Park Gi Chul menemui Hae Joo, ia berlutut mengaku salah. “Akulah yang membuatmu seperti ini. Akulah yang membunuh ayahmu, Chun Hong Chul.”
Hae Joo tersentak kaget mendengar pengakuan Gi Chul tiba-tiba kakinya lemas tak kuat berdiri. Tubuhnya gemetaran, “Apa kau bilang?” Tanpa terasa air mata Hae Joo menetes, “Apa yang baru saja kau katakan?”
Hae Joo tersentak kaget mendengar pengakuan Gi Chul tiba-tiba kakinya lemas tak kuat berdiri. Tubuhnya gemetaran, “Apa kau bilang?” Tanpa terasa air mata Hae Joo menetes, “Apa yang baru saja kau katakan?”
Gi Chul menangis mengatakan kalau ia menabrak ayah Hae Joo dengan mobilnya hingga membuat ayah Hae Joo meninggal. Mata Hae Joo membesar ternyata yang menabrak ayahnya adalah Park Gi Chul.
Gi Chul mengatakan kalau ia tak punya pilihan. Ketika itu ayah Hae Joo sudah mengetahui kebenaran kalau Hae Joo putri kandung Geum Hee dan saat itu Hong Chul akan membawa Hae Joo ke Geum Hee. Tapi pada saat itu Presdir Jang bilang kalau kebenaran terbongkar, Presdir Jang akan membunuh Chang Hee. Karena itulah ia melakukannya.
Jadi tenyata karena itu Gi Chul menabrak ayahnya. Gi Chul kembali mengatakan kalau ia tak punya pilihan lain. Tapi waktu itu ia tak sanggup melakukannya, begitu ia membanting setir tiba-tiba Hae Joo datang dengan sepeda. Ia berusaha menghindari Hae Joo dan tanpa sadar ia sudah menabrak Hong Chul. Gi Chul menyalahkan Presdir Jang atas semuanya, ia minta maaf pada Hae Joo.
Tidak. Hae Joo tentu saja tak bisa menerima permintaan maaf ini begitu mudah. Jangan menggunakan orang itu sebagai alasan. “Ahjussi apa bedanya kau dengan Jang Do Hyun? Kau membunuh orang dan berbohong padaku. Dan kau adalah orang yang mau menjualku. Apa kau tahu orang seperti apa ayah bagiku?”
Hae Joo berkata kalau Gi Chul sudah membunuh orang dan masa tenggang untuk pemeriksaan kasus sudah berakhir, tak bisa dibuka lagi dan sekarang Gi Chul meminta maaf padanya. Apa dengan permintaan maaf, Gi Chul bisa menyelesaikan semuanya. “Apa bedanya Ahjussi dengan Jang Do Hyun?”
Hae Joo yang menangis marah memukul-mukul dan mendorong tubuh Gi Chul. Hae Joo tak sudi melihat wajah Gi Chul. Ia mengusir Gi Chul keluar dari pabriknya. Ia membentak mengusir Gi Chul yang menagis terus meminta maaf.
Hae Joo yang menangis marah memukul-mukul dan mendorong tubuh Gi Chul. Hae Joo tak sudi melihat wajah Gi Chul. Ia mengusir Gi Chul keluar dari pabriknya. Ia membentak mengusir Gi Chul yang menagis terus meminta maaf.
Karena mendengar teriakan Hae Joo, San masuk ke kantor menayakan apa yang terjadi. Hae Joo meminta San mengusir Gi Chul pergi. Ia tak sudi melihat wajah orang ini. “Dia bilang, dia yang membunuh ayahku. Tolong usir orang ini dari sini!”
Gi Chul yang masih menangis mengerti. Ia akan segera keluar dan sekali lagi ia minta maaf.
Hae Joo yang menangis terduduk lemas atas apa yang baru ia ketahui. San yang khawatir turut sedih melihatnya.
Gi Chul keluar dari kantor pabrik Hae Joo dengan wajah penuh linangan air mata. Ia lega sudah mengatakan kebenaran ini pada Hae Joo.
Hae Joo berada di tebing tempat ia menabur abu ayahnya, disana ia menangis. Ia mengingat kebersamaannya dengan Hong Chul.
Ketika itu Hae Joo menutup mata ayahnya dan meminta menebak siapa dia. Hong Chul menjawab kalau ini adalah putrinya yang paling cantik di dunia. Hae Joo memberi tahu ayahnya kalau ia baru saja pergi melihat perusahaan kapal.
Keduanya duduk berhadapan, Hong Chul kemudian memeluk putrinya. Hae Joo heran kenapa tiba-tiba ayahnya bersikap begini. Hong Chul mengaku kalau ia sudah bersalah pada Hae Joo. Hae Joo tak mengerti kenapa ayahnya mengaku salah, memangnya apa yang ayahnya lakukan padanya. Hong Cchul menggeleng meminta Hae Joo melupakan saja.
Hong Chul : “Kau adalah putri yang paling kucintai di dunia ini dan aku tak akan berpisah denganmu hingga aku mati.”
Hae Joo berkata kalau ia juga begitu, ia akan hidup dengan Hong Chul selamanya. Hong Chul memeluk Hae Joo semakin erat.
Hong Chul : “Kau adalah putri yang paling kucintai di dunia ini dan aku tak akan berpisah denganmu hingga aku mati.”
Hae Joo berkata kalau ia juga begitu, ia akan hidup dengan Hong Chul selamanya. Hong Chul memeluk Hae Joo semakin erat.
