Malam hari Ibu kepala sekolah menemui Guru Ma di kelas. Ia menanyakan apa Guru Ma benar-benar akan memindahkan Oh Dong Goo. Bukankah apa yang dilakukan Dong Goo itu perkelahian biasa antar teman. Ia merasa kalau anak-anak juga perlu sesekali berkelahi, tapi anak-anak sekarang mereka tidak berkelahi seperti anak-anak, mereka bersikap seperti orang dewasa.
Guru Ma berkata kalau anak-anak pasti akan menyelesaikan masalahnya sendiri. Ibu kepsek merasa kalau Guru Ma sedang merencanakan sesuatu untuk Dong Goo. Guru Ma berharap ibu kepsek tak perlu khawatir. Ibu kepsek lega mendengarnya.
Bu kepsek : “Tapi Guru Ma, apa kau tak melihat dengan seksama, apa mungkin bukan Dong Goo, tapi anak lain?”
Guru Ma menunduk diam cemas. Ibu kepsek bisa menarik kesimpulan ini hanya masalah waktu tentang luka didalam hati yang mulai menunjukan siapa dia sebenarnya. Ia berharap ini akan berbeda dengan kasus anak yang dulu. Ia tahu kalau Guru Ma pasti sangat khawatir.
Keesokan harinya di kelas, Sun Young melihat wajah In Bo penuh luka lebam. Ia tak percaya apa In Bo sungguh terluka ketika main basket. In Bo mengangguk mengiyakan sambil menunduk. Sun Young heran, bukankah In Bo tak bisa bermain basket.
Seo Hyun yang melihat In Bo terluka seperti itu menoleh ke arah Do Jin yang ia curigai. Do Jin tampak berbincang dengan teman-temannya.
Ada yang mengejutkan lagi di kelas 6-3, Oh Dong Goo masuk kelas lagi hehe. Anak-anak terkejut melihat kedatangan Dong Goo. Dong Goo langsung menghampiri tempat duduk Do Jin. Ia minta maaf karena sudah memukul Do Jin. Ia harap Do Jin menerima permintaan maafnya.
Dong Goo : “Kau tahu kan kalau aku tak punya orang tua. Nyonya Oh yang tinggal denganku juga tidak sehat. Dia mungkin akan segera meninggal. Jadi aku mungkin harus pergi ke panti. Aku tak peduli itu, tapi aku masih ingin pergi sekolah. Aku ingin membuat proyek kelulusan dengan teman-temanku dan juga foto kelulusan. Sampai kita lulus, aku ingin membuat kenangan bersama. Seperti yang dikatakan seorang temanku, aku sudah salah memukulmu, aku minta maaf.”
Dong Goo minta maaf sambil mengulurkan tangannya. Do Jin melihat reaksi teman-temannya yang iba menatap Dong Goo. Mereka menunggu ia memaafkan Dong Goo. Do Jin pun menerima permintaan maaf Dong Goo. Ia menjabat tangan Dong Goo.
Anak-anak tepuk tangan senang karena Do Jin bisa memaafkan Dong Goo. Tepat saat itu bel masuk bunyi.
Guru Ma sudah masuk ke kelas dan mendengar kegaduhan anak didiknya. “Kenapa disini ribut sekali?” Anak-anak yang terkejut segera kembali ke tempat duduk mereka.
Guru Ma sudah masuk ke kelas dan mendengar kegaduhan anak didiknya. “Kenapa disini ribut sekali?” Anak-anak yang terkejut segera kembali ke tempat duduk mereka.
Guru Ma melihat Dong Goo ada disana. Ia menanyakan apakah Oh Dong Goo sudah datang membawa wali Dong Goo.
Sebelum Dong Goo menjawabnya, Ha Na terlebih dahulu mengangkat tangan ingin bicara. Ia berdiri mengatakan kalau Dong Goo sudah minta maaf pada Do Jin. Do Jin juga sudah menerima permintaan maaf Dong Goo. Jadi tak bisakah Guru Ma juga memaafkan Dong Goo.
Guru Ma bertanya pada Do Jin untuk mengkonfirmasi perkataan Ha Na. Do Jin membenarkan, ia sudah berdamai dengan Dong Goo. Jadi ia harap Guru Ma juga mau memaafkan Dong Goo.
