Wakil kepala sekolah marah karena disaat jam belajar ada anak yang berkelahi. Ia memanfaatkan kejadian ini untuk memojokan Guru Ma. Ia meminta penjelasan Guru Ma, apa yang akan Guru Ma lakukan karena kejadian ini merupakan tanggung jawab Guru Ma sebagai guru.
Guru Ma berkata kalau ia akan memberikan hukuman. Wakasek bilang tentu saja harus ada hukuman, tapi hukuman apa dan bagaimana.
Guru Ma : “Aku terpaksa memindahkan Oh Dong Goo dari sekolah.”
Dong Goo tentu saja terkejut, ia menatap gurunya dengan tatapan tak percaya. Do Jin menyeringai puas. Wakasek yang juga terkejut tak menyangka kalau Guru Ma akan mengambil keputusan ini.
Dong Goo berjalan lemas keluar dari ruang guru. Ia menarik nafas panjang. Ha Na, Seo Hyun dan Bo Mi menemuinya menanyakan apa yang terjadi. Mereka ingin tahu apa yang guru katakan. Dong Goo diam tak segera menjawab.
Bersamaan dengan itu Do Jin juga keluar dari ruang guru. Dong Goo bertemu pandang dengan Do Jin. Do Jin mengarahkan telunjuknya seperti pistol pada Dong Goo. Dong Goo diam dalam hati ia benar-benar marah pada Do Jin.
Ketiga cewek ini langsung menoleh melihat apa yang dilihat Dong Goo. Ketiganya melihat Do Jin berlalu dari sana.
Dong Goo berdiri di depan kelas di hadapan teman-temannya di samping Guru Ma. Ia menunduk pasrah.
Guru Ma : “Kalian sudah mendengar kalau Oh Dong Goo akan dipindahkan ke sekolah lain. Kelas sudah menjadi bebas dan bersatu seperti yang diinginkan. Kalian baru saja memulai aturan ini, tapi bagaimana sudah timbul kekerasan? Aku tak akan peduli siapa yang menjadi ketua kelas ataupun yang membersihkan kelas. Tapi aku tak akan membiarkan kalau timbul yang namanya kekerasan.”
Ha Na mengangkat tangan ingin menyampaikan pendapatnya, “Aku tahu apa yang dilakukan Dong Goo itu salah dan juga luka Kim Do Jin tidak parah. Tidakkah ibu berpikir kalau hukuman ini terlalu keras?”
Guru Ma berkata kalau kekerasan baru saja terjadi. Apa Ha Na akan membiarkan hal itu. “Apakah dia memukul sekali atau sepuluh kali kenyatannya dia terluka.” Ha Na tak bisa berkata-kata lagi untuk membela Dong Goo.
Seo Hyun mengangkat tangan ia juga ingin menyampaikan pendapatnya. “Bukankah ibu seharusnya mendengarkan alasan masing-masing? Pasti ada alasan kalau mereka berkelahi.”
Guru Ma : “Apa kekerasan tidak ada alasannya? Hal yang paling penting adalah korbannya sudah jelas ada.”
Seo Hyun duduk kembali, ia tak tahu harus mengatakan apa lagi.
Guru Ma melihat kalau Dong Goo sama sekali tak menyesali perbuatannya. Dong Goo diam saja berdiri di samping Guru Ma. Guru Ma menyuruh Dong Goo minta maaf pada Do Jin dan menyesali kesalahan Dong Goo. Dong Goo menatap Do Jin dengan tatapan benci. Ia kemudian menatap teman-temannya satu persatu. Ia diam tak mengatakan apapun.
Karena Dong Goo tak juga meminta maaf Guru Ma pun memutuskan bahwa Dong Goo harus dipindahkan dari sekolah. Ia menyuruh Dong Goo melewati prosedur pindah sekolah dan mengajak orang tua datang ke sekolah untuk rapat. Dong Goo menunduk diam karena ia tak punya orang tua.
Guru Ma menatap sinis, “Kalau orang tuamu tak datang, tidak apa-apa. Bawa saja walimu kesini!” Guru Ma melihat Do Jin tampak menyeringai puas.