Mengingat kenangan itu membuat air mata Hae Joo terus berlinang. Ada seseorang datang, Chang Hee. Ternyata Hae Joo yang sengaja memanggil Chang Hee untuk menemuinya. Chang Hee menanyakan kenapa Hae Joo ingin bertemu dengannya.
Hae Joo bertanya apa Chang Hee selama ini sudah tahu kalau ayah Chang Hee lah yang membuat ayahnya meninggal. Chang Hee tak menjawab ia malah bertanya apa ayahnya menemui Hae Joo.
“Jawab pertanyaanku!” Hae Joo meninggikan suara sambil menangis, “Selama ini kau sudah tahu kan?” Chang Hee membenarkan. Hae Joo tak menyangka ternyata selama ini Chang Hee sudah tahu tapi kenapa malah membuatnya menderita. “Apa membuat ayahku meninggal tidak cukup, kau bahkan menamparku dan memecatku. Kau juga mencuri azimuth thruster, dan merampas perusahaan San. Kau bahkan merusak presentasi kami.”
Hae Joo tak mengerti bagaimana keduanya bisa menjadi seperti musuh, apa kesalahannya pada Chang Hee. Meskipun begitu, ia masih merasa bersalah ketika Chang Hee masih bersamanya. Ia selalu berharap kalau Chang Hee akan sukses dan bahagia. Tapi sekarang semua orang kaya itu sama saja. “Kenapa kau seperti itu padaku dan ayahku? Katakan padaku, kenapa kau melakukan semua itu? tolong katakan padaku!” Chang Hee diam tak tahu harus mengatakannya apa.
“Jawab pertanyaanku!” Hae Joo meninggikan suara sambil menangis, “Selama ini kau sudah tahu kan?” Chang Hee membenarkan. Hae Joo tak menyangka ternyata selama ini Chang Hee sudah tahu tapi kenapa malah membuatnya menderita. “Apa membuat ayahku meninggal tidak cukup, kau bahkan menamparku dan memecatku. Kau juga mencuri azimuth thruster, dan merampas perusahaan San. Kau bahkan merusak presentasi kami.”
Hae Joo tak mengerti bagaimana keduanya bisa menjadi seperti musuh, apa kesalahannya pada Chang Hee. Meskipun begitu, ia masih merasa bersalah ketika Chang Hee masih bersamanya. Ia selalu berharap kalau Chang Hee akan sukses dan bahagia. Tapi sekarang semua orang kaya itu sama saja. “Kenapa kau seperti itu padaku dan ayahku? Katakan padaku, kenapa kau melakukan semua itu? tolong katakan padaku!” Chang Hee diam tak tahu harus mengatakannya apa.
Hae Joo berkata kalau ia tak akan memaafkan semua yang sudah membuatnya seperti ini. Chang Hee, Park Gi Chul dan juga Presdir Jang, “Aku tak akan pernah memaafkan kalian!” Dengan penuh kebencian Hae Joo berkata kalau mereka semua adalah iblis, Chang Hee pun sama seperti Jang Do Hyun. Mulai hari ini dan seterusnnya, ia akan menghapus nama Chang Hee dari hidupnya. “Seberapa besar kau menyakitiku, aku akan mengambilnya kembali. Kau ingat itu.”
Hae Joo berbalik badan kembali menatap laut. Chang Hee mengerti perasaan Hae Joo, tanpa berkata-kata lagi ia pun meninggalkan Hae Joo sendirian disana. Hae Joo menangis dan menguatkan dirnya kalau ia akan mampu melewati semua ini.
Hae Joo berbalik badan kembali menatap laut. Chang Hee mengerti perasaan Hae Joo, tanpa berkata-kata lagi ia pun meninggalkan Hae Joo sendirian disana. Hae Joo menangis dan menguatkan dirnya kalau ia akan mampu melewati semua ini.
Dari kejauhan Chang Hee berbalik menatap Hae Joo yang masih berdiri di tebing memandang laut. Matanya berkaca-kaca, tak lama kemudian ia pun meninggalkan tempat itu.
Presdir Jang dan Chang Hee makan bersama di restouran. Chang Hee terkejut mendengar dari Presdir Jang, kalau Sek Choi lah yang membunuh Presdir Kang Dae Pyung,” kakek San.
Presdir Jang mengatakan kalau Sek Choi itu orang yang terlalu setia. Ia tak pernah menyuruh Sek Choi melakukan itu. Chang Hee menduga pasti ada alasan kenapa Sek Choi melakukan itu. Presdir Jang memberi tahu kalau dulu, putra Kakek Kang meninggal karena kecelakaan di Jepang.
Chang Hee bertanya kecelakaan apa, Presdir Jang menjawab kalau itu kecelakaan mabil biasa tapi kakek Kang mempercayai kalau itu perbuatannya jadi kakek berusaha untuk mengusut kasus itu. Sek Choi mengetahui hal itu dan ternyata membereskan Kakek Kang.
Chang Hee bertanya kecelakaan apa, Presdir Jang menjawab kalau itu kecelakaan mabil biasa tapi kakek Kang mempercayai kalau itu perbuatannya jadi kakek berusaha untuk mengusut kasus itu. Sek Choi mengetahui hal itu dan ternyata membereskan Kakek Kang.
Chang Hee merasa ini tak masuk akal kenapa sebuah kecelakaan mobil biasa bisa menyebabkan orang melakukan pembunuhan. Presdir Jang meminta Chang Hee jangan menunjukan sisi Chang Hee sebagai jaksa di depannya. Ia meyakinkan kalau dirinya tak ada hubungannya dengan kejadian itu. (ah bohong)
Presdir Jang mengatakan kalau pertistiwa itu terjadi karena hak eksplorasi (pengeboran) minyak. Ayahnya Kang San memiliki impian yang sama dengannya, ingin melakukan eksplorasi minyak.
