Thursday 5 December 2013

Sinopsis Suspicious Housekeeper Episode 13 Part 2

Apa terjadi perkelahian diantara mereka? Yup benar sekali, tapi perkelahian itu tidak diperlihatkan. Hanya saja akibat dari perkelahian itu terlihat jelas.


Wajah Soo Hyuk dan Woo Jae lebam. “Kenapa kau memukul mereka?” tanya Soo Hyuk pada Woo Jae. Woo Jae santai mengatakan kalau ia ini pandai meniru seseorang. Soo Hyuk terkekeh.

Han Gyul bertanya apa Soo Hyuk benar-benar akan bekerja di bar. Soo Hyuk tak menjawab. Woo Jae merasa kalau Soo Hyuk mau melakukan itu, dia pasti sudah bekerja di tempat itu. “Kau tak akan melakukannya kan?” Woo Jae menoleh pada Soo Hyuk. Soo Hyuk juga tak menjawab. Woo Jae ingin Soo Hyuk mengatakan saja kalau Soo Hyuk tak akan bekerja di bar. Soo Hyuk berkata jika ia bekerja pada orang lain itu tak akan banyak menghasilkan uang, ditambah lagi sepeda motornya sekarang rusak.

Han Gyul menarik nafas, “Sunbae?”

Woo Jae berjanji ia akan membantu mencari uang untuk biaya perbaikan motor. (hmm itu artinya Woo Jae lebih menghargai Soo Hyuk yang bekerja sebagai delivery daripada di bar) Soo Hyuk tertawa miris, ia harap Woo Jae berhenti berpura-pura menjadi orang baik padanya. Ia meyakinkan kedua temannya kalau dirinya tak akan melakukan hal bodoh jadi jangan khawatir. Soo Hyuk pun pergi.
Soo Hyuk sampai di depan sebuah bar. Dari dalam bar keluar beberapa pria dan wanita yang bersenang-senang. Dua orang yang memukuli Soo Hyuk dan Woo Jae juga ada di depan bar itu. Mereka tahu kalau Soo Hyuk akan datang kenapa tadi pake nolak segala. Soo Hyuk pun memberikan penawaran, “Aku akan melakukan pekerjaan yang berbeda disini. Apa kau punya gitar yang bisa kupakai?” (kayaknya nih pemilik bar pengen mempekerjakan Soo Hyuk jadi kayak Ha Ryu yang kerja di bar ya, tapi Soo Hyuk yang tak mau bekerja seperti itu memberikan penawaran lain)
Sang Chul, Song Hwa dan Dong Shik menyerahkan proposal mereka buat pada Do Hyung. Kali ini, Do Hyung suka dengan proposal yang pegawainya buat. Ia pun menyuruh pegawainya untuk mendapatkan kontrak itu. Tapi menurut Sang Chul tidak ada keharusan untuk mendapatkan kontraknya. Do Hyung tak peduli, pokoknya dapatkan kontraknya. Tidak peduli apapun yang terjadi, kalau memang dibutuhkan, berikan suap pada mereka. Bukankah Sang Chul ini seorang profesional.

Di luar ruangan, Lee Dong Shik mengingatkan Sang Chul, bahwa Sang Chul harus mendapatkan kontrak itu, jika tidak maka Sang Chul akan kehilangan pekerjaan di perusahaan ini. Sang Chul tentu saja paham itu. 

Dong Shik : “Jika kau menggandeng CEO Woo Geum Chi, kau pasti akan mendapatkan kontraknya. Kau belum membicarakannya dengan ayah mertuamu kan?”

Sang Chul diam yang menandakan kalau ia belum akur dan belum pernah membicarakan pekerjaan ini dengan mertuanya. Dong Shik pun menyarankan lebih baik Sang Chul kerjasama dengan ayah mertua Sang Chul.
Di rumah, Bok Nyeo sibuk mengupas buah. Sementara anak-anak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Han Gyul dengerin musik, Doo Gyul baca majalah, Se Gyul merangkai puzzle dan Hye Gyul menggambar. Sambil menggambar Hye Gyul sesekali memperhatikan Bok Nyeo. Ia bertanya pada Eonni-nya bisakah dirinya memanggil Bok Nyeo dengan sebutan ibu. Han Gyul bilang kalau sekarang masih belum. Mereka harus menunggu persetujuan dari ayah mereka. Hye Gyul sudah tak sabar ingin memanggil Bok Nyeo dengan sebutan ibu.