Di taman sekolah ketiga sahabat Dong Goo meminta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya bisa membantu kalau Dong Goo menceritakan kejadiannya.
Ha Na mendesak Dong Goo untuk mengungkapkan alasan kenapa Dong Goo memukul Do Jin. Seo Hyun juga yakin pasti ada sesuatu yang membuat Dong Goo melakukan itu. Dong Goo menunduk tak mengatakan apapun, yang ia lakukan pada Do Jin kemarin karena ia tak terima Ha Na disebut wanita murahan.
Ha Na jengkel karena Dong Goo tak segera mengatakan apapun. “Kenapa kau memukul Kim Do Jin?”
“Lupakan saja!” Dong Goo meninggikan suaranya. “Ini masalahku, jadi aku sendiri yang akan menyelesaikannya.” Dong Goo yang kesal meninggalkan ketiga temannya yang terheran-heran. Ha Na tentu saja tambah jengkel, “Kenapa dia marah? Apa dia menganggap dirinya itu benar?” Seo Hyun menebak ini jelas karena Kim Do Jin.
“Apa sekarang hanya tinggal kalian bertiga?” ucap Guru Ma yang tiba-tiba datang. Guru Ma mengatakan kalau Oh Dong Goo itu tak bisa diharapkan. Dia hancur karena satu pukulan.
Guru Ma : “Orang yang selalu sesumbar ‘teman teman’ setiap membuka mulutnya, dia bahkan yang memukul temannya. Kenapa kalian tidak buang saja teman yang bodoh seperti itu? Bagaimana kalau menyerah saja? Sejak awal kalian sudah tak cocok.”
Ha Na : “Tidak. Meskipun itu hanya kesalahan kecil, Oh Dong Goo masih teman yang baik. Aku tak akan meninggalkan teman yang seperti itu.”
Guru Ma : “Kau tak mau meninggalkan temanmu? Setelah tahu kebenarannya aku yakin kau akan meninggalkannya. Seseorang yang terluka ketika dia dewasa lebih baik terlihat baik dari luar. Kau bilang akan bertanggung jawab, apa itu mudah? Kali ini tak akan mudah. Karena ada beberapa hal yang tidak bisa diperbaiki hanya dengan hatimu.”
Setelah mengatakan itu Guru Ma berlalu dari sana.
Ha Na, Seo Hyun dan Bo Mi menemui Do Jin di kelas. Ha Na menanyakan kenapa Dong Goo memukul Do Jin. Do Jin berkata kalau Dong Goo bilang dia sudah melakukan tugasnya dan Dong Goo memintanya untuk tak menyuruhnya terus. Jadi pada saat itu ia bilang bukankah Dong Goo itu siswa terburuk, lalu Dong Goo memukulnya. (huwaaa bohong)
Ha Na tak percaya Dong Goo memukul Do Jin hanya karena tugas piket. Jung Soo juga merasa heran karena Dong Goo bukan tipe anak yang akan langsung memukul.
Seo Hyun : “Jadi ketua, apa kau hanya duduk dan membiarkan ini terjadi? karena kau korban, tak bisakah kau memaafkannya?”
Soo Jin sependapat, “Benar kau harus mencegahnya pergi. Cobalah untuk memaafkan.” Mereka mengangguk setuju. Melihat teman-temannya bicara begitu, Do Jin pun akan mencoba membicarakan ini dengan Guru Ma.
Do Jin menemui Guru Ma di ruang guru. Ia mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin ia katakan. (hmmm Do Jin mau jujur ga nih ya)
Wakil kepala sekolah berbicara di telepon dengan ibu Na Ri. Ia melaporkan ada kejadian di kelas Guru Ma. Ibu Na Ri yang berada di salon menilai itu kabar bagus. Ia menebak apa anak yang memiliki masalah di Kanada itu yang menyebabkan masalah di kelas.
Wakasek menilai kejadiannya sedikit aneh, anak itu menjadi korban dan pelakunya ada anak lain.
Ibu Na Ri merasa itu namanya tindak kekerasan dan bertanya bagaimana dengan Guru Ma. Wakasek berkata kalau Guru Ma masih bisa menghukum siswa dan melupakan kejadian itu. Tapi ia merasa kalau Guru Ma sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih besar.
