Saturday 22 June 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 2 Part 1

 
Ha Na terbangun dari tidur setelah mendengar suara jam di kamarnya berbunyi dan menunjukan waktu pukul 7.30. Ketika akan turun dari tempat tidur ia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya, lebih tepatnya di kaki. Ia tak bisa menggerakan kakinya.
Ha Na membuka selimut untuk melihat apa yang terjadi pada kakinya. Ha Na terkejut melihat sesuatu membungkus kakinya. Semakin lama itu semakin naik ke atas membungkam mulut dan menutup matanya. Hingga akhirnya menutup seluruh tubuhnya.
Tubuh Ha Na terbungkus seperti sebuah kepompong. Ha Ha tak bisa menyahut panggilan ibu yang memanggilnya.
Tapi itu hanya mimpi buruk Ha Na. Ha Na terbangun dan melihat kakinya. Ia lega karena itu hanya mimpi buruknya saja. Ha Na teringat ketika ia mengikuti tes hari senin kemarin. Seo Hyun mendapatkan nilai tertinggi sekaligus terendah. Guru Ma benar-benar akan membuat siapa saja yang menentang menjadi ketua kelas. Ha Na jadi malas bangun mengingat semua itu.
Bel menunjukan jam belajar di kelas telah usai. Seo Hyun yang menjadi kelua kelas memberi aba-aba untuk memberi hormat pada Guru Ma. Guru Ma mengingatkan Seo Hyun agar mengosongkan loker guru dimana Seo Hyun menyimpan barang-barang. Hak istimewa Seo Hyun sebagai siswa terbaik sudah dicabut kembali. Seo Hyun mengerti dan yang berhak menempati loker guru atau yang mendapatkan hak istimewa berikutnya jatuh pada Choi Bit Na.

Guru Ma juga mengingatkan kalau sekarang ini minggu kebersihan jadi ketua kelas harus membuka dan membersihkan jendela. Guru Ma menatap tajam siswanya, “Kalian sudah bebas dari tugas piket jadi kalian bisa fokus belajar. Jika kalian melakukan hal bodoh seperti membantu mereka melakukan tugas piket itu berarti kalian melanggar peraturanku dan aku akan menjadikan kalian ketua kelas,” 

Guru Ma akan keluar dari kelas tapi Choi Bit Na memanggilnya, ada pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Guru Ma menyuruh Bit Na untuk ikut dengannya ke ruang guru.
Ha Na merasa tak enak pada Seo Hyun. Karena dirinya Seo Hyun jadi ketua kelas. Ia minta maaf dan merasa kalau ini semua salahnya. Seo Hyun bilang ini terjadi bukan karena kesalahan Ha Na jadi tak usah terlalu dipikirkan. Seo Hyun mengambil perlengkapan sekolah yang ia simpan di loker guru. Ia harus memindahkan semua itu ke loker siswa.
Ketika Ha Na akan pulang ia melihat Bit Na dan Guru Ma keluar dari ruang guru. Bit Na berterima kasih pada Guru Ma karena penjelasan dari Guru Ma sangat membantunya.
Guru Ma berjalan mendekat ke arah Ha Na. Tubuh Ha Na terpaku menegang tapi Guru Ma hanya lewat saja. “Bu Guru!” panggil Ha Na menghentikan langkah Guru Ma. Guru Ma menoleh menatap Ha Na.
Ha Na ingin Guru Ma memaafkan Seo Hyun. “Maksudku, dia itu seharusnya berada di tempat pertama tapi karena aku dia menjadi ketua kelas. Aku yang akan menjadi ketua kelas. Tolong maafkan dia!” Ha Na berusaha tersenyum meyakinkan kalau Seo Hyun itu tak berniat menentang Guru Ma. Semua itu terjadi karena Seo Hyun berusaha membantunya, Jadi biar ia yang menjadi ketua kelasnya.

Guru Ma mengingatkan bahwa hanya ada 1% siswa yang bisa bicara dengannya di luar kelas. Ha na terdiam tercengang. Guru Ma menatap sinis dan mengabaikannya.
Guru Ma berpapasan dengan Seo Hyun yang membawa alat kebersihan. Guru Ma bertanya apa Seo Hyun yang menyuruh Ha Na untuk memohon padanya agar memaafkan Seo Hyun. Seo Hyun bilang tidak.

Guru Ma akan pergi tapi ia teringat sesuatu. Ia mengulang ucapan Seo Hyun ketika di kelas kemarin. “’Menurutku ibu salah’ bukankah itu yang kau katakan padaku kemarin? Kupikir kau snagat percaya diri kalau menurutmu tak masalah bicara seperti itu padaku.”