Semua tersenyum senang dan bertepuk tangan. Tapi tidak bagi Do Jin, ia menunduk diam, Iri, karena Dong Goo begitu banyak mendapatkan dukungan dari teman-teman. Guru Ma melirik ke arah Do Jin, ia terus memperhatikannya.
Jung Soo dan Han Gook menerima telepon dari Do Jin yang meminta keduanya untuk ke ruang olahraga. Di ruang olahraga sudah ada Do Jin lengkap dengan bola basket dan In Bo yang berdiri ketakutan di dinding.
Han Gook bertanya apa Do Jin mau bermain basket. Jung Soo tertawa apa bagusnya main 2 lawan 2 kalau berpasangan dengan In Bo yang tak bisa main basket. Do Jin bilang bukan bermain basket.
Do Jin menatap ganas pada In Bo, tiba-tiba bak... Do Jin melempar bola basket ke arah In Bo. Spontan In Bo menghindar. Jung Soo dan Han Gook terkejut melihat apa yang dilakukan Do Jin.
“Menghindar ya? Kau semakin hebat saja.” cibir Do Jin pada In Bo. “Nilai olahragamu akan naik sedikit.”
Jung Soo marah, “Hei Kim Do Jin apa yang kau lakukan?” Han Gook berkata kalau mereka sudah tak melakukan hal seperti ini lagi. Jung Soo tak habis pikir, apa sampai sekarang Do Jin masih berbuat begitu. Ia benar-benar kecewa dengan sikap Do Jin.
Jung Soo dan Han Gook mengajak In Bo pergi dari sana. Keduanya menggandeng In Bo yang ketakutan keluar dari ruang olahraga. Do Jin benar-benar marah dengan sikap kedua temannya.
Di rumah, saat makan malam Ha Na menerima telepon dari Bo Mi yang sekarang makan steak hamburger yang dibuat oleh Nyonya Oh. Ia pun nitip salam buat Nyonya Oh. Ha Na menyampaikan pada ibunya kalau Bo Mi akan makan di tempatnya Dong Goo.
Ibu kemudian bertanya tentang Do Jin, apa terjadi sesuatu dengan anak itu karena hari ini ia bertemu dengan Ibu Do Jin. Ia melihat Ibu Do Jin sangat khawatir dan takut kalau putranya tak bisa menyesuaikan diri setelah pindah.
Ibu mengatakan kalau ketika di Kanada Do Jin itu tak bisa menyesuaikan diri dengan baik. Ia merasa kalau Do Jin pasti ada masalah ya walaupun ibu Do Jin tak mengatakannya tapi ia tahu pasti kalau Do Jin sedang mengalami masa sulit. Karena terlalu khawatir, Ibu Do Jin meminta Do Jin mengirimi sms setiap 10 menit.
Ha Na ingat percakapannya dengan Do Jin. Saat itu Do Jin mengatakan ketika dia pergi ke Kanada ibunya kesepian. Jadi ibunya menelepon dia beberapa kali setiap hari dan terus mengirimi ibunya sms. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Korea setelah 6 bulan.
(ok nebak aja nih ya. Ibu adopsi Do Jin mengirim Do Jin ke Kanada mungkin agar sekolahnya lebih baik. Tapi nyatanya dia malah jadi brutal dan mungkin karena disana dia ga mendapatkan perhatian. Jadi setelah ada kasus itu, ibu Do Jin menarik kembali putranya ke Korea. Itu pemikiran saya)
Do Jin bersama ibunya di mobil menuju tempat les. Ia menceritakan semua hal yang terjadi di sekolah. Tentu saja itu ucapan yang ia karang sendiri. Ia menceritakan pada ibunya kalau ia bisa menerima semua pelajaran yang disampaikan guru, ia juga menjadi pelari tercepat di kelas.
Ibu Do Jin tersenyum menyembunyikan kegelisahannya. Do Jin juga mengatakan kalau guru kelas sangat baik padanya dan ibunya juga tinggal mengandalkan dirinya untuk ulangan selanjutnya. Ibu Do Jin kembali tersenyum.
Mobil berhenti di depan gedung les. Ibu Do Jin berpesan putranya jangan berusaha terlalu keras. Do Jin meminta ibunya tak perlu khawatir, ia tak akan membiarkan itu terjadi lagi.
