Di hari yang cerah, Guru Yang dan Justin mengisi liburan musim panas dengan bersepeda bersama. Keduanya tampak bersenda gurau sambil balapan.
Keduanya istirahat di bawah jembatan dekat sungai. Justin penasaran bagaimana kencan buta Guru Yang kemarin. Guru Yang berkata kalau ia tak terlalu tertarik. Justin mendengar kalau Guru Yang kencan buta dengan seorang jaksa.
Guru Yang menginginkan pasangan yang mengerti kalau ia seorang guru yang memiliki misi. Tapi ia tak mengerti kenapa orang berfikir kalau guru itu hanya pekerjaan dengan liburan panjang. Mereka hanya berfikir kalau itu pekerjaan mudah dengan gaji besar. Justin juga berharap kalau profesi-nya itu sebuah profesi yang mudah.
Guru Yang : “Ketika aku bermimpi menjadi guru ketika tes menjadi guru dan bagaimana rasanya sekarang, itu sangat berbeda. Sejak aku menjadi gruu kelas 6, jujur saja aku memiliki keterbatasan yang besar.”
Yang tidak dimengerti oleh Guru Yang adalah Guru Ma, “Ketika dia bicara dengan orang tua dan ketika bicara dengan siswa itu sangat berbeda. Dan perkataan yang dia ucapkan kadang benar dan kadang salah.”
Justin menilai kalau Guru Ma sedikit misterius. Guru Yang menebak kalau Justin ini sepertinya tertaik dengan Guru Ma. Justin bilang itu karena Guru Ma keren, dia punya sisi gelap. Guru Yang curiga, apa Justin pernah menemui Guru Ma di luar sekolah. Justin yang sedang minum terkejut dan memuntahkan minumannya (hahaha), “Dengan Guru Ma secara pribadi begitu? Tentu saja tidak. Apa yang kau bicarakan?”
“Lalu bagaimana kau tahu kalau dia pernah menikah?” tanya Guru Yang penasaran. Justin mengatakan kalau ia mendengar hal itu dari ibu kepala sekolah. Guru Yang kaget ibu kepsek tahu banyak tentang Guru Ma.
Disaat libur dan cuaca panas seperti ini, Guru Goo tiduran di kursinya ditemani semilir angin dari kipas angin. Kakinya pun nangkring di atas meja dan terlihatlah kaos kakinya yang bolong hahahaha. Seseorang datang memutar kipas angin untuk diarahkan padanya.
Guru Goo yang kepanasan jelas kesal, “Ah siapa sih yang memindahkan kipas anginnya?” Guru Goo membuka mata dan terkejut melihat ibu kepsek berdiri di depannya tengah menyejukan diri dengan kipas angin (emang segitu panasnya ya hahaha) Ibu kepsek bilang kalau ia hanya pinjam kipas anginnya sebentar.
Guru Goo yang panik segera memakai sepatunya hahaha. Ibu kepsek sepertinya melihat kaos kaki Guru Goo yang bolong, ia bertanya haruskah ia membelikan Guru Goo kaos kaki. Guru Goo bilang tidak usah, ia mengenakan kaos kaki bolong karena berangkat ke sekolahan terlalu terburu-buru.
“Apa kau sudah menemui anak dan istrimu?” tanya ibu kepsek. Guru Goo mengiyakan ia sudah mengunjungi mereka ketika awal liburan. Ibu kepsek berharap Guru Goo jangan bersikap seperti seorang ayah yang terbuang, setidaknya Guru Goo bisa membeli kaos kaki.
Berhubung keduanya membicarakan kaos kaki, ibu kepsek pun menyuruh Guru Goo pergi ke toko dan beli beberapa kaos kaki. Guru Goo siap akan membelikannya. Tapi bukan itu saja yang diperlukan ibu kepsek, “Saat membelinya kalau kau bisa membelikan aku es kopi aku akan sangat menghargainya.” (bilang aja beli in es kopi ga usah nyuruh beli kaos kaki segala hahaha) Guru Goo pun segera pergi membeli apa yang diminta ibu kepsek.