Seo Hyun mengatakan bahwa seorang guru pun tak selalu benar dalam segala hal. Guru Ma ingin Seo Hyun menjelaskan apa definisi ‘benar’ menurut Seo Hyun.

Seo Hyun : apa?
Guru Ma : “500 tahun yang lalu mereka berfikir bumi ini rata dan matahari berputar mengelilingi bumi. Mana yang benar dan salah bukanlah kebenaran. Mana yang benar dan salah ditentukan oleh masyarakat. Bagian yang tepenting adalah siapa yang akan memutuskan. Di kelasku, aku yang menentukan mana yang benar dan salah. Tapi aku akan memutuskan bahwa yang tak mematuhi guru adalah perilaku buruk dan akan menghukum mereka. Jadi, kalau kau tetap menentangku maka bersiaplah karena konsekuensinya akan lebih buruk lagi.”
Di rumah keluarga Ha Na, Eonni memainkan piano. Selain terdengar suara piano juga terdengar suara ayah dan ibu yang bertengkar karena ayah terlambat pulang. Ayah membela diri kalau ia pulang terlambat kerja bukan karena keinginannya. Ibu menanyakan kenapa ayah tak menjawab teleponnya. Ayah bilang kalau ia sedang ada rapat. Ibu kesal karena ayah selalu beralasan begitu ketika ia meneleponnya. Keduanya pun terus beradu mulut.

Ha Na menarik nafas lemas mendengar keributan orang tuanya. Eonni yang sudah mendengar cerita tentang Seo Hyun menilai kalau Ha Na pasti merasa bersalah pada teman Ha Na itu. “Jadi si nenek sihir itu tak menyukainya karena dirimu?” Ha Na mengangguk membenarkan.
Eonni bilang kalau hal ini bagus untuk Ha Na, karena Ha Na tak perlu menjadi ketua kelas terburuk sebelum ibu mereka tahu hal ini. (wah sepertinya Ha Na selalu curhat sama Eonni-nya nih)

Ha Na mengatakan kalau itu terjadi karena dirinya, ia meminta pendapat kakaknya bagaimana mencari solusinya. Eonni bilang tak ada, “Kau harus melapor pada para orang tua murid menyangkut masalah guru tapi kalau kau mengatakan ini pada ibu, dia mungkin akan marah padamu.” Ha Na bingung tak tahu harus bagaimana.
Dong Goo sembunyi di tepi sungai. Sembunyi dari siapa? dari dua siswa sekolah menengah yang selalu mengganggunya. Dua siswa itu menunggu kedatangan Dong Goo di jalan yang selalu dilewati Dong Goo ketika pulang. Dong Goo melihat mereka masih disana, ia pun duduk menunggu mereka pergi.
Untuk mengusir rasa bosan menunggu mereka pergi, Dong Goo memainkan boneka kesayangannya. Karena Dong Goo tak juga muncul, mereka menebak pasti Dong Goo sudah pulang. Keduanya pun pergi.
Dong Goo sampai di rumah kecilnya. Ia membuka tudung saji dan disana ada makanan enak yang sudah disiapkan untuknya. Dong Goo makan sendirian sambil menonton TV. Nonton apa? nonton acara komedi. Sepertinya kekonyolan Dong Goo ia tiru dari acara TV.
Keesokan harinya, Ha Na lari tergesa-gesa menuju sekolah. Ia melihat jam tangannya dan merasa dirinya sudah terlambat. Di tengah jalan Ha Na bertemu Dong Goo yang juga berlari menuju sekolah. Dong Goo berkelakar sambil berlari, “Apa kau tak senang melihat wajahku di pagi hari?” (hahaha) keduanya lari cepat tapi Ha Na tentu saja kalah cepat.
Keduanya berhasil melewati pintu gerbang yang hampir ditutup oleh wakil kepala sekolah (bukan ditutup wakasek sih, tapi wakasek nungguin di depan pintu gerbang gitu hehe)

Sambil berlari Dong Goo berkata kalau Ha Na terlambat pasti akan mendapat masalah dari si nenek sihir itu. Ha Na yang kesal berkata kalau Dong Goo lebih baik mencemaskan diri Dong Goo sendiri yang juga terlambat. Dong Goo berlari cepat.
Dong Goo lari cepat menaiki tangga, ia menyalip seorang siswi yang sekelas dengannya Eun Bo Mi. Ia berteriak menyuruh Bo Mi lari karena mereka sudah terlambat. Bo Mi pun ikutan lari.
Tapi ups.... langkah lari Dong Goo terhenti karena ia melihat Guru Ma berjalan di depannya menuju kelas. Bo Mi dan Ha Na yang terkejut pun bersembunyi di balik tembok. (Mereka bertiga sepertinya masih di lantai 2, kelihatan di depan mereka itu ada papan kelas 2 hehe)