Ibu Na Ri menebak kalau kejadian ini kemungkinan menyebabkan trauma pada Guru Ma karena mirip dengan kejadian dulu, dia berlebihan pada hal kecil. Wakasek melihat kalau Guru Ma merubah cara dalam menyelesaikan masalah.
Ibu Na Ri : “Bukankah akan ada masalah lain yang akan muncul? Dengan kesempatan ini, cobalah untuk mengusirnya dan tidak lagi menjadi gurunya Na Ri.”
Wakasek mengerti ia akan kembali mengawasi tindak-tanduk Guru Ma dan memilih waktu yang tepat.
Di ruang guru, Do Jin minta maaf pada Guru Ma karena sebagai ketua kelas seharusnya ia lebih bertanggung jawab. “Meskipun itu kesalahanku, aku minta maaf karena tidak menyerahkan PR.”
Guru Ma : “Apa kau datang kesini hanya untuk mengatakan itu?”
Do Jin membenarkan, ia akan berusaha supaya itu tak terjadi lagi. (huwaaaaa padahal sepertinya Guru Ma nunggu Do Jin mengungkapkan kebenaran kejadian dia sama Dong Goo)
Keluar dari ruang Guru, Do Jin tersenyum lebar. Tapi senyumnya tiba-tiba menghilang karena ia melihat Ha Na tak jauh dari sana. Do Jin tanya apa Ha Na menunggunya.
Ha Na menyuruh Do Jin mengatakan padanya yang sebenarnya karena Oh Dong Goo bukan tipe orang yang mempertanyakan tentang tugas piket.
Do Jin mencibir apa Dong Goo yang mengatakan itu.
Ha Na tak mengerti ada apa diantara kalian berdua. Do Jin menegaskan kalau Dong Goo memukulnya. Ha Na menilai itu mungkin karena Do Jin pantas untuk dipukul. “Dia tidak mungkin akan memukulmu sampai seperti itu. Aku tak percaya padamu.”
Do Jin menyindir kalau Dong Goo pasti bahagia sekali punya teman yang mempercayainya. “Apapun yang kukatakan kau tak akan mempercayainya. Ada apa denganmu?” Ha Na berkata bahwa ada hal yang tidak Do Jin ketahui, “Oh Dong Goo dia tak sendirian. Kau tak akan bisa berbuat sesuka hatimu.”
Ha Na akan pergi tapi Do Jin memanggilnya, “Kau tak menanyakan apa aku baik-baik saja? Akulah yang dipukuli. Bahkan kalau kau tak mengkhawatirkanku bukankah seharusnya kau menanyakan keadaannku. Apa menurutmu ini yang kau bilang berteman?” Do Jin yang kecewa lebih dulu berlalu dari sana.
Bo Mi yang masih menginap di rumah Ha Na berada di kamar Ha Na tengah menggambar. Ha Yoon masuk ke kamar adiknya menanyakan pada Bo Mi dimana apa Ha Na pergi les. Bo Mi membenarkan.
Ha Yoon mencari benda miliknya yang dipinjam Ha Na. Ia mencarinya di laci meja belajar Ha Na. Ia pun menemukan apa yang ia cari.
Setelah Ha Yoon keluar dari kamar, Bo Mi menutup laci meja belajar yang tadi belum ditutup oleh Ha Yoon. Bo Mi terkejut melihat sesuatu yang ada disana, ia pun mengambilnya. Foto Ha Na bersama Do Jin.
Di tempat les (nama gedungnya kelihatan tuh Yoons English School) mereka yang les bahasa inggris melatih listening menggunakan rekaman. Ha Na tak konsentrasi ia terus memandang ponselnya.
Na Ri tahu siapa yang Ha Na pikirkan, “Apa Oh Dong Goo masih tak menjawab telepon?” tanya Na Ri. Ha Na mengangguk lemas. Ia benar-benar tak mengerti, Dong Goo itu biasanya periang, tapi sekarang Dong Goo sangat pendiam.