Ibu kepsek mengipasi tubuhnya yang berkeringat, di perut dan di punggung. Ketika berbalik akan mengipasi punggung ibu kepsek kaget bukan main melihat kedatangan Guru Ma yang tiba-tiba tanpa bersuara.
Guru Ma membungkuk sebentar kemudian duduk di kursinya siap melanjutkan pekerjaannya. Ibu kepsek tahu kalau Guru Ma juga merasakan cuaca panas ini. Guru Ma bilang tidak apa-apa.
Ibu Kepsek : “Sudah lebih dari setengah tahun kau di sekolah kita. Sekarang liburan musim panas, apa kau tak ingin jalan-jalan ke suatu tempat?”
Guru Ma menjawab pendek, tidak. Ibu kepsek berpesan agar Guru Ma jangan terlalu memaksakan diri. Ia menyampaikan kalau orang-orang penasaran dengan Guru Ma. Ia harap Guru Ma bisa bergaul dengan mereka tanpa masalah. Ia tak ingin mengeluarkan orang yang ia bawa kesini secara pribadi. Guru Ma diam.
Merasa sudah tak berkeringat lagi, ibu kepsek pun permisi dari ruangan guru. Sebelum pergi ia berpesan kalau guru Goo datang membawa es kopi, katakan padanya untuk mengantarkan es kopi itu ke kebun.
Setelah Ha Na memberi aba-aba salam pada guru Ma, anak-anak yang tak ikut kelas Guru Ma pun bergegas menuju kelas seni. Ketika Na Ri akan keluar kelas ia heran melihat Sun Young tetap duduk di kursi tak ikut ke kelas seni.
“Han Sun Young apa yang kau lakukan?” Sun Young menunduk diam. Anak-anak yang lain juga heran melihat Sun Young tak segera beranjak dari kursi.
Guru Ma menyuruh mereka cepat pergi, karena mereka sudah mengganggu kelas dengan tak segera pergi. Na Ri yang masih terheran-heran keluar menuju kelas seni.
Sebagai anggota baru Sun Young pun harus ikut melanjutkan pelajaran guru ma. Ia tak bisa mengulang apa yang sudah tertinggal. Sun Young mengambil lembaran soalnya.
Di kelas seni, Kyung Hyun cs tetap bermain kartu. Jung Soo cs tak akan lupa membawa komik mereka. Soo Jin cs bersenda gurau. Ha Na memperhatikan Bo Mi yang menggambar komik. Na Ri dan Hwa Jung membaca majalah.
Na Ri dan Hwa Jung menerima sms dari Sun Young ‘maaf’ Na Ri mengerti posisi Sun Young yang memiliki ibu agak cerewet.
In Bo merasa tak nyaman berada di kelas seni. Ia membereskan buku, tas dan keluar dari kelas seni menuju kelasnya. Yang lain memandangnya sambil tertawa-tawa.
Na Ri berkomentar kalau In Bo ini benar-benar pengikut setia. Ha Na menilai kalau In Bo pasti sangat menyukai Sun Young.
Anak-anak pun kewalahan, berkeringat dan berusaha secepat mungkin menyalin tulisan Guru Ma. Ketika Guru Ma menghapus tulisan anak-anak mengeluh karena mereka belum selesai menulisnya.
Choi Bit Na protes bisakah Guru Ma menulisnya lebih pelan. Lee Da In juga belum sempat menulis soalnya. Guru Ma tak peduli, sambil menulis di papan tulis ia berkata, “Apa kalian hanya menyalin ini saja? ibu sudah bilang kalau ibu tak bisa menunggu anak yang tak bisa berkembang.” Anak-anak pun tak bisa protes lagi. Mereka secepat mungkin menyalin soal yang Guru Ma tulis.
Saatnya istrirahat. Tae Sung yang baru kembali ke kelas menutup keras pintunya. Eun Soo yang mendengar itu kesal, bisa tidak sih Tae Sung menutup pintunya pelan-pelan, ia tak bisa konsentrasi. Tae Sung juga kesal karena Eun Soo cerewet. Ia kembali duduk di kursinya. Seo Hyun hanya diam melihatnya.
