Sunday 16 June 2013

Sinopsis The Queen's Classroom Episode 1 Part 1

Di suatu malam disebuah taman bermain. Seorang anak lelaki mencium seorang gadis. Anak lelaki itu bernama Kim Do Jin, dan si gadis ini bernama Shim Ha Na. Keduanya malu-malu.


 Ha Na menanyakan apa Do Jin sudah membaca pesan darinya. Do Jin menjawab pendek ya. Ha Na memberi tahu kalau ia berada di kelas 6-3 dan menanyakan di kelas manakah Do Jin. Do Jin menjawab kalau ia berada di kelas 6-2.

Ha Na menunduk kecewa karena tak sekelas dengan Do Jin. Tapi tak masalah buatnya karena kelas Do Jin di sebelah kelasnya, ia akan sering-sering menemui Do Jin. Do Jin dengan sedih mengatakan kalau ia akan sekolah ke luar negeri, Kanada. Ha Na kaget campur sedih mendengarnya. Do Jin mengatakan kalau ia akan sering menghubungi Ha Na.

Do Jin mengeluarkan dua gelang dari saku jaketnya, gelang kuning dan gelang hijau. Ia memberikan gelang kuning untuk Ha Na. Ia harap Ha Na mau menerima itu.
Ha Na melambaikan salam perpisahan pada Do Jin. Ia tersenyum ceria.
Di sebuah kamar, tampaklah foto-foto Ha Na ketika kecil (fotonya Kim Hyang Gi waktu kecil, aha lucu-lucu deh, pipinya itu lho chubby hihi) diantara beberapa foto Ha Na, ada foto dirinya bersama Do Jin.
Pukul 7.30 Ha Na bangun tidur dan tersenyum manis memandang foto dirinya bersama Do Jin. Ha Na mendapat kiriman sms.
‘Daebak. Apa kau tahu teman kelasmu Kim Do Jin mencium Seo Yi Soo dari kelas kami? Tapi setelah dia melakukan itu dia bilang dia mau belajar ke luar negeri. Seo Yi Soo menangis dan berteriak histeris. Btw, kau di kelas mana? Aku di kelas 6-3’
Mata Ha Na membesar terkejut membaca sms ini. Saking terkejutnya ia tergeletak di tempat tidur. Wakakak lucu liat muka kagetnya.

---Kenapa ada aroma AGD diawal scene ini ya. Kim Do Jin, Seo Yi Soo dan Kanada. Bagi pecinta AGD pasti paham lah. Kalau memang iya berarti Kim Do Jin udah playboy sejak kecil ya hahaha--- 

 
Ha Na yang kecewa membakar semua kenangannya tentang Do Jin. Ia menangis dan membakar surat-surat kiriman Do Jin.

Suara Ha Na : ‘Alkohol dan narkoba tak hanya dilarang bagi yang dibawah umur oleh hukum tapi juga berbahaya bagi kesehatan. Bagiku yang seorang siswa SD, yang bisa kulakukan hanya mengutuk dalam hati.’
Ha Na menatap foto dirinya bersama Do Jin, “Dasar brengsek. Kau itu pantas disambar petir di Kanada.” Ha Na membakar foto dirinya bersama Do Jin dan tak lupa ia juga membakar gelang kuning pemberian Do Jin.
Pagi hari hujan turun deras disertai petir, Ha Na menatap jendela dengan mulut menganga melihat hujan deras di luar. Ia kesal kenapa petir itu menyambar di sini (kenapa ga di kanada saja hehe) 
Eonni-nya bertanya kenapa, apa Ha Na takut, “Apa masa depanmu di kelas 6 seperti padang pasir?” (belum tahu siapa nama Eonni-nya)

Ha Na duduk lemas di kursi. Eonni heran kenapa wajah Ha Na terlihat tak bersemangat. Apa sekarang Ha Na khawatir karena di sudah kelas 6.
Ibu datang membawakan susu untuk Ha Na. Ibu mengatakan kalau ini sekarang saatnya Ha Na merasakan yang namanya stres. Kelas 6 adalah pertarungan pertama yang harus Ha Na menangkan untuk bisa kuliah di Seoul. Ibu bertanya pada Eonni apa sudah memeriksa gula darah. Eonni mengeluh kesal. (Eonni-nya Ha Na ini menderita diabetes)
Hujan sudah sedikit reda tapi Ha Na tetap berangkat ke sekolah menggunakan payung. Ha Na berlari menuju seolah menyusuri jalanan yang basah dan hujan.

