Seo Hyun menyarahkan surat pernyataan refleksi diri pada Guru Ma. Bukankah Guru Ma dulu pernah berjanji kalau ia menulis surat pernyataan maka ia akan mendapatkan hak istimewanya kembali. Guru Ma membenarkan, lalu apa yang Seo Hyun inginkan.
Seo Hyun berbalik menatap tajam teman-temannya, “Aku ingin ganti kelompok.” Bukan hanya Ha Na dan Bo Mi saja yang terkejut, anak-anak lain pun terkejut dengan perubahan sikap Seo Hyun yang tiba-tiba ingin merubah anggota kelompok.
Guru Ma dan Seo Hyun berada disebuah ruangan. Keduanya bicara secara pribadi. Guru Ma membaca surat pernyataan yang dibuat oleh Seo Hyun. ‘Aku menyesal telah menentang guru. Mulai sekarang, aku akan mematuhi setiap peraturan guru’
Guru Ma bertanya apa menurut Seo Hyun sekarang ia yang benar. Seo Hyun berkata bukankah yang Guru Ma inginkan adalah semua siswa mematuhi peraturan yang dibuat oleh Guru Ma.
Guru Ma berkata kalau yang namanya benar atau salah itu tidak penting. “Kenapa kau berubah pikiran?”
Seo Hyun berkata ini karena sekarang ia mempunyai tujuan. Ia ingin masuk ke SMP bertaraf internasional.
Guru Ma : “Bagimu, itu akan menjadi tantangan yang bagus. Tapi bagaimana dengan teman yang ikut-ikutan denganmu? Temanmu Shim Ha Na, masih berfikir kalau aku salah dan terus menentangku.”
Seo Hyun : “Itu bukan urusanku.”
Guru Ma : “Apa benar teman-temanmu itu bukan urusanmu?”
Guru Ma berkata kalau seperti yang ia diharapkan bahwa Seo Hyun cukup cerdas dalam bersikap. “Kalau kau membiarkan teman atau persahabatan mengganggumu, kau tak akan bisa mendapatkan yang kau inginkan. Tapi siapkan mentalmu untuk mendapatkan yang kau inginkan dan itu akan ada banyak hal yang harus dikorbankan.” Seo Hyun paham itu. Ia siap.
Anak-anak yang berada di kelas seni heran dengan sikap Seo Hyun yang tiba-tiba. Na Ri bertanya pada Ha Na, apa Ha Na mengetahui sesuatu. Ha Na menggeleng tak tahu. Bo Mi pun menunduk diam.
Sun Young merasa kalau dari awal ia sudah menduga bahwa Seo Hyun itu memiliki sifat yang buruk.
Hwa Jung : “Tapi saat dia menentang nenek sihir, dia terlihat keren sekali.”
Na Ri membenarkan tapi bagaimana dengan Seo Hyun yang hari ini. Ia menebak apa mungkin Seo Hyun bertengkar dengan Ha Na yang satu kelompok. Ha Na menggeleng tidak. Bo Mi mengatakan kalau ia dan Ha Na sama sekali tak bertengkar dengan Seo Hyun. Ha Na tentu saja tak ingin mengatakan hal sebenarnya yang menimpa Seo Hyun.
Na Ri menilai kalau sikap Seo Hyun itu sungguh mengecewakan. Sun Young juga menilai hal yang sama, Seo Hyun itu hanya peduli pada dirinya sendiri. Tapi Ha Na membela Seo Hyun, dia bukan tipe orang seperti itu.
Sun Young curiga Ha Na pasti tahu sesuatu. Ia pun ingin tahu apa yang terjadi dengan Seo Hyun. Ia berjanji akan menjaga rahasia. Na Ri membenarkan lebih baik Ha Na katakan sesuatu yang diketahui tentang Seo Hyun. Ha Na bingung dilain pihak ia ingin menjaga privasi Seo Hyun tapi dilain pihak ia juga ingin berbagi cerita supaya temannya bisa memberikan solusi yang baik.
Park Kyung Hyun menghampiri meja Ha Na cs dan berkata kalau Seo Hyun kemungkinan ingin pulang lebih dulu karena cuaca diluar panas dan dia pasti tak mau ikut bersih-bersih kelas. Ia juga heran kenapa hari ini Dong Goo juga tidak berangkat ke sekolah.
Ha Na mengatatakan kalau kakeknya Dong Goo sedang dirawat di rumah sakit jadi Dong Goo selama beberapa hari ini tidak akan ke sekolah. Kyung Hyun kesal karena semua kartu permainannya dibawa oleh Dong Goo dan sekarang dia tidak berangkat sekolah.
Dong Goo menemani Nyonya Oh di rumah sakit. Dong Goo mencoba menghitung nominal uang tapi ternyata sulit menghitung uang. Mendapatkannya saja sudah sulit apalagi menghitungnya.
Nyonya Oh yang sedang merawat kuku tangannya heran kenapa Dong Goo membutuhkan uang. Dong Goo bilang itu untuk tante dokter, ia ingin sekali memeblikan hadiah untuk tante dokter.
