Wakasek celingukan di halaman sekolah mencari pimpinannya yang selalu tak ada di kantor.
“Saya disini wakil kepala sekolah!” Sahut ibu kepsek muncul tiba-tiba membuat wakasek kaget. Wakasek mengatur jantungnya yang tadi hampir copot karena kaget hehe.
Bu kepsek ternyata sedang memunguti puntung rokok di pagar sekolah. Ia menunjukan kumpulan puntung rokok yang ditemukannya. Bu kepsek menerka ini dibuang di dekat toilet dan dapat dipastikan kalau itu bukan milik anak SD Sandeul, ini mungkin dari anak SMA sebelah.
Wakasek kesal padahal ia sudah memberi peringatan pada anak SMA itu tapi masih saja seperti itu. Ia tak bisa selalu berdiri disini mengawasi mereka setiap pagi. Ibu kepsek ingin wakasek lebih tegas lagi kalau hal ini terjadi lagi. Kalau itu terjadi maka lapangan yang ada di halaman sekolah tak akan dibuka untuk umum lagi. Wakasek mengerti ia akan memberi mereka peringatan lagi.
Wakasek teringat sesuatu, ia memuji tindakan kepala sekolah yang mengurusi lingkungan sekolah. Tapi bukankah sebagai kepala sekolah perlu melaksanakan tugas utama. Ia memberi tahu kalau ada 5 berkas yang perlu ditanda tangani oleh kepala sekolah.
Kepsek menyuruh wakasek yang mengurus itu. Ia keluar dari pagar dan lihat si nenek ini berdiri melompati pagar hahahaha. Wakasek yang khawatir ibu kepsek jatuh membantu memeganginya.
Wakasek merasa itu bukan saran yang bagus, bukankah kepala sekolahnya ada. Kalau ia yang mengambil segala keputusan bukankah itu sedikit (tidak sopan gitu lah)
Ibu kepsek mengingatkan apa wakasek sudah lupa, “Aku sudah mengatakan dengan jelas tentang itu. Setelah 43 tahun bekerja di sekolah ini, aku tak mau terlibat urusan apapun. Aku meminta untuk tetap menjadi kepala sekolah supaya bisa mengurus sekolah.”
Wakasek masih bingung karena dirinya tak memiliki wewenang secara administratif untuk mengambil keputusan. Ibu kepsek berkata bahwa di ujian tahun terakhir sebagai guru, ia tak berusaha diam-diam membantu siapapun. Tapi harapannya adalah segala permintaannya bisa dipenuhi itu saja. “Apa kau sudah lupa kau diangkat sebagai wakil kepala sekolah karena nilai tes yang paling tinggi? Apa kau sudah lupa itu?”
Wakasek merasa bangga pada kemampuannya, “Ah ibu bagaimana aku bisa lupa itu?”
Ibu kepsek : “Sekarang kau adalah wakil kepala sekolah yang baru dan masih muda. Sedangkan aku sudah tua. Cucuku yang ada di militer mengatakan bahwa yang tua itu tidak memiliki kekuatan untuk menaikkan status orang. Tapi mereka memiliki kekuatan untuk memilih seseorang. Itulah cara mereka bergurau. Itu anak-anak yang bilang.”
Ibu kepsek mengatakannya sambil tertawa. Setelah mendengar langsung perkataan ibu kepala sekolah, wakasek pun berkata kalau ia akan mengurus semuanya. Ibu kepsek pun mempercayakan semuanya pada wakasek.
Ibu kepsek ingin tahu pendapat wakasek tentang Guru Ma Yeo Jin walikelas 6-3. Wakasek heran, apa Guru Ma membuat masalah.
Di ruang guru. Wali kelas 6 ngumpul di meja masing-masing kecuali Guru Ma. Kursinya kosong, ga tahu kemana orangnya, mungkin berdiam diri di kelas. Justin juga ada disana tengah membuat minuman.
Guru Goo memuji penampilan anak didik Guru Ma ketika tampil kemarin, itu bagus sekali. Ia menilai kalau menyuruh siswa melakukan pertunjukan seperti itu pasti tidaklah mudah. Ia mengaku kalau ia sendiri pernah mengalaminya, kita harus menyuruh mereka banyak berlatih. Guru Jung menilai itu sedikit berlebihan.
Guru Goo merasa ada satu atau dua hal yang aneh tentang Guru Ma. “Menjadi peserta didik bukankah ada kelebihan dan kekurangannya? Tapi sebagai pendidik bukankah dia memiliki kemampuan? Benarkan, Justin?”
Justin membenarkan, ia pernah melihatnya sekilas. Meskipun anak-anak di panggung tak bisa melihatnya tapi ia melihat pose gelap Guru Ma.
Guru Yang : “Apa tak salah mengikuti cara Guru Ma? Aku tak yakin.”