Sun Young sampai di tempat les. Ia mengatakan kalau In Bo kemarin tak masuk les. Ia menebak In Bo pasti sakit keras. Ha Na heran apa Sun Young juga tak bisa menghubungi In Bo. Sun Young mengangguk lemas.
In Bo ternyata ada di ruang olahraga bersama Do Jin. Do Jin memainkan bola basket dan melemparnya ke arah In Bo. In Bo yang berdiri ketakutan di dinding spontan menghindar.
Do Jin melemparkan bola ke arah In Bo berkali-kali, tapi In Bo menghindar.
Do Jin marah karena In Bo hari ini tak masuk sekolah. In Bo minta maaf itu karena ia sedang sakit. Do Jin tak menerima alasan In Bo, bukankah In Bo bisa meneleponnya. In Bo yang ketakutan berjanji kalau ia tak akan mengulanginya lagi.
Do Jin akan kembali melempar bola tapi tak jadi.
Dengan tatapan tajam ia memberi kode dengan jarinya menyuruh In Bo mendekat. In Bo pun mendekat.
Do Jin mengatakan kalau perasaannya hari ini sedang baik, jadi ia tak akan menyakiti In Bo.
Do Jin mengancam In Bo, “Kau mengerti kan, aku ini bisa menghancurkan seseorang.” Ia memperingatkan In Bo, kalau kejadian ini hanya sekali saja. Ia tersenyum akan mengirim sms PR hari ini.
Sambil meninggalkan ruang olahraga Do Jin menerima telepon dari ibunya. Ia senang sekali ibunya menelepon.
Ha Na dan Bo Mi berada di kamar. Keduanya sibuk dengan tugas sekolah. Karena dalam hati keduanya tersimpan pertanyaan, keduanya bahkan memanggil berbarengan untuk bertanya. Hahaha.
Ha Na : “Menurutmu, apa yang terjadi antara mereka berdua? Ini menyebalkan.”
Bo Mi tahu yang dimaksud Ha Na itu Do Jin dan Dong Goo. “Penjelasan Kim Do Jin, apa kau mempercayainya?” Ha Na bilang bukan begitu, ia tak tahu harus bagaimana, ini sungguh menyebalkan buatnya.
Tiba-tiba Ha Yoon masuk ke kamar adiknya. Ha Na protes seharusnya kakaknya mengetuk pintu dulu. Ha Yoon berkata kalau apa yang akan ia katakan pasti membuat Ha Na dan Bo Mi terkejut. Ha Na menebak, apa kakaknya ini mengirim foto yang sedang pakai piyama ke orang lain. hahaha. Ha Yoon cemberut, bukan itu.
Ha Yoon mengatakan kalau ia sudah mendengar perihal Guru Ma. “Kudengar dia mengalami peristiwa yang hebat ketika di sekolah terakhir dia bekerja. Dia bertengkar hebat dengan siswa bermasalah di kelasnya dan dia menyiksanya setiap hari.”
Bo Mi kaget, apa dia memukul siswa itu?
Ha Yoon mengatakan kalau anak itu juga kuat. Ia mendengar kalau Guru Ma punya luka besar di tubuhnya. Ha Na pun ingat ia pernah melihat sekilas bekas luka di leher Guru Ma. Tapi ia tak menceritakan itu pada kakaknya ataupun Bo Mi.
Keesokan harinya Dong Goo berangkat sekolah dengan langkah lemas. Di halaman sekolah Do Jin sudah menunggunya. Dong Goo malas bicara dengan Do Jin, ia menghindar akan pergi tapi Do Jin mencegatnya.
Do Jin : “Kalau kau minta maaf aku akan menerimanya. Dan ikutlah kau denganku, aku akan memperlakukanmu dengan baik.”
“Nggak usah!” ucap Dong Goo judes.
Do Jin : “Kau, kudengar kau yatim piatu, ada orang yang menertawaimu dan mengusilimu, kan? Aku akan membereskannya untukmu.”
“Begitu ya? Tidak usah!” ucap Dong Goo tegas.
Do Jin tersenyum mencibir, “Apa ini karena Shim Ha Na? Apa kau masih marah?” Dong Goo diam.