Presdir Jang kemudian berkata kalau sekarang Chang Hee adalah satu-satunya orang yang bisa ia percaya. Ia tak mempercayai putranya Il Moon, karena sudah melaporkannya ke kejaksaan. Mulai sekarang Chang Hee adalah putra dan pewarisnya. “Kau pintar dan memiliki sifat yang sama denganku.”
Presdir Jang berkata di hari ketika ia mewujudkan impiannya, bisnis ini kelak akan menjadi milik Chang Hee. Tapi sampai saat itu tiba Chang Hee harus percaya padanya dan lakukan apa yang ia perintahkan.
Presdir Jang berkata di hari ketika ia mewujudkan impiannya, bisnis ini kelak akan menjadi milik Chang Hee. Tapi sampai saat itu tiba Chang Hee harus percaya padanya dan lakukan apa yang ia perintahkan.
Chang Hee mengerti. Ia masih memanggil Presdir Jang dengan sebutan Presdir tapi sekarang Presdir Jang menyuruh memanggilnya ayah. Keduanya bersulang.
(wow Chang Hee kau mendapat kepercayaan penuh dari Presdir Jang. Apa yang akan dilakukan Chang Hee ya setelah mendapat kepercayan kayak gini)
(wow Chang Hee kau mendapat kepercayaan penuh dari Presdir Jang. Apa yang akan dilakukan Chang Hee ya setelah mendapat kepercayan kayak gini)
Jung Woo menginterogasi Sek Choi. Ia menanyakan apa Presdir Jang yang menyuruh Sek Choi melakukan penculikan terhadap Hae Joo. Sek Choi mengatakan kalau ini ia lakukan atas kemauan sendiri. Ia tak menerima perintah dari siapapun.
Jung Woo mengatakan selain penculikan terhadap Hae Joo, Sek Choi juga didakwa atas pembunuhan Presdir Kang Dae Pyung. Ia menanyakan alasan kenapa Sek Choi melakukannya. Sek Choi tertawa santai pura-pura tak mengerti maksud Jung Woo.
“Jadi apa kau mau mengelak atas kasus pembunuhan?” Tanya Jung Woo. Jung Woo menunjukan gambar mobil Sek Choi yang tertangkap kamera CCTV. Ia juga menunjukan bukti ponsel milik Sek Choi.
Sek Choi kembali tertawa santai memangnya kenapa kalau mobilnya tertangkap kamera CCTV.
Jung Woo kembali mengatakan kalau di lokasi kejadian kakek Kang terbunuh, mobil Sek Choi tertangkap kamera CCTV dan panggilan ponsel yang Sek Choi gunakan setelah kakek Kang terbunuh terlacak di sekitar pabrik. Dengan nada tinggi Jung Woo mengatakan kalau ada saksi mata yang melihat mobil Sek Choi di TKP. Apa Sek Choi masih mau menyangkal bentak Jung Woo.
Sek Choi menyangkal kalau hal itu tak pernah terjadi. Jung Woo membantak kalau semua bukti ada disini. Sek Choi ikut membentak, apa ia dituduh sebagai pembunuh hanya karena ia berada disana. Ketika ia lewat daerah itu ia bisa saja sedang menelpon. Bukankah pelacak ponsel itu mencakup area yang luas. Jadi apa ada yang membuktikan kalau ia ada di pabrik. Kalau benar Jung Woo memiliki saksi, ia ingin lihat siapa saksi itu. Apa dia benar-benar melihatnya di pabrik.
Jung Woo yang sudah tahu latar belakang keluarga Sek Choi mengatakan kalau ayah Sek Choi adalah seorang anggota badan Intelejen Nasional Jepang bawahan Jang Do Hyun. Ia tahu setelah ayah Sek Choi meninggal, Jang Do Hyun lah yang membesarkan dan menempatkan Sek Choi di Cheon Ji. “Apa kau melakukan ini untuk melindunginya?” Sek Choi berkata kalau Presdir Jang tak ada urusannya dengan masalah ini.
Jung Woo membentak, “Kalau begitu kenapa kau membunuh Presdir Kang?” Sek Choi ikut membentak, “Aku tak pernah membunuhnya!”
Jung Woo membentak, “Kalau begitu kenapa kau membunuh Presdir Kang?” Sek Choi ikut membentak, “Aku tak pernah membunuhnya!”
Jung Woo menunjukan foto plat nomor mobil yang tersimpan di ponsel Sek Choi. “Lalu kenapa kau mengirim ini pada Hae Joo?” Sek Choi tampak was-was, bingung harus menyangkal bagaimana lagi. Jung Woo mengatakan kalau ponsel Sek Choi menyimpan foto ini, apa alasan Sek Choi mengirim foto ini pada Hae Joo.
Sek Choi mengalihkan pandangan tak menatap Jung Woo karena sepertinya ia tak memiliki alasan untuk menyangkalnya. Jung Woo tertawa, ia merasa kalau Sek Choi sedang latihan menggunakan hak seorang terdakwa untuk tetap diam.
Jung Woo kembali ke ruangannya dan terkejut melihat San dan Hae Joo sudah ada di ruangan menunggunya. Jung Woo menayakan keperluan keduanya.