Si tante dokter (ibu Seo Hyun) ke ruang rawat Nyonya Oh. Ibu Seo Hyun melihat catatan perkembangan kesehatan Nyonya Oh. Ia bertanya apa Nyonya Oh memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lagi. Nyonya Oh bilang kalau untuk CT Scan, dokternya bilang kalau ia harus melakukannya lagi setelah minum obat. Sekarang ia sedang menjalani puasa.
Dong Goo berkata kalau sekarang ia sedang mengawasi Nyonya Oh supaya dia tak setetespun minum air.
Ibu Seo Hyun memuji Dong Goo, “Tapi bukankah ini tak nyaman bagimu?” Dong Goo bilang kalau disini lebih nyaman daripada di rumah. Ditambah lagi ruangannya ber-ac jadi setiap malam selalu menyegarkan. Ibu Seo Hyun berpesan agar Dong Goo berhati-hati, jangan sampai masuk angin.
Dong Goo pun penasaran dengan keadaan Seo Hyun, “Apa dia baik-baik saja?” ibu Seo hyun terbata-bata mengatakan kalau putrinya baik-baik saja.
Dong Goo : “Tapi si nilai sempurna 100 Kim Seo Hyun, dia sangat hebat di sekolah apa itu karena dia mewarisinya dari Tante?”
Ibu Seo Hyun tersenyum, “Tentu saja. Anak perempuan dan ibunya sama-sama memiliki nilai sempurna 100. Tante juga sangat hebat dalam belajar.”
Ibu Seo Hyun pun berpesan pada Nyonya Oh agar melakukan pemeriksaan dengan baik dan begitu hasilnya keluar ia akan memeriksanya lagi. Nyonya Oh sangat berterima kasih atas perhatian dokter. Dong Goo pun berjanji akan selalu mengawasi Nyonya Oh.
Setelah ibu Seo Hyun pergi Dong Goo berkata pada Nyonya Oh, bukankah tante itu sangat mengagumkan. Nyonya Oh membenarkan. Dong Goo bingung apa yang harus ia berikan sebagai hadiah. Dong Goo merasa daripada membuang-buang uang, ia akan membawakan minuman untuknya.
Dong Goo celingukan mencari dimana ibu Seo Hyun berada. Ia melihat ibu Seo Hyun masuk ke sebuah ruangan.
Dong Goo membuka pintu ruangan.
Ibu Seo Hyun tak menyadari Dong Goo masuk ke ruangan itu, ruang rawat pasien dimana suaminya dirawat. Ibu Seo Hyun bercerita pada suaminya yang masih koma bahwa ada teman Seo Hyun yang bernama Oh Dong Goo. “Dia seorang anak yang selalu bersemangat. Kalau kau melihatnya, kau juga akan menyukainya.”
Dong Goo diam mendengarkan apa yang ibu Seo Hyun sampaikan pada ayah Seo Hyun yang terbaring koma. Ia ikut sedih melihat keadaan ayah Seo Hyun.
Ibu Seo Hyun mengusap kepala suaminya dan menyadari kalau rambut suaminya sekarang sudah mulai memutih. “Kau sudah terlalu lama terbaring disini. Sekarang, aku akan merelakanmu pergi. Tapi sekarang, ketika aku mau merelakanmu pergi, itu malah membuatku khawatir. Selama ini kau selalu bersama kami. Seo Hyun dan aku merasa aman. Tanpa dirimu, akankah kami baik-baik saja? Sekarang dia beranjak remaja, bagaimana kalau Seo Hyun salah jalan setelah kepergianmu? Aku sangat takut. Aku takut dan khawatir.”
Dong Goo ikut sedih mendengarnya.
Ha Na dan Bo Mi menemui Seo Hyun di kelas. Ia bertanya apa Seo Hyun melakukan itu karena mereka berdua. Bo Mi minta maaf kalau memang Seo Hyun melakukan itu karena dirinya dan Ha Na.
Seo Hyun yang sudah membereskan bukunya bersiap pulang, “Maaf? Maaf untuk apa?” ucap Seo Hyun dingin. Ha Na dan Bo Mi diam menunduk tak tahu harus mengatakan apa lagi.
Seo Hyun : “Kalau kalian tak tahu untuk apa minta maaf, kenapa kalian minta maaf?”
Bo Mi berkata itu karena sepertinya Seo Hyun marah padanya dan Ha Na. Seo Hyun berkata kalau keputusannya bukan karena Ha Na dan Bo Mi, jadi keduanya tak usah mempedulikannya.
Seo Hyun dan anak-anak yang tadi mengikuti pelajaran Guru Ma dicegat. “Apa kalian akan pulang tanpa membantu kami membersihkan kelas?”
Jung Soo : “Karena kalian juga menggunakannya jadi kalian juga harus ikut membersihkannya. Memangnya kami ini kelompok bersih-bersih?”
Na Ri menegur Seo Hyun, “Hei Kim Seo Hyun, bukankah kau yang mengajak kami bersih-bersih? Bukankah kau bilang bagus kalau semuanya mendapatkan giliran.”
Seo Hyun maju melawan ucapan Na Ri, “Yang namanya bagus belum tentu efisien. Bagi kami yang lebih mengutamakan usaha dan waktu untuk belajar bersih-bersih hanya membuang waktu. Tapi bagi kalian yang tak melakukan apapun selain bermain membersihkan kelas tak akan memakan waktu kalian.”