Do Jin melihat di belakang Dong Goo ada Ha Na yang baru saja datang. Ia pun langsung berakting, “Hei Oh Dong Goo berhentilah, aku tak ingin bertengkar denganmu.”
Dong Goo heran kenapa Do Jin tiba-tiba bicara begitu.
Dong Goo langsung paham ketika Ha Na memanggil dan menghampirinya. Ha Na menanyakan apa Dong Goo berkelahi lagi dengan Do Jin.
Ha Na menyarankan Dong Goo untuk segera minta maaf pada Do Jin. Bukankah ini kesalahan Dong Goo yang sudah memukul Do Jin. Dong Goo jelas tak sudi minta maaf pada Do Jin, ia tak akan minta maaf.
Ha Na : “Kalau begitu, apa kau mau pindah sekolah seperti yang dibilang guru? Cepat minta maaf dan akhiri semuanya. Kau tak bisa membiarkan nenek itu melakukannya padamu.”
Dong Goo meninggikan suara tak mau minta maaf pada Do Jin. Ia bahkan tak jadi masuk sekolah dan pergi dari sana. Ha Na berteriak, “Apa kau mau bolos sekolah? Bukankah kau sudah janji!” Dong Goo tak peduli ia tetap pergi. Do Jin heran, “Kau bilang Oh Dong Goo akan menepati janjinya.”
Di kelas, Ha Na menoleh ke tempat duduk Dong Goo yang kosong. Ia menilai Dong Goo itu sungguh pengecut. Seo Hyun juga menoleh ke tempat duduk Dong Goo yang kosong. Tapi pandangannya kemudian tertuju ke In Bo yang terlihat menuju loker.
In Bo diam-diam menaruh kertas ke salah satu loker. Ia menoleh gugup ke arah Do Jin yang tersenyum menatapnya. Itu lokernya Kim Do Jin. Seo Hyun yang melihat itu curiga.
Tepat saat bel berbunyi Guru Ma sudah masuk ke kelas. Ia melihat kursi Dong Goo kosong. Ia sudah menduga kalau ini akan terjadi, tapi ternyata Dong Goo sudah pergi lebih awal bahkan sebelum proses pindah dilaksanakan. Ia tak peduli, Dong Goo mau hadir atau tidak, toh dia akan pindah sekolah.
Guru Ma mengatakan pada siswanya kalau mulai sekarang anak-anak kembali akan mengadakan tes. Tapi tidak ada tugas piket untuk hukumannya. Tes pun berlangsung.
Usai tes Guru Ma memerintahkan Do Jin untuk ikut dengannya ke ruang guru memeriksa lembar jawaban anak-anak. Ha Na heran kenapa Guru Ma menyuruh orang lain memeriksa lembar jawaban. Ia tak mengerti apa maksudnya.
Di ruang guru, Do Jin memeriksa lembar jawaban. Sementara Guru Ma sibuk dengan tugas-tugasnya. Guru Yang menyampaikan pada Guru Ma kalau mereka ada rapat guru kelas. Sebelum pergi Guru Ma meminta Do Jin untuk memeriksa lembar jawaban dengan teliti.
Do Jin pun mengoreksi lembar jawaban dan memberikan nilai sesuka hatinya tanpa sepengetahuan Guru Ma. Ada lembar jawaban seseorang yang ia beri nilai 95.
Di kelas Do Jin membagikan hasil tes tadi. Ia juga menyebutkan perolehan nilai mereka. Kim Seo Hyun, Kim Do Jin mendapatkan nilai 100. Son In Bo mendapatkan nilai 95. Guru Ma diam tapi ia merasa itu aneh, karena ia tahu kemampuan In Bo.
In Bo yang terkejut mendapatkan nilai 95 gugup menerimanya. Ia sendiri heran mendapatkan nilai tinggi melebihi Tae Sung.
Guru Goo sepertinya meminta bantuan pada Ha Na untuk membawakan sesuatu. Tapi ia tak menemukan benda yang ia cari. Ia pun akan mencari di tempat lain, ia meminta Ha Na menunggu sebentar. Tapi cerobohnya ia menjatuhkan buku-buku yang ada di mejanya. Ha Na membantu membereskannya.