Se Gyul bertanya kira-kira apa yang ayah mereka lakukan. Doo Gyul melirik Bok Nyeo, apa Bok Nyeo tidak menarik sebagai seorang wanita. Han Gyul tak tahu itu, ia bahkan tak tahu apa Bok Nyeo serius dengan perkataan Bok Nyeo kemarin. Ia merasa sepertinya Bok Nyeo marah pada ayahnya karena sesuatu hal.
Sang Chul sampai di rumah. Hye Gyul menanyakan apa ayahnya sudah makan malam, Sang Chul menjawab sudah. Bok Nyeo menyuguhkan buah-buahan untuk anak-anak. Ia menoleh pada Sang Chul dan menatapnya sebentar kemudian kembali ke dapur.

Doo Gyul langsung bertanya pada ayahnya, apa ayahnya ini sudah memutuskannya. Sang Chul tak mengerti, memutuskan apa. Doo Gyul bilang itu tentang Bok Nyeo yang akan menjadi ibu mereka. “Kami sudah setuju, sudah saatnya ayah memutuskannya sekarang.” Sang Chul menoleh ke Bok Nyeo dan keduanya pun bertemu pandang. Sang Chul berkata pada anak-anaknya kalau ia tak bisa melakukan hal itu. Han Gyul bertanya apa ayahnya sudah memikirkannya. Sang Chul berkata kalau ia bahkan tak perlu berpikir tantang itu. Ia merasa Bok Nyeo mengatakan itu karena Bok Nyeo sedang marah.

Bok Nyeo menunjukan pada Sang Chul selembar kertas. Sang Chul tanya apa ini. Bok Nyeo berkata itu dokumen pendaftaran pernikahan. Ia sudah membubuhkan cap stempelnya tinggal Sang Chul yang belum. Benar saja ada cap stempel atas nama Park Eun Soo. Bok Nyeo harap Sang Chul memberitahunya kalau memang sudah memutuskannya. Bok Nyeo meletakkan cap stempel di meja. Sang Chul yang terkejut melongo tak bisa berkata-kata hahaha.
Kakek berada di Happy Company, ia keluar dari kamar mandi. Kakek ingin tahu berapa banyak yang Ny Hong hasilkan dari komisi para pembantu rumah tangga yang Ny Hong salurkan. Ny Hong balik bertanya kenapa kakek menanyakan itu. Ia memperingatkan kalau dirinya tak pernah meminjamkan uang pada orang yang dekat dengannya bahkan jangan pernah memikirkan untuk pinjam uang darinya. (Dikiranya kakek mau pinjem duit hahaha)

Kakek : “Memikirkan apa? aku hanya tak suka kamar mandimu.” (mungkin maksudnya uang komisi yang diterima Ny Hong disuruh buat ngerehab kamar mandi)

Ny Hong menilai kalau kakek sangat pemilih, tidak punya uang, tua dan penyakitan.

“Ayah.. ayah... ayah...” tiba-tiba Na Young datang sambil berteriak memanggil ayahnya. Na Young yang tergesa-gesa dan panik berkata kalau Han Gyul baru saja meneleponnya. “Bok Nyeo-ssi ayah.. Bok Nyeo-ssi...!!!” Na Young panik.
“Ada apa? apa dia meninggal?” Sahut kakek kaget. Ny Hong khawatir (tapi musiknya malah bikin humor hahahaha)

Na Young : “Dia memutuskan untuk menjadi ibunya anak-anak menggantikan posisi Eonniku.”

Kakek melongo terkejut. Ny Hong berseru senang, “omo omo, aku senang mendengrnya terima kasih Tuhan.”

Kakek : “Kalau begitu, apa dia mau menikah dengan pria itu?”