Sun Young ingin meminjam buku catatan Bit Na tapi Bit Na tak bisa meminjamkannya karena ia pun akan menggunakan catatannya untuk dibaca kembali. Sun Young ingin meminjamnya sebentar saja untuk disalin dan ia akan segera mengembalikannya sekarang. Tapi Bit Na tetep tak bisa meminjamkannya, ia juga perlu menghafal materi, pinjam saja ke yang lain.
Sang Taek yang mendengar suara itu kesal dan menyuruh keduanya diam. “Ah kalian ini biarkan aku tidur. Aku tak bisa tidur sampai pagi.” Keluhnya.
Lee Da In : “Kalian ini, kenapa berisik sekali sih?”
In Bo : “Kau juga berisik.”
Seo Hyun melihat betapa teman-temannya ini stres. Tapi ia tetap tenang menjalani semuanya. Ia sama sekali tak terlihat panik ataupun stres.
Usai belajar anak-anak ini segera pulang untuk melanjutkan ke tempat belajar lain, bimbel. Tapi mereka dicegat anak-anak dari kelas seni.
“Apa kalian akan pergi begitu saja? Kenapa tidak membersihkan kelas?” protes Jung Soo.
“Apa ini? apa kami datang ke sekolah untuk bersih-bersih?” Soo Jin juga protes.
“Bersihkan kelas yang sudah kalian pakai!” perintah Kyung Hyun.
Sang Taek yang sudah kelelahan menyuruh mereka berhenti bersikap begitu karena itu membuatnya merasa terganggu. Han Gook tak terima kalau ia dan teman-temannya disebut menganggu, keduanya pun adu mulut bahkan hampir adu jotos.
Bit Na kesal dengan mereka, “Kalian hanya bermain sepanjang hari tapi kami lelah belajar.”
Tae Sung : “Kalau kalian tak mau piket kenapa tak datang ke kelas untuk belajar?”
Anak-anak yang sudah stres karena belajar pun segera berlalu dari sana dengan kekesalan mereka. Soo Jin yang juga kesal tak mau piket kelas, ia pun pulang. Jung Soo juga jelas tak mau melakukan piket seperti ini, ia juga pergi. Mereka pun bubar.
Sun Young minta maaf ke Na Ri karena pindah kelas dan tak bisa membantu piket. Na Ri tak masalah Sun Young pindah kelas, ia mengajak Sun Young untuk piket bersama-sama.
Ha Na melihat Seo Hyun masih berdiri diam disana. Seo Hyun tak mengatakan sepatah kata pun, ia berlalu dari sana.
Na Ri, Sun Young dan Hwa Jung berada di kafe. Sun Young tanya mana Ha Na. Na Ri memberi tahu kalau Ha Na pergi ke rumah sakit bersama Bo Mi untuk menengok kakek Dong Goo. Hwa Jung mengira pasti ada sesuatu antara Ha Na dan Dong Goo (hahaha) Na Ri bilang tak mungkin. Tapi bukankah ini bukti yang nyata kata Hwa Jung. Na Ri merasa itu karena Ha Na terlalu baik pada semua orang.
“Teman-teman aku minta maaf ya!” ucap Sun Young meminta maaf karena ia masuk ke kelas dan tak ikut ke kelas seni. Sebagai gantinya ia pun siap mentraktir teman-temannya. Na Ri tak masalah Sun Young masuk ke kelas belajar, ia tahu kalau Sun Young pasti berada dalam situasi yang sulit.
Sambil makan Na Ri ingin tahu suasana di kelas Guru Ma itu bagaimana, apa mereka berkembang pesat. Sun Young berkata apa adanya, di kelas belajar sungguh sulit sekali. “Kurasa Guru Ma itu lebih baik dari pada guru bimbel. Cara mengajarnya sangat cepat hingga membuatku sering tertinggal. Tapi setelah sering mendengarkan, itu akan melekat di kepalamu.”
“Sungguh?” Hwa Jung terlihat tertarik.