Mereka benar-benar tak menyangka ucapan seperti itu keluar dari mulut Seo Hyun. “Apa kau sekarang menjadi ketua anak-anak kutu buku ini?” Mereka pun men-cap Seo Hyun sebagai pengkhianat. Lee Da In tak terima Seo Hyun disebut pengkhianat.
Jung Sang Taek menyindir kalau mereka bersikap begitu karena merasa benar, “Kalau kalian tak ingin membersihkan kelas kalian bisa datang ke kelas dan ikut belajar.”
Jung Soo yang sudah kesal maju melawan Sang Taek, “Jadi, apa kalian mau pergi tanpa membersihkan kelas hari ini?”
Seo Hyun menyuruh Jung Soo untuk minggir, ia mau lewat. Dan anak-anak yang tadi belajar dengan Guru Ma pun pulang.
Anak-anak yang melakukan bersih-bersih kesal, memangnya mereka ini petugas kebersihan. Ha Na dan Bo Mi hanya bisa menunduk tak tahu harus bagaimana.
Dong Goo masuk ke ruang rawat ayah Seo Hyun, tak ada siapapun disana. Dong Goo menyapa ayah Seo Hyun dengan sopan. Ia memperkenalkan diri sebagai teman Seo Hyun.
Dong Goo melihat sekeliling, ia minta maaf karena datang ke ruangan ini tanpa pemberitahuan. Dong Goo pun bercerita kalau ia sebenarnya bukan teman dekat Seo Hyun, ia punya sesuatu yang ingin ia ceritakan pada ayah Seo Hyun.
“Kim Seo Hyun itu sangat pintar, ditiap ujian dia selalu mendapatkan nilai 100 dan ketika teman-teman dalam masalah dia berani maju untuk membantu. Ketika temanku Shim Ha Na ingin ke toilet saat ujian, Seo Hyun meminta izin ke guru dan membantunya. Dan juga saat Shim Ha Na menangis karena teman-teman mengkhianati ketika festival, dia tetap setia kawan. Kurasa Om akan penasaran dengan kehidupan sekolahnya Seo Hyun. Itu saja ya, Om!”
Dong Goo tak tahu lagi harus bercerita apa. Ia pun teringat sesuatu, “Oh iya Om, Shim Ha Na teman dekatnya Seo Hyun ‘chi’ dia suka sekali melakukan itu.” (Dong Goo memperagakan gaya cute khas Ha Na. “Om, apa aku harus menunjukan keahlianku?”
Dong Goo mulai menunjukan gaya lucunya. “Semoga Kim Seo Hyun kita menjadi orang yang baik.” Dong Goo menari-nari tak karuan.
Dong Goo kemudian terdiam sedih karena yang dilakukannya tak mendapatkan respon dari ayah Seo Hyun. Ia mendekat ke arah ayah Seo Hyun seperti berbisik, “Om masih bernafas, kan? Om mendengar apa yang kukatakan, kan?” (huwaaaaa sedih banget)
Disebuah ruangan yang dihadiri beberapa dokter, pengacara, Seo Hyun dan ibunya. Mereka mendengarkan penjelasan dari salah seorang dokter. Dokter mengatakan kalau mereka menunggu persetujuan dari pihak keluarga untuk mencabut peralatan medis ditubuh Kim Dong Min (ayah Seo Hyun) yang selama ini membantu si pasien bertahan hidup.
“Selama ini, entah bagimana dibagian otak yang mengontrol nafas, pencernaan dan detak jantung masih berfungsi. Tapi sekarang kondisinya semakin memburuk. Kemungkinan untuk sembuh pun sudah tidak ada lagi.”
Di rumah, Seo Hyun melamun. Ketika ibunya datang menghampiri, Seo Hyun langsung pura-pura sedang membaca buku. Ibu Seo Hyun tahu kesedihan putrinya yang sebentar lagi akan benar-benar kehilangan ayah yang dicintai.
“Kau tak apa-apa?” ibu Seo Hyun mengkhawatirkan putrinya. Seo Hyun diam tak menjawab.
Ibu Seo Hyun mengucapkan terima kasih. Seo Hyun heran kenapa ibunya berterima kasih padanya.
Ibu Seo Hyun berterima kasih karena putrinya sudah mengerti. Seo Hyun berkata kalau ini pilihan yang terbaik untuk ayahnya. Jadi ibunya tak perlu berterima kasih padanya. Ibu Seo Hyun mengerti, tapi bagimanapun Seo Hyun sudah membuat keputusan yang benar.
Seo Hyun mengatakan kalau ia mau masuk ke SMP bertaraf internasional. Ibunya heran karena ia mengira Seo Hyun tak tertarik pada hal seperti itu. Seo Hyun berkata kalau setelah ia diterima di SMP Internasional ia akan tinggal di asrama. Selanjutnya ia juga ingin masuk ke SMA Teung Mok yang juga memiliki asrama. Ia akan mengusahakan sendiri uang sekolah dengan beasiswa.
Ibu Seo Hyun terkejut, “Maksudmu, apa kau ingin hidup jauh dari ibu?”
Seo Hyun merasa bagus kalau ibunya sudah mengerti maksudnya, itu tidak seperti anak bodoh yang ada di kelasnya. Ibu Seo Hyun benar-benar tak mengerti dengan keputusan yang akan putrinya ambil, “Setelah ayah pergi, hanya tinggal kau dan ibu.....”