Suara Ha Na : “Si brengsek itu, aku sudah menghapusnya dari ingatanku sejak kemarin. Aku bahkan membersihkan tempat sampah. Tahun terakhir Sekolah Dasar, aku akan membuat tahun ke enam-ku menjadi tahun yang sempurna. Sempurna hingga akhir.”

Ketika Ha Na menuju sekolah ada sebuah mobil yang mengklakson. Seorang gadis cantik membuka jendela mobilnya. Go Na Ri menyuruh Ha Na masuk ke mobilnya.
Na Ri melihat kalau sepatu dan pakaian Ha Na basah. Ia menebak itu pasti tak nyaman. Ha Na bilang no problem. Ia senang bertemu dengan Na Ri pagi ini dan tahun ini mereka berdua berada di kelas yang sama. Keduanya senang bukan main. Na RI mengatakan kalau sejak TK kelasnya dan Ha Na selalu bersebelahan dan bersebrangan. Ha Na menambahkan bukankah sekarang bisa sekelas.
Di sebuah jembatan penyebrangan, seorang wanita mengenakan pakaian serba hitam, sepatu hak tinggi hitam dan tas dengan warna hitam berlindung dibawah payung hitam menatap jalan raya yang basah terguyur hujan. Wanita itu berjalan menuju suatu tempat. Ok apa sudah boleh menyebut nama, walaupun belum disebutkan namanya kita bisa menebak kalau ini adalah Ma Yeo Jin.
Ha Na dan Na Ri sampai di depan gerbang sekolah. Hujan sudah reda. Ha Na bersyukur hujan sudah reda, “Eonni-ku mengutukku tadi pagi. Katanya cuaca pagi ini akan menjadi pembuka kelas enam-ku.”

Na Ri teringat sesuatu, bukankah Ha Na juga dekat dengan Kim Do Jin, “Apa dia tak melakukan sesuatu padamu?” Ha Na terdiam sejenak, ia yang sebel pun berusaha tertawa. Tak mungkin. Tak ada apapun yang terjadi. Na Ri tak percaya, apa sungguh tak ada apa-apa.
Suara klakson mobil menghentikan keduanya, seorang wanita membuka jendela mobilnya. Ia menyapa Na Ri menayakan apa ibu Na Ri sehat sehat saja. Na Ri menjawab ya sambil menunduk memberi hormat. Ha Na juga menyapa wanita itu yang tak lain adalah guru di SD Sandeul. Guru Jung.

Guru Jung merasa akan bagus sekali kalau mereka bisa sekelas di tahun ini. Tapi walaupun tak sekelas, kelas mereka masih bersebelahan kok, jadi akan sering bertemu.
Guru Jung, 42 tahun. Walikelas 6-4. Nama lengkapnya Jung Hwa Shin, 17 tahun sebagai guru. Motto : jangan lupakan orang tua.

Ha Na bertanya pada Na Ri apa temannya ini sudah mendengar siapa wali kelas mereka. Na Ri belum tahu.
Seorang guru pria berdiri di depan pintu masuk mengingatkan murid-murid agar memastikan mengeringkan payung sebelum masuk ruangan. Pak Guru ini ngomong tapi matanya tertuju pada hape saja. (Lagi sms-an apa lagi facebook-an, apa lagi twitter-an hahaha)
Guru Goo, 49 tahun. Wali kelas 6-1 Goo Ja Song. Diangkat sebagai Ketua Guru. Tujuan hidup : milyarder saham.

Ha Na terkejut mendengar Na Ri mengatakan ada seorang guru yang mendapat julukan penyihir. Na Ri berkara kalau Sun Young bilang itu panggilan guru tersebut di sekolah sebelumnya. Ha Na menilai kalau sepertinya guru ini menakutkan.
Keduanya berpapasan dengan seorang guru wanita, Yang Min Hee. Guru Yang meminta pendapat Ha Na dan Na Ri, dicuaca seperti ini bagaimana kalau upacara pembukaannya dilakukan di lapangan. Na Ri dan Ha Na tak mau, di lapangan kan basah, becek. Guru Yang juga merasa sependapat. Ia memberi tahu kalau ia mengatakan hal itu pada wakil kepala sekolah. Ha Na dan Na Ri tentu saja senang. Keduanya memuji Guru Yang adalah yang paling baik.