Terdengar suara bel masuk berbunyi. Ketiganya cemas, bagaimana caranya menuju kelas tanpa ketahuan oleh Guru Ma. Dong Goo memberi kode menyuruh mereka berdua cepat naik ke kelas dengan memutar jalan lain. Bo Mi dan Ha Na pun segera pergi.
Dong Goo nekat lari mencegat jalan Guru Ma. Guru Ma kaget tiba-tiba Dong Goo berdiri di depannya. Dengan tingkah konyolnya Dong Goo berkata kalau ia sudah berlari sangat cepat supaya tak terlambat. “Bisakah ibu memberi sedikit keringanan karena saya hanya terlambat sebentar?”

Guru Ma : “Apa kau tak tahu, sebagai ketua kelas kau harus tiba 30 menit lebih awal untuk piket?” 

Guru Ma melanjutkan jalannya menuju kelas. Dong Goo mengejarnya.
Ha Na dan Bo Mi jalan memutar melewati lorong kelas 3. Disana ada Guru Goo dan Guru Jung yang akan ke kelas mereka. Keduanya berlari cepat sambil menyapa. Guru Goo heran dengan kedua murid itu, bukankah itu anak-anak kelas 6-3. Guru Jung juga heran kenapa keduanya lewat sini.
Sambil berjalan Dong Goo memohon pada Guru Ma, bukankah ia hanya terlambat sebentar saja. Ucapan Dong Goo sama sekali tak dipedulikan oleh Guru Ma. Dong Goo berusaha mencari akal lagi agar Guru Ma tak cepat-cepat sampai ke kelas.

Dong Goo pura-pura jatuh, “Aduh sakit!” kata Dong Goo memegang lututnya. Guru Ma berbalik menoleh melihat Dong Goo yang duduk memegang lutut. Dong Goo berkata kalau ia merasa sepertinya tulangnya patah. Guru Ma bertanya apa Dong Goo tak apa-apa. Dong Goo mengatakan kalau kakinya sakit.
Dong Goo melihat Bo Mi dan Ha Na berhasil melewati lantai 2 dengan aman karena aktingnya. Guru Ma sepertinya tahu kalau Dong Goo hanya pura-pura saja. Ia menyuruh Dong Goo mencoba berdiri. 

Dong Goo pun berdiri dengan kedua kakinya, ia mengatakan kalau sekarang kakinya sudah tak apa-apa. Guru Ma dan Dong Goo pun melanjutkan jalan menuju kelas.
Ha Na dan Bo Mi sudah duduk di kursinya masing-masing. Dong Goo berdiri di samping Guru Ma. Ketika Seo Hyun memberi aba-aba memberi hormat, dengan tingkah humorisnya Dong Goo memberi hormat pada teman-temannya hehe.

Guru Ma berkata kalau ia sudah terlambat mengajar karena Dong Goo. Ia menyuruh Dong Goo minta maaf pada semuanya. Dong Goo pun minta maaf pada teman-temannya tentu saja dengan gaya khasnya. Ia pun duduk di bangkunya. Ha Na merasa tak enak pada Dong Goo.
Guru Ma mengatakan kalau waktu belajar mereka terlambat karena seseorang maka mereka akan mengganti waktu yang terbuang itu. Anak-anak mengeluh jadi mereka akan mendapatkan waktu istirahat lebih pendek dong. Guru Ma berkata kalau mau menyalahkan salahkan dia yang terlambat. Ia hanya ingin mengajar dengan benar. Anak-anak pun mengeluh menggerutu pada Dong Go, “Kau seharusnya datang tepat waktu.” Ha Na dan Bo Mi jadi merasa bersalah karena teman-teman menyalahkan Dong Goo.
Melihat reaksi protes siswa, Guru Ma mencibir manilai ini sungguh menarik. Ia berjalan diantara siswanya, “Kalian keberatan kehilangan dua menit jam pelajaran tapi kalian kesal kehilangan dua menit jam istirahat. Kalian berhak berada di kelas selama 40 menit dan istirahat 10 menit. Itu hak yang diberikan pada kalian. Tapi untuk siswa yang tujuannya sekolah, hak apa lagi yang lebih penting?”
Guru Ma merampas komik yang sedang dibaca oleh Cha Jung Soo. Jung Soo kaget bukan main, ia kesal komik kesayangannya dirampas. “Kalian tak datang ke sekolah untuk beristirahat kan?”
Guru Ma juga mengambil sesuatu dari tas Soo Jin. (kalau saya nebak itu tas buat nyimpen kosmetik deh)
Guru Ma : “Pemikiran bodoh ini, kalian dapatkan dari orang tua kalian. Mereka mengeluh ketika pemerintah mengatakan akan menaikan pajak tapi ketika berurusan dengan pendidikan yang dibiayai oleh pajak mereka dengan mudah bilang angkat tangan dan tak berharap banyak. Mereka menganggap kalau sekolah ini hanya tempat untuk menghabiskan waktu.”
Guru Ma yang sudah berdiri kembali di depan mendengar sesuatu. Ponsel milik Na Ri bunyi. Na Ri yang terkejut buru-buru menonatikfkan bunyi dering ponselnya. Guru Ma mengahampiri Na Ri. Na Ri mengatakan kalau ia lupa mengganti nada dering dengan getar. Guru Ma pun merampas ponsel Na Ri.