Seo Hyun menyela ucapan ibunya, “Apa keluarga harus saling mendukung? Jujur saja menjadi dokter hebat itu lebih penting bagi ibu dibandingkan keluarga sendiri. Benar, kan? Seperti hari itu, seperti yang sudah ibu lakukan.”
Ibu Seo Hyun sedih itu artinya Seo Hyun menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang menimpa ayah Seo Hyun.
Seo Hyun mengerti kok, kalau ia buka anak kecil yang menyalahkan ibunya. Ia pun mempersilakan ibunya melakukan apa saja yang ibunya suka dan silakan hidup terus sebagai seorang dokter yang baik. Ia sendiri akan hidup dengan caranya sendiri. Ibunya tak perlu khawatir, ia tak akan melarikan diri dan salah jalan seperti anak bodoh. Ia malah akan menjadikan ibunya sebagai salah satu orang tua yang sudah mengirim anaknya ke SMP Internasional. “Apa ibu menyukainya?” tanya Seo Hyun dingin.
Di sekolah, wakil kepala sekolah rapat dengan ke empat guru kelas 6. Mereka menyiapkan segala sesuatu untuk pendaftaran siswa yang ingin melanjutkan ke SMP bertaraf Internasional.
Guru Goo mengatakan kalau siswa di kelasnya yang bernama Park Jung Suk ada sedikit masalah dengan catatan pribadi, jadi akan sulit untuk melanjutkan pendaftaran ini jadi wakasek kemungkinan harus mengeluarkan anak itu dari daftar siswa yang akan melanjutkan ke SMP Internasional.
Wakasek mengatakan kalau untuk masalah seperti itu seharusnya guru kelas yang melakukan penyesuaian. “Siswa yang ingin maju haruskah kita sebagai guru membuatnya mundur?”
Guru Yang berkata bukankah itu melanggar peraturan. Wakasek bilang tentu saja, tapi itu tetap tergantung pada kemampuan guru kelasnya. Ia yang akan mengurus pendaftaran ke SMP. Ia menyuruh guru-guru untuk membuatkan surat rekomendasi. Ia memberi batas waktu minggu depan berkas itu harus sudah dikirimkan ke email-nya.
Wakasek ingat ada siswa di kelas Guru Ma yang bernama Kim Seo Hyun yang pada akhirnya berkeinginan untuk melanjutkan ke SMP Internasional. Ia memuji Guru Ma sungguh hebat bisa mengajak Seo Hyun, karena ketika ia berusaha mengajak, Seo Hyun menolaknya. Guru Ma mengatakan kalau itu pilihan siswa sendiri. Wakasek bangga karena Seo Hyun terbaik di sekolah. Ia harap Guru Ma terus mendukung dia. Guru Ma berkata kalau siswa ingin maju, ia akan berusaha membantu semampunya.
Wakasek : “Benar, siapa bilang hanya yang bimbel di Gangnam saja yang bisa mengirim anak-anak ke SMP Internasional? Tahun ini, ayo kita lihat, apa kita bisa melakukannya.”
Rapat pun usai, wakasek pergi.
Guru Goo mengeluh, “Hanya karena SMP internasional, dia mengumpulkan guru kelas 6 saat liburan musim panas dan menyuruh kita mempersiapkan siswa untuk ujian masuk. Apa itu masuk akal?”
Guru Jung : “Yang lebih parah lagi, siswa yang sekarang harus siap untuk mengikuti ujian 3 tahun lebih awal. Mulai kelas enam, anak-anak harus bersaing untuk ujian masuk.”
Guru Yang : “Bahkan di sekolah, ketika aku melihat anak-anak mengerjakan PR dari bimbel di Hagwon, itu membuatku marah.”
Guru Yang meminta pendapat Guru Ma, “Menurut anda apakah persaingan ujian masuk adalah hal yang kita butuhkan?”
Guru Ma berkata kalau anak-anak mengkhawatirkan tentang masalah di kehidupan nyata. Apa itu membantu bagi guru, dengan berkumpul dan mengkritik kebijakan?
Guru Yang : “Bagaimana kita membantu anak-anak menghadapi masalah dunia nyata? Membuat sekolah menjadi tempat persiapan ujian masuk seperti Hagwon dan mendidik anak-anak untuk menaikan nilai, itu bukanlah jawabannya. Apa anda tahu jawabannya, Guru Ma?”
Guru Ma memandang Guru Yang, “Jawaban untuk siswa yang belajar, bukankah guru mampu menemukan jawabannya sendiri?”
Guru Ma membereskan laptop dan segera menuju kelasnya.
Di dalam kelas, tes hanya diikuti oleh 6 siswa termasuk Seo Hyun. Sebagian dari mereka cemas ketika mengerjakan soal. Bolak-balik mereka melihat jam, karena waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal sulit begitu singkat. Waktu mengerjakan soal pun habis. (wajah anak-anak bener-benar tegang n cemas)
Hasilnya nilai yang didapat belum memuaskan. Kim Seo Hyun tak mendapatkan nilai sempurna, dia mendapatkan nilai 97. Kim Tae Sung cuma dapat 65. Choi Bit Na 58. Jung Sang Taek 52. Dan sisanya Lee Da In dan Pi Eun Soo mendapatkan nilai dibawah 50.