Guru Jung membenarkan penampilan kelas 6-2 juga berjalan sukses. “Siapa coba yang mendengar ritme dan temponya? Mereka hanya sibuk mengambil foto anak-anak mereka. Kalau kau menyuruh anak-anak memakai pakaian bagus dan orang tua merekam videonya, maka kerja kita sudah bagus.”
Guru Yang berkata kalau yang ingin ia lakukan hanya ingin menghemat uang dan menyuruh anak-anak tampil dengan warna yang seragam.
Guru Jung menyela, “Tapi nyatanya ibu-ibu mereka meminta untuk membuatkan kostum kan? Mereka tak ingin anak-anak mereka kurang keren dibanding kelas lain.”
Guru Yang mengeluh setelah acara selesai orang tua menuduhnya melakukan pemborosan setelah melihat kelas 6-3 hanya mengenakan seragam olahraga saja. Padahal dirinya tak menyarankan membuat seragam paduan suara.
Guru Jung menilai kalau Guru Yang benar-benar belum memahami tentang ini. “Ini karena kau menerima saja ketika disalahkan!”
Guru Goo : “Kalau begitu kenapa kita tak belajar dari hal itu saja?”
Guru Goo menerima sms dari wakil kepala sekolah. Ia heran apa ada salah seorang guru yang mengeluh pada wakasek, kenapa tiba-tiba wakasek memanggilnya. Mereka menggeleng. Guru Goo pun segera menemui wakasek. Guru Hung juga akan ke kelasnya, ia bergumam kira-kira anak-anaknya sudah selesai kebersihan belum ya.
Tinggal Justin dan Guru Yang disana.
Justin berkata bukankah Guru Yang ingin belajar taekwondo darinya. Guru Yang membenarkan, tapi ia terlalu sibuk dan tak punya waktu untuk latihan.
Justin bertanya apa Guru Yang masih ingin belajar taekwondo. Guru Yang tentu saja antusias, mau banget, ia mau belajar, ia harus menjadi kuat sekarang.
Justin menyarankan bagaimana kalau keduanya memulai latihan itu besok. Ia mengatakan kalau yang namanya stamina itu dasar semua olahraga. Guru Yang setuju, baik, mulai sekarang Justin adalah gurunya. Justin pun memberi semangat. Hehe. (kira-kira bakalan jadi couple ga ya nih dua orang ini hahahaha)
Kelompok 6 harus melakukan bersih-bersih ruang olahraga. Dong Goo yang marah melampiaskannya dengan menendang bola. Sementara ketiga temannya mengepel lantai. Ia benar-benar marah.
Bo Mi menyuruh Dong Goo berhenti mengamuk lebih baik segera membersihkan ruang olahraga, kalau tidak ia akan menulis nama Dong Goo sebagai anak yang membangkang dan akan melaporkannya ke Guru Ma.
Dong Goo benar-benar tak habis pikir dengan sikap Bo Mi yang berubah, “Silakan tulis saja!” Dong Goo menantang. “Oh Dong Goo, silakan tulis seratus kali!”
Dong Goo meminta penjelasan Bo Mi, “Katakan yang sejujurnya pemboikotan untuk festival musim semi, kau yang mengadukannya pada Guru, kan?”
Bo Mi diam menunduk.
Dong Goo bisa menebaknya, “Kenapa kau tak melihatku? Kami tahu semuanya. Kenapa kau tega sekali melakukan ini? Demi siapa coba kita memulai ini, hah? Kau jelas tahu kalau Ha Na yang mengajak semuanya, bukan orang lain tapi kau yang mengadukannya.”
Bo Mi masih menunduk tak berani menatap Dong Goo.
Ha Na menghampiri keduanya dan berkata sudahlah tak apa-apa. Seo Hyun juga mengingatkan tak ada gunanya Dong Goo melakukan itu, jadi lebih baik biarkan saja.
Dong Goo tak mengerti dengan kedua temannya yang membiarkan masalah ini begitu saja, “Bukankah kalian juga sangat kesal? aku benar-benar marah.”
Seo Hyun mengatakan kalau Bo Mi bukan satu-satunya yang bersikap seperti itu. “Dia mungkin diancam oleh Bu Guru. Jadi kenapa kau menyalahkannya?”
Dong Goo yang benar-benar kesal segera mengambil sapu dan ikut bersih-bersih.
Ha Na bertanya pada Bo Mi, apa Bo Mi membawa gambar itu. Dengan ketus Bo Mi menjawab kalau ia tak membawanya, gambar itu ada di rumah.