Guru Ma berkata kalau mereka yang barang-barangnya dirampas dan ingin itu kembali maka mereka harus membawa surat keterangan dari orang tua. Na Ri terlihat menahan marah.
Na Ri, Ha Na, Hwa Jung dan Sun Young berada di sebuah kafe. Na Ri benar-benar kesal ponselnya dirampas. Ha Na ingin tahu apa yang akan Na Ri lakukan dengan surat keterangan itu, apa Na Ri akan memberi tahu ibu Na Ri. Na Ri berkata kalau ia tak punya pilihan lain, ia akan memberi tahu ibunya. Ia akan menceritakan semuanya.
Ha Na sampai di rumah, ia mendengar ibunya bicara di telepon dengan ibunya Na Ri. Ibu terkejut mendengar sesuatu dari ibunya Na Ri. Ibu melihat Ha Na akan masuk kamar, ibu menyuruh Ha Na jangan masuk kamar dulu. Sebelum menutup telepon ibu berjanji kalau ia akan datang.
Ibu bertanya pada Ha Na apa yang diceritakan ibunya Na Ri apakah semuanya benar. “Apa gurumu menunjukmu sebagai ketua kelas dan menyuruhmu piket?” Ha Na memberi tahu kalau sekarang ia bukan ketua kelas lagi, jadi tak apa-apa. Tapi Ibu tak bisa menerimanya, Ha Na meyakinkan kalau itu sudah berlalu.

Ibu tetap tak bisa menerima putrinya diperlakukan begitu, bagi Ha Na mungkin itu hanya masa lalu, apa Ha Na tahu apa yang dikatakan ibunya Na Ri padanya. “Membuatku seperti seorang ibu yang tak peduli pada sekolah anaknya dan apa kau senang membuat ibumu malu seperti ini?” Ha Na menunduk diam.
Keesokan harinya, banyak ibu-ibu ngumpul di depan gerbang SD Sandeul. Mereka ramai membicarakan sesuatu. Kemudian sebuah mobil datang, ibunya Na Ri keluar dari mobil itu. Ibu Na Ri memperkenalkan diri kalau ia lah yang menghubungi ibu-ibu ini kemarin.
Ibu Na Ri mengatakan kalau mereka semua harus tahu alasan kenapa datang ke sekolah hari ini. Ia sudah menceritakan itu di telepon kemarin. “Saya ingin mengkonfirmasi sesuatu sebelum kita masuk. Hari ini, tak ada yang membawa hadiah atau semacamnya kan?”

Mereka bilang tentu saja, kami semua sudah berjanji. kata seorang ibu. Ibu lain yang memakai syal berkata kalau diawal semester mereka sudah menulis surat pernyataan anti pemberian hadiah dan sudah menyerahkannya ke sekolah. Ibu Na Ri berkata sebagai anggota dewan sekolah ia menekankan sekali lagi bahwa yang namanya mempengaruhi guru dengan memberi uang atau produk apa saja sebagai hadiah itu adalah cara yang bisa menghancurkan anak kita. Ia yakin kalau ibu-ibu wali murid kelas 6-3 ini bisa memegang janjinya.
Mereka pun akan masuk, tepat saat itu Ibu Hana sampai disana lari tergesa-gesa. Ibu memperkenalkan diri kalau ia ini ibunya Hana. Mereka pun segera masuk.
Ibu kepala sekolah mengisi hari-harinya dengan berkebun di taman sekolah.
Guru Ma menuliskan latihan matematika di papan tulis. Na Ri melihat jam dinding dan tersenyum puas menatap temannya. Guru Ma yang sedang menulis di papan tulis seperti merasakan sesuatu yang lain.
Ibu-ibu ini pun menuju lantai atas dimana ruang kelas 6 berada. Ibu kepsek melihat mereka. Ia mengirim sms pada wakasek.
Wakil kepala sekolah keliling melihat situasi pembelajaran di kelas-kelas. Ia berada di lorong kelas 5. Wakasek menerima sms dari Bu kepsek.