Na Young merasa kalau kakak iparnya belum memutuskan itu. Ny Hong heran memangnya apa yang harus diputuskan lagi. “Kau tak akan bisa menemukan wanita seperti dia di dunia ini. Aku jamin dia wanita yang hebat. Tolong jangan menghalanginya sebelum dia berubah pikiran.”

Kakek kesal, “Ada apa denganmu? Kau ini jadi mak jomblangnya atau apa?”
Ny Hong : “Apa kau tak menyukainya? Tentu saja, itu karena kau berpikiran picik.”
Kakek : “Siapa yang bilang aku tak suka?”
Ny Hong senang, “Jadi kau menyukainya?”

Kakek menggerutu, “Ah dasar pria itu, aku tahu kalau hari ini akan datang,” Na Young bertanya pada ayahnya apa yang harus ia lakukan. Apa yang harus ia katakan pada anak-anak. Kakek yang kesal menyuruh Na Young diam.
Keesokan harinya, Sang Chul memberanikan diri datang ke perusahaan mertuanya. Kakak terkejut melihat kedatangan Sang Chul yang begitu tiba-tiba, “Apa kau kesini untuk memberitahuku kalau kau akan menikah lagi?” Sang Chul bilang tidak, ia tidak menikah. Kakek tanya kenapa tidak, apa Sang Chul akan menikah dengan Yoon Song Hwa. Ia mendengar dari Na Young kalau Sang Chul bekerja bersama Song Hwa. Sang Chul bilang kalau ia juga tak berencana menikah dengan Song Hwa. Kakek bertanya lagi, apa Sang Chul dan Song Hwa benar-benar memiliki hubungan. Sang Chul berkata kalau ia dan Song Hwa hanya rekan kerja saja. Kakek heran lalu untuk apa Sang Chul datang menemuinya.

Sang Chul : “Saya tahu saya tak cukup baik sebagai menantu anda. Tapi saya yakin kalau saya tidak akan mengecewakan anda dalam hal pekerjaan.”

Kakek belum mengerti arah pembicaraan Sang Chul, “Apa yang kau bicarakan?”

Sang Chul mengeluarkan proposal perusahaannya. “Ini proposal untuk merombak chinatown. Kami membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya untuk mengurus kamar mandi dan dapur.” Kakek membaca proposal yang Sang Chul tunjukkan padanya.
Malam hari, Bok Nyeo dalam perjalanan pulang. Ditengah jalan ia berpapasan dengan Do Hyung yang lagi lari malam (bukan lari pagi lho ya).

Do Hyung : “Apa kau sedang mempermainkan Yoon Song Hwa? Apa kau akan jadi ibu mereka? Yoon Song Hwa itu cukup kuat, apa kau bisa mengalahkannya?”

Bok Nyeo menjawab penuh keyakinan kalau ia bisa melakukannya.

Do Hyung : “Meskipun kau tak mencintai Direktur Eun? Aku tak merasa kalau dia itu menarik.”

Bok Nyeo : “Buat saya, dia lebih baik daripada anda.”

(Plakkk ye Do Hyung berasa ditambar bolak balik mendengar ucapan Bok Nyeo)

Do Hyung : “Apa kekuranganku? Aku muda dan tinggi. Ah... apa kau minder karena aku kaya? Kau tak mau menjadi ibu mereka, kan? Apa kau melakukan ini karena aku? Agar kau bisa menjauh dariku?”