Ha Na berharap akan bagus sekali kalau Guru Yang menjadi wali kelasnya. Guru yang tertawa, menanyakan keduanya di kelas berapa. Ha Na dan Na Ri serempak menjawab kelas 6-3. Guru Yang berkata kalau mereka akan sering bertemu walupun tak berada di kelas yang sama. “Nikmati tahun terakhir kalian! semoga sukses! Figthing!”
Guru Yang, 27 tahun. Walikelas 6-2, nama lengkap Yang Min Hee. Baru dua tahun menjadi guru. Motto : tak perlu khawatir dan bersenang-senanglah.
Di ruangan kelas 6-3, asyik banget nih, tampak beberapa anak yang menggambar-gambar di papantulis dan yang lainnya asyik mengganggu. Ada seorang anak yang keluar untuk menerima telepon (huwaaa udah bawa hape)
Disalah satu sudut Ha Na dan Na Ri ngerumpi bersama dua teman lainnya, Sun Young dan Hwa Jung. Keempatnya membicarakan siapa yang menjadi ketua kelas nanti. Na Ri merasa kalau dia harus kembali menjadi ketua kelas. Ia pun mengandalkan ketiga temannya untuk mendapatkan banyak suara. Kalau pemilihannya berjalan lancar ia berjanji akan mentraktir ketiganya.

Hwa Jung jelas senang sekali. Sun Young berkata kalau Na Ri tak perlu khawatir, ia akan memastikan Na Ri akan terpilih. Ha Na membenarkan karena Na Ri pasti bisa menjadi ketua kelas. Tapi Na Ri mengeluh kalau ini tak mudah.
 
Na Ri melirik ke arah seorang siswi yang tengah membaca buku. Kim Seo Hyun. “Kim Seo Hyun, dia ketua kelas di kelas 5-2. Dia tak pernah mengikuti les privat tapi bisa menang setiap lomba. Dia nomor 1 yang sebenarnya di sekolah ini, dia saingan terberatku. Kudengar dia kutu buku dan tak punya teman. tapi tetap saja dia dikenal karena nilainya.”

Ha Na kagum mendengarnya, ia menoleh memandang Seo Hyun yang menyibukan diri dengan membaca. Seo Hyun menyadari kalau ada yang melihatnya, ia menoleh ke arah Ha Na. Ha Na melambaikan tangan menyapa, tapi Seo Hyun tak membalasnya. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke buku. Ha Na jadi malu sendiri sudah dicuekin kayak gitu.
 
Tiba-tiba ada seorang anak lelaki mengagetkan Ha Na. Oh Dong Goo. Dong Goo tak menyangka kalau tahun ini ia akan bersama Ha Na lagi. Dong Goo naik ke kursi berteriak lantang, kalau ia sekelas lagi dengan Ha Na. Dong Goo jejogetan tak karuan. Ha Na sebel karena harus sekelas lagi dengan Dong Goo.

Terdengar suara pengumuman yang menyuruh anak-anak berkumpul di auditorium untuk melaksanakan upacara pembukaan. Guru Yang mengatur anak-anak untuk tertib masuk ke ruang auditorium.
Guru Jung dan Justin menyapa Guru Yang. Guru Jung menebak ini pasti kerjaannya Guru Yang melakukan upacara pembukaan di ruang auditorium. Guru Yang tertawa mengiyakan. Justin pun memberi Guru Yang semangat, ia sudah melihat perjuangan Guru Yang ketika mengusulkan ini pada wakil kepala sekolah.

Guru Jung setuju, “kerja bagus. lagi pula di jaman sekarang siapa yang mengadakan upacara pembukaan? Dia itu kuno sekali. Itu lho kepala sekolah kita.” Guru Jung dan Justin masuk duluan ke ruang auditorium.