Sun Young : “Jujur saja, apa kalian tidak khawatir?”
Hwa Jung menjawab ia sedikit khawatir. “Meskipun berada di kelas seni, aku terkadang merasa menyesal.”
Na Ri merasa kalau hal ini mudah untuk disembunyikan tapi sulit untuk diungkapkan. Hwa Jung jadi bimbang, “Lalu bagaimana?”
Seo Hyun berada di (mana ya, seperti ruang tunggu rumah sakit) Guru Ma sampai disana duduk di sebelah Seo Hyun. Guru Ma bertanya apa Seo Hyun sudah mempersiapkan diri dengan baik. Ia sudah menyiapkan surat rekomendasi untuk Seo Hyun. Disana tertera beberapa persyaratan untuk mendaftar, diantaranya siswa harus rajin berangkat sekolah, tentu saja Seo Hyun rajin. Memiliki kemampuan belajar sendiri, ok donk. Kepemimpianan, cukup baik. Hubungan dengan teman, ya tahu lah kurang baik. Tapi Guru Ma tak akan menulis yang sebenarnya jadi Seo Hyun tak perlu khawatir karena orang yang membaca ini tak akan menganggap persahabatan itu penting.
Guru Ma : “Dunia lebih mengakui efisiensi dan kompetisi, tak ada alasan bagi siswa untuk menghargai persahabatan. Kau akan mampu menyesuaikan diri dengan baik disana. Beberapa hari yang lalu, sikapmu di kelas cukup mengesankan. Karena berbeda dengan anak lain kau memiliki kemampuan dan memiliki mental yang kuat. Ibu akan membantumu untuk hidup seperti yang kau inginkan.”
Seo Hyun diam mendengarkan, ia sepertinya tak setuju dengan ucapan gurunya. Usai mengatakan itu Guru Ma pergi dari sana.
Seo Hyun melihat dan mendengar ibunya berbincang dengan dokter yang merawat kakeknya Dong Goo. Keduanya membicarakan kesehatan kakek Dong Goo (Nyonya Oh) Hasil pemeriksaan Nyonya Oh sudah keluar, dokter merasa kalau Nyonya Oh harus dipulangkan karena kondisinya tak bagus (kalau kondisinya tak bagus kenapa harus dipulangkan?)
Ibu Seo Hyun melihat catatan pemeriksaan Nyonya Oh. “Kalau diseksi vaskular seperti ini.....” (ga tahu apa itu tapi yang pasti menyangkut pembuluh darah deh dan itu sudah parah)
Dokter menyela, “Walaupun kita melakukan operasi kemungkinan berhasilnya 30%.”
“Dan kalau kalian tak melakukan operasi?” tanya ibu Seo Hyun.
“6 bulan paling lama untuk bertahan dan paling cepat dia mungkin akan bertahan hanya 2 bulan.” Jelas dokter.
Ibu Seo Hyun khawatir apa Dong Goo sudah tahu. Dokter bilang belum karena pasien meminta pihak dokter untuk tidak memberitahukan hal itu pada Dong Goo. Ibu Seo Hyun jadi tambah khawatir apa yang akan terjadi pada Dong Goo nanti.
“Kakek Oh Dong Goo bagaimana keadaannya?” tiba-tiba Seo Hyun bertanya. Ibu Seo Hyun terkejut melihat putrinya ada disana dan mendengar semuanya.
Seo Hyun membuka sedikit pintu kamar rawat Nyonya Oh. Terlihat disana ada Ha Na dan Bo Mi yang bersenda gurau dengan Dong Goo. Nyonya Oh sendiri sibuk memberi anak-anak gadis ini cat kuku di kuku mereka.
Seo Hyun teringat ucapan Dong Goo padanya, bahwa dia masih memiliki Nyonya Oh. Bagaimanapun dia menyukai ibu Seo Hyun tapi bagi dia ibu Seo Hyun masih kalah dengan Nyonya Oh. Seo Hyun menutup pintu kamar perlahan, ia tak masuk ke sana.