Do Jin tersenyum melambaikan tangan pada ibunya sebelum masuk ke gedung les.
Ibu Do Jin benar-benar khawatir terhadap putranya. Ia tak ingin kejadian yang terdahulu terulalng kembali. Ia menerima sms dari Do Jin. ‘Ibu akhirnya aku sampai di tempat les hati-hatilah menyetir.’
(wakakaka ternyata arti hagwon itu les ya. Saya pikir hagwon itu nama sebuah tempat les)
Ibu Do Jin kembali membaca sms yang dikirim oleh Do Jin sebelumnya. Do Jin mengirim sms menceritakan semua yang terjadi di kelas.
Ibu, guru kelas memujiku.
Ibu, aku mendapatkan nilai seratus
Ibu, sekolah baru saja usai. Ibu akan putmenjemku, kan?
Ibu Do Jin tersenyum mengira kalau sekarang putranya sudah baik-baik saja. Tapi dibalik senyum itu masih tersirat jelas di wajahnya perasaan cemas.
Bo Mi sampai di rumah ketika Ha Na sedang belajar. Ha Na bertanya apa Bo mi bersenang-senang bersama Dong Goo dan Nyonya Oh dan bagaimana keadaan Nyonya Oh. Bo Mi berkata kalau disana menyenangkan dan Nyonya Oh baik-baik saja. Ha Na iri karena steak hamburgernya pasti sangat enak.
Bo Mi kemudian menceritakan apa yang ia dengar. “Apa kau sudah mendengar tentang In Bo? sifat Kim Do Jin yang sebenarnya sudah ketahuan.” Ha Na terkejut tak mengerti.
Keesokan harinya di kelas, Do Jin akan memimpin diskusi tentang pemilihan tema untuk proyek kelulusan. Ia mempersilakan temannya menyampaikan usul.
Sun Young mengangkat tangan dan bilang setuju usul Seo Hyun. Jung Soo yang kecewa dengan sikap Do Jin juga setuju. Semua menatap Do Jin dengan tatapan benci. (huwaaaaaaa semua sudah tahu)
Seo Hyun : “Sebagai ketua kelas kau memaksa Son In Bo mengerjakan PR mu dan memukulinya dengan bola basket.”
Do Jin : “Apa kau punya bukti?”
In Bo yang takut-takut berusaha memberanikan diri. Ia berdiri membenarkan perkataan Seo Hyun.
Guru Ma berada di luar kelas melihat apa yang dilakukan siswanya. Ia tak segera masuk kelas, malah membiarkan siswanya melanjutkan diskusi.
Seo Hyun meminta pendapat teman-temannya, siapa yang setuju ketua kelas mengundurkan diri, angkat tangan. Semua mengangkat tangan bahkan Ha Na juga ikut mengangkat tangan.
Do Jin benar-benar tak suka ini, “Apa yang kalian lakukan?”
Seo Hyun maju dan bicara lantang menyuruh Do Jin mundur dari ketua kelas. Seo Hyun mengusulkan pada teman-temannya, mereka akan mendiskusikan bagaimana cara mengurus perbuatan Kim Do Jin. (hukuman apa gitu kali ya)
Ha Na mengangkat tangan ikut bicara. Meskipun mereka ingin menghukum Do Jin sebaiknya mereka memutuskannya melalui diskusi kelas saja. karena kejadian ini terjadi di dalam kelas daripada memberitahu guru atau orang tua lebih baik mereka sendiri yang akan mengurus masalah ini bersama. “Seperti yang kita ketahui bersama, ketika Oh Dong Goo dipaksa pindah kita mungkin tak bisa membatalkannya lagi.”
Seo Hyun meminta pendapat In Bo selaku korban.
Anak-anak pun selesai diskusi. Guru Ma masuk ke kelasnya. Seo Hyun menjelaskan kalau mulai sekarang mereka akan mengambil keputusan sesuai keinginan bersama salah satunya yaitu menggilir ketua kelas setiap minggu.
Guru Ma tak peduli siapa ketua kelasnya, itu terserah anak-anak. Ia ingin tahu siapa ketua kelas untuk hari ini. Seo Hyun bilang kalau ia ketua kelas yang pertama. Seo Hyun pun memimpin teman-temannya memberi salam pada guru.