San mendengar kalau Jung Woo berhasil menangkap Sek Choi. Jung Woo berkata kalau Sek Choi mengaku telah melakukan penculikan tapi dia tak mengakui kasus pembunuhan kakek Kang. Jung Woo menilai Sek Choi ini benar-benar orang yang licik.
San mendengar kalau Jung Woo berhasil menangkap Sek Choi. Jung Woo berkata kalau Sek Choi mengaku telah melakukan penculikan tapi dia tak mengakui kasus pembunuhan kakek Kang. Jung Woo menilai Sek Choi ini benar-benar orang yang licik.
Hae Joo memberi tahu kalau Park Gi Chul menemuinya. Dia memberi tahu kalau Gi Chul lah yang telah membunuh ayahnya. Jung Woo kaget, apa itu benar, apa Chang Hee tahu tentang ini. Hae Joo mengangguk mengiyakan.
Chang Hee manilai tindakan ayahnya mengatakan hal sebenarnya pada Hae Joo adalah tindakan gila. Bagaimana mungkin ayahnya mengungkapkan semuanya pada Hae Joo. Gi Chul berkata kalau ia sudah lama sekali ingin melakukannya, ia harus mengeluarkan rasa bersalah yang telah membunuhnya.
Chang Hee tak habis pikir apa ayahnya tak peduli pada akibat yang akan terjadi nanti. Karena Hae Joo adalah putrinya, maka Geum Hee tentu saja akan mendengar ini. Bahkan Jung Woo juga akan mencari tahu tentang ini. Dan lagi, kalau Presdir Jang mendengar ini apa ayahnya bisa mengatasinya, bukankah ayahnya bilang mau balas dendam.
Chang Hee tak habis pikir apa ayahnya tak peduli pada akibat yang akan terjadi nanti. Karena Hae Joo adalah putrinya, maka Geum Hee tentu saja akan mendengar ini. Bahkan Jung Woo juga akan mencari tahu tentang ini. Dan lagi, kalau Presdir Jang mendengar ini apa ayahnya bisa mengatasinya, bukankah ayahnya bilang mau balas dendam.
Gi Chul berkata kalau ia melakukan ini supaya Nyonya mendengarnya. Bukankah Chang Hee sendiri yang bilang kalau orang yang paling penting bagi Presdir Jang adalah Geum Hee. Ia akan segera menemui Geum Hee. Ia akan menemuinya dan memberi tahu kalau Jang Do Hyun lah yang membunuh Hak Soo.
Gi Chul menilai kalau Jang Do Hyun itu tak bisa dikalahkan oleh 1 orang. Chang Hee, Hae Joo, Geum Hee dan Jung Woo (San Oppa juga donk). Semuanya harus saling membantu untuk menyerang Jang Do Hyun supaya dia hancur. Jangan menghentikannya, apapun yang terjadi padanya, ia akan mengakhiri orang itu.
Gi Chul menilai kalau Jang Do Hyun itu tak bisa dikalahkan oleh 1 orang. Chang Hee, Hae Joo, Geum Hee dan Jung Woo (San Oppa juga donk). Semuanya harus saling membantu untuk menyerang Jang Do Hyun supaya dia hancur. Jangan menghentikannya, apapun yang terjadi padanya, ia akan mengakhiri orang itu.
Pelayan menyiapkan makan malam untuk Presdir Jang. presdir Jang makan malam seorang diri. Ia menatap kursi kosong di depannya. Ia merasakan kesepian dan membayangkan ia makan bersama keluarganya yang penuh senyuman dan canda tawa. Ia pun jadi malas makan.
Il Moon berkeliaran di jalan tak punya tujuan. Ia berada di warung penjual makanan. Ia mencoba makanan dengan lahap. Ia melihat si empu warung, begitu si ahjumma lengah Il Moon kabur.
“Hei pencuri!” teriak si ahjumma penjual mengejar Il Moon. Sial bagi Il Moon, ketika ia ingin kabur ia malah menabrak siswi yang baru pulang sekolah. Kedua siswi tersebut membantu si ahjumma menangkap Il Moon. Salah satu siswi menyahut kalau di kelasnya ia diberi tahu untuk tidak menolong pencuri.
Si ahjumma marah, ia melihat tampang Il Moon yang terlihat seperti pria baik-baik tapi kenapa malah nyolong makanan. Ia menjitak kepala Il Moon. Il Moon tak terima kenapa si ahjumma ini memukulnya, ia akan membayarnya. “Meskipun aku terlihat seperti ini. Aku ini tadinya Presdir Cheon Ji.”
Ahjumma tertawa dan menebak apa Choen Ji itu sebuah bank dengan makanan gratis. Il Moon heran apa ahjumma ini tak tahu apa itu perusahaan Cheon Ji. Ahjumma ga mau tahu pokonya Il Moon harus membayar makanan yang tadi dimakan.
Il Moon bilang kalau sekarang ia tak punya uang.
Ahjumma itu pun menyuruh Il Moon melepas baju. Baju mewah yang dipakai Il Moon dan juga sepatu, ia minta Il Moon melepasnya. Il Moon dengan kesal menyerahkan pakaiannya.
Ahjumma itu pun menyuruh Il Moon melepas baju. Baju mewah yang dipakai Il Moon dan juga sepatu, ia minta Il Moon melepasnya. Il Moon dengan kesal menyerahkan pakaiannya.
Il Moon jongkok kedingainan di depan rumah Hae Joo. Young Joo sampai disana dan melihat Il Moon. Il Moon dengan tampang udah kayak pengemis menghampiri Young Joo.