‘Pergilah ke kantor kelas 6 saya harus pergi ke dinas pendidikan, jadi saya akan kembali.’

Wakasek bingung sms apa ini.
Ibu-ibu wali murid kelas 6-3 berada di depan ruang guru kelas 6.

Guru Goo yang menemui mereka berusaha tersenyum supaya mereka tenang. Ibu-ibu ini cerocos sana-sini membuat Guru Goo pusing (ya iyalah ngomongnya keroyokan, maklum ibu-ibu hahaha) 

Wakasek sampai disana, ia terkejut begitu melihat rombongan ibu-ibu. Ia kesal pada Bu kepsek yang melempar tanggung jawab padanya. Wakasek berusaha tersenyum menemui ibu-ibu ini.
Wakasek melihat ibunya Nari, ia tak menyangka kalau ibu Nari juga datang tanpa pemberitahuan. Ia menayakan apa keperluan ibu-ibu ini. Ibu Nari balik bertanya pada apa wakasek tahu tentang metode mengajar Guru Ma di kelas 6-3. Wakasek yang tak paham balik bertanya juga apa Guru Ma melakukan sesuatu.
Seorang ibu yang mengenakan syal mengatakan kalau semua murid harus mendapatkan diskriminasi atas nilai yang didapat. Apa ini masuk akal?

Ibu yang berkaca mata bilang kalau ia mendengar Guru Ma tak memberi anak-anak makan kari dan mereka harus makan nasi saja. Apa itu benar? kalau memang itu benar kita harus melapor ke dinas pendidikan.
Wakasek yang bingung meminta ibu-ibu ini tenang. Ia bertanya pada Guru Goo apa yang sebenarnya terjadi. Guru Goo berkata lirih pada wakasek kalau ia sudah membeitahukan masalah ini pada kepala sekolah. Keduanya bicara membelakangi ibu-ibu. Wakasek kesal seharusnya Guru Goo memberitahukan ini padanya. Guru Goo mengatakan kalau kepala sekolah bilang padanya akan mengurus masalah ini. Wakasek makin kesal ibu kepala sekolah akan pensiun tahun ini dan setiap hari kerjaannya hanya mengurus taman saja, bagaimana dia akan mengurus masalah ini.
Ibu Nari mendengar obrolan ini, ia menebak sepertinya pengelolaan sekolah mengalami banyak masalah. Wakasek berusaha menjelaskan pada ibu Nari dan semuanya, ia mengattakan yang namanya sekolah ditiap awal semester pasti banyak hal yang harus dikerjakan. Ibu Nari terus mencerca dengan banyak pertanyaan, apa karena awal tahun jadi wakasek tak memperhatikan masalah ini. Wakasek bilang kalau ibu kepala sekolah sepertinya sedang mengarus masalah ini. Sekarang beliau sedang pergi ke dinas pendidikan.

Ibu Nari menilai ini seperti melempar tanggung jawab ke orang lain. Kalau seperti ini menurutnya semua guru harus dikembalikan menjadi guru tidak tetap, dengan begitu mereka bisa lebih memperhatikan para murid. Ibu-ibu lain membenarkan.
Guru Yang sudah keluar dari kelas, ia bersembunyi dibalik tembok memperhatikan rombongan ibu-ibu yang protes. Guru Jung yang baru saja datang juga terkejut melihatnya, ada apa ini. Guru Yang menebak sepertinya orang tua murid datnag. Ia bertanya apa Guru Jung tahu mereka orang tua dari kelas mana. Guru Jung balik bertanya apa Guru Yang sudah melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan orang tua datang ke sekolah. Guru Yang bilang kalau ia tak melakukan kesalahan. Guru Jung melihat ada ibu Nari diantara ibu-ibu disana. Ia mengatakan kalau itu orang tau murid dari kelas Guru Ma Yeo Jin.