Ketika sedang membereskan buku tanpa sengaja Ha Na mendengar pembicaraan Guru Yang dan Justin. Ia mendengar kedua guru itu membicarakan si anak baru yang dari Kanada, Kim Do Jin. Justin mengatakan kalau kemarin ia bertemu temannya yang dari Kanada. “Siswa yang membuat temannya dikucilkan dan dia memukulnya beberapa kali karena tak mendengarkannya.”
Guru Yang tak percaya, benarkah? Justin menilai itu pasti peristiwa yang sangat besar bahkan peristiwa ini masuk ke koran.
Do Jin cs dan Soo Jin cs berada di bioskop haha. Mereka berenam ngumpul bareng. Do Jin pun mulai bicara, “Bukankah sekarang waktunya kita bergerak?” ajak Do Jin. Jung Soo dan Han Gook tak mengerti apa maksudnya.
Do Jin : Il-Gin club (kelompok yang mengucilkan teman)
Ga Eul mengatakan kalau mereka tak punya grup itu. Do Jin menegaskan itu sebabnya mereka harus membentuknya. Mereka harus mulai mendaftar namanya dari awal dan menemui senior-senior supaya wajah mereka dikenal, kita akan terkenal di SMP.
Soo Jin tak sependapat. “Tidak, kita tak melakukan hal semacam itu.” Do Jin tampak kecewa ajakan ditolak mentah-mentah.
Wajah Ji Min berubah sedih, “Tapi apa Oh Dong Goo sungguh akan dipindahkan?”
Han Gook : “Kudengar guru Ma tidak merubah keputusannya meski korban telah memintanya. Apa gunanya nenek sihir disebut nenek sihir?” (huweee kapan mintanya situ aja yang ga tahu kalau Do Jin belum minta ke Guru Ma supaya menangguhkan kepindahan Dong Goo haha)
Jung Soo mengeluh, “Apa mungkin ini salahku? Aku menyesal karena tak peduli dengan tugas piket.”
Ga Eul : “Setelah Shim Ha Na, aku lebih merasa kasihan pada Dong Goo.”
Soo Jin : “Akan membosankan kalau tak ada Oh Dong Goo.”
Do Jin tak habis pikir kenapa teman-temannya ini berubah. Soo Jin mengatakan kalau kelas mereka sudah mengalami yang namanya masa sulit. “Sekarang di kelas kita, tak ada hal seperti pengucilan ataupun Il-gin.”
Mereka membenarkan dan bertanya film apa yang akan mereka tonton nanti. Do Jin menatap jengkel teman-teman yang tak setuju dengan rencananya.
Do Jin yang marah melampiaskan kemarahnnya pada In Bo. Di ruang olahraga ia melempari In Bo dengan bola basket beberapa kali. In Bo pun beberapa kali terkena lemparan bola di tubuhnya. In Bo tak mengerti kenapa Do Jin melakukan ini padanya, bukankah ia sudah membantu Do Jin mengerjakan PR.
Suasana hati Do Jin yang buruk benar-benar ia lampiaskan pada In Bo, “Aku sudah menaikan nilaimu. Hari ini perasaanku sangat buruk.” Ucapnya sambil terus melempar bola basket ke tubuh In Bo.
Bo Mi meminta Dong Goo menemuinya disuatu tempat. Dong Goo langsung bertanya cemas, mana Ha Na, apa dia terluka. Bo Mi tersenyum ia tahu kalau Dong Goo mengabaikan sms Ha Na tapi sekarang Dong Goo menanggapi sms darinya yang mengabarkan kalau Ha Na terluka. (huwaaaa jurusnya Bo Mi biar Dong Goo keluar haha)
Keduanya pun bicara, Bo Mi berkata ketika Guru Ma pertama kali menceritakan tentang keluarga Dong Goo, ia berpikir kalau Dong Goo itu orang yang aneh. “Aku pikir kau memiliki situasi yang sama denganku. Tidak, kukira kau lebih buruk dariku, tapi aku meredup dan kau bersinar. Kau tahu aku tak menyukaimu, kan?”
Dong Goo menarik nafas panjang.