Bok Nyeo membenarkan. Do Hyung tak suka mendengarnya, “Benarkah?” Bok Nyeo merasa tak perlu menjawab itu. Ia pun berlalu dari hadapan Do Hyung. Do Hyung memandang kepergian Bok Nyeo dengan tatapan marah.
Besoknya di perusahaan, Sang Chul mempresentasikan Proposal Chinatown di depan CEO Woo Geum Chi alias si kakek hehe. Kakek bergantian memperhatikan Sang Chul yang tengah melakukan presentasi dan Song Hwa yang duduk tepat di depannya. Usai mendengar presentasi Sang Chul kakek memuji kalau itu sungguh bagus. Ia menyukai semuanya kecuali satu hal. Ia minta izin bisakah ia, Song Hwa dan Sang Chul bicara bertiga. Sang Chul dan Song Hwa berpandangan heran.
Ketiganya pun bicara di luar. Kakek berkata sebelum ia memutuskan untuk bekerja sama dengan
perusahaan dimana Sang Chul dan Song Hwa bekerja, ia harus memastikan sesuatu dulu. Ia tak peduli Sang Chul dan Song Hwa akan menjalin hubungan lagi. Tapi ia ingin keduanya berjanji satu hal, “Kalau kalian tidak menikah dibawah hukum jangan harap kau akan menjadi ibu anak-anak.” Sang Chul menegaskan kalau hubungan asmaranya dnegan Song Hwa sudah berakhir.

Kakek pun memutuskan akan menyetujui Bok Nyeo menjadi ibunya anak-anak. “Jadi berjanjilah padaku kau tak akan menjalin hubungan dengannya lagi!” ucap kakek pada Song Hwa.

Song Hwa : “Apa anda ingin saya menulis surat pernyataan untuk itu?”

Kakek menjawab tentu, silakan tulis. Ia akan percya sepenuhnya kalau Song Hwa melakukan itu.

Setelah kakek pergi, Sang Chul dan Song Hwa menuju ruangan atasan mereka. Song Hwa merasa Sang Chul seharusnya bahagia karena ayah mertua Sang Chul menyetujui Bok Nyeo menjadi ibunya anak-anak. Sang Chul bilang kalau semuanya tidak seperti itu jadi Song Hwa juga jangan beranggapan seperti itu.
Sang Chul dan Song Hwa masuk ke ruangan Do Hyung. Do Hyung menanyakan hasil dari proposal mereka, diterima atau tidak. Sang Chul berkata kalau Tn Woo akan memikirkannya kembali. Do Hyung menilai bukankah Sang Chul ini menantu kakek, jadi dia pasti menerimanya. “Tapi selain itu, tentang pendaftaran pernikahanmu.....”

Sang Chul terkejut Do Hyung mengetahui perihal pendaftaran pernikahan. Do Hyung bertanya apa Sang Chul sudah membubuhkan stempel di dokumen pendaftaran pernikahan. Song Hwa tak mengerti apa yang Do Hyung bicarakan. Sang Chul malah yang menjawab kalau itu bukan apa-apa. Do Hyung ingin ia dan Song Hwa mendengar alasan Sang Chul yang buru-buru menikah.

Sang Chul menegaskan kalau ia tidak menikah lagi, anak-anak lah yang meminta Bok Nyeo menjadi ibu mereka. Ia sama sekali tak tahu apa yang dipikirkan Bok Nyeo, tiba-tiba saja Bok Nyeo memberinya dokumen pendaftaran pernikahan dan Bok Nyeo mengatakan kalau dia mau menjadi ibu anak-anaknya.

Do Hyung menyindir Song Hwa, “Kau mengalahkan istrinya tapi kau dikalahkan oleh pembantunya? Kupikir kau kuat, tapi kurasa aku salah.” Hati Song Hwa benar-benar panas nih.
Bok Nyeo dan Hye Gyul mampir ke toko daging Paman Shin. Paman Shin tersenyum menyapa Bok Nyeo. Bok Nyeo pun memesan daging bagian perut babi. Paman Shik penuh senyuman melayani Bok Nyeo. 

“Ahjussi, ayahku dan Bok Nyeo-nim akan menikah!” seru Hye Gyul memberi tahu Paman Shin.

Pluk... karena terkejut tanpa terasa Paman Shin menjatuhkan daging yang dipegangnya. “Apa menikah?” 

Hye Gyul mengangguk.

“Apa itu benar?” tanya Paman Shin pada Bok Nyeo. Bok Nyeo membenarkan. Paman Shin yang mengambil kembali daging tiba-tiba menjatuhkannya lagi saking kaget dan tak percaya hehe.