Karena dirasa semua siswa sudah masuk ke ruang auditorium, Guru Yang pun akan kesana. Tapi ia mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Guru Yang berbalik untuk melihat siapa yang datang. Bayangan hitam seseorang yang datang itu semakin lama semakin mendekat dan membuat Guru Yang terkejut. Ia tersenyum menyapa tapi raut wajahnya tiba-tiba berubah bingung.
Upacara pembukaan, ada sambutan dari kepala sekolah. Bu kepsek berdiri di depan menyampaikan sambutannya. Huwaaaaa anak-anak bosan Bu. Wakil kepala sekolah sampai hafal berapa kali Bu kepsek mengulang kata ‘jadi’ 'benar'
Wakasek melihat Guru Goo terus-menerus memainkan ponsel. Wakasek menyindir di zaman smartphone ini sulit sekali mendengarkan pidato seperti itu. Guru Goo pun menyudahi pencet-pencet ponselnya. Ia mengatakan kalau di tahun berikutnya Bu kepsek akan pensiun kok jadi ucapan ‘jadi’ juga akan ikut berakhir.
Wakasek : “Itu sebabnya membiasakan diri juga penting. Kau juga Guru Goo, kalau kau menunjukkan terlalu banyak kepintaran tak mempedulikan tempat dan waktu kau juga bisa kehilangan pekerjaanmu sebagai guru tahun ini.”

“Aku mengerti.” kata Guru Goo sambil menyimpan ponselnya di saku jas.
Wakasek melihat diantara para guru yang ada, ia tak melihat salah seorang guru kelas 6. Ia tak melihat guru kelas 6-3, Guru Ma. Guru Yang memberi tahu kalu tadi Guru Ma bilang padanya bahwa dia lebih memilih bersiap-siap mengajar daripada membuang waktu untuk upacara pembukaan seperti ini.
Seorang Guru masuk ke sebuah kelas. Ia meletakan jaketnya di kursi dan tas di meja. ia berjalan mengelilingi ruangan kelasnya. Ia berhenti tepat di sebuah meja salah satu siswa. Ia mengangkat tempat pensil di meja itu. Tempat pensil milik siapakah itu? Shim Ha Na.
Kembali ke auditorium, Wakasek pun mengumumkan siapa-siapa saja yang akan menjadi wali kelas di tahun ajaran yang baru ini.
Kelas 6-1 guru Goo Ja Song. Anak-anak kelas 6-1 pada ga suka hehe.
Kelas 6-2 guru Yang Min Hee. huwaaaa anak-anak kelas 6-2 bersorak kegirangan.
Kelas 6-3 Guru Ma Yeo Jin. Tapi karena alasan pribadi dia tak bisa menghadiri upacara pembukaan. 

Kelas 6-4 Guru Jung Hwa Shin.

Na Ri heran kenapa Guru Ma tak ada, apa dia terlambat di hari pertama.
Anak-anak kelas 6-3 pun berada di kelasnya. Sun Young memberi tahu Na Ri kalau In Bo siap mendukung Na Ri menjadi ketua kelas. Na Ri memberi tanda siapa-siapa saja yang mendukung dirinya.
Ha Na duduk lemas di kursinya. “Shim Ha Na...!” tiba-tiba Dong Goo muncul mengegetkannya. Ha Na yang kaget bukan main tanpa sengaja menjatuhkan tempat pensilnya, isinya berjatuhan.
Ha Na tentu saja marah pada Dong Goo tapi Dong Goo cuek berkata kalau ia tak melakukannya. Ia tak menjatuhkan tempat pensil itu, Ha Na sendiri yang melakukannya. Dong Goo langsung lari muter-muter. Ha Na kesal bukan main, sudah sekelas sama Dong Goo, sering diganggu pula. Ia merapikan pensil-pensilnya yang terjatuh. Terdengar bel masuk berbunyi.
Ada seorang guru yang membuka pintu kelas. Mata seluruh siswa menatap pada siapa yang masuk. Guru itu menutup pintu dan menatap satu-persatu siswanya. Ha Na tersenyum melihat guru-nya. Ya ini Ma Yeo Jin.
Guru Ma menatap Ha Na yang jongkok di bawah merapikan pensil-pensil. Ha Na tersenyum mengangguk tanda menyapa gurunya. Tapi Guru Ma tak membalas senyuman Ha Na. Ia diam tanpa ekspresi.
Angin berhembus menyeka wajah Ha Na yang terkejut melihat ekspresi gurunya yang dingin.
 Guru Ma berdiri di depan dan menyuruh anak-anak untuk duduk di tempat masing-masing. Anak-anak malas melakukannya. Oh Dong Goo dengan tingkah konyolnya berkata kalau ia tak tahu harus duduk dimana.