Guru Yang heran kenapa mereka datang ke sekolah. Guru Jung merasa kalau hal ini sudah diduganya, sejak hari pertama sekolah ketika ia melihat cara guru Ma mengajar ia tahu kalau hal ini pasti akan terjadi. Guru Yang menilai kalau Guru Ma memang memiliki cara tersendiri dalam mengajar tapi menurutnya itu sudah keterlaluan.
Tiba-tiba Guru Jung dan Guru Yang merasakan sesuatu. Keduanya perlahan berbalik dan kaget bukan main ketika melihat Guru Ma sudah ada di belakang. Guru Yang memberi tahu kalau ada orang tua murid kelas 6-3 yang datang. Guru Jung tanya apa yang akan Guru Ma lakukan pada mereka. ia menyarankan Guru Ma harus sabar menangani mereka. Guru Ma tak mengatakan apapun, ia lewat begitu saja menemui orang tau murid.
Guru Ma berjalan tenang menghampiri ibu-ibu. Angin berhembus ketika Guru Ma datang menghampiri orang tua murid.
Guru Ma memperkenalkan diri kalau ia adalah wali kelas 6-3, Ma Yeo Jin. Ibu-ibu ini langsung mengerumuni Guru Ma. Wakasek yang kewalahan ingin tahu dari Guru Ma apa yang terjadi. “Apa kau tak memberi siswamu kari dan mendiskriminasikan mereka?”
Sun Young dan In Bo mengintip dari balik tembok.
“Apa kabar Ha Na Eomoni...!” sapa Guru Ma pada ibunya Ha Na. Ibu kaget Guru Ma langsung mengenalinya, “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Tae Sung Eomoni...!!” sapa Guru Ma pada ibunya Tae Sung.
“Sun Young Eomoni...” Guru Ma menyapa ibu yang memakai kaca mata.
“In Bo Eomoni,” Guru Ma menyapa ibu yang memakai syal.
“Hwa Jung Eomoni.” Sapa guru Ma membuat Ibunya Hwa Jung kaget.
“Na Ri Eomonim...” Guru Ma juga tahu yang mana ibunya Na Ri. Guru Ma tersenyum memberi hormat pada mereka semua, “Senang bertemu kalian.”
Ibu Na Ri berdiri di depan Guru Ma, ia mengatakan kalau ia juga ingin bertemu dengan Guru Ma. Ia merasa menyesal karena harus bertemu disaat seperti ini.
Guru Ma merasa sepertinya banyak yang ingin ibu-ibu ini katakan padanya dan berhubung sudah ada disisni bagaimana kalau mereka mengadakan rapat. Ia ingin berbicara dengan semuanya secara perorangan.
In Bo dan Sun Young kembali ke kelas. Keduanya menyampaikan pada teman-teman apa yang mereka lihat. Na Ri menilai kalau hal ini akan membebaskan mereka. In Bo memuji ibu Na Ri sungguh hebat, wakil kepala sekolah saja tak bisa berkutik di depan ibu Na Ri. Na Ri mengatakan kalau ibunya ini orang yang elegan jadi tak akan menampar orang sembarangan. Ha Na terdiam cemas.
Guru Ma menghadapi para ibu ini satu persatu di sebuah ruangan. Yang pertama ibunya Na Ri. Ibu Na Ri mengeluarkan amplop dan memberikan itu pada Guru Ma. Guru Ma mengatakan kalau ia membawa surat larangan penyuapan yang sudah ibu Na Ri tanda tangani. Ibu Na Ri tahu karena ia sendiri yang mengajukannya.
Ibu Na Ri juga tahu kalau Guru Ma pasti tahu dengan baik jumlah nominal berapa banyak untuk hadiah seperti ini. Guru Ma mendengar kalau nominalnya bisa mencapai 1 juta won per tahun. Ibu Na Ri berkata tapi kalau hal ini ketahuan oleh dinas pendidikan hukumanya bisa mencapai 2 juta won. Ia tahu Guru Ma pasti tak ingin mendapatkan masalah, karena ini tak akan menguntungkan bagi Guru Ma maupun anak-anak.
Guru Ma berkata kalau sebagai Guru dan orang tua mereka harus mempertimbangkan keduanya tapi pada kenayatannya masih ada orang tua yang belum mengerti. Ibu Na Ri melihat kalau sepertinya Guru Ma ini tidak akan mengecewakannya, ia menyukai cara Guru Ma dalam menangani masalah. 

“Anda bisa mengambil ini!” kata Ibu Na Ri menyodorkan amplopnya. Ia mengatakan kalau ia sudah memberikan lebih dari yang seharusnya orang tua berikan ketika memberikan suap.