Ha Na menoleh melirik pada Do Jin yang terlihat marah.
Ketika istirahat, Dong Goo terus-menerus menyebut Seo Hyun adalah ketua kelas. Seo Hyun meminta Dong Goo tak perlu berlebihan begitu. Bo Mi menilai akan sangat bagus sekali kalau Seo Hyun tetap menjadi ketua kelas.
Dong Goo pun mulai melucu meminta Sei Hyun mengucapkan sepatah dua patah kata untuk sambutan bagaimana rasanya menjadi ketua kelas (hahaha) mereka pun bersenda gurau.
Ha Na menoleh ke tempat duduk Do Jin yang kosong. Ia juga melihat tempat duduk In Bo kosong. Ha Na mulai berfikiran yang tidak-tidak nih. Ia pun bertanya pada Hwa Jung apa melihat In Bo. Hwa Jung memberi tahu kalau In Bo pergi keluar setelah membaca sms.
In Bo masuk ke ruang olahraga, ruangan itu sepi. Ia mencoba menghubungi seseorang yang tadi mengiriminya sms. Kim Do Jin muncul dari ruang tempat penyimpanan peralatan olahraga. In Bo menoleh terkejut.
Do Jin : “Kau keluar kelas karena berfikir itu sms dari Han Sun Young, kan? Tapi karena aku yang datang apa kau kecewa? Kita harus bermain satu ronde.”
Huwwaaaaa satu ronde? apa itu? apa Do Jin akan melampiaskan kemarahannya pada In Bo lagi.
Seo Hyun dan Bo Mi tergesa-gesa menuruni tangga mencari In Bo dan Do Jin. Keduanya berpencar. Dong Goo ikut mencari di luar gedung sekolah. Ha Na juga ikut mencari hingga ke gudang. Tapi keempatnya tak menemukan In Bo ataupun Do Jin.
Keempatnya panik. Bo Mi berkata kalau ia tak menemukan In Bo ataupun Do Jin di kantin. Dong Goo yang nafasnya terenha-engah mengatakan mereka berdua tak ada di bangku dekat pohon. Seo Hyun cemas karena In Bo tak menjawab teleponnya.
Ha Na melihat Guru Ma tergesa-gesa menuju sutu tempat. Ia menebak mungkin Guru Ma tahu dimana mereka berdua. Ia mengajak ketiga temannya untuk mengikuti Guru Ma.
Benar saja Do Jin kembali melempari In Bo dengan bola basket di ruang tempat menyimpan peralatan olahraga. Lemparan Do Jin tak kena karena In Bo selalu menghindar. Jatuh bangun In Bo berusaha menghindari lemparan bola dari Do Jin.
Do Jin memuji sinis kalau In Bo cukup hebat bisa menghindar dari lemparannya.
In Bo memohon Do Jin jangan melakukan ini lagi padanya. Do Jin mengerti, “Baiklah kita hentikan ini. Aku lelah bermain bola. Ayo kita ganti olahraganya.”
Do Jin sekuat tenaga mengayunkan tongkat pemukul baseball ke arah In Bo. In Bo menghindar dan tak kena. Do Jin yang diliputi kemarahan terus mengejar In Bo. “Kau tak bisa lari kemana-mana.” kata Do Jin.
Do Jin kembali akan mengayunkan tongkat pemukul tapi tiba-tiba ada seseorang yang menangkap tongkat pemukul itu. Guru Ma tiba disana dan merebut tongkat pemukul dari tangan Do Jin.
Ha Na dan ketiga temannya juga sampai disana. Mereka terkejut melihat langsung apa yang Do Jin lakukan pada In Bo.
“Apa ibu datang mencariku?” ucap Do Jin.
Guru Ma menahan marah, “Apa yang kau lakukan pada Son In Bo?”
Do Jin menunduk kecewa, “Jadi ibu datang untuk In Bo? Tentu saja. Aku sudah tak berguna.”
Guru Ma : “Berhentilah menjadi orang yang menyedihkan. Berapa lama lagi kau akan balas dendam pada orang tua kandungmu yang meninggalkanmu dan menghancurkan hidupmu setiap hari. Berhentilah bersikap seperti orang bodoh.”