Mi Ja heran melihat suaminya tampak begitu linglung, “Hei apa yang kau lakukan? Hye Gyul akan punya ibu. Kita ucapkan selamat padanya.” Mi Ja tersenyum memberikan selamat pada Hye Gyul. Ia pun memberikan bonus kikil babi untuk Hye Gyul bawa pulang. Paman Shin bicara lemas kalau Bok Nyeo pasti tak akan mau menerima pemberian yang sifatnya gratis. Tapi Bok Nyeo malah menerimanya ia berterima kasih. Mi Ja merasa kalau Bok Nyeo pasti akan menjadi ibu yang hebat untuk anak-anak.

Setelah Bok Nyeo pergi Paman Shin masih menatap linglung. Mi Ja menepuk punggung suaminya dan tertawa, hahaha.
Sang Chul sampai di rumah dan terkejut begitu melihat Bok Nyeo berdiri menunggunya. Sang Chul akan ke kamarnya, tapi Bok Nyeo menghalangi jalannya. Bok Nyeo tanya apa Sang Chul mau makan malam dulu. Sang Chul bilang kalau ia akan mandi dulu. Sang Chul akan ke kamarnya tapi lagi-lagi Bok Nyeo menghalanginya, apa Sang Chul sudah membubuhkan stempel di dokumen pendafaran pernikahan. Sang Chul tak mengerti jalan pikiran Bok Nyeo, kenapa melakukan ini. Bok Nyeo berkata kalau anak-anak terus bertanya, ia harap Sang Chul segera membubuhkan stempel itu.

Sang Chul yang akan mandi, duduk di kloset sambil membaca koran. Pintu kamar mandi diketuk dari luar. Sang Chul berseru kalau ia akan segera keluar. Yang mengetuk pintu kamar mandi itu Bok Nyeo.

Bok Nyeo berkata kalau ia membawakan pakaian bersih untuk Sang Chul. “Tapi.... apa anda sudah memberi stempelnya?” tanya Bok Nyeo. Sang Chul menahan kesal Bok Nyeo terus-menerus menanyakan itu.
Song Hwa ada di ruangan Do Hyung. Do Hyung ingat bukankah Song Hwa bilang padanya kalau Song Hwa akan mengirim Bok Nyeo padanya. “Kau itu salah alamat atau apa? kau mengirimnya ke Direktur Eun. Bagaimana kau akan bertanggung jawab atas kesalahan itu?” Song Hwa meminta Do Hyung jangan khawatir, ia akan membuat Bok Nyeo menyadari posisi Bok Nyeo yang sebenarnya.
Sang Chul menyusul Bok Nyeo yang akan membuang sampah. Ia menayakan apa yang terjadi pada Bok Nyeo, kenapa Bok Nyeo tiba-tiba memutuskan itu. Ia bisa mengerti kalau Bok Nyeo ingin menjadi ibu anak-anak, tapi membubuhkan stempel, bukankah itu sudah keterlaluan. “Apa kau melakukan ini supaya aku menjaga tingkah lakuku? Apa karena waktu itu aku ke rumah Song Hwa?” Bok Nyeo membenarkan, ia ingin Sang Chul menjaga tingkah laku. “Jangan mengkhianati anak-anak yang anda cintai.” Sang Chul terdiam mendengar ucapan Bok Nyeo.
Esoknya, ketika Bok Nyeo sedang membersihkan rumah, ia menerima telepon dari Song Hwa yang mengajaknya bertemu di kafe depan apartemennya, Sugar Cafe.

Bok Nyeo teringat sesuatu, ia membuka laci dapur dan menemukan secarik kartu kafe, dengan nama Sugar Cafe. Ia membalik kertu itu dan tertanda kalau kartu itu sudah digunakan sekali ketika tanggal 13 Mei.