Tingkah lucu Dong Goo membuat anak lain tertawa. Tapi Ha Na yang melihat ekspresi dingin Guru Ma sama sekali tak tertawa. Guru Ma pun berkata kalau ia akan segera mengaturnya jadi sekarang duduk dimana saja. Mereka pun terdiam dan segera duduk. Ha Na juga sudah selesai merapikan pensilnya.
Guru Ma menyuruh anak-anak untuk menyimpan buku dan tinggalkan alat tulis saja di meja karena mereka akan melaksanakan tes. Anak-anak jelas saja terkejut, tes di hari pertama masuk sekolah, bukankah itu hal yang aneh. Mereka protes.
Sun Young menggerutu, “Memangnya siapa yang tes di hari pertama sekolah?”
Hwang Soo Jin juga protes, “Bukankah seharusnya Bu Guru memperkanalkan diri dulu.”

Guru Ma berkata kalau namanya pasti sudah didengar ketika upacara pembukaan tadi. Sun Young berkata kalau ia dan yang lainnya ingin Guru Ma memperkenalkan diri secara langsung.

Soo Jin : “Ibu juga belum tahu nama kami. Hari ini hari pertama sekolah, ayo kita saling memperkanalkan diri. Benarkan, teman-teman?”

Semua setuju usulan Soo Jin.
Guru Ma mengatakan kalau ia sudah tahu nama semua siswanya. Apa lagi yang mau diperkenalkan. Ia menatap Soo Jin. “Hwang Soo Jin, lahir 14 Desember 2001, tinggi 163 cm, berat 45kg, golongan darah B, memiliki seorang kakak laki-laki. Suka hangout dan mudah bergaul. Kau diundang untuk menjadi trainne oleh sebuah stasiun TV karena bakat menarimu. Tapi karena tak bisa menyanyi, saat audisi kau tereliminasi ditahap awal.”

Soo Jin menunduk mendengar kebenaran tentang dirinya yang diketahui oleh Guru Ma.

Guru Ma giliran menatap Sun Young, “Han Sun Young lahir 11 Oktober, tinggi 153, berat 44 kg, gol darah o. Memiliki adik perempuan, Kau menjadi juara kedua di lomba matematika saat kelas 4 tapi ketika di kelas 5 kau tak lolos babak pertama.”
Sun Young menggerutu kesal. Guru Ma bertanya siapa lagi yang ingin mendengarkan tentang perkenalan. Semua siswa menunduk diam tak menyangka kalau Guru Ma sudah mengetahui lebih jauh tentang siswa-siswa di kelas 6-3.
Guru Ma pun meminta mereka untuk siap-siap melaksanakan tes karena setiap senin mereka akan melakukan hal seperti ini. Ia akan memilih ketua kelas berdasarkan nilai. Na Ri mengangkat tangan bertanya, kalau begitu apa kita tak melakukan pemilihan ketua kelas. Guru Ma menilai melakukan pemilihan ketua kelas itu hanya menghabiskan waktu saja. “Kita akan memilih berdasarkan nilai kalian, dua siswa dengan nilai terendah akan menjadi ketua kelas.”

Mereka kaget, nilai yang paling jelek jadi ketua kelas? Na Ri protes bukankah seharusnya nilai yang paling tinggi yang manjadi ketua kelas.
In Bo setuju pendapat Na Ri karena akan aneh kalau nilai terendah yang menjadi ketua kelas.

Guru Ma pun bertanya, apa tugas ketua kelas?
Seorang siswi berkaca mata, Choi Bit Na mengangkat tangan, “mereka mewakili kelas, membantu guru dan bekerja melayani semua siswa di kelas adalah tugas ketua kelas.”
Guru Ma membenarkan, “benar, bekerja. Mereka yang akan melakukan semua pekerjaan kebersihan untuk di kelas. Bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh siswa dengan nilai terendah?”

Na Ri masih belum bisa menerima karena ia ingin menjadi ketua kelas. Tapi Guru Ma bertanya padanya apa Na Ri mau melakukan tugas ketua kelas. “Apa kau akan membersihkan kelas di pagi hari, menyiapkan perlengkapan untuk teman sekelas, menghapus papan tulis, menyiapkan susu dan makan siang, dan membersihkan ruangan.”
“Tapi kami sudah mendapatkan giliran piket untuk melakukannya.” Jo Yeon Hoo ikut protes.