Young Joo mencibir, ia sudah mendengar kalau Park Chang Hee sudah menjadi Presdir Cheon Ji dan sekarang Il Moon menjadi seorang pecundang hanya dalam hitungan detik saja.
“Young Joo, aku benar-benar merindukanmu!” ucap Il Moon seperti memohon belas kasihan.
“Young Joo, aku benar-benar merindukanmu!” ucap Il Moon seperti memohon belas kasihan.
Omo, kenapa tiba-tiba ahjussi ini ingin menempel padanya, apa kau ini bodoh. Il Moon meraih tangan Young Joo dan menggenggamnya. Ia mengatakan kalau ia dan Young Joo memiliki ikatan.
Young Joo menarik paksa tangannya, “Berani-beraninya kau menyentuhku?” Young Joo yang marah segera masuk rumah mengabaikan Il Moon. Tapi Il Moon menyusulnya.
Disana ada ibu dan Sang Tae yang tengah memilih-milih ikan teri. Ibu tanya siapa pria ini, ibu ga ngenalin nih karena emang tampang Il Moon lain dari baiasanya. Il Moon udah kayak gelandangan (tapi emang sekarang jadi gelandangan ya hehe)
Sang Tae langsung mengenalinya dan menyahut kalau ini si Il Moon. Mendengar nama Il Moon ibu marah, pantas saja wajah Il Moon tak asing baginya. Ibu mengambil sapu, “Berani-berannya kau datang kesini!”
Sang Tae langsung mengenalinya dan menyahut kalau ini si Il Moon. Mendengar nama Il Moon ibu marah, pantas saja wajah Il Moon tak asing baginya. Ibu mengambil sapu, “Berani-berannya kau datang kesini!”
Sang Tae yang marah menumpahkan ikan teri ke tubuh Il Moon. Il Moon langsung lari. Melihat itu Ibu marah kenapa Sang Tae menumpahkan ikan teri yang akan mereka jual. Sang Tae berkata ini karena Il Moon lebih buruk daripada ikan teri.
Tapi Young Joo membela kakaknya, rasanya menyenangkan sudah melakukan itu pada Il Moon. Ia berjanji akan membereskan ikan teri yang berserakan itu.
Pikiran Hae Joo jadi kacau akibat pengakuan Park Gi Chul. Ia berusaha melupakan itu dengan minum soju. San menemaninya, tapi menurutnya Hae Joo sudah keterlaluan minumnya. Ia pun menyuruh Hae Joo berhenti minum. Ia khawatir Hae Joo akan sakit perut kalau minum terlalu banyak.
Hae Joo berkata kalau San ini tak tahu bagaimana susahnya hidup yang ia jalani. Ibunya yang sekarang berbeda dengan ibu ketika ia kecil dulu. “Aku selalu dimarahi, lalu untuk menghibur diri aku melihat kapal yang kusuka.” Apa artinya sebuah keluarga dan bagaimana tentang hidup, orang yang mengajarinya semua itu adalah ayahnya.
Hae Joo menangis, bukankah San juga tahu dengan baik. Ketika ayahnya meninggal, ia berfikir kalau ia lah yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Ia hidup dengan perasaan bersalah. Tapi ternyata dibalik itu semua ada Jang Do Hyun, semuanya karena Dia. Dia yang membunuh kedua ayahnya. Ia tak akan pernah memaafkan orang itu, ia benar-benar tak akan memaafkan orang itu.
San mengerti bagaimana perasaan Hae Joo. Tapi seperti yang Samchoon katakan kalau masalah ini sudah tak bisa diatasi dengan cara hukum lagi karena batas waktunya sudah lewat.
Hae Joo tak peduli meskipun ini tak bisa diselesaikan dengan jalan hukum, ia akan melakukan cara apapun untuk membalaskan dendam ayahnya. Dengan kedua tangannya, ia akan membereskan Jang Do Hyun.
San pindah duduk dan menggenggam tangan Hae Joo. Ia ingin agar Hae Joo jangan menjadi orang seperti Jang Do Hyun yang membalas dendan dengan cara seperti itu. Hae Joo yang menangis berkata apa yang San tahu, sekarang ia ingin sekali mengejar dan mengakhiri hidup orang itu.
San bertanya apa Hae Joo pikir ia menyukai keadaan seperti ini karena ia bukan Hae Joo. Apa Hae Joo pikir ia juga tak merasakan hal yang sama. “Kita memiliki sesuatu yang berbeda dari dia, kita memiliki impian. Tapi kita menggunakan cara kita sendiri untuk mewujudkan impian kita. Berbeda dengan orang itu yang mencapai tujuannya dengan mengambil impian orang lain. Maka kita harus mencapai tujuan kita dengan kemampuan dan kerja keras kita.” Tak peduli apapun, San mengajak Hae Joo membuat alat bor-nya dan memberi Cheon Ji pelajaran. “Itu cara terbaik bagi kita untuk balas dendam.”
Hae Joo pun dengan penuh keyakinan berkeinginan kuat untuk membuat bor itu. “Dengan kedua tanganku, aku akan membuat kapal pengebor terbaik!”
San memapah Hae Joo yang mabuk. Ia khawatir apa Hae Joo baik-baik saja. Hae Joo menatap San dan tersenyum. Ia kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu San. San heran, kenapa ini?
Hae Joo berkata kalau yang namanya tak sendirian itu bagus. Seseorang yang berbagi pikiran sama dengannya, ia merasa senang apalagi orang itu adalah San. Ia awalnya berfikir kalau ia tak akan mampu bertahan jika sendirian. Tapi ia bersyukur orang seperti San ada di sampingnya.