Han Gyul sampai di rumah, Bok Nyeo segera menyimpan kartu itu di saku bajunya. Han Gyul melihat dokumen pendaftaran pernikahan di meja makan belum dibubuhi stempel ayahnya. Ia sedikit kecewa karena ayahnya melum memberikan stempelnya. Han Gyul berharap Bok Nyeo tak perlu sedih ayahnya belum memberikan cap stempel, itu bukan berarti ayahnya tak menyukai Bok Nyeo. Bok Nyeo kemudian bertanya perihal kematian ibu Han Gyul, hari apa ibu Han Gyul meninggal. Han Gyul heran dan bertanya kenapa Bok Nyeo menanyakan itu.
Bok Nyeo membeli kue di Sugar Cafe. Ia menunjukan kartu kafe dan pelayan pun membubuhkan cap stempel di kartu itu, tak lupa pelayan juga menuliskan tanggal sekarang Bok Nyeo membeli kue. Bok Nyeo memperhatikan dengan seksama kartu itu. Bok Nyeo menuju salah satu kursi di Cafe.

Song Hwa baru saja tiba dan melihat Bok Nyeo. Keduanya pun berada di meja yang sama, hmmm meja yang sama seperti ketika Song Hwa bicara dengan Sun Young.
Song Hwa berkata kalau ia mendengar Bok Nyeo memberikan dokumen pendaftaran pernikahan. Ia tertawa remeh, apa itu benar. Bok Nyeo membenarkan. Song Hwa memberikan bingkisan besar untuk Bok Nyeo, ia mengatakan kalau itu hadiah pernikahan untuk Bok Nyeo. Ia ingin Bok Nyeo berhenti memakai jaket abu-abu itu. “Kau akan segera menjadi istri Direktur Eun, jadi aku harus memperlakukanmu dengan baik.” Bok Nyeo menolak pemberian Song Hwa. Song Hwa tanya kenapa, apa Bok Nyeo tak menyukai hadiahnya. Bok Nyeo berkata kalau ia tidak akan mengambil suap dari bawahan calon suaminya (hahaha)

Song Hwa meminta Bok Nyeo sadar diri, “Kau bisa saja menjadi ibunya anak-anak tapi kau tak bisa menjadi istrinya. Direktur Eun bilang dia tidak akan menikahimu. Aku sudah bilang kalau aku yang mengendalikan si batu ayah. Kau sebenarnya tidak peduli pada Eun Sang Chul, kan?”

Bok Nyeo : “Apa maksudnya?”
Song Hwa : “Han Gyul, Doo Gyul, Se Gyul dan Hye Gyul, tujuanmu hanya untuk menjadi ibu mereka, kan? Kau tak bisa mempermainkan CEO Jang karena dia tak punya anak. Jadi sebagai gantinya kau mempermainkan Eun Sang Chul. Kau ingin mengganti kematian keluargamu dengan anak-anak itu, kan? Apa kau ingin memuaskan keinginanmu dengan memanfaatkan anak-anak yang telah kehilangan ibu mereka? Untuk beberapa hari pertama mungkin menyenangan menjadi ibu mereka, tapi itu tidak akan lama. Kau hanya penghalang bagi anak-anak.”

Bok Nyeo diam menatap dan mendengar ucapan tajam Song Hwa.

Dalam perjalanan kembali ke rumah majikannya, Bok Nyeo mengingat saat hari pertama ia bekerja di rumah Keluarga Gyul. Ia menemukan kartu ucapan peninggalan istri Sang Chul. Jika aku menjadi penghalang bagimu, aku akan pergi Ya Bok Nyeo pun sepertinya bisa menebak kalau saat itu Song Hwa mengatakan ucapan pedas pada ibunya anak-anak.
Sampai di rumah Bok Nyeo ditanya oleh Han Gyul apa Bok Nyeo baru saja pergi ke suatu tempat. Bok Nyeo berkata ia keluar karena ada keperluan. Han Gyul melihat kotak kardus yang dibawa Bok Nyeo, “Apa itu kue? Apa hari ini ulang tahunmu?” Bok Nyeo menjawab tidak. Han Gyul melihat Bok Nyeo tampak tak sehat, apa Bok Nyeo sakit. Bok Nyeo kembali menjawab tidak.
Bok Nyeo menyuguhkan kue yang ia beli pada anak-anak. Mereka memuji kue-nya enak. Hye Gyul ingin Bok Nyeo beli kue itu lagi. Bok Nyeo berjanji kalau ia akan membelikannya lagi. Han Gyul melihat ada yang aneh dari sikap Bok Nyeo.
Han Gyul menyusul Bok Nyeo yang menjemur pakaian. Ia membnatu menjemur pakaian itu. Han Gyul tahu kalau kue itu bukan dibeli dari dekat sini. Ia menebak kalau Bok Nyeo pasti menemui seseorang, apa itu ibu mertua Bok Nyeo. Bok Nyeo bilang bukan. Han Gyul tanya siapa yang Bok Nyeo temui. Bok Nyeo diam. Han Gyul mendesak agar Bok Nyeo mengatakannya, ia sangat mengkhawatirkan Bok Nyeo.