Guru Ma tersenyum menatap amplop itu dan ibu Na Ri. (apa Guru Ma akan menerimanya?)
Guru Ma giliran menghadirkan ibunya Sun Young. Ibu Sun Young mengatakan kalau ia peduli pada putrinya sama seperti ibunya Na Ri. Tapi ia tak sekaya keluarga Na Ri. Guru Ma bertanya maukah ibu Sun Young ini mendengarkan sarannya sebagai seorang guru.
Ibu selanjutnya adalah ibunya In Bo, ibu yang pakai syal. Ibu In Bo pun akhirnya mengetahui kalau putranya ternyata lebih bagus di mata pelajaran IPA dibanding Matematika.
Giliran ibunya Cha Jung Soo. Guru Ma menunjukan komik yang dibaca Jung Soo. Ibu Jung Soo sangat berterima kasih pada Guru Ma. Guru Ma menceritakan kelebihan yang dimiliki Jung Soo. Mungkin karena Jung Soo lebih banyak membaca komik jadi dia unggul dibidang mengarang. Dia memiliki imajinasi yang bagus. Jung Soo memang lemah dalam pelajaran yang menuntut logika tapi dia pandai menuangkan pemikirannya dengan kata-kata. Kalau Jung Soo bisa mengganti kebiasaan membacanya dia akan berkembang lebih baik dalam menggunakan logika.
Sekarang ibunya Ha Na. Ibu Ha Na kaget mengetahui anaknya mendapat nilai 0 (nol) dua kali ketika tes. Guru Ma menebak Ha Na pasti tak memberi tahu ibu perihal ini. Ibu yang tak tahu minta maaf. Guru Ma menilai ini sebuah kesalah pahaman karena menurut yang ia tahu anak-anak pasti akan menyampaikan hal yang tak menyenangkan pada orang tua di rumah.

Ibu mengatakan kalau ia berusaha untuk lebih berkomunikasi dengan anak-anaknya tapi itu tak berjalan seperti yang ia harapkan.

Guru Ma tahu kondisi keluarga ibu, ia menilai ibu ini seorang ibu yang hebat. “‘apa sulitnya tinggal di rumah dan membesarkan anak? Cobalah bekerja.’ orang mungkin berkata seperti itu tapi mereka mengatakan itu karena tak tahu apapun khuusnya disaat sekarang ini. Saat penting dimana usaha seorang ibu bisa menentukan masa depan anak. Peran menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah, ditambah lagi anda juga harus merawat putri tertua anda, menyekolahkannya ke SMP bagus.”
Ibu Ha Na tersenyum, ia mengatakan dibandingkan dengan yang dialami putri tertuanya yang ia lakukan bukanlah apa-apa. Suaminya tak pernah tahu apa yang ia lakukan, ia senang mendengar hal ini dari Guru Ma yang begitu mengerti tentang dirinya. Ibu merasa kalau Guru Ma juga merasakan kesulitan yang sama ketika harus mendidik 24 siswa. Ia sendiri mengurus 2 anak sedangkan Guru Ma harus mengurus 24 siswa.

Guru Ma mengatakan kalau ini sudah menjadi tugas baginya karena baginya mengajar bukan menjadi sebuah pekerjaan. Ibu Ha Na kagum pada Guru Ma dan menilai putrinya sudah bertemu dengan guru yang baik. Guru Ma berkata kalau di dunia yang serba cepat sekarang ini akan lebih penting bagi anak-anak agar didukung oleh sekolah dan keluarga mereka.

Guru Ma memberikan kartu namanya. Ia membolehkan ibu menghubunginya kapan saja. Ibu bisa mengirim email atau chatting dengannya. Ia bahkan sudah mnegirimkan pertemanan di aplikasi chat. Ibu senang, sebenarnya ia agak terkejut ketika mendengar kabar dari ibu Na Ri kemarin. Tapi sekarang ia merasa tenang. Guru Ma tersenyum puas.
Ibu Na Ri ke kelas putrinya. Ia memanggil Na Ri. Ibu Na Ri menyuruh putrinya untuk segera pulang ke rumah setelah jam sekolah usai. Ia harus bicara dengan putrinya. Na Ri mengerti, ia meminta ponselnya. Ibu Na Ri menahan ponsel itu. Ia tak memberikannya pada Na Ri. Ia menyita ponsel Na Ri untuk sementara. Na Ri kaget, memangnya kenapa.