Ha Na pun mengajak teman-temannya untuk ke rumah Bo Mi. Ia memberi tahu kalau Bo Mi memiliki kemampuan yang hebat dalam menggambar manga. Dia juga punya gambar kalian dan itu sangat mirip kalian. Bahkan gambar Oh Dong Goo digambarkan lebih bagus daripada yang sebenarnya. Ia menyuruh semuanya cepat menyelesaikan bersih-bersih ini dan segera bermain ke rumah Bo Mi. Ia berjanji akan membelikan Dduboki (kue beras pedas)
Ha Na tampak ceria, ia tak memperlihatkan wajah sedih atau kecewa. Tapi Bo Mi menganggap kalau keceriaan itu palsu. Ia menuduh Ha Na pasti sedang merencanakan sesuatu padanya sekarang. Ha Na terdiam dengan tuduhan Bo Mi.
Bo Mi mencibir, “Apa kau kira aku tak tahu maksudmu yang sebenarnya? Pertama kau mencari hewan peliharaan, kemudian diam-diam kau membanggakannya ke teman-temanmu bahwa kau berteman baik denganku.” Ha Na tak mengerti apa yang Bo Mi bicarakan. Bukankah keduanya memang berjanji untuk menjadi teman baik.
Bo Mi kembali mencibir, “Teman?”
Bo Mi teringat obrolan chat antara Soo Jin dan teman lain yang menilai dirinya peliharaan Ha Na.
Bo Mi tertawa remeh, “Baik. Kau temanku. Peliharaan orang adalah teman mereka. Tapi, lupakan saja. Aku tak memiliki keinginan untuk menjadi temanmu. Jadi, mulai sekarang jangan bersikap ramah padaku.” Ha Na tercengang mendengarnya.
Dengan ucapan yang ketus Bo Mi menyuruh Ha Na berhenti bersikap bodoh dan segera bersihkan ruang olahraga ini, kalau tidak ia akan mencatat nama Ha Na karena malas bekerja. Seo Hyun dan Dong Goo tak menyangka kalau sekarang Bo Mi seperti itu. Ha Na hanya bisa menunduk sedih.
Ha Na menginap di rumah sakit menemani Eonni-nya. Ia menceritakan semua keluh kesah pada Eonni-nya. Ia meminta pendapat Eonni kira-kira kenapa Bo Mi jadi bersikap seperti itu. Eonni menarik nafas dan berkata kalau ia lebih mencemaskan Ha Na. Ha Na bilang kalau ia baik-baik saja.
Eonni : “Bukankah kau tahu setelah berteman dengan orang yang kesepian kemudian dia berubah banyak sekali contoh kejadiannya.”
Ha Na mengatakan kalau sekarang Bo Mi tidak kesepian lagi, jadi dia bukan penyendiri lagi. Eonni menegaskan itulah masalahnya, “Sebuah kelas bisa berjalan tanpa guru tapi harus ada yang penyendiri. Dari yang kulihat, bukan saatnya kau mencemaskan orang lain. Berhati-hatilah!”
Ha Na meyakinkan kalau ia baik-baik saja. Ia memiliki banyak teman kok. Eonni tanya siapa, apa Oh Dong Goo. Ha Na menjawab bukan anak bodoh itu, Seo Hyun juga temannya.
Eonni : “Yang kulihat, Oh Dong Goo dan Kim Seo Hyun mempunyai karakter penyendiri. Tapi, kalau kau bergabung dengan mereka, maka mereka akan memilihmu.”
Ha Na : Kenapa?
Eonni : “Tak enak mengatakan Oh Dong Goo dan Kim Seo Hyun suka menyendiri. Karena mereka tipe orang yang bisa bertindak sendiri. Tapi kau, kau tak punya alasan dikatakan penyendiri. Kau memiliki sesuatu yang sama dengan penyendiri.”
Ha Na : apa?
Eonni : “Reaksimu itu menarik. Dari sudut pandang anak lain. Hanya jika ada reaksi yang hebat maka itu akan menarik perhatian mereka. Mengingat hal itu, kalau mereka harus memilih kalian bertiga tentu saja kau pilihan pertama.”
Ha Na kesal, “Apa itu? siapa yang bilang aku begitu?”
Eonni : “Coba lihat dirimu. Kau sudah pasti seperti itu. Itu sebabnya kau seharusnya tak bersama mereka. Oh Dong Goo, Kim Seo Hyun. Berhentilah kau bergaul dengan mereka dan kembalilah pada Na Ri.”
Ha Na terdiam menimbang-nimbang ucapan Eonni-nya.
Keesokan harinya di sekolah, hmm cuacanya hujan nih. Anak-anak masuk ke kelas mereka. Sekarang tempat duduk mereka berdekatan dengan teman sekelompok. Ada masalah nih, Soo Jin kehilangan dompet barunya. Ia sudah membongkar tas-nya dan dompet itu tak ada disana. Soo Jin cemas bukan main.