Guru Ma : “Kalau kalian ingin masuk ke SMP Internasional kalian harus mendapatkan rata-rata nilai 80. Ibu sudah menyuruh yang lain membersihkan kelas, jadi kalian bisa fokus belajar dan Ibu sudah mengusir anak yang mengganggu ke kelas seni. Bukankah seharusnya kalian menunjukan hasilnya?”
Guru Ma pun memberikan tugas pada siswa ini untuk menyalin soal yang salah sebanyak seratus kali dan mulai sekarang PR mereka juga akan bertambah. Kalau tidak suka, silakan pergi ke kelas seni. Karena siswa terburuk di kelas seni akan menerima mereka sebagi teman dan senang mereka datang.
Bagaimana dengan keadaan kelas seni. Kyung Hyun dan temannya bermain kartu. Jung Soo baca komik, Soo Jin mainan ponsel.
In Bo terlihat belajar tuh. Dia sepertinya tidak merasa nyaman berada disini. Ia menoleh ke arah Sun Young. Sun Young yang juga terlihat belajar pun menoleh padanya. (hahaha) Sepertinya In Bo masuk ke kelas seni cuma ikut Sun Young aja ya hahaha.
Ha Na juga tampak belajar. Sementara yang lain bermain ponsel walaupun buku pelajaran mereka terbuka.
Tiba-tiba Guru Ma masuk ke kelas seni. Anak-anak buru-buru menyimpan kartu, ponsel dan komik mereka. Guru Ma tersenyum, “Apa kalian bersenang-senang?”
Guru Ma : “Rupanya ini yang kalian inginkan. Malas dan tidak ada manfaatnya. Anak-anak di kelas senang kalian tak ada. Karena tak ada yang tertinggal seperti kalian, perkembangannya cukup cepat. Di kelas, tingkat kesulitannya seperti di SMP internasional. Meskipun akan ada perbedaan kemampuan di semester dua nanti, kurasa tak ada masalah bagi kalian. Lagi pula, kalian juga tak punya keinginan belajar di semester 2 kan? Tapi pertanyaannya, bisakah kalian mengejar perkembangan kami karena kalian tertinggal di belakang? apa mungkin bagi kalian untuk kembali?”
Guru Ma menatap ke arah Ha Na, “Teman tak bisa memberikan nilai bagi kalian.” Guru Ma pun keluar dari kelas seni.
Sebagian anak-anak menunduk diam. Na Ri langsung mengeluarkan ponsel. Sebagian dari mereka cuek dengan ucapan Guru Ma.
Ha Na menunduk mengeluh membenarkan. Bo Mi heran kenapa. Ha Ha bertanya pada Bo Mi, “Kenapa kita sekolah? untuk belajar? untuk teman? Apa kita harus memilih salah satunya? Apa yang nenek sihir maksud tadi bukankah kalau aku memilih belajar maka aku harus meninggalkan teman dan kalau aku memilih teman maka aku harus meninggalkan belajar. Tapi kalau aku harus meninggalkan temanku untuk belajar, aku jelas menolaknya ‘chi’.”
Bo Mi tersenyum, ia juga ingin lebih baik lagi dalam belajar. Ha Na berkata bukankah Bo Mi hebat dalam menggambar kartun, jadi Bo Mi tak perlu ahli dalam segala hal. Bo Mi mengatakan tetap saja ketika ujian nilainya tak lebih baik dari penghapusnya Oh Dong Goo. Ha Na tak mengerti, “penghapus Oh Dong Goo?”
Bo Mi : “Nilaiku tak lebih tinggi dari yang Dong Goo dapatkan ketika melempar penghapus.”
Oh begitu, hahaha. Ha Na ingin tahu apa Bo Mi sungguh-sungguh ingin belajar. Ia memang tak sehebat Seo Hyun tapi ia bisa membantu Bo Mi belajar. Bo Mi tentu saja senang.
Ibu Ha Na menuju suatu tempat, ditengah jalan ponselnya bunyi. Ia mendapat kiriman pesan yang memberitahukan bahwa nilai yang didapat Ha Na di Hagwon meningkat baik.
Ibu Ha Na sampai disebuah kafe, disana sudah menunggu ibu-ibu lainnya. Seperti biasa kumpulan ibu-ibu. Ibu Ha Na minta maaf kaena ia terlambat lagi. Ibu In Bo pun menghukum keterlambatan ibu Ha Na untuk mentraktir mereka kue. Ibu Ha Na yang lagi seneng bersedia saja membelikan mereka kue.
Ibu Hwa Jung jadi ingin tahu kenapa suasana hati ibu Ha Na sekarang terlihat ceria. Ibu Ha Na mengatakan kalau ia baru saja melihat nilai ujian Ha Na di Hagwon dan nilai putrinya semakin membaik. Ini semua karena ibu Sun Young yang sudah membuat tim menjadi hebat.
Ibu In Bo membenarkan mereka harus melakukan sesuatu untuk ibu Sun Young. Ibu Hwa Jung setuju tanpa ibu Sun Young mereka bahkan tak akan bisa bertemu seperti ini.