Dong Goo merapikan selimut yang dikenakan Nyonya Oh yang akan segera tidur. Dong Goo mengatakan kalau malam ini adalah malam bersejarah sebelum Nyonya Oh keluar dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ia sudah merawat Nyonya Oh, jadi setelah di rumah giliran Nyonya Oh yang merawatnya.
“Baiklah.” kata Nyonya OH.
Dong Goo memikirkan apa yang akan mereka lakukan ketika sampai di rumah. Ia pun mengusulkan untuk makan steak bersama-sama. Nyonya Oh mengatakan kalau ia khusus akan membuatkan dua telur. Dong Goo tak masalah telur juga tak apa-apa, ia akan melakukan yang terbaik untuk menjadi penjaga Nyonya Oh. Dong Goo mengambil teko air, ia akan keluar sebentar untuk mengambil air minum.
Setelah Dong Goo pergi wajah ceria Nyonya Oh berubah sedih. Ia menyadari kalau usianya tak lama lagi. Ia sedih karena harus meninggalkan Dong Goo seorang diri.
Ketika Dong Goo mengambil air minum, Kim Seo Hyun memanggilnya.
Keduanya pun bicara di bangku lorong rumah sakit. Seo Hyun menceritakan pada Dong Goo mengenai kondisi sebenarnya Nyonya Oh. Dong Goo menunduk sedih mengetahui semuanya.
Seo Hyun merasa kalau Dong Goo harus mengetahui semuanya. “Aku menanyakan pada ibuku dan dia memberitahuku. Kalau dia dirawat, mungkin dia bisa hidup lebih dari 6 bulan. Jadi, masih ada harapan. Tapi kalau kau kehilangan dia tanpa mengetahuinya aku tak ingin kau menyesalinya.”
Seo Hyun mengenang kenangan pahitnya, “Di pagi ketika ayahku kecelakaan aku marah pada ayah. Setelah aku berangkat sekolah, aku selalu memikirkannya jadi kalau aku bertemu dia nanti aku akan minta maaf padanya.”
Seo Hyun menangis, “Aku memikirkannya, tapi aku juga tahu kalau dia tak akan bangun lagi. Aku hanya berharap walaupun itu hanya sekali saja, meskipun sebentar saja dia membuka matanya dan mendengarkan perkataanku. Aku ingin mengatakan kalau aku menyesal dan aku mencintainya. Hanya itu, tapi aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya.”
Dong Goo menangis terisak.
Seo Hyun : “Seperti yang kau katakan bahwa kita bukan anak-anak lagi. Itu sebabnya aku memberi tahu, karena Nyonya Oh seseorang yang istimewa bagimu. Kau jangan seperti aku, karena kau masih memiliki waktu. Selama waktu yang tersisa, gunakanlah dengan baik.”
Keduanya menangis meratapi orang yang mereka cintai yang akan pergi meninggalkan mereka.
Dong Goo merapikan selimut Nyonya Oh. Air mata Dong Goo terus mengalir ketika ia memandang Nyonya Oh yang tertidur pulas.
Seo Hyun di kamar rawat ayahnya, ia membacakan cerita dari sebuah buku. Sesekali ia melihat wajah ayahnya.
Nyonya Oh pun keluar dari rumah sakit. Seo Hyun dan ibunya mengantar sampai di pintu depan. Ibu Seo Hyun berpesan pada Dong Goo untuk menjaga kakek Dong Goo dengan baik. Ia mengelus kepala Dong Goo dan berjanji akan membuatkan kimchi yang enak, jadi ia harap minggu depan Dong Goo datang ke rumahnya. Dong Goo mengiyakan.
Ibu Seo Hyun memberi Dong Goo semangat. Dong Goo tersenyum gembira, ia tak akan menunjukan kesedihan di depan Nyonya Oh kalau ia sudah mengetahui semuanya. Ia menatap Seo Hyun dan mengangguk tanda terima kasih. Seo Hyun pun membalasnya dengan anggukan.