Bo Mi : “Aku membencimu ketika kau di samping Ha Na. Ha Na harus bertemu dengan orang yang lebih baik. Tapi orang itu bukan Kim Do Jin. Bagaimana pun aku tak menyukaimu tapi aku percaya padamu. Aku tahu kau tak akan melakukan hal buruk padanya dan juga, kau tak akan meninggalkan Ha Na. Kau memukul Kim Do Jin, itu karena Ha Na, kan? Itu sebabnya kau tak bisa mengatakan alasannya. Kalau bukan karena itu, kau pasti akan memohon-mohon untuk tidak dipindahkan. Kalau kita mau melawan Guru Ma maka sampai hari kelulusan aku ingin kau tetap di samping Ha Na.”
Dong Goo diam mendengarkan ucapan Bo Mi yang panjang lebar.
Ha Na dan Bo Mi berada di kamar. Ha Na bertanya-tanya apa Kim Do Jin itu benar-benar pembuat masalah. Bo Mi heran apa sekarang Ha Na tak mengkhawatirkan Dong Goo lagi. Ha Na yang kesal meminta Bo Mi melupakan itu, Dong Goo sudah bolos sekolah seperti pengecut.
Bo Mi merasa kalau Dong Goo mungkin sedang menunggu Ha Na. Ha Na yang kesal heran, kenapa Dong Goo menunggunya, “Dia bilang tak peduli kalau dipindahkan, apa susahnya sih minta maaf?”
Bo Mi menilai kalau saat ini Dong Goo berada dalam situasi yang sulit. “Ketika kau berada dalam situasi sulit Dong Goo selalu di sampingmu. Hubungan apa kau dengan Kim Do Jin dan kenapa kau selalu mengkhawatirkannya, aku tak peduli itu. Tapi, alasan Dong Goo seperti ini mungkin karena dirimu.”
Dong Goo berada di tepi sungai, tempat biasa ia bermain. Ia duduk lemas ditemani boneka kesayangannya, Miss Rosa. “Tidak apa-apa ya Miss Rosa. Seperti dulu mari kita hidup enak bersama-sama.”
Dong Goo yang kesepian dan hanya ditemani bonekanya kembali menarik nafas lemas mengingat ketika Ha Na berusaha mati-matian mencari Miss Rosa di sungai.
“Aku tahu kau disini!” ucap Ha Na tiba-tiba datang. Dong Goo menoleh dan terkejut Ha Na datang menemuinya.
Keduanya pun duduk bersama di bangku dibawah jembatan. Ha Na memainkan boneka Miss Rosa. Ia bertanya apa Dong Goo benar-benar tak mau memberitahukan yang sebenarnya. Dong Goo berkata bahwa tak ada yang bisa ia katakan pada Ha Na.
Ha Na pun bicara pada Miss Rosa, “Miss Rosa ada apa dengan Oh Dong Goo? Teman-teman menunggu Oh Dong Goo kembali tapi sepertinya sulit sekali untuk minta maaf. Guru Ma bilang itu karena dia jahat tapi aku tahu Oh Dong Goo tidak akan memukul seseorang tanpa alasan. Biasanya dia melakukan hal yang menyedihkan tapi kurasa dia teman yang baik. Saat aku kesulitan dia selalu ada dan aku sangat berterima kasih. Saat Oh Dong Goo kesulitan, aku juga ingin ada untuknya. Tapi anak ini, kalau dia pindah sekolah aku tak bisa melakukan itu. Aku berharap Oh Dong Goo akan kembali. Lalu kita membuat proyek kelulusan bersama-sama dan aku berharap fotonya ada di album kelulusan. Kuharap dia akan menjadi bagian kenangan teman-teman. Dia berjanji tak akan membolos sekolah sampai lulus tapi dia tidak mendengarkanku. Jadi Miss Rosa tolong katakan padanya ya!”
Ha Na menyerahkan kembali boneka itu pada pemiliknya. Dong Goo terdiam meresapi ucapan Ha Na yang disampaikan pada Miss Rosa teruntuk dirinya.