Guru Ma membenarkan tapi sebagai gantinya di kelas ini para siswa tak perlu melaksanakan piket. Ketua kelas dengan nilai terendah yang akan mengerjakan tugas piket dan siswa lain konsentrasi belajar. Mereka masih tak bisa menerimanya.
Guru Ma pun berkata lagi, "selain itu, aku akan memberikan hak istimewa pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Hak untuk duduk dimanapun yang mereka suka. Kalau mereka tak suka mereka bisa pindah tempat duduk kapanpun dia inginkan. Mendapar urutan pertama saat mengantri makan siang. Mereka juga bisa memilih loker lebih dulu. Untuk siswa yang berada ditempat pertama, aku akan memberikan hak untuk menggunakan lokerku dan tentu saja mereka bebas dari tugas kebersihan."
In Bo : “Bukankah itu diskriminasi?”
Guru Ma menatap In Bo, “Diskriminasi? Memangnya kenapa? Orang-orang yang menang dalam kompetisi akan mendapatkan semua hak istimewa. Sedangkan sisanya akan mendapat perlakuan diskriminasi. Bukankah ini aturan yang ada di masyarakat sekarang ini? tak ada bedanya dengan sekolah.” Suara Guru Ma sedikit meninggi membuat seluruh siswa menunduk diam.
Guru Ma berjalan keliling diantara siswanya, “Menurut kalian berapa persen orang-orang di masyarakat yang menikmati hak istimewa seperti ini? Hanya 1%. Satu dari seratus. Kelas kita ada 24 siswa, jadi mungkin hak itu tak akan terjadi disini. Mungkin 1 orang diantara seluruh kelas 6. Lalu bagaimana dengan 99% sisanya? ‘ini diskriminasi, ini tak adil, ada yang salah dengan masyarakat’. Mereka mabuk dan mengeluh. Seperti kebanyakan orang tua kalian. Tapi itu tak ada gunanya, sebanyak apapun kalian mengeluh, dunia tak akan berubah.”
Soo Jin kurang sependapat dengan Guru Ma, “Belajar bukanlah satu-satunya cara untuk sukses. Bukankah para idol banyak yang seperti itu?”
Jo Yeon Hoo sependapat dengan Soo Jin, “Menjadi pemain profesional juga bisa mendapatkan banyak uang,”
Guru Ma kembali berada di depan menatap seluruh siswanya, “Sport star, idol star? Kalau kalian dilahirkan dengan bakat seperti itu dan orang tua kalian kaya, maka kalian tak akan berada di SD pinggiran Seoul seperti sekarang ini. Jangan berkhayal. Kalian tak punya apa-apa sama seperti orang tua kalian.”

Semuanya diam dan Seo Hyun dari tadi Bu Guru panjang lebar ngomong dia tetep baca buku aja. 
Guru Ma pun mengatakan kalau tes-nya akan dimulai sekarang. Anak-anak tak ada yang protes lagi, mereka menyimpan buku di laci meja masing-masing dan menerima soal yang dibagikan Guru Ma. Guru Ma mengatakan kalau mereka memiliki waktu selama 20 menit. Mereka harus bisa menyelesaikan semua soal karena materi yang diujikan semuanya kelas 5. Guru Ma pun mulai menekan timer di ponselnya.
Anak-anak sibuk menjawab soal. Tapi oh tidak, ketika menuliskan nama ujung pensil Ha Na patah. Ia mengambil pensil lain, tapi sama saja patah lagi. Ia melihat pensilnya yang lain dan patah semua. Ha Na ingat kalau tadi tempat pensilnya jatuh ketika Dong Goo mengagetkannya. Ia menoleh menatap Dong Goo kesal.
Dong Goo sendiri, ia sibuk mengundi jawaban. Bukan menjawab soal setelah dibaca tapi malah mengundi jawabannya pake karet penghapus yang sisi-nya sudah ditulisi angka pilihan jawaban.
Ha Na mencoba memakai pensil lain, yang cetak-cetek gitu tapi sama saja. Batang pensilnya patah juga. Ha Na panik. Ia belum mengerjakan soal satu pun.