Di hari yang sama dengan pulangnya Nyonya Oh ke rumah, maka ini juga hari dimana pihak rumah sakit mencabut peralatan medis yang menempel di tubuh Kim Dong Min, ayah Seo Hyun. Tanpa bantuan peralatan itu ayah hyun pun tak bernafas lagi.
Seo Hyun dan ibunya menangis merelakan orang yang mereka cintai pergi meninggalkan mereka. Kim Dong Min dinyatakan meninggal tanggal 11 Agustus 2013.
Seo Hyun menggenggam tangan ibunya. Keduanya saling memberi kekuatan untuk tabah dan selalu sabar.
Di sekolah, Na Ri dan Hwa Jung mengatakan pada Ha Na kalau keduanya akan masuk ke kelas dan belajar, keduanya tak ikut ke kelas seni. Ha Na yang terkejut mempersilakan.
Guru Ma masuk ke kelas, ketika Ha Na akan memimpin untuk memberi salam Guru Ma bilang tak usah, yang ingin ke kelas seni silakan pergi. Mereka pun bersiap pergi tapi ya ampun jadi sedikit.
Kyung Hyun cs yang di kelas seni selalu main kartu, mereka malah diam duduk di tempat masing-masing tak menuju ke kelas seni. Tentu saja ini membuat teman yang lain heran. Bukan hanya siswa kelas seni saja yang heran bahkan siswa yang belajar di kelas pun terheran-heran.
“Bu guru, bukankah ini kelas khusus bagi anak terpintar yang ingin masuk ke SMP Internasional? Apa ibu mengizinkan semuanya masuk kelas?” tanya Bit Na.
Guru Ma : “Apa kau pikir aku menerima kalian karena berada di level kelasku? Ini bukan tempat yang memilih siswa berdasarkan tingkat ujian. Kalian jangan salah paham. Siapapun bisa mengikuti kelasku kalau mereka ingin menaikkan kemampuan mereka.”
Guru Ma meminta anak-anak jangan bicara lagi dan menyuruh mereka untuk membuka buku pelajaran. Suasana di kelas seni sekarang agak sepi.
Ha Na, Bo Mi, Soo Jin, Ga Eul, Ji Min, Jung Soo dan Han Gook. Mereka mengisi kegiatan mereka sendiri. Tiba-tiba pintu kelas seni terbuka, Ha Na terbelalak terkjut melihat siapa yang datang.
“Teman-teman aku datang!” teriak Dong Goo kegirangan. Mereka senang melihat Dong Goo sudah berangkat ke sekolah lagi. Ha Na heran bagaiman Dong Goo bisa ke kelas ini. Dong Goo berkata kalau ia melihat anak-anak belajar di kelas, setelah melihat mereka ia tahu kalau dirinya tak pantas berada di sana. hahaha.
Ha Na ingin tahu apa keadaan Nyonya Oh sudah lebih baik. Dong Goo dengan ceria bilang tentu saja Nyonya Oh baik-baik saja, dia memiliki aku. Ha Na tak melihat Seo Hyun di kelas, apa hari ini dia tak datang ke sekolah. Dong Goo terdiam sejenak, “Oh.... Seo Hyun ya?” Dong Goo tampak sedih.
Upacara pemakaman ayah Seo Hyun usai. Tapi ia dan ibunya masih berada di sekitar rumah abu. Seo Hyun memandang foto ayahnya, “Ayah. Aku ingin tahu apa dia sekarang sudah di surga?” Ibu Seo Hyun mengangguk.
Seo Hyun : “Ibu tahu, kalau sekarang ibu harus membersihkan rumah kalau sedang libur. Mulai sekarang aku ingin hidup bersih.”
Ibu Seo hyun tersenyum itu artinya Seo Hyun tak jadi tinggal di asrama seperti keinginan Seo Hyun beberapa waktu lalu. Ia menyambut senang putrinya yang akan terus tinggal dengannya.
Seo Hyun : “Dan juga kimchi, berhentilah membuatnya!”