Hae Joo hampir ambruk, San memeganginya. Tepat saat itu Ibu datang dan bertanya apa yang keduanya lakukan disini. San berkata kalau Hae Joo mabuk karena kebanyakan minum.
“Kau sedang tak mencoba mengambil keuntungan karena sudah membuatnya minum alkohol kan?” Tuduh ibu.
“Ya ampun Ibu, bagaimana kau bisa berkata begitu?” sahut San. “Bukankah ibu tahu betapa kuatnya dia. Kalau aku macam-macam aku bisa babak belur dibuatnya.” (haha)
Hae Joo melihat ibu dan segara memeluknya. Ibu heran sebenarnya apa yang terjadi, kenapa minum begitu banyak.
Sambil memeluk ibunya Hae Joo berkata kalau ibunya ini sudah banyak menderita. Ibunya juga pasti merindukan ayah.
Ibu makin heran kenapa tiba-tiba Hae Joo membicarakan ayah Hae Joo. “Kalau kau mabuk masuk ke dalam dan tidur!”
Hae Joo menitikan air mata. Ia merasa Ibunya ini sudah menggantikan tempat ayah. Ia berjanji kalau ia akan membuat ibunya bahagia. Jadi ia berharap ibu tak merasa kesepian. Ibu berkata ia sudah cukup bahagia kalau Hae Joo tak minum-minum seperti ini.
Ibu makin heran kenapa tiba-tiba Hae Joo membicarakan ayah Hae Joo. “Kalau kau mabuk masuk ke dalam dan tidur!”
Hae Joo menitikan air mata. Ia merasa Ibunya ini sudah menggantikan tempat ayah. Ia berjanji kalau ia akan membuat ibunya bahagia. Jadi ia berharap ibu tak merasa kesepian. Ibu berkata ia sudah cukup bahagia kalau Hae Joo tak minum-minum seperti ini.
Ibu mengomeli San, “Apa yang kau lakukan? cepat baringkan dia!”
San : “Dimana aku harus membaringkannya?”
Ibu : “Kenapa? Kalau kau mau membaringkan dia di kamarmu, cepat dapatkan uang dan beli rumah!”
San tertawa, “Tentu saja Bu, aku harus melakukannya. Sini sini.” (Hehe) San memapah Hae Joo ke kamar. Ibu menatapnya heran, kenapa tiba-tiba menyinggung tentang ayahnya yang sudah tak ada. Tapi ia senang karena suaminya sudah membawa Hae Joo ke tengah-tengah keluarganya.
San : “Dimana aku harus membaringkannya?”
Ibu : “Kenapa? Kalau kau mau membaringkan dia di kamarmu, cepat dapatkan uang dan beli rumah!”
San tertawa, “Tentu saja Bu, aku harus melakukannya. Sini sini.” (Hehe) San memapah Hae Joo ke kamar. Ibu menatapnya heran, kenapa tiba-tiba menyinggung tentang ayahnya yang sudah tak ada. Tapi ia senang karena suaminya sudah membawa Hae Joo ke tengah-tengah keluarganya.
San membaringkan Hae Joo di kamar. Ia menyelimuti Hae Joo yang sudah terlelap karena mabuk.
San duduk di samping Hae Joo menatapnya lekat-lekat, “Aku juga suka karena kau ada disini. Apa yang bisa kulakukan tanpamu!’ San mengusap lembut wajah Hae Joo.
Aish... tiba-tiba muncul pikiran nakalnya, ia melirik sekeliling. Perlahan-lahan San mendekatkan wajahnya ke wajah Hae Joo. Ia akan mengambil kesempatan untuk mencium disaat Hae Joo tidur hehe.
Ketika wajahnya semakin dekat dengan wajah Hae Joo, tiba-tiba.....
“Kenapa kau begitu lama membaringkannya?” tanya ibu dari luar kamar membuat jantung San hampir copot karena kaget.
San panik dan salah tingkah, “Ya ibu aku segera keluar!”
Aish gagal lagi hahaha. San melihat wajah Hae Joo yang tampak tertidur tenang.
Jung Woo memperhatikan Bong Hee tengah menggoreng ayam. Tapi tiba-tiba Bong Hee menjeritr kepanasan hehe. Jung Woo tertawa geli melihatnya. Ia menghampiri Bong Hee dan mengambil alih menggoreng ayam.
“Apa yang kau buat sampai berisik begini, apa kau berencana menggoreng semua jarimu?” Bong Hee beralasan ini karena dapurnya yang kecil.
“Apa yang kau buat sampai berisik begini, apa kau berencana menggoreng semua jarimu?” Bong Hee beralasan ini karena dapurnya yang kecil.
Bong Hee mendengar kalau Jung Woo sudah melakukan hal yang bagus untuknya ketika Jung Woo terjaga sepanjang malam. Jadi ia ingin membuatkan Jung Woo lauk pauk. Jung Woo menyahut kalau ia tak datang ke dapur, Bong Hee pasti sudah menggoreng jari. Haha.
Bong Hee memasukan saus ke wajan yang sudah dipanaskan. Ia merebut ayam goreng dan akan langsung memasukannya ke wajan. Tapi Jung Woo melarang dan menyuruh menunggu dulu. Menurutnya, Bong Hee tak bisa memasukan ayam ini begitu saja ke wajan. “Kecilkan apinya dulu dan kau harus mengaduk sausnya supaya bisa tercampur.”