Do Jin : “Bu guru, kalian tak ada bedanya. Semua orang itu sama. Kalau aku dibutuhkan, mereka menyukaiku. Tapi ketika aku tak berguna lagi mereka meninggalkanku. Untuk bertahan hidup aku harus berguna.”
Guru Yang sampai di ruang olahraga. Ia terkejut melihat Guru Ma memegang tongkat pemukul baseball. Melihat Guru Yang datang Do Jin langsung berakting ketakutan, “Bu guru tolong jangan pukul aku!”
Do Jin dan In Bo dibawa ke ruang guru. In Bo berkata jujur kalau Kim Do Jin sudah melakukan hal yang tak baik padanya dan Guru Ma yang menyelamatkannya.
Guru Yang terkejut, “Jadi Kim Do Jin apa kau berbohong?”
Guru Yang terkejut, “Jadi Kim Do Jin apa kau berbohong?”
Do Jin malah balik bertanya, “Kenapa? Apa guru percaya apa yang kukatakan?” Guru Yang tentu saja marah. Guru Ma menatap Do Jin dengan antara penasaraan marah, sedih, dan kecewa.
Wakil kepala sekolah menengahi dan sudah tahu permasalahan yang sebenarnya. Ia menyuruh kedua siswa untuk sementara di ruang guru dulu. Ia mengajak Guru Ma bicara empat mata.
Guru Yang menyuruh Do Jin menulis kejadiannya secara detail. Do Jin terlihat diam menunduk.
Guru Goo bertanya pada Guru Jung apa Guru Ma akan memindahkan Do JIn sebagai hukuman terhadap situasi ini. Guru Jung menjawab tentu saja, karena ia melihat kejadian ini memang pantas dihukum dengan hukuman pemindahan siswa.
Do Jin keluar dari ruangan guru dengan pandangan yang terus menunduk. Ha Na mencegat ingin bicara tapi Do Jin mengabaikanya.
Kau mengalami masa sulit di Kanada kan?” tebak Ha Na membuat langkah Do Jin terhenti.
Ha Na bilang tidak apa-apa, “Kalau kau minta maaf ke semuanya dengan tulus semua akan baik-baik saja.”
Do Jin berbalik menatap Ha Na, “Saat aku tidak menyuruh mereka membersihkan kelas dan menaikan nilai mereka, mereka menganggapku teman. Tapi mereka meninggalkanku setelah tahu hal yang tak mereka sukai. Aku tak butuh teman seperti itu.”
Do Jin berbalik menatap Ha Na, “Saat aku tidak menyuruh mereka membersihkan kelas dan menaikan nilai mereka, mereka menganggapku teman. Tapi mereka meninggalkanku setelah tahu hal yang tak mereka sukai. Aku tak butuh teman seperti itu.”
Ha Na berusaha mencegah Do Jin pergi dari sana. “Bukankah kau bilang ingin menjadi temanku?” Ha Na berkata kalau Do Jin tak perlu melakukan semua itu karena mereka memang sudah berteman. “Minta maaf dan kembalilah, aku dan teman-teman akan menunggu.” Do Jin mengabaikan perkataan Ha Na, ia tetap berlalu dari sana.
Guru Ma kembali ke ruangan guru usai bicara dengan waksek. Ia cemas karena Do Jin tak ada disana, hanya ada In Bo saja yang tengah menulis laporan kejadian.
Guru Ma bertanya pada Guru Goo dimana Kim Do Jin. Guru Goo mengatakan kalau Do Jin bilang padanya bahwa dia akan ke toilet jadi ia mempersilakan Do Jin pergi, sebentar lagi juga dia kembali.
Guru Ma berusaha menghilangkan cemasnya. Ia berusaha bersikap tenang bahwa yang ia takutkan itu tak akan terjadi.
Ha Na menuju tempat les, langkahnya lemas. Na Ri mengejarnya. Keduanya pun berangkat les bersama. Na Ri kemudian membicarakan tentang Do Jin. Ia tak mengerti bagaimana mungkin Do Jin bisa langsung pulang setelah ketahuan berbuat buruk. Ha Na tak mengerti maksud Na Ri.
Na Ri memberi tahu kalau ia baru saja melihat Do Jin di jalan dekat stasiun. Ia tak mengerti apa para guru baru saja melepaskan Do Jin begitu saja. Bukankah dia seharusnya menulis surat permohonan maaf saat guru mamanggil orang tuanya.