Ibu Na Ri : “Yang dikatakan Gurumu benar. Jangan membantah dan turuti apa perkataan gurumu, mengerti?”
Na Ri terdiam terkejut. Teman-temannya yang lain juga sama terkejut. Yang mereka lakukan malah membuat orang tua pro dengan Guru Ma.
Sun Young menerima sms dari ibunya.

‘Gurumu ini sangat hebat. Lakukan apa yang disuruh gurumu, ya?”
In Bo juga menerima sms dari ibunya.

‘Anakku sayang, gurumu bilang kalau dia akan lebih memperhatikanmu. Jangan pikirkan apapun dan dengarkan dia di kelas, ya!’
 Jung Soo juga dapat sms dari ibunya.

‘Aku kagum. Kagum. Ibu kagum dengan gurumu.’
Mereka semua mendapat sms dari ibu-ibu masing-masing. hahaha.
Ha Na juga dapat kiriman sms dari ibunya (bunyi nada dering sms Ha Na pakai nada dering sms-nya Gil Ra Im di Secret Garden hahah)

‘Ibu jadi teman chatting gurumu, ibu sudah salah paham padanya. Dengarkan gurumu ya. Sampai jumpa di rumah!’
Para ibu keluar dari gedung sekolah dengan senyum ceria. Anak-anak melihatnya dari lantai atas, mereka heran kenapa ibu mereka tiba-tiba seperti itu. Mereka kesal karena apa yang mereka harapkan gagal total.
“Apa yang kalian lakukan?” Guru Ma masuk ke kelas dan melihat siswa-siswinya melihat ke luar jendela.

Bersambung di part 2

Komentar :

Huwaaaaaaaa yang anak-anak harapkan ternyata salah ya. Mereka mengira dengan melaporkan hal ini ke orang tua akan menamatkan riwayat Guru Ma mengajar di SD Sandeul. Tapi dengan caranya Guru Ma bahkan bisa menguasai orang tua.

Ah.. sejak kapan Guru Ma mulai mempelajari keluarga siswanya satu persatu. Ini bukan tugas yang mudah, mempelajari kepribadian anak satu persatu saja sudah sulit, terkadang kita bisa tak tahu kepribadian salah satu murid. Tapi Guru Ma lain, ia bahkan mengetahui kondisi keluarga siswa-siswanya. Ia hafal yang mana orang tua si anak, padahal dia belum pernah bertemu dengan mereka.

Guru yang seperti ini menurut saya ga tahu deh ada atau tidak di dunia nyata. Mungkin ada, tapi tak akan sedetail ke-serbatahu-annya seperti Guru Ma. Jujur saya bahkan tak begitu banyak tahu kondisi keluarga siswa saya sendiri. Yang saya tahu mungkin separo lebih, tidak semuanya. Terkadang saya ngobrol dengan mereka untuk mencari tahu. Dari cerita mereka saya bisa tahu orang tua siapa saja yang bekerja di luar negeri sebagai TKW. Bahkan diantara mereka ada yang hidup dengan orang tua tiri yang alhamdulillah sayang pada mereka, tinggal dengan nenek, atau dengan salah satu orang tua saja atau bahkan ada orang tua yang keluarganya diambang perceraian. Huwaaa kadang suka ikut sedih lho.

8 comments:

  1. Bisa jd pembelajaran yg bgus bwt para guru di indonesia.emg kesanny kejam tp ada maksud yg baik

    ReplyDelete
  2. nonton nih drama emg TOP, jadi inget nonton drama SCHOOL 2013... Gak selalu drama cinta2an yang menarik,,, apalagi ini anak2 sd nya masih pada cute ^^

    ReplyDelete
  3. Jujur untuk film yg berteme guru seperti ini baru pertama kali kayaknya .. Apalagi semua castnya rata2 anak kecil nan imut :) I like it

    Fighting mba anis! Lanjutkan sinopsisnya :)

    ReplyDelete
  4. woww! ini benar2 drama yg sangat menarik. semangat terus ya bikin sinopsisnya! saya rasa sekarang ini belum ada yang bikin sinopsis ):

    ReplyDelete
  5. Wkwkwk...Jaksa Kwon jadi wakasek

    ReplyDelete
  6. boneka nya kayak boneka yg dikasih han gil ro ke kim seo won di drama 7th grade civil servant.lucu.. cuma lbh gede yg dikasih gil ro

    ReplyDelete
  7. bener bener drama yang keren..kayak drama God of Study..suka suka dramanya :)

    ReplyDelete
  8. Aih jadi eonnie yang buat sinopsis ini , berprofesi guru ya ? :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.