Ibu Na Ri bertanya pada ibu Sun Young tentang mereka yang akan membentuk tim untuk semester 2 dengan Guru Oh bagaimana kelanjutannya. Ibu Sun Young mengatakan kalau ada sedikit masalah tentang itu. Ia mengatakan kalau ini juga disebut sebagai kelas persiapan SMP Internasional dan Guru Oh hanya memilih 10 siswa berdasarkan nilai ujian. Tapi jujur saja anak-anak kita tidak bisa mengerjakan ujian dengan baik jadi sepertinya itu akan sulit.
Ibu Ha Na heran, “Kelas persiapan SMP internasional? Apa anak-anak kita memerlukan itu?”
Ibu Na Ri : “Apa yang kau bicarakan ibu Ha Na? Mengeluh seperti itu, hanya karena kau harus mencari asrama saat mengirim Ha Na keluar kota. Hanya karena dinamakan kelas persiapan SMP Internasional bukan berarti semua orang harus ikut. Pikirkan saja berapa orang yang mengambil SMP Internasional. Mereka harus belajar dengan tujuan, jadi mereka akan serius dan belajar dengan tujuan itu.”
Ibu Na Ri berkata kalau mereka tak perlu mengkhawatirkan Guru Oh. Ibu Hwa Jung tanya apa ada jalan. Ibu Na Ri menjelaskan pada ibu Sun Young bahwa untuk membuat tim baru taruh 5 anak saja dalam tim dan biaya untuk 5 anak lainnya biar ia yang mengurus.
Ibu In Bo terkejut apa ibu Na Ri mau membayar semuanya bukankah itu cukup mahal. Ibu Na Ri mengatakan kalau ibu Sun Young sudah bekerja keras, bukankah mereka harus membantu karena ini juga menyangkut putrinya. Mereka senang pertemuan mereka selalu berjalan lancar kalau ada ibu Na Ri. Ibu Sun Young pun berjanji akan segera menghubungi Guru Oh.
Ha Na mengajak Bo Mi ke rumahnya untuk belajar bersama. Bo Mi memperkenalkan diri pada ibu Ha Na. Ha Na memberi tahu ibunya kalau Bo Mi ini teman sekelompok dan keduanya sangat akrab. Ibu pun menyuruh keduanya segera belajar dan ia akan membawakan cemilan.
Ibu masuk ke kamar membawakan cemilan. Ibu Ha Na ingin tahu dimana apartemen tempat tinggal Bo Mi.
Bo Mi berkata kalau ia tidak tinggal di apartemen, ia tinggal di rumah yang tak jauh dari halte bis.
Ibu Ha Na cukup kenal dengan para ibu di kelas 6-3 tapi ia tak pernah bertemu dengan ibu Bo Mi. Dia pasti sangat sibuk ya. Bo Mi mengatakan kalau ibunya bekerja di sebuah toko. Ibu pun mempersilakan mereka kembali belajar.
Sebelum keluar kamar ibu melihat di meja belajar ada lembar soal dengan nilai 35.
Setelah Bo Mi pulang ibu bicara berdua dengan Ha Na. Ibu mengatakan kalau ia tak sengaja melihat lembar ujian matematika milik Bo Mi yang nilainya 35. Ibu ingin tahu apa Bo Mi itu hanya lemah di matematika atau dia juga lemah di pelajaran lain.
Ha Na berkata kalau Bo Mi itu ingin menjadi lebih baik, itu sebabnya ia dan Bo Mi belajar bersama.
Ibu Ha Na terkejut jadi Ha Na mengajari Bo Mi. Ha Na berkata kalau ketika ia mengajari Bo Mi, ia juga bisa melatih pikirannya dan menurutnya itu juga bagus untuknya. Ibu mengungatkan kalau sekarang ini waktu yang penting untuk Ha Na. Ia benar-benar tak mengerti kenapa Ha Na malah mengajar orang lain.
“Apa aku harus berteman hanya dengan anak pintar saja?” Ha Na kecewa dengan sikap ibunya yang seperti itu.
Ibu Ha Na berkata kalau ia juga tak ingin menjadi ibu yang mendiskriminasikan pertemanan berdasarkan nilai sekolah. “Memangnya siapa kau mengajar orang lain? Ibu tidak bilang kalau itu salah. Bagus sekali kau memiliki teman, tapi jangan korbankan segalanya untuk mereka. Kau tak memiliki kemampuan seperti itu. Bahkan diantara teman pun ada batasnya. Melakukan hal yang baik, tapi nanti kau yang akan disalahkan.”
(Ah Ibu ga masalah lho kita mengajari orang lain. Malah ilmu kita akan semakin bertambah. Mengajari orang lain belajar sama artinya kita bersedekah. Jadi jangan takut kita akan kalah sama yang diajari hehehe)
Sun Young makan siang disebuah restouran dengan ibunya. Ibu Sun Young bicara dengan ibu Na Ri di telepon. Ia memberi tahu bahwa pembicaraannya dengan Guru Oh berjalan lancar. Perbincangan mereka pun nyambung ke masalah pembayaran ke Guru Oh yang dibiayai oleh ibu Na Ri. ibu Na Ri akan mentransfer biaya itu ke rekening ibu Sun Young.