Bong Hee berkata bukankah semuanya itu akan berakhir di usus kita. Ia yakin kalau disana makanan itu akan tercampur dengan sendirinya. hahaha.
“Memasak itu pengabdian dan pengabdian membutuhkan kesabaran!” kata Jung Woo.
Bong Hee membenarkan, “Aku memiliki temperamen yang buruk jadi aku tak bisa memasak!” ucapnya galak (Bong Hee kan ga sabaran ya orangnya)
Bong Hee berkata bukankah semuanya itu akan berakhir di usus kita. Ia yakin kalau disana makanan itu akan tercampur dengan sendirinya. hahaha.
“Memasak itu pengabdian dan pengabdian membutuhkan kesabaran!” kata Jung Woo.
Bong Hee membenarkan, “Aku memiliki temperamen yang buruk jadi aku tak bisa memasak!” ucapnya galak (Bong Hee kan ga sabaran ya orangnya)
“Akan kubuatkan kau makanan yang enak seumur hidupmu, jadi makan saja!” ucap Jung Woo sambil terus mengaduk sausnya.
Bong Hee terdiam terkejut dengan perkataan Jung Woo barusan, “Apa yang kau katakan tadi? Kau bilang seumur hidup? Apa mungkin itu artinya... kau dan aku... dimasa depan, apa seperti itu?”
Jung Woo tersenyum-senyum sambil terus mengaduk sausnya. “Bukankah waktu itu aku sudah bilang padamu, tapi kau mabuk dan tertidur.”
“Kapan? Apa?” Bong Hee menuntut Jung Woo mengatakannya lagi. Ia marebut sendok penggorengan agar Jung Woo kembali mengatakan apa yang sudah Jung Woo katakan padanya ketika ia mabuk.
Bong Hee terdiam terkejut dengan perkataan Jung Woo barusan, “Apa yang kau katakan tadi? Kau bilang seumur hidup? Apa mungkin itu artinya... kau dan aku... dimasa depan, apa seperti itu?”
Jung Woo tersenyum-senyum sambil terus mengaduk sausnya. “Bukankah waktu itu aku sudah bilang padamu, tapi kau mabuk dan tertidur.”
“Kapan? Apa?” Bong Hee menuntut Jung Woo mengatakannya lagi. Ia marebut sendok penggorengan agar Jung Woo kembali mengatakan apa yang sudah Jung Woo katakan padanya ketika ia mabuk.
Jung Woo tersenyum terbata-bata, “Aku...sudah lama...”
“Apa ayam gorengnya gosong?” Sang Tae tiba-tiba masuk dapur membuat Jung Woo dan Bong Hee kaget. Bong Hee jelas saja kesal sedangkan Jung Woo salah tingkah dan langsung keluar dapur.
Sang Tae langsung melahap ayam gorengnya dan mengatakan kalau ini ayam goreng yang lezat.
Ku ku ruyuk katanya sambil memperagakan gaya ayam. Hahaha.
Plok... Bong Hee menggaplok kepala Sang Tae. Plok plok Bong Hee memukul dengan sendok penggorengan karena saking kesalnya.
Sang Tae menyahut kalau ia sudah sering dipukul. Jadi sekarang sudah tak terasa sakit lagi katanya sambil terus mengisi mulutnya dengan ayam goreng membuat Bong Hee kesal bukan main. Haha.
Sang Tae menyahut kalau ia sudah sering dipukul. Jadi sekarang sudah tak terasa sakit lagi katanya sambil terus mengisi mulutnya dengan ayam goreng membuat Bong Hee kesal bukan main. Haha.
Ku kuruyuk hahaha... Sang Tae kembali memperagakan gaya ayam. wakakaka..
Chang Hee minum-minum di rumah. Ia mengingat perkataan Hae Joo padanya ketika di tebing karang tadi. Hae Joo menuntut penjelasan kenapa Chang Hee merahasiakan perihal kematian ayahnya, padahal Chang Hee sudah tahu.
Chang Hee juga mengingat ucapan Presdir Jang yang sudah mempercayainya. Bahkan Presdir Jang mengatakan kalau Chang Hee ini adalah anak dan pewaris Cheon Ji.
In Hwa melihat suaminya minum-minum sendiri. Ia merasa heran dan mendekati suaminya menanyakan kenapa belum tidur, apa ada masalah, kenapa minum sendirian. Kalau Chang Hee minum ia juga ingin minum bersama. Tapi Chang Hee menyuruh In Hwa masuk ke kamar saja.
In hwa tersenyum dan duduk di sebelah Chang Hee. Ia ingin menjadi teman minum suaminya.
“Kubilang masuk ke kamar!” bentak Chang Hee membuat In Hwa tersentak kaget.
“Kenapa kau berteriak?”
Chang Hee menoleh menatap In Hwa dengan tatapan marah. In Hwa ngeri melihat tatapan mata suaminya. Ia pun masuk ke kamar dengan perasaan kecewa.
Karena tiba-tiba Chang Hee bersikap begini, In Hwa menghubungi ibunya. Tapi ponsel ibunya tak bisa dihubungi. In Hwa menangis meninggalkan pesan untuk ibunya. “Ibu kau dimana? Kemana ibu pergi liburan, kenapa meninggalkanku sendirian disini? Ibu cepatlah kembali. Aku membutuhkan ibu.”
Chang Hee yang masih minum, tiba-tiba melempar botol minumannya hingga pecah. Ia marah atas semua yang terjadi.
