnya seperti itu. Seperti yang Ha Na katakan kalau Do Jin kesepian, ditambah lagi dia dendam terhadap orang tua yang sudah meninggalkannya. Dia melampiaskannya dengan mencari perhatian. Cara mencari perhatiannya Do Jin ini overdosis hahaha.
Wahh kasian dong go......do jin keterlaluan ya
ReplyDeletekeren !! semangat ya mbak nulis sinop nya semoga dapet pahala yg berlimpah aminn :D
ReplyDeletethx unni sinopnya lagii.. lanjut trus yaww :3
ReplyDeletedi ep 12 guru ma keren waktu ceramah di stasiun -_- do jin ketahuan, wohoo
ReplyDeletewah jadi tambah penasaran nih..kasihan gong doo...skrg bukan ha na yg jd korban eh gantian gong doo...semangat sinopsisnya yah...gumawo
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya.. Fighting!!
ReplyDeleteDong goo hebat ya, nonjok do jin :D
ReplyDeleteditunggu ep.12 nya,
do jin mau menabrakkan(?) diri ke kereta
ditunguuu banget, fighting :)
backgroundnnya bagus ^^
all : tunggu ya episode 12 nya lagi dibuat tapi diseling sama tugas dari sekolahan dulu.
ReplyDeleteapa guru ma prnh mengalami kasus kayak do jin dulu ... kyknya sih gitu yg dingomongin kepsek..
ReplyDeletelalu apa itu anknya ya?? masa sih?? aku liat nnt do jin mw bunuh diri ep dpn... menabrakkan diri di kereta tp guru ma mw sm2 ikut do jin ... kl do jin mw berubah pikiran guru ma akan menyelamatkannya
apa dl ank guru ma jg gitu dulu?? makanya dia punya bekas luka??
Bolak balik ngecek ksni :)
ReplyDeleteMakin penasaran gmna klanjutan'y
Background'y bagus :)
Makin seru aja,,,
ReplyDeleteSepertinya Kim Do Jin benar" suka sama Sim Ha Na, buktinya dia cemburu banget sama Dong Goo.
Fighting eonni.
iya sikap do jin pngen di perhatiin salah,,Klu anak" kurang perhatian emang suka gitu sikapnya.kasihan do jin.
ReplyDeletesemoga cepat dilanjut ya eps.12...
FIGHTING !!!!!:)
Mba, backgroundnya lucu ^^
ReplyDeleteDitunggu episode selanjutnya. Makasih mba...
-Yumenas-
mbak, terima kasih sinopsisnya. ditunggu kelanjutannya yeah.....
ReplyDeletepenasaran sama kelanjutannya!!!!!!!!1
semangat :)
Makin seru..
ReplyDeletemakasi mbak..^^