Bok Nyeo pun jujur kalau ia menemui Yoon Song Hwa. Mata Han Gyul membesar terkejut, kenapa Bok Nyeo menemui Song Hwa. Bok Nyeo tak menjawab. Han Gyul ingin tahu apa yang Song Hwa katakan hingga membuat Bok Nyeo terlihat begitu sedih. Bok Nyeo berkata kalau Song Hwa menyebut dirinya sebagai penghalang. Han Gyul kesal menilai Song Hwa sudah keterlaluan, “Apa dia mengatakan ucapan seperti wasiat ibu karena kau akan menjadi ibu kami?” Han Gyul pun meminta sesuatu pada Bok Nyeo, ”Tunjukkan padanya kalau dia tidak akan bisa menjadi ibu kami!”
 
Bok Nyeo kembali ke Sugar Cafe membeli kue yang sama. Ia pun menyerahkan kartu kafe untuk di cap oleh pelayan. Bok Nyeo berdiri di dekat tempatnya duduk dengan Song Hwa kemarin. Ia melihat di pojok atas ada kamera CCTV. Ia pun minta ijin pada pelayan bisakah dirinya melihat rekaman di CCTV itu. Pelayan tanya untuk apa, Bok Nyeo berkata kalau ia kehilangan sesuatu di kafe ini.
Bok Nyeo sampai di rumah majikannya, ia membuka ponsel dan akan memutar rekaman CCTV yang ia dapatkan. Tapi belum sempat Bok Nyeo melihatnya tiba-tiba Han Gyul bertanya padanya, kenapa hingga malam Bok Hyeo belum pulang. Bok Nyeo berkata kalau ia akan segera pulang. Han Gyul ingin tahu apa yang Bok Nyeo lihat di ponsel. Bok Nyeo tak menjawab, ia malah mengatakan kalau dirinya akan pulang setelah Hye Gyul tidur.
Bok Nyeo pun pulang, dalam perjalanan pulang ia menghubungi Song Hwa meminta bertemu. Song Hwa tanya kenapa Bok Nyeo mengajaknya bertemu. Bok Nyeo mengatakan kalau ia menemukan bukti bahwa Song Hwa adalah orang yang terakhir menemui Woo Sun Young sebelum meninggal.

Song Hwa terdiam terkejut, bukti? ucapnya terbata-bata. Ia yang masih berada di kantor melirik ke Sang Chul yang terlihat sibuk bekerja. Tangan Song Hwa gemetaran mendengar ada bukti terkait dirinya dan kematian Sun Young.
Song Hwa sepertinya tahu yang dimaksud Bok Nyeo dengan bukti. Ia bertanya pada pelayan Sugar Cafe, apa CCTV itu tidak merekam suara. Pelayan bilang itu tidak merekam suara. Song Hwa sedikit menarik nafas lega. Ia pun menuju tempat duduknya yang seperti biasa.

Walaupun sedikit lega tapi Song Hwa tetap tak tenang. Ia melihat CCTV itu yang seperti senapan yang siap menembakan peluru ke arahnya. Ia pun mengingat hari dimana ia berbincang dengan Sun Young di kafe itu.
Bok Nyeo sampai disana dan duduk di depan Song Hwa. Song Hwa berusaha bersikap tenang, ia menanyakan apa yang coba Bok Nyeo lakukan. Bok Nyeo mengeluarkan ponsel dari saku jaket. Ia menunjukan rekaman CCTV perbincangan Song Hwa dengan Sun Young.