Ha Na tiba-tiba teringat ucapan Guru Ma di taman sekolah. Saat itu Guru Ma menanyakan apa Ha Na yakin tak akan meninggalkan teman Ha Na bahkan setelah tahu kebenarannya. Karena Guru Ma yakin kalau Ha Na pasti akan meninggalkan teman Ha Na itu.
Ha Na sekarang mengerti maksud perkataan gurunya. Ia yang sudah tahu kebenaran tentang Do Jin tak mungkin meninggalkan temannya begitu saja. Ha Na pun bergegas mencari keberadaan Do Jin.
Di sepanjang jalan Ha Na celingukan mencari Do Jin. Ia melihat di pintu masuk stasiun Do Jin berjalan lemas. Ia berteriak memanggil Do Jin tapi sepertinya Do Jin tak mendengar atau mungkin Do JIn tak ingin mendengar apapun.
Ha Na masuk ke area stasiun, ia yang panik celingukan kesana kemari. Tapi ia tak melihat keberadan Do Jin.
Ha Na kemudian melihat Do Jin berdiri di seberang rel sana. Ia berulang kali berteriak memanggil Do Jin. Do Jin yang menunduk lemas, pasrah diam saja.
Ha Na pun mulai berfikir yang tidak-tidak mengenai apa yang akan Do Jin lakukan, “Hei Kim Do Jin apa yang kau pikirkan?”
Do Jin mengangkat wajahnya menatap Ha Na, pandangannya terlihat sedih. Ia mengangkat tangan mengarahkan telunjuk yang seperti pistol ke arah Ha Na. Tapi sesaat kemudian ia meletakan telunjuk pistol itu ke kepalanya sendiri. Seolah ia ingin menembak dirinya sendiri.
Perlahan Do Jin menuju ke tepi rel. Ada tanda suara yang menandakan kereta akan lewat. Ha Na panik, “Tidak Kim Do Jin, jangan!” teriak Ha Na. Tapi Do Jin tak mempedulikan Ha Na yang terus berteriak.
Do Jin berdiri di tepi rel, ia akan mengakhiri hidup karena merasa menjadi orang yang tak berguna. Kereta pun lewat tapi di rel yang jauh dari Do Jin. Ha Na yang panik segera lari mencari jalan menuju ke tempat Do Jin berada.
Do Jin yang frustasi menunduk pasrah, “Orang sepertiku, tidak dibutuhkan!”
Tiba-tiba seseorang berdiri di sampingnya. Guru Ma. “Apa ini pilihanmu?” Tanya Guru Ma. Do Jin menoleh terkejut melihat gurunya datang. Ia tersenyum sinis, “Bukankah tak masalah kalau aku mati.”
Guru Ma pun tak mencegah, “Kalau kau berpikir begitu, baiklah!” Guru Ma menggenggam pergelangan tangan Do Jin. Ia mengijinkan Do Jin mengambil keputusan pintas ini. Do Jin yang marah berusaha menepis tangan guru Ma dan meminta gurunya tak usah ikut campur. Guru Ma tetap menggenggam erat tangan Do Jin, “Kalau kau ingin mati, maka matilah!”
Do Jin melihat kesungguhan hati guru Ma membiarkan dirinya memilih jalan mati. Tiba-tiba perasaan takut datang padanya. Apalagi alarm tanda kereta akan lewat sudah bunyi. Do Jin panik dari kejauhan ia melihat kereta sudah datang. Ia berteriak apa yang gurunya lakukan.
Guru Ma dengan penuh keyakinan berkata kalau ia akan bertanggung jawab karena ia gurunya Do Jin. “Aku akan tetap bersamamu apapun pilihan yang kau buat. Kalau kau ingiin mati silakan. Tapi aku tak akan melepaskamu. Aku tak akan meninggalkanmu.” Ucap Guru Ma sambil menatap Do Jin.
Mata Do Jin berkaca-kaca mendnegar ucapan gurunya. Ia takut dan panik karena kereta semakin dekat. Tubuhnya gemetaran.
“Guru tolong selamatkan aku!” ucap Do Jin dengan tubuh gemetaran.
Tanpa pikir panjang Guru Ma langsung menarik dan memeluk Do Jin supaya sedikit menjauh dari tepi rel ketika kereta lewat.