Ibu Seo Hyun heran, bukankah itu yang putrinya sukai. Seo Hyun bilang bagaimana pun enaknya kimchi itu tapi bagaimana bisa ibunya memasak itu setiap hari. Oh Dong Goo bilang itu enak karena dia baru pertama kali memakannya. Coba saja kalau setiap hari dia makan itu. Ibu Seo Hyun tersenyum, ia merasa Dong Goo tak akan begitu. Dong Goo mungkin akan tetap bilang enak meskipun makan setiap hari.
“Ibu lebih sayang Oh Dong Goo atau aku?” tuntut Seo Hyun dan itu membuat ibunya tertawa. Ia mengusap kepala putrinya dan berkata kalau itu benar-benar pertanyaan seorang anak SD. Seo Hyun tersenyum manis pada ibunya, tak ada rasa benci dalam dirinya. Yang ada keduanya saling mendukung.
Tak jauh dari sana , tepatnya di lantai 2 diam-diam Guru Ma memperhatikan Seo Hyun.
Guru Ma mengunjungi rumah abu ayah Seo Hyun. Ia memberi penghormatan terakhir dan berdoa untuk sang almarhum.
Guru Ma pindah ke abu yang lain. Guru Ma berdiri di depan sebuah abu dan foto. Foto Guru Ma yang tersenyum bersama seorang anak kecil yang tak lain adalah putranya yang telah tiada, Kim Chan Woo. Ia menatap sedih foto putranya. Guru Ma tahu betul bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dicintai.
Keesokan harinya Seo Hyun berangkat sekolah seperti biasa. Ha Na, Dong Goo dan Bo Mi bersanda gurau, hal itu membuat siswa lain yang lagi belajar kesal.
Ketiganya melihat Seo Hyun datang. Ha Na memberanikan diri bertanya apa pemakaman ayah Seo Hyun berjalan lancar. Seo Hyun mengangguk. Ha Na tak bertanya lagi, ia tak ingin mengungkit hal yang akan membuat Seo Hyun sedih.
Seo Hyun tahu, pasti Dong Goo yang menceritakan hal itu pada Ha Na dan Bo Mi. Keduanya saling berpandangan. Dong Goo tersenyum, Seo Hyun pun membalas dengan tersenyum pula. Huwaaaa manis banget.
Guru Ma sampai di kelas. Setelah memberi salam, tanpa disuruh lagi anak-anak pun bergegas ke kelas seni. Dan ternyata Seo Hyun juga ikut menuju ke kelas seni. OMG.
Anak-anak kaget melihatnya. Ketiga teman Seo Hyun hanya menatap terkejut. Seo Hyun berbalik melihat ke arah teman-temannya, “Apa kalian tak ikut?” Ketiganya tersenyum dan menuju kelas seni dengan riang gembira. Anak-anak di kelas terheran-heran melihat sikap Seo Hyun yang kembali berubah dalam sekejap saja.
Guru Ma menyunggingkan sedikit senyum melihat persahabatan mereka berempat kembali. Tapi ia kembali bersikap tegas pada siswanya yang di kelas.
Keempat sekawan ini pun melaksanakan piket kelas bersama. Mereka mengepel lantai dengan riang gembira, tertawa-tawa dan bersenda gurau.
Seo Hyun : “Sudah lama kita tak membersihkan kelas bersama. Sepertinya semua pergi saat aku tak ada.”
Dong Goo : “Kita tak akan menahan mereka yang ingin kembali.”
Seo Hyun berterima kasih karena teman-temannya menerimanya kembali.
Ha Na : “Ya ampun apa maksudmu? Tentu saja, benar kan ketua?”
Bo Mi mengangguk tertawa.
“Kita berempat teman sejati kan?” sahut Dong Goo. Mereka kembali memainkan alat pel untuk bersenda gurau. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke kelas. Keempatnya terdiam terkejut. Siapa yang datang, Guru Ma.
“Kulihat empat anak bodoh berkumpul kembali. Bodoh sekali pilihan yang kalian buat.” Guru Ma mendekat ke arah mereka berempat. “Kalian harus siap-siap!”
Keempatnya merasakan sapuan angin yang berhembus ke arah mereka. Suasana tegang meliputi hati mereka ketika melihat tatapan tajam Guru Ma.