Bersambung ke part 2
Komentar :
Wow Presdir Jang, ternyata dia mempercayakan semua hal pada Chang Hee. Ia bahkan berjanji akan mewariskan semuanya pada Chang Hee. Hmm apa jadinya kalau Presdir Jang tahu kalau selama ini Chang Hee memanfaatkannya untuk balas dendam. Chang Hee merasa kalau pengakuan ayahnya kepada Hae Joo itu bukan saat yang tepat. Ia khawatir rencananya berantakan kalau ia kehilangan kepercayaan dari si Jang Do Hyun.
Aku setuju ucapan Gi Chul, kalau Presdir Jang itu ga bisa dilawan oleh satu orang. Mereka harus bahu membahu melawan Jang Do Hyun. Kalau mereka melawan satu persatu maka tetap saja akan percuma. Dia licik dan menghalalkan segala cara.
Sang Tae sekali lagi bikin kesel kita, perusak suasana. Setelah kemarin ngerusak suasanya San – Hae Joo. sekarang dia merusak suasana Samchoon sama tante haha. Mana dia joget-joget ala ayam yang bikin ngakak haha.
Aku suka sama ucapan Samchoon bahwa memasak adalah pengabdian dan yang namanya pengabdian membutuhkan kesabaran. Oh dalem banget maknanya. Jujur, aku orang yang ga sabaran. Pengen cepet2 gitu haha.
Aku juga suka apa yang San sampaikan pada Hae Joo, kalau mereka harus melakukan sesuatu yang berbeda untuk membalas dendam pada presdir jang, bukan dengan kekerasan tapi dengan membuat teknologi baru dan menjatuhkan cheon Ji. Aku suka semangat yang San tunjukan pada Hae Joo, padahal ia juga dendam setengah mati sama Jang do Hyun.
Tapi dasar nih, ya ampun. Tuh orang kok ya pikirannya mesum aja, bawaannya pengen nyium aja. Sukanya mengambil kesempatan dalam kesempitan, haha. Tapi gagal maning gagal maning. Haha.
Poor In Hwa. Chang Hee mulai bersikap dingin padanya. Chang Hee yang memang masih memiliki perasaan pada Hae Joo terlihat sangat kecewa Hae Joo membencinya. Tapi kan ini salah Chang Hee sendiri kenapa ga bilang kalau ia punya rencana terhadap presdir Jang. Chang Hee memang harus mengambil resiko kehilangan Hae Joo, untuk melakukan balas dendamnya.
kok cepet banget nge post nya??? alya
ReplyDeletenext eonn^^
ReplyDeletesuka sma ekspresiny san oppa.
sllu bs bkin snyum2 diri,,
tnggl bbrp episod lg.
faighting eonn
moga ug'mlez ngrecap lnjtnny biar c4 slsai.^^
#amre^^
hahahaaaa sangtae emang bener'' bikin kesel n pengin mukul sangtae sma tuh wajan ganggu jungwo ma bonghee aja,,tpi bkin ngakak jg waktu sangtae peragain jd ayam hhahaaaa -flo-
ReplyDeletesang taeee mengapa engkau selalu membuat hatiku enegggg!!!
ReplyDeletewahhhhh background nya manisss buangettzzzz
ReplyDeleteayo mba anis semangat
ReplyDeleteayo mba anis semmangat. oya kenapa in hwa bisa jadi saudara kandung hae joo ya(liat preview ep 37/38) tolong jelaskan!!!
ReplyDeleteiiihh so sweet bnget samchoon mau masakin tante seumur hidup tp sayang tuh sang tae nganggu ja!
ReplyDeleteTetep semangat kak ^^
sang tae bnar2 nyebelin..., penganggu suasana aja..., kmarin hae joo ma san.., skarang samchoon ma tante...
ReplyDeletehe..he..., wktu liat ekspresi san saat mau nyium hae joo tp kget gra2 teriakan ibu.., sungguh membuat aq ngakak...
wah il moon jdi gelandangan nie.., itulah akibatnya..
q ksihan ma in hwa.., punya suami tpi yang tidak mencintainya.., ck..ck.., yang sbar yaw...
ditunggu sinopsis slanjutnya.., smangat mb...
mkin seru....
ReplyDeleteslm kenal
aprilio
Setuju sama kak anis, Kang San klo dket2 Hae joo pasti bawaannya mesum mulu #plak
ReplyDeleteehehehe tp mesumnya itu Lucu XD
Ahjumma Ahjussi Bong Hee-Jung Woo jg cute banget ,kekekeke
eh iya ,kok aku jd kasian ya sm Chang Hee ,hmmm....
tp makin seruuuuu dan makin penasaran tentunya ^^
Lanjut kakak~~ ^^
FIGHTING!
Fie
Hahahah,,sang tae,,again,,n again,,mrusak suasana yg lg deg2an,,,
ReplyDeleteTp klo gk ad dy,,gk luchu jg y...heheh
Smakin ksni smakin pnasaran crita ny,, smakin seru,,tp klo mngingat dkit lg tmat,,,huuuuu,,jd sdih,,rsa ny gk mw psah ngliat psangan hae jo n san...
Pasti kangen d,,, (⌣́_⌣̀) *lebay
Kasian liat in hwa,,
ReplyDeleteMenikah sm org yg gk cnta sm dy,,
Smoga cnta mu trbalaskn...amin
Ekspresi kaget ny san lucu y..
Jd ngakak sndiri liat ny..
*fi* (>̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡)
haha..aq malah kasian sma il moon jadi gelandangan.. duh dia kena karmanya gara2 dlu katain orang jadi pengemis...
ReplyDelete