Guru Ma melihatnya, Ha Na pun akan melaporkan perihal pensil-pensilnya yang patah. Tapi Dong Goo lebih dulu bicara pada Guru Ma. Dong Goo minta izin ingin ke kamar mandi. Tapi Guru Ma tak membolehknnya.
Dengan gaya lucunya Dong Goo meminta Guru Ma untuk memberinya sedikit pengertian. “Ya ampun sudah mau keluar nih.” kata Dong Goo dengan mimik wajah menahan keinginan buang air. 

Guru Ma tetap tak mengizinkan Dong Goo ke kamar mandi, “Jika kau ingin ke toilet ketika pelajaran itu artinya kau tak bisa mengatur waktumu.” Dong Goo berkata kalau sekarang ia merasa akan mengeluarkannya disini. Guru Ma membolehkan, “Silakan. Lakukan saja.” Dong Goo kaget Guru Ma membolehkan ia buang air di kelas.
 Guru Ma berkata kalau sekarang Dong Goo sedang berusaha untuk menentangnya, “Kalau kau menentangku apa kau pikir teman-temanmu akan mendukungmu?” Dong Goo melihat sekeliling, teman-temannya cuek. Guru Ma berkata kalau mereka sepertinya terganggu karena tingkah Dong Goo, mereka tak bisa konsentrasi tes. “Hentikan sandiwara, duduk dan kerjakan soalnya!” Dong Goo pun kembali duduk mengerjakan soal.
Guru Ma kembali melirik ke arah Ha Na yang panik karena ujung pensilnya patah. Ha Na tambah panik karena waktu terus berlalu dan ia sama sekali belum mengerjakan soal. Seo Hyun yang duduk di belakang melihat kepanikan Ha Na.
Na Ri yang juga melihat kepanikan Ha Na berinisiatif meminjamkan pensil miliknya. Ia yang takut-takut ketahuan Guru Ma memberi kode agar Ha Na cepat menerima pensilnya. Tapi ya keduanya ketahuan Bu Guru.

Guru Ma menuduh apa keduanya akan mencontek. Na Ri yang kaget bilang tidak dan tak jadi meminjamkan pensilnya pada Ha Na. Ha Na ingin melapor perihal pensilnya pun tak jadi karena Guru Ma keburu kembali ke tempatnya.

Guru Ma mengatakan kalau sikap mengganggu orang lain karena masalah sendiri ia akan menganggap mereka tak ingin mengerjakan tes dan mengancam akan mengambil soalnya. Jadi ia harap anak-anak menghentikan mengerjakan hal yang tak berguna dan konsentrasi pada tes.

Karena tindakannya dianggap mengganggu yang lain Ha Na diam dan semakin panik saja.
Para siswa berdiri di belakang menunggu keputusan nilai yang didapat. Guru Ma akan memanggil nama mereka berdasarkan nilai. Jadi yang dipanggil bisa maju untuk mengambil hasilnya dan mereka bisa memilih meja yang diinginkan.
Yang menempati posisi pertama adalah Kim Seo Hyun dengan nilai 100. Na Ri sebel melihatnya. Seo Hyun maju menerima hasilnya. Guru Ma memuji Seo Hyun sudah melakukan hal bagus.
Yang menempati posisi kedua dan ketiga nilainya sama, Kim Tae Sung dan Choi Bit Na.

Ke empat Son In Bo.
Ha Na yang cemas takut kalau ia jadi yang terakhir. Na Ri berusaha bersikap tenang mengatakan kalau ini hanya sebuah tes biasa. Na Ri menempati peringkat ke lima. Satu persatu mereka yang dipanggil untuk mengambil hasilnya.
Tinggalah 3 orang yang menempati posisi terbawah. Oh Dong Goo, Shim Ha Na dan Eun Bo Mi. Ha Na dan Bo Mi diam menunduk cemas tapi Dong Goo senyum-senyum santai, seolah tanpa beban. 
Dan yang menempati posisi 22 adalah Eun Bo Mi. Bo Mi lolos dari tugas ketua kelas. Ok dan yang menjadi ketua kelas adalah Ha Na dan Dong Goo, tugas kebersihannya adalah membersihkan kamar mandi lantai 2 dan 3.
Dong Goo kaget apa ia juga harus membersihkan toilet. Guru Ma mengatakan selama minggu pertama sekolah, kelas 6-3 bertugas untuk membersihkan kamar mandi. Dong Goo mengolok-olok Ha Na dengan gaya menutup hidung bau toilet. Ha Na menatapnya sebal. Karena Dong Goo lah ia jadi tak bisa mengerjakan tes.
Kelas usai, saatnya mereka pulang. Tapi tidak bagi Ha Na dan Dong Goo yang harus bersih-bersih kamar mandi. Na Ri mengatakan pada Sun Young dan Hwa Jung kalau pensil Ha Na semuanya rusak dan kertasnya kosong tak ada jawaban. Sun Young tak percaya. Na Ri membenarkan kalau tidak begitu bagaimana mungkin Ha Na bisa menempati posisi terakhir. Hwa Jung merasa kasihan pada Ha Na. Ini tak adil untuk Ha Na. Na Ri menyalahkan Dong Goo, dia yang membuat tempat pensil Ha Na jatuh.
Dong Goo yang sedang menyiapkan alat kebersihan mendengar yang mereka bertiga perbincangkan. 