Ha Na sampai disana dan terkejut melihat Guru Ma sudah ada bersama Do Jin dan menyelamatkan anak itu.
Do Jin yang terlihat ketakutan sedikit lega. Ia berusaha mengatur nafas dan tubuhnya masih gemetaran. ia menunduk lemas menyesali perbuatannya.
Sambil tetap memeluk Guru Ma berkata dengan nada tinggi, “Dasar bodoh. Berhentilah mengeluh. Setiap yang bernyawa memiliki hak untuk hidup. Tidak ada yang berhak mengorbankan nyawa mereka. Kau tak bisa meninggalkan dirimu sendiri. Sejak kau lahir, kau sangat berharga bagi seseorang.”
Suara Guru Ma melembut tapi penuh ketegasan. Ia berharap Do Jin jangan terlalu khawatir dan jangan takut. “Kalau kau tidak menyerah, maka tak akan yang bisa membuatmu menyerah. Kau harus percaya bahwa dirimu berharga. Kau harus tahu kalau kau juga memiliki teman-teman yang berharga. Kau tak sendirian.”
Do Jin menangis mendengar ucapan guru Ma yang begitu menyentuh hatinya mengatakan kalau ia tak sendiri dan ia seorang anak yang berharga.
Tanpa terasa air mata Ha Na juga menets mendengar ucapan gurunya. Ia tak menyangka kalau gurunya memiliki hati yang begitu lembut dibalik ketegasannya.
Kim Do Jin cup cup cup, sini saya peluk Nak. Kamu ga sendirian kok, banyak orang yang peduli padamu. Ingat nak, ibu angkatmu sayang lho sama kamu. Huwaaaaaa. Yang sudah meninggalkanmu biarlah, toh yang datang padamu itu lebih peduli dan sayang padamu.
Aaaaaaaaaaahhhh Kang Chan Hee jngn nangis dong :'( kan jd ikut nangis juga wow! makin seru aja, smangat ya Mba' Anis bkin sinopsisnyaa. slalu di tunggu :D
ReplyDeleteNangis lagi :'(
ReplyDeletekim do jin ngerasa kesepian dan gak berguna buat hidup..
Hu hu hu , anak sd bebannya berat :'(
Ikut nangis ǰµǤά... Hua hua...
ReplyDeleteDrama yg bagus2 bgd.,, thx mba anis dh nulis sinop πŶª..
.Boucye.
bener2 ngikutin nih drama .. makin kesini , jujur saya sadar kalo caranya guru ma mengajar itu cara yg bagus , anak akan lebih disiplin dan termotivasi ... nangis bacanya ih :(
ReplyDeleteGuru ma hebat, walo pun keras βîڪ∂ membuat anak2 bersatu, dan lg mereka menolak adanya buly... Kerennnn...
ReplyDeletemb Anis...lanjut...aduh..sedih deh....
ReplyDeletesan
Lanjuuuuttttt
ReplyDeletewahh keren lanjutin iya min sinopnya smpe akhir :^
ReplyDeleteMantep mbk Anis,,,
ReplyDeleteSmoga mkin smngt nulis sinopsisnya ya mbk, hehe jangan telat lagi.
Setiap bca sinopsis queen classroom pasti nangis trus :'( hiks pa lgi klo nonton nih
ReplyDeleteThanx sinopsisnya y :-D
Ikutaaaann... Hwaaaaaaaa T.T
ReplyDeleteDt
Wah... Jdi ikutan sdih klo trus mngikutin nich drama....T_T
ReplyDeleteMba... Dlanjutin epd slanjutx!!!!^^
Hwa... Episode ini beneran sedih.. Iba ngeliat chan hee,, sabar ya kang chan hee.. ;)
ReplyDeleteLanjut ya mbak... Udah nggak sabar pengen baca episode selanjutnya.. :)
Huwaaaaaa.....
ReplyDeleteBaruu ad kesempatan ngomen....
Sedih banget...
Thankzz yaa dah bikin sinopsisnya >̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡ mbak... Di tunggu kelanjutanya...
Fighting"!!!
Mau do jin jahat tetep aja gak bisa benci :v habis imutt bgt sihh , mana sok playboy lg bkin gemesss
ReplyDelete