Setelah ibunya selesai menelepon, Sun Yung bertanya apa ibu Na Ri yang akan membayar semua itu. Melihat ibunya melakukan semua ini pada ibu Na Ri, itu jelas membuat harga dirinya terluka. Ibu Sun Young berkata kalau ia akan melakukan apapun untuk Sun Young, asalkan Sun Young ini bisa menjadi penyiar TV sesuai keinginan Sun Young. Sun Young tersenyum.
Ibu Sun Young ingin tahu apa putrinya selalu memperhatikan pelajaran yang Guru Ma berikan. Sun Young berbohong menjawab ya. Ponsel ibu Sun Young bunyi lagi, ia menjawab panggilan telepon dari Sutradara Jo.
Dong Goo berada di kamar ayah Seo Hyun. Ia mengipasi ayah Seo Hyun. Dong Goo bingung apa lagi yang harus ia ceritakan tentang Seo Hyun. Dong Goo pun ingat, ia mulai bercerita kalau Seo Hyun itu belum punya pacar.
Dong Goo tertawa cengingisan. “Eh Om ini rahasia ya, tapi aku tahu beberapa anak di kelas kami yang menyukai Kim Seo Hyun. Tapi menurutku itu tak akan berhasil. Anak-anak itu sedikit manja. Eh, jangan salah paham lho Om, aku bukan salah satunya. Aku punya orang lain yang kusukai.” Dong Goo langsung terdiam. “Tidak kok tidak punya. Aku kan masih SD.”
Dong Goo bingung mau cerita apa lagi. “Oh iya Om sebenarnya aku menyukai Tante. Om beruntung sekali mendapatkan pasangan yang baik. Dia cantik, pintar, dan dia juga pandai memasak. Om juga pasti mau makan masakannya kan?”
Dong Goo menunduk sedih melihat tak ada perkembangan dari ayah Seo Hyun. “Sepertinya Om juga ingin makan.” ucap Dong Goo lirih.
Dong Goo melihat sesuatu di wajah ayah Seo Hyun. Ia mendekat supaya melihat lebih jelas, “Apa Om benar-benar ingin makan?”
Terlihat mata ayah Seo Hyun yang terpejam bergerak. Dong Goo terkejut melihatnya. “Om... Om...” panggil Dong Goo.
“Kim Seo Hyun, aku melihatnya!” ucap Dong Goo terkejut campur panik. Seo Hyun tak mengerti apa yang Dong Goo katakan.
Dong Goo yang panik mengatakan kalau ayah Seo Hyun tadi terlihat bergerak. Seo Hyun terdiam.
Dong Goo : “Om, om mau makan masakan tante kan?”
Tak ada gerakan dari ayah Seo Hyun. Dong Goo meminta ayah Seo Hyun memberi sahutan berupa gerakan lagi. Terlihat sedikit gerakan di mata yang terpejam.
“Kau lihat? Aku akan memanggil tante ke sini. Dia mungkin akan bangun!” Dong Goo langsung berlari ke luar.
Seo Hyun tak terkejut melihat kepergian Dong Goo yang panik. Ia memandang wajah ayahnya yang tetap tenang dengan mata terpejam.
Ibu Seo Hyun memeriksa kondisi suaminya berdasarkan keterangan Dong Goo. Ia memeriksa dan mengamati monitor.
Tak ada perubahan apapun. Ibu Seo Hyun mengatakan pada Dong Goo kalau ayah Seo Hyun tak ada perkembangan apapun yang berbeda. Seo Hyun berdiri memandang keluar jendela. Dong Goo menunduk sedih.
Tak ada perubahan apapun. Ibu Seo Hyun mengatakan pada Dong Goo kalau ayah Seo Hyun tak ada perkembangan apapun yang berbeda. Seo Hyun berdiri memandang keluar jendela. Dong Goo menunduk sedih.
Ibu Seo Hyun menjelaskan kalau pasien seperti ini kadang-kadang bisa menggerakan mata dan jarinya, itu karena syaraf refleks-nya masih berfungsi dan itu bukan karena perubahan status.
Dong Goo mengerti, ia menatap sedih Seo Hyun yang berdiri melamun di jendela. Seo Hyun pasti sudah melihat berkali-kali ayahnya menggerakan mata seperti itu dan tentu saja kecewa karena itu bukan perkembangan ke arah yang lebih baik.
Dong Goo minta maaf. Ibu Seo Hyun bilang tak apa-apa lagi pula Seo Hyun juga bersikap seperti Dong Goo ketika pertama kali melihat hal seperti tadi. Ia bertanya apa yang Dong Goo lakukan disini. Dong Goo berkata kalau ia khawatir jika ayah Seo Hyun merasa bosan sendirian. Yang ia lakukan memang tak sebanding dengan apa yang ibu Seo Hyun lakukan padanya dan Nyonya Oh. Tapi ia ingin sekali bicara dengan ayah Seo Hyun. Ia minta maaf karena melakukannya tanpa permisi.
Ibu Seo Hun tak mempermasalahkannya, ia malah berterima kasih. “karena kau akhir-akhir ini tante bisa tersenyum.” Kata Ibu Seo Hyun mengusap lembut kepala Dong Goo.
Apa? Dong Goo tak mengerti apa maksudnya.
Seo Hyun : “kau tak punya ibu, jadi ambil saja ibuku dan jadikan dia ibumu!”
“Kim Seo Hyun?” Ibu Seo Hyun menilai ucapan putrinya sudah keterlaluan.