Bersambung di part 2

Komentar :

Yey drama yang kutunggu akhirnya tayang juga. Akting anak-anak ini benar-benar wow. Baru kali ini nonton K Drama yang full anak-anak, biasanya kalau nonton drama school pasti ceritanya tentang anak SMA tapi sekarang anak SD kelas 6 pula. 

Paling suka pas dialog-nya Go Hyun Jung, ketika dia mengangkat alis pas dialog wiuhhhh wibawanya bener-bener keluar.

Hmmm kira-kira apa ya yang menjadi penyebab Guru Ma menerapkan metode mengajar seperti ini?

23 comments:

  1. Kelas 6 SD tinggi 153 BB 44 kg, w bangd, tuw baru SD gmn dh smA?? Hehe.. G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ pnting ♈α᪪☺.. Dramanya menarik, thx mba Anis

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sendiri sekarang 163cm tapi beratnya 50kg wakaka. hampir sama seperti soo Jin ya

      Delete
    2. Org korea tinggi2 yaa...

      Sari

      Delete
  2. misil kok sekarang tambah tembem sih,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. dari dulu mami mishil udah tembem. sekarang masih tembem hahaha...

      Delete
  3. emmmm
    aku udah nonton episode 2nya dan pada saat mau abis ku nangis gara* kisah hidupnya si dong goo

    ReplyDelete
    Replies
    1. karakter dong goo emang sesuatu. entah di dorama atau pun K drama semuanya dibawakan bagus sama pemainnya...

      Delete
  4. Semangat kak ngelanjutin sinopnya~ ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. trims.. semoga mood-nya tetep ada terus ya...

      Delete
  5. Wah seru seru serruuuuuuuu :D

    Kangen sama aktingnya go hyun jung :) lanjutkan sinopsisnya mba anis :D fighting!

    ReplyDelete
  6. keren... drama seperti ini bisa membuat aq bernostalgia.. hihi, jd ketua kelas emang gak gampang.. :P

    thanks unnie anis, ditunggu sinopsis selanjutkan, tiap hari aq pantengin nih blognya.. bhwawawa, bahasa apa itu? *abaikan

    ReplyDelete
  7. Dilanjutkan Kakak ^^, cerita masa SD di drama Korea jarang diangkat nih. Hehehe...

    ReplyDelete
  8. lanjut....
    baru keliatan ada yg bt sinop ini...
    jd br bs baca skrg..
    huhuhuhu

    ReplyDelete
  9. Yang matahin pensil, guru Ma kyaknya

    ReplyDelete
  10. dramanya, bikin orang ikut gregetan :-p

    ReplyDelete
  11. itu namanya kim do jin sama seo yi soo bikin inget a gentleman dignity. Kekeke

    ReplyDelete
  12. Ini dari drama jepang, judul sama. Peran utama shida mirai, mirip bngt ceritanya. "Queen clasroom" . Dorama shida mirai

    ReplyDelete
  13. Kayaknya guru Ma yang mutusin pensil2 Ha Na... Sebel deh sama guru Ma...

    ReplyDelete
  14. mba gimana sih cara downloadnya kok susah ya

    ReplyDelete
  15. mba gimana cara download nya kok q cari2 susah banget

    ReplyDelete
  16. film nya lucu deh

    ReplyDelete
  17. Apa cuman saya yg ngerasa wajahnya Shim Hana mirip sama D.O'nya EXO, palagi pas lagi bengong, hihihihi 😂 Thank you anyway buat sinopsisnya 👏👍

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.