Yoon Ji Min yang juga khawatir menanyakan berapa jumlah uang yang ada disana. Soo Jin bilang masalahnya bukan berapa jumlah nominal uangnya tapi dompet itu ia dapatkan dari Oppa-nya. (pacarnya gitu)
Kim Ga Eul berdiri menanyakan pada teman lainnya siapa yang mencuri dompet Soo Jin. Semua diam tak ada yang tahu. Ji Min dan Ga Eul meminta Soo Jin mencari lebih teliti lagi mungkin terselip di dalam tas. Tapi tak ada, Soo Jin sudah memeriksanya dengan teliti, dompet itu tak ada.
Tepat ketika Soo Jin panik mencari dompetnya, Guru Ma masuk ke kelas. Ia yang melihat kegaduhan bertanya, apa yang terjadi. Guru Ma pun akhirnya mengetahui kalau ada salah satu siswanya yang menjadi korban pencurian.
Guru Ma bertanya pada Soo Jin apa sudah mencari dompet itu di tas dengan teliti. Soo Jin menjawab ya. Guru Ma kembali bertanya, apa Soo Jin yakin kalau dompet itu hilang, bukan ketinggalan dirumah. Soo Jin kembali menjawab ya.
Guru Ma menatap seluruh siswanya, “Aku minta untuk yang terakhir kalinya. Pelakunya, silakan mengaku!”
Semua siswa saling menoleh diam, tak ada yang mengaku atau lebih tepatnya tak ada yang tahu.
Guru Ma : “Tidak ada? Kalau begitu apa ada yang melihat seseorang mengambil dompet itu?”
Guru Ma pun menyuruh siswanya menuliskan sebuah nama di kertas seseorang yang mereka lihat sebagai pencurinya. (Hmm Guru Ma melakukan ini supaya si saksi tidak takut mengaku. Kadang kan ada saksi mata yang tak berani ngomong karena takut)
Guru Ma : “Kalau kalian tahu siapa pelakunya, tuliskan nama itu di kertas. Kalau kalian ketahuan menyembunyikan pelakunya maka kalian akan dihukum sama seperti pelaku.”
Seo Hyun malah membaca bukunya. Kertasnya ia biarkan kosong karena memang sepertinya dia tak tahu siapa pelakunya.
Dong Goo, bukannya menulis tapi malah menggambar.
Ha Na menulis, ‘aku tidak tahu’
Guru Ma membaca tiap kertas yang ditulis siswanya, ada kertas yang kosong, ada yang bertuliskan aku tak tahu dan ada gambar Miss Rosa yang dibuat Dong Goo. Guru Ma sedikit terkejut melihatnya dan bisa menebak gambar siapa itu. Ia menatap Dong Goo. Dong goo langsung nyengir hahaha.
Hasilnya tak ada saksi yang melihat siapa pencurinya. Guru Ma pun menyimpulkan tak ada saksi di kelas ini yang mengetahui siapa pelakunya. Jadi akibat kasus pencurian dompet ini maka semua anak akan dihukum.
Anak-anak jelas protes karena mereka tak melakukannya.
Guru Ma menghukum semuanya untuk menulis 10 essay tentang refleksi setiap hari. Kalau kalian salah dalam tes, maka salinannya bisa menjadi 200 kali dari yang 100 kali. Dan untuk tugas ketua kelas akan diberikan pada semua siswa. Hak istimewa pada mereka yang mendapatkan nilai bagus akan dibekukan mulai saat ini, jadi tak akan ada yang mendapatkan hak istimewa.
Choi Bit Na menilai ini tak adil. Yeon Hoo juga protes karena ia tak mencuri dompet itu. Apalagi Soo Jin, ia jelas-jelas sebagai korban. Ini sungguh tak adil baginya.
Guru Ma bertanya pada Soo Jin, “Apa kau ini bukan bagian dari kelas 6-3? Ini tak ada pengecualian.” Soo Jin jelas kesal bukan main.
Kim Tae Sung mengangkat tangan mengusulkan agar Guru Ma memberikan izin pada mereka untuk menemukan sendiri siapa pelakunya. Ia minta izin untuk mengatur rapat kelas dalam mencari siapa pelakunya. Kalau semuanya kena hukuman itu tak adil.
“Kalau begitu, apa kalian akan menangkap pelakunya?” Guru Ma pun membolehkannya. Ia duduk di kursinya.
Kim Tae Sung berdiri di depan memimpin rapat untuk mencari siapa pelaku pencurian dompet Soo Jin. “Dari sekarang, katakan saja siapa yang kalian anggap mencurigakan dan katakan alasan kalian.
Sun Young mengangkat tangan, “Pelakunya... Kim Ga Eul..!!” tunjuk Sun Young pada Ga Eul yang duduk di sebelah Soo Jin.