Bersambung ke episode 10
Apa yang akan terjadi lagi pada mereka. Akankah persahabatan mereka kembali pecah...? Nih drama setiap episodenya selalu saja banjir air mata, ada aja yang bikin saya nangis sesenggukan, entah itu ketika menonton ataupun membuat recaps-nya :'(
keren.... semangat nulis yaaa. sy menanti tulisanmu. seperti menonton langsung...
ReplyDeletekerennn..makasiihh mbak...ditunggu kelanjutanya...semoga mbak diberi esehatan lebih dan waktu luang untuk terus melajuutkan sinopsis ini... :)
ReplyDeletethank you so much eonni...
ditunggu sinop eps 10 nya mba' :)) (komen utk eps ini -->
ReplyDeletewktu dokter bilng nyonya oh hdup nya gk lama lgi.. lngsung nangissss.. ;( kasiannn dong goo....bkal kehilangan orng yg pling dia sayangi.. senang bnget seo hyun berubah jd baik lgii.. :)).. kira2 guru ma nyuruh mereka siap2 apa yyaa?? penasarannn.. )
semangat mba' lanjut sinop nya :D
bener bgt mbak anis,,tiap eps selalu bikin gregetan...ya sesenggukan...ya dagdigdug... 'aduh abis ni apa yaa,,apa yaa,,' pokoknya rame'lah rasanya kayak nano2 gituuu... ^^
ReplyDeletesemangat ya nbak :D
ReplyDeletePersahabta Ha Na, Dong Go, Seo Hyun, n Bo Mi... bener2 diuji banget..terutama buat Ha Na
ReplyDelete#terpecah tapi kembali bersama# sweet banget mereka...
Nangis pas Dong Go... marahin Seo Hyun...
Dong Go tuh klo marah kata2 nya jleb banget dihatii... :(
apalgi pas seo Hyun cerita tentang ayahnya...
HADEHHH Eps in di buat terharu n berkaca2
Fighting anis eps 10 nya :)
Di episode ini berhasil buat gw terharu badai, setelah episode sebelumnya saat hana membela dong go yang di diskriminasi oleh guru ma di depan kelas dengan menceritakan kehidupan dong go & keluarganya.sampe-sampe hana bela-belain dong go yang dikirain hana suka ama dy. Nah kali ini terulang kembali saat dong go dan seo hyun CURCOL nih akan kehilangan orang yang mereka cintai (˘̩̩̩.˘̩̩̩ƪ) asli terharu banget
ReplyDeleteni drama setiap episodenya mesti ada aja konflik dan masalahnya,,, trus sedih bnget saat Seo Hyun kehilangan ayahnya.... hiks
ReplyDeleteSmakin hari tambah keren aja nih drama......sarat pesan moral n arti sebuah persahabatan.....S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥ buat mb anis nya , ditunggu kelanjutannya....
ReplyDeletesuka lihat persahabatan 4 sekawan ini. tulus banget. makasih mb anis.. setia menunggu lanjutannya.. ^^
ReplyDeleteDrama ini klimaksnya naik-turun keren... Bisa bikin perasaan berubah-ubah. Nice drama:)
ReplyDeleteDi tunggu lnjutannya ya mb, drama in sampe brp eps sih?
ReplyDelete#rahma
all : ok trims yang sudah setia menunggu kelanjutannya. tetap dinanti ya n maaf kalau update-nya tidak cepat. harus bagi waktu dengan tugas dari sekolah.
ReplyDeleterahma : 16 episode.
aaaaah emosinya beneran terasa, setiap episodeya tuh bener bener keren.. makasih mbaaa semangat buat sinopsisnya lagi yaaah cayooo
ReplyDeleteguru ma kayak gitu mungkin karna anaknya meninggal, mungkin penyebabnya persahabatan ..
ReplyDeletekerennnnn,,,,,,,,,,,,,,,,,,, tq sinopsisnya ya,,, :)
ReplyDeleteGuru Ma muncul dimana2 ya.
ReplyDelete