Seo Hyun : “Ibu akan kesepian tanpa aku. Ini bagus, karena aku akan hidup sendiri dan ibu bisa tinggal dengan Dong Goo. Kalian sangat cocok bersama.”
Seo Hyun yang kesal keluar dari kamar rawat ayahnya.
Seo Hyun tak suka Dong Goo ikut campur, jadi ia harap Dong Goo berhenti bersikap begitu. Dong Goo berkata kalau ia sudah mendengar tentang keadaan ayah Seo Hyun. “Dia sangat mengkhawatirkanmu. Kau juga tahu, kalau ibumu mencintaimu.”
Dong Goo heran, “Apa kau ini masih anak-anak? Apa kau sungguh tak tahu kalau ibumu mencintaimu? Berhentilah berbohong. Tak mungkin seorang Kim Seo Hyun yang nilainya sempurna tak tahu hal seperti itu. Bahkan aku si bodoh Oh Dong Goo pun tahu.”
Seo Hyun meninggikan suara, “Aku tak butuh ibu.”
Dong Goo : “Bagaimana pun pintarnya dirimu di depan nenek sihir, kau hanya seorang pengecut. Pencari kesalahan, kau pengecut.”
Seo Hyun menyalahkan kalau Dong Goo lah yang mencari masalah dengannya. “Kenapa tidak kau jadikan saja dia ibumu?”
“Baik kalau begitu.” ucap Dong Goo. “Aku memang menyukai ibumu, sup yang ibumu buat sangat enak. Aku juga suka kalau dia tersenyum padaku. Aku juga sangat menyukai suara ibumu.”
“Tapi,” mata Dong Goo berkaca-kaca dan mulai menangis, “Dia tetap bukan ibuku. Dia ibumu. Aku sangat iri padamu. Kau setidaknya memiliki ibu untuk dibenci. Tapi aku, bahkan saat aku ingin membencinya, aku tak mengingat wajahnya. Aku juga tak ingat suaranya. Aku bahkan tak tahu kalau ibuku mengingatku.”
Dong Goo mengusap air matanya, “Tapi aku masih memiliki Nyonya Oh. Bagaimana pun suka-nya aku pada ibumu, bagiku, dia masih tak ada apa-apanya dengan Nyonya Oh. Karena apapun yang orang katakan, Nyonya Oh adalah Nyonya Oh-ku.”
“Tapi bagaimana mungkin kau begitu? Meskipun kau tak menyukainya, dia tetap ibumu. Ibu yang baik atau jahat, dia itu ibumu, dasar bodoh.” Dong Goo yang marah meninggikan suaranya.
Dong Goo meninggalkan Seo Hyun seorang diri berdiri mematung meresapi perkataan Dong Goo. Hatinya trenyuh mendengar ucapan Dong Goo yang begitu menusuk hatinya.
Bersambung di part 2
Cry cry cry.... Oh Dong Goo tak kusangka ucapan seperti itu keluar dari mulutmu.
Anak-anak yang di kelas bener-bener di gojlok untuk mempersiapkan diri masuk SMP. Mungkin sebagian dari kita merasa kalau itu membuat anak-anak tertekan, tapi ya pada kenyatannya memang seperti itu. Kalau mau masuk ke sekolah yang diinginkan mereka harus berusaha keras.
Anak-anak yang di kelas bener-bener di gojlok untuk mempersiapkan diri masuk SMP. Mungkin sebagian dari kita merasa kalau itu membuat anak-anak tertekan, tapi ya pada kenyatannya memang seperti itu. Kalau mau masuk ke sekolah yang diinginkan mereka harus berusaha keras.
Dong Goo, walau tidak sepintar seo hyun, tapi kata-katanya selalu menyentuh hati....kenapa Seo Hyun selalu menyalahkan ibunya ya?.
ReplyDeletejadi penasaran, knapa Seo Hyun benci sama ibunya????
ReplyDeleteterima kasih sinopsisnya :)
Bravo....dong goo......kata" yg sangat menyentuh skli....ditunggu part selanjutnya....
ReplyDeletedtunggu part2 nya mba' :)
ReplyDeleteudah nonton sampe episode 12 tapi masih nunggu sinopsis eonni.
ReplyDeletefighting eonni,
Kang Chan Hee yang di episode awal first kiss nya Ha Na muncul lagi loh di episode 11 dan 12 haha
aku suka karakter dong goo
ReplyDeleteseo hyun menyalaahkan ibunya karena ketika seo hyun ada acara di sekolah, yg dtg malah ayahnya ...yg buat ayahnya jadi koma.....padahal ibunya udah janji akan datang tapi ternyata ada panggilan UGD...jadi seo hyun menyalahkan ibunya yg lebih memilih pekerjaan drpd anaknya......intinya sih seo hyun kekurangan kasih sayang ibu yah....menurutnya....
ReplyDeleteCeritanya seru banget...sangat menunggu kelanjutan ceritanya...
ReplyDeleteMJJ
ReplyDeleteMak Jleb-Jleb..
Hahahaha...
*meme
gomawo sinopnya say. dahsyat oh dong goo ^^
ReplyDeleteDi episode ini bener2 sedih, ga terasa air mata netes. HIKS ... HIKS ...
ReplyDelete# WINDA NOVITA #