Ga Eul kaget Sun Young menuduhnya mencuri dompet sahabatnya. Sun Young menyampaikan alasan kenapa ia menuduh Ga Eul. Sejak Soo Jin mulai memamerkan dompet dia terus-menerus mengatakan ingin memilikinya.
“Apa kau bilang?” Ga Eul tak terima dituduh sebagai pencuri. Kenapa ia harus melakukan itu pada Soo Jin.
Sun Young : “Memangnya bukan dirimu? Kalau benar buka tas mu. Kita harus memeriksa tas Ga Eul untuk menangkap pelakunya!”
In Bo mengangkat tangan setuju dengan saran Sun Young. Kim Min Jae juga setuju. Ga Eul kesal bukan main dituduh yang tidak-tidak dan menilai mereka sungguh kekanak-kanakan. Ia pun menjatuhkan semua isi dalam tas-nya dan dompet Soo Jin pun tidak ada padanya. Guru Ma diam duduk di kursinya sambil memperhatikan. Sun Young kembali diam setelah tuduhannya tak terbukti.
Hwa Jung berkata kalau sepertinya ia tahu siapa pelakunya. Ia berbalik melihat ke belakang dan menunjuk Jo Yeon Hoo. “Kau pelakunya!”
Yeon Hoo kaget, “Aku? kenapa aku?”
“Kau ini punya tampang kriminal.” ucap Hwa Jung menyampaikan alasan tuduhannya.
“Apa kau bilang?” Yeon Hoo tak terima.
“Kubilang wajahmu itu kriminal.” Hwa Jung meninggikan suaranya. “Itu pasti kau!”
Yeon Hoo jelas saja menolak tuduhan Hwa Jung.
Tae Sung melerai menyuruh mereka bicara satu-satu. Hwa Jung menyuruh Yeon Hoo memperlihatkan isi tas. Keduanya terlibat adu mulut, bahkan yang lain pun ikut bersuara hingga membuat suasana kelas menjadi gaduh. Tae Sung tak bisa menenangkan mereka. Guru Ma masih diam saja sambil melihat perkembangan rapat siswanya.
Ha Na memukulkan tempat pensil ke meja sambil berteriak, “Hentikan semuanya!” Semua diam menatap Ha Na. “Kita tak akan bisa menyelesaikan masalah kalau saling mencurigai.” Jelas Ha Na.
Ga Eul mencibir, “Apa-apaan kau ini? Melihat apa yang kau lakukan, apa kau yang mencurinya?” tuduh Ga Eul.
“Apa kau bilang?” Ha Na terkejut dengan tuduhan Ga Eul.
Soo Jin membenarkan tuduhan Ga Eul, bukankah orang terakhir yang meninggalkan kelas itu para ketua kelas. Ji Min menambahkan kalau Ha Na marah seperti ini, bukankah itu artinya Ha Na pelakunya.
Dong Goo menjelaskan kalau Ha Na dan Seo Hyun pergi bersama mengambalikan peralatan kelas.
Soo Jin pun beralih menuduh Dong Goo, “Kenapa kau tak mengaku? Kau marah karena piket setiap hari, jadi kau membuat masalah hingga semuanya harus bekerja.”
Seo Hyun yang terus membaca bertanya apa Soo Jin tahu kalau pikiran Dong Goo itu sebenarnya cerdas. Dong Goo yang terkejut membenarkan, kenapa ia harus melakukan itu.
Tae Sung pun meminta izin Guru Ma agar memerintahkan semua siswa mengeluarkan barang bawaan mereka yang ada di tas. Mereka tak setuju karena bukan mereka pelakunya. Yeon Hoo malah berbalik menyerang kalau mungkin saja Tae Sung pelakunya. Dong Goo membenarkan, kakeknya pernah bilang kalau akting si pencuri itu semuanya palsu.
Choi Bit Na berkata bukankah Guru Ma tahu kalau bukan mereka pelakunya. Sun Young pun berbalik menuduh Bit Na. Bit Na marah kenapa ia menjadi target sebagai pelaku. Mereka pun ribut saling menuduh.
Na Ri, Ha Na, Bo Mi hanya bisa melihat teman-temannya yang saling menuduh. Seo Hyun tetap membaca bukunya.
Terdengar bel tanda pelajaran usai. Guru Ma berdiri dan membuat suasana kelas menjadi hening. Ia bertanya pada Kim Tae Sung selaku pimpinan rapat, apa membutuhkan waktu lagi untuk mencari pelakunya. Tae Sung tak bisa menjawab.
Guru Ma pun memutuskan kalau rapat ini diakhiri. Sebagai hukumannya di jam makan siang semuanya harus membersihkan koridor dan kamar mandi. Anak-anak kesal dengan hukuman yang diberikan Guru Ma atas kesalahan yang tidak mereka lakukan.