Bersambung ke part 2
Setelah mengalami berbagai kejadian di semester 1 anak-anak sudah terlihat dewasa dan tak mau lagi terlibat dengan yang namanya pengucilan. Do Jin yang kecewa usulnya ditolak mentah-mentah melampiaskan kemarahannnya pada In Bo, huwaaaa kasihan si In Bo. Do Jin pas nerima telepon dari ibunya seneng banget tuh, ia merasa bener-bener diperhatikan. Dan Do Jin lagi-lagi menaikkan nilai pelajarannya In Bo tapi jelas banget kalau Guru Ma tahu itu. Dia tahu donk kemampuan siswanya dalam menyerap mata pelajaran.
Ok sinopsisnya agak lama ya, maklum selama bulan puasa ini di sekolah lagi banyak tugas jadi saya sedikit repot. Tapi pasti kok untuk The Queen’s Classroom akan selesai sampai tamat. Saking terlanjur cintanya saya bela-belain nulis drama ini bahkan dramanya Kim Jae Won pun belum saya tulis dan terancam ga jadi nulis. Hahaha... Benar-benar saya fokus di QC.
Untuk yang ingin tahu drama ini sudah tayang berapa episode. Bagi yang belum nonton saya kasih tahu drama ini sudah tayang sampai episode 14, berarti tinggal 2 episode lagi. Huwaaaa kok cepet banget ya sebentar lagi tamat donk dan itu artinya kita sudah tidak bisa lagi melihat tingkah anak kelas 6-3. Semoga di episode terakhir diceritakan masa lalu Guru Ma, sama seperti di doramanya.
Oh iya bagi yang bertanya kok nama Kang Chan Hee di awal ga ada dalam jajaran cast. Konsep awal drama ini kan di kelas 6-3 itu hanya ada 24 anak. Dengan kedatangan Do Jin berubah jadi 25 anak. Biasa lah namanya juga drama, konsep awal bisa berubah. Sama seperti karakter Kim Eun Hee (Ibunya Colin) di A Gentleman’s Dignity dimana konsep awal Eun Hee diceritakan sudah meninggal tapi ternyata konsepnya dirubah, dia masih hidup dan muncul lagi. Ya namanya juga drama haha.
hahhaha...keren unnie
ReplyDeleteterima kasih sudah sempatin waktunya untuk buat sinopsis :)
ReplyDeletelanjut terus yeah mbak.....Semangat!
tasya
epi 14 bikin terharu....ga sabar apa yang akan terjadi pada guru ma..
ReplyDeleteS̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥ buat mb anis walau sibuk tp masih sempet bikin sinop buat qt.....
ReplyDeletekeren bgt. .
ReplyDeleteDitnggu kelanjtnya mb anis.
Bomi kata"nya keren banget ya .
ReplyDeleteDo jin kejem banget, kurang perhatian kali makanya jadi baegitu .
Huaaa ditunggu part 2 nya :)
Daebakkk :D
ReplyDeletelanjutt yaa
di tunggu sampai eps terakhir
fighting eonnie !! :)
Entah kenapa, seneng bgt pas temen2 yg lain nolak ajakan Do Jin untuk bikin grup pengucilan. Tanpa mreka sadarin, mreka udah berubah menjadi lebik baik. *duh bahasanya kok agak baku ya* dan itu smua ga lepas dr peran Guru Ma pastinya.
ReplyDeleteJd penasaran sama versi doramanya, tp ntar deh, nunggu yg ini tamat dulu. Biar puas nontonnya *ga pake banding2in*, hehe
Tinggal dikit lg mba Anis, fighting!
Dita
Fighting eonnie,,,
ReplyDeleteDi tunggu part 2nya. Makin seru aja.
Ayya
Keren, aku tunggu selanjutnya >< Do Jin jahat banget. In Bo kasihan :'( sebenarnya Do Jin suka ama Ha Na atau enggak sih?
ReplyDeleteAwalnya baca sinopsis ini krna suka ma Shim Ha Na,,,
ReplyDeleteeh gk twx keterusan deh smpe disini wlo pun dah liat episode 13 ma 14 hehehehehehe,,,
Semangat mbak anis nulis sinopnya, fighting!!!
ReplyDelete