Walaupun cemas Song Hwa berusaha bersikap tenang, memangnya apa yang bisa Bok Nyeo lakukan dengan rekaman itu. Rekaman itu hanya membuktikan kalau ia bertemu dengan Sun Young. Bok Nyeo bahkan tak tahu apa yang ia bicarakan dengan Sun Young.

Bok Nyeo : “Saya bisa tahu itu dengan membaca gerak bibirnya.”

Song Hwa tercengang, “Apa? kau bisa membaca gerak bibir orang?”
Bok Nyeo pun menirukan gerak bibir Song Hwa yang saat itu bicara dengan Sun Young, ‘Kau hanya menjadi penghalang.’

Song Hwa semakin tercengang, apa yang coba kau lakukan?

Bok Nyeo : ‘Ketika kau meninggalkan korea dengan anak-anak ke Filipina, bukankah kau sudah menyerah dengan suamimu? Telepon aku jam 12 tengah malam. Aku tak akan menutup telepon dan meletakannya disuatu tempat. Lilin mana yang akan menyala malam ini?’
Mata Song Hwa membesar tak menyangka Bok Nyeo bisa mengetahui semua ucapannya kala itu. “Siapa sebenarnya kau? Apa kau ingin mencekikku dengan melakukan ini? Baik. Kau bisa memilikinya. Kau bisa memiliki Eun Sang Chul dan anak-anak. Itu tujuanmu kan?” Mata Song Hwa berkaca-kaca penuh amarah, suaranya pun meninggi. “Lakukan apa yang kau inginkan. Kau bisa mengungkapkan ini. Tapi ini tidak akan mengembalikan orang yang sudah mati. Kau bisa mengatakan ini ke semua orang kalau kau mau.”

“Baik.” Bok Nyeo menerima tantangan Song Hwa. Ia tak takut dan akan mengungkapkan itu.
Bok Nyeo akan pergi sambil membawa ponselnya. Tapi Song Hwa yang cemas dan ketakutan menahan tangannya, “Tolong jangan lakukan itu!” Song Hwa memohon. “Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jadi tolong rahasiakan itu!” Bok Nyeo menatap song hwa yang memohon padanya. Tapi Bok Nyeo melepaskan tangannya dan akan pergi dari sana.

“Aku mencintainya!” aku Song Hwa membuat langkah Bok Nyeo terhenti. “Aku melakukannya karena aku mencintainya.”
Bok Nyeo menoleh menatap tajam Song Hwa. “Itu adalah kalimat yang paling saya benci. ‘Karena kau mencintainya’ melakukan hal itu karena anda mencintainya.”

Bersambung ke episode 14

Kenapa Bok Nyeo tak suka, ya mungkin ini seperti pengalaman Bok Nyeo sendiri. Seo Ji Hoon menghalalkan segala cara karena pria itu mencintai Eun Soo.

5 comments:

  1. Gambar nya koq gaada eonn??
    Kurang srek bca nya tnpa lihat gambar nya hehe..
    Fighting eonnie!! ditunggu kelanjutan nya ^^

    ReplyDelete
  2. thanks sinopsis na ....
    ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  3. Sy harap bok nyeo jadi ibu anak2 yg sesungguh nya.mksh ya mba udh lnjutin sinop ini.tetep semangat ampe akhr.sy sll nunggu episode selanjut nya ^_^

    ReplyDelete
  4. gomawo sinopsisnya, ditunggu kelanjutannya fighting

    ReplyDelete
  5. Gomawo udah ngerecap:) ngikutin dari awal nih, sehat terus ya^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah menjadi reader blog ini...
Jika ingin men-share link silakan...
Tidak perlu bertanya kapan episode selanjutnya, kalau memang sudah selesai pasti akan langsung diupdate...
DAN MOHON UNTUK TIDAK MENG-COPYPASTE SINOPSIS DARI BLOG INI...

Sapaan di Tahun 2018

Assalamu'alaikum kawan, apa kabarnya? Buat teman-teman muslim Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.