Guru Ma berada di ruang guru. Guru Goo menghampirinya dan bertanya bukankah kelas belum berakhir kenapa Guru Ma ada di ruang guru. Guru Jung yang juga heran, apa terjadi sesuatu di kelas Guru Ma.
Guru Ma mengatakan kalau di kelasnya ada kasus kehilangan dompet dan mereka sedang mengadakan rapat kelas. Guru Goo ikut khawatir apa pelakunya sudah tertangkap. Guru Ma menjawab belum.
Guru Yang bertanya lalu apa yang Guru Ma lakukan. Guru Ma berkata tentu saja ia harus menemukan pelakunya. Guru Yang bertanya lagi bagaimana caranya. Guru Ma menjawab sampai pelaku sebenarnya ditemukan maka semua siswa dihukum.
Guru Goo heran kenapa menghukum semua siswa. Guru Jung menilai ini sungguh ciri khas Guru Ma.
Guru Yang merasa kalau Guru Ma membuat seperti ini maka diantara anak-anak pasti terjadi saling curiga. Guru Ma balik bertanya, kalau begitu apa Guru Yang punya cara lain. Guru Goo menebak kalau biasanya mereka akan lelah dan akan mengaku sendiri. Guru Jung merasa itu tak mungkin, apa bisa pelakunya tertangkap seperti itu. Guru Goo berkata kalau sepertinya ia juga tak akan mampu menangkap pelakunya.
Guru Yang menilai kalau siswa yang menjadi korban juga salah. Dia tak bisa menjaga barang bawaannya sendiri dan membuat semua orang saling mencurigai.
Guru Ma : “Kalau begitu, haruskah aku mengabaikan pelaku dan menyalahkan korban?”
Guru Yang : “Daripada menganggap semua anak menajdi pencuri, meminta korban bertanggung jawab dan mencegah itu terjadi lagi, itu cara yang lebih tepat.”
Guru Ma menilai itu cara pintas, “Menurut logika Guru Yang, kalau ada yang memakai rok mini dan dinodai apa itu salah korban? Kalau tak ingin dinodai maka harus memakai pakaian yang sopan. Apa itu yang akan menjadi pelajaran bagimu?”
Semuanya guru diam.
Guru Ma : “Karena sulit menangkap pelaku jadi kau biarkan saja. Itu membuat kita menjadi malas karena tak mampu menanganinya. Yang namanya berbuat kejahatan harus ada hukuman. Kalau kau melakukan kesalahan akan ada akibatnya. Kalau di sekolah tak mengajarkannya, maka darimana siswa akan mempelajari itu?”
Guru Jung mencermati kalau apa yang Guru Ma katakan itu tidak salah tapi....
Guru Ma berdiri menyela kalau pelaku tidak ditemukan, bahkan kalau ia harus menghukum semuanya, pelaku harus tetap dihukum. Itu baru yang namanya pelajaran. Guru Ma keluar dari ruang guru.
Sementara siswa kelas lain asyik menikmati waktu istirahat, siswa kelas 6-3 harus melakukan bersih-bersih koridor dan kelas. Mereka mengepel, menyapu dan mengelap kaca jendela. Mereka melakukannya tak semangat.
Karena tak ada yang membuang sampah Ha Na pun berinisiatif mmeeuangnya di tempat pembuangan sampah, ya meskipun di luar sana sedang hujan. Guru Ma memperhatikan Ha Na yang keluar membawa sampah.
Ha Na berlindung dibawah payung pink miliknya menuju tempat pembuangan sampah. Dari kejauhan ia melihat seseorang berlari menuju tempat pebuangan sampah. Seorang anak perempuan yang berlindung dibawah payung kuning. Anak perempuan itu berhenti berlari dan sedikit menoleh untuk memastikan aman tidaknya sekeliling. Ha Na tak melihat dengan jelas siapa itu.
Anak perempuan itu Go Na Ri, dia berjalan perlahan menuju tempat pembuangan sampah. Ia melihat sekeliling dan mengeluarkan sesuatu dari balik sweaternya. Dompet merah milik Hwang Soo Jin. Jadi ternyata Na Ri yang mengambilnya.
Ha Na yang baru saja sampai disana terkejut bukan main, hingga tanpa sengaja menjatuhkan kantong sampah yang dipegangnya. Mendengar ada suara Na Ri tersentak kaget. Ia menoleh dan mendapati Ha Na ada disana melihatnya. Keduanya saling menatap kaget. Na Ri jelas khawatir Ha Na akan melaporkan hal ini pada Guru Ma. Ia cemas.
Ha Na mendekat menghampiri Na Ri, Na Ri pun berbalik ke arah Ha Na.
Ha Na mempertanyakan apa maksud Na Ri mengambil dompet milik Soo Jin. Na Ri berkata bukankah Ha Na tahu kalau ini bukan tentang uang. Ha Na bertanya jadi kenapa Na Ri melakukannya. Na Ri mengatakan kalau Soo Jin benar-benar tak berguna, dia menyusahkan setiap orang.
Ha Na benar-benar tak mengerti, bagaimana dengan dompetnya bukankah Na Ri juga memiliki banyak barang mewah. Na Ri bilang kalau Soo Jin terus mengatakan kalau dompet itu dari pacarnya dan dia terus memamerkannya. Itu membuatnya kesal.
Ha Na bertanya jadi apa yang ingin Na Ri lakukan sekarang. Na Ri juga bingung ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia berniat mengembalikannya tapi sekarang situasinya jadi serius karena nenek sihir itu.
Ha Na menyarankan lebih baik Na Ri berkata jujur pada Guru Ma dan mengakui kesalahan. Tapi Na Ri tak bisa melakukannya, ia yakin Guru Ma tak akan melepaskannya begitu saja. Ditambah lagi Guru Ma pasti akan memberi tahu ibunya. Kalau ibunya tahu maka tamatlah riwayatnya.
“Jadi apa yang akan kau lakukan?” tanya Ha Na. Na Ri memohon Ha Na membantu meletakan dompet itu di meja Soo Jin. Bukankah kelas selanjutnya adalah kelas musik, jadi semuanya akan meninggalkan kelas. Ia ingin Ha Na membantunya menaruh kembali dompet itu di meja Soo Jin.
Ha Na tak mau karena itu beresiko. Ditambah lagi suasana sekarang sangat sensitif. Ia bisa tertangkap basah. Na Ri meyakinkan kalau itu tak akan terjadi, bukankah Ha Na ini ketua kelas jadi pasti Ha Na keluar kelas yang paling akhir. “Kau akan menaruhnya setelah semuanya pergi. Jadi tak akan ada yang tahu.” Na Ri tampak memohon.
Ha Na masih tak mau.
Na Ri memaksa memohon sambil menangis, “Bukankah kita bersahabat baik? Tolonglah aku. Aku mohon.” Ha Na melihat Na Ri menangis memohon padanya. Ha Na tak tega melihat Na Ri memohon seperti itu.
Anak kelas 6-3 bersiap ke kelas musik. Ha Na memperlambat diri mengambil buku agar ia keluar paling akhir. Na Ri yang masih cemas memperhatikan Ha Na. Semua anak sudah keluar kelas, tinggal Na Ri dan Ha Na saja.
Sebelum keluar ruangan Na Ri menoleh ke arah Ha Na. Keduanya bertemu pandang dalam diam.
Na Ri memberikan kode permohonannya agar Ha Na menolongnya. Ia pun keluar kelas menuju kelas musik. Tinggalah Ha Na seorang diri di kelas.
Ha Na mengambil dompet merah milik Soo Jin yang ia simpan di laci meja. Ia melihat sekeliling, tak ada siapa-siapa. Ia menuju meja Soo Jin dan akan meletakan dompet itu di tas Soo Jin.
Tapi naas ada seorang anak yang masuk ke kelas dan memergoki Ha Na. Siapa dia? Eun Bo Mi. Bo Mi melihat Ha Na membawa dompet merah milik Soo Jin. Keduanya terkejut. Terbesit dalam pikiran Bo Mi bahwa Ha Na lah yang mencuri dompet itu.
“Bu Guru, Bu Guru!” teriak Bo Mi lari keluar kelas.
Ha Na berusaha menjelaskan kalau yang terjadi bukan seperti apa yang Bo Mi lihat. Ia berusaha mengejar Bo Mi yang lari.
Langkah Ha Na terhenti dengan tatapan mata membesar karena terkejut melihat sesuatu. Bo Mi sudah berdiri di samping Guru Ma dengan nafas ngos-ngosan dan menyeringai puas. Guru Ma menanyakan apa yang terjadi. Ha Na menunduk diam
Guru Ma dan anak kelas 6-3 berada di kelas. Mereka membentuk lingkaran dengan Ha Na berada ditengah-tengah sebagai pelaku yang ketahuan membawa dompet Soo Jin. Soo Jin dan Bo Mi berdiri di samping Guru Ma. Ha Na menunduk diam.
Tatapan teman-teman mengisyaratkan kalau mereka sebel pada Ha Na. Dalam pikiran mereka gara-gara Ha Na yang mencuri mereka ikut terkena akibatnya. Dompet merah itu sekarang sudah ditangan Soo Jin.
Guru Ma pun menanyakan alasan kenapa Ha Na mencuri dompet itu. Ha Na berkata lirih kalau ia tak mencurinya. Guru Ma kembali bertanya kalau begitu kenapa dompet ini ada pada Ha Na. Ha Na mengatakan kalau itu karena temannya yang menyuruh dirinya untuk melakukannya. Temannya ingin ia yang mengembalikan dompet itu. Na Ri yang berdiri di belakang Ha Na mulai cemas.
Guru Ma : “Kau tak mencurinya tapi temanmu yang melakukannya?”
Ha Na mengangguk menjawab ya. Guru Ma ingin tahu siapa teman Ha Na yang menyuruh itu. Ha Na kembali menunduk diam. Semua menunggu jawaban Ha Na.
“Siapa yang menyuruhmu melakukannya?” Guru Ma bertanya lagi. “Mengatakan temanmu yang mencurinya bukankah itu bohong? Katakan, katakan nama temanmu atau aku tak mempercayaimu. Ini kesempatan terakhirmu. Katakan siapa yang mencuri dompet itu?”
Ha Na mengangkat wajahnya menatap Guru Ma. Na Ri yang berdiri di belakang Ha Na cemas menunggu jawaban Ha Na.
Apa yang akan Ha Na katakan?
Bersambung di episode 5
Komentar :
Bo Mi benar-benar memanfaatkan posisi dirinya sebagai ketua kelompok dan perasaan tulus Ha Na ia anggap bohong belaka. Ia menganggap Ha Na seperti pendapat teman lainnya yang hanya menempatkan dia sebagai istilahnya ‘peliharaan’ Huwaaa padahal Ha Na benar-benar tulus berteman dengan Bo Mi. Semoga mata hati Bo Mi terbuka.
Na Ri juga nyebelin. Ngapain juga ngurusin Soo Jin yang keganjenan. Mungkin maksud Na Ri hanya untuk ngisengin Soo Jin saja karena Soo Jin yang cerewet n pamer. Dia sengaja mengambil dompet itu tak akan lama dan akan mengembalikannya tapi ternyata situasinya berubah runyam. Ia jadi takut mengembalikan itu dan akhirnya meminta bantuan pada Ha Na untuk mengembalikan itu di meja Soo Jin.
Yah, namanya Ha Na dia orangnya ga tega-an. Selalu iba sama orang yang sedih. Jadi mau deh menolong Na Ri, alhasil dia sendiri yang kena tuduhan sebagai pencuri. Bagaimana selanjutnya, tunggu di episode 5.
Berikut Preview Episode 5 plus ada tambahan sedikit OST Part 2 -Green Rain- yang dinyanyi-in sama SHINee. Tarian MV-nya itu lho bareng cast anak-anak. Hehe
Berikut Preview Episode 5 plus ada tambahan sedikit OST Part 2 -Green Rain- yang dinyanyi-in sama SHINee. Tarian MV-nya itu lho bareng cast anak-anak. Hehe
mba' makasih atas sinopnya.
ReplyDeleteaku ingin menshare link blog mba', di blog ku. kalau ad waktu^^.
kunjungi blogku ya mba, maklum kalau masih sdkit. saya baru buat soalnya. :D
salam kenal.
Share link ya.... Boleh. Silakan.
Deletehmmm jadi makin penasaran, ditunggu eonni episode 5 nya :)
ReplyDeletegomawo :D
hmmm jadi makin penasaran, ditunggu eonni episode 5 nya :)
ReplyDeletegomawo :D
Makasi mb sinopnya
ReplyDeleteditunggu eps 5 nya
Hemmm,,,, semakin penasaran apakah.
ReplyDeleteTerima kasih sinopsisx. Lanjut terus. Semangat:)
Males ngeliat Bo Mi
ReplyDeleteDuh..mkin penasran de ama drama ini....
ReplyDeletepa lg dgn guru Ma....hehe
Episode 7 nya mana ???
ReplyDeleteq dah nonton yg 5-6 . . seru
ditunggu y . . .Gomawo
aishhh, Shim HaNa-ssie, kamu itu terlalu baikk :'(
ReplyDeletejadi sedih liatnya heuhhh -,-
BoMi-ssie! Arggh
hehehe, kenapa aku jadi marah-marah begini ya xD
maaf ya eonnie :D
Ditunggu kelanjutannya mb anis.....drama yg bagus, penuh dengan pesan berharga....
ReplyDeleteaq jg gitu orang ga tegaan,bahkan sering ngalami hal yg sama dr dulu sampe sekrg.sedih jg dimanfaatin temen,tp mw gimana aq nya jg ga tegas,aq jg bingung
ReplyDeleteeonni.. aku suka banget sinopsisnya. belum sempet nonton, kira2 download filmnya di mana ya? mau banget nonton sekalian mengisi sisa2 liburan hehe. Gomawo :)
ReplyDeleteDL video raw bisa di IDWS atau doramax264
Delete