Hae Joo membawakan minuman untuk Jung Woo. Ia meminta izin terlebih dahulu bolehkan ia masuk ke kamar Jung Woo. Jung Woo membukakan pintu dan mengijinkan Hae Joo masuk.
Tepat ketika Hae Joo masuk ke kamar Jung Woo, ibu keluar dari kamarnya.
Jung Woo merasa kalau hari ini ia mendapatkan pelayanan penuh dari Hae Joo. Ia disuguhi makanan enak dan sekarang secangkir teh. Hae Joo berkata bukankah ia selalu bilang kalau ia akan memperhatikan makanan Jung Woo tapi ia belum melakukannya dengan benar.
Mulai sekarang selama Jung Woo berada di rumah ia akan menyiapkan makanan untuk Jung Woo.
Jung Woo sudah cukup merasa senang meskipun Hae Joo hanya berbasa-basi, ternyata ada bagusnya juga ia menerima skors dari kantor.
Hae Joo menanyakan apa Jung Woo masih menyimpannya. Jung Woo tak mengerti menyimpan apa. Hae Joo berkata kalau ketika kecil ia pernah membaca surat yang dituliskan Kakak Jung Woo untuk putrinya.
Jung Woo masih menyimpannya, memangnya kenapa. Hae Joo berkata kalau tiba-tiba ia mengingatnya dan sepertinya ia belum membaca semua isi surat itu.
Jung Woo ingat kalau waktu itu Hae Joo tak bisa membaca semuanya karena menangis tersedu-sedu. “Kenapa? Apa kau mau membacanya lagi?”
Hae Joo mengangguk mengiyakan.
Jung Woo mengambilkan surat peninggalan kakaknya dan menunjukannya pada Hae Joo. Hae Joo membaca kembali suratnya.
Yoo Jin, hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup ayahmu. Hari dimana dirimu lahir aku dan ibumu menangis tanpa henti. Satu anggota keluarga bertambah setelah 7 tahun pernikahan kami.
Yoo Jin, kau akan tumbuh menjadi wanita yang cantik di dunia ini. Seperti mawar yang berkilau di bulan Mei, bulan disaat kau lahir seperti seorang ratu. Demi membesarkanmu aku akan berusaha keras. Dunia ini keras, tapi kau akan mekar dengan cantik dan bercahaya. Aku berdoa, setiap kali kau tersenyum maka dunia akan lebih cerah. Dan jalan yang kau tempuh akan dipenuhi dengan cahaya terang.
Yoo Jin-ku yang tersayang dan cantik. Karena dirimu ayahmu ini bisa kembali bermimpi. Selama kau hidup, saat hidupmu sangat berat dan menyakitkan ingatlah surat yang ayahmu tuliskan ini. Maka harapan itu akan bersamamu. Kau ratu Mei yang berkilauan. Aku mencintaimu, Yoo Jin.
Hae Joo menangis tersedu-sedu membaca secara lengkap surat yang ditulis ayah kandungnya.
Jung Woo yang melihat ikut merasa sedih dan berkata kalau Hae Joo menangis lagi sama seperti dulu. “Apa kau teringat almarhum ayahmu?” Hae Joo menjawab bukan itu.
Jung Woo menanyakan kalau begitu kenapa Hae Joo menangis. Hae Joo berkata kalau suratnya begitu menyedihkan. Hae Joo ingin tahu kapan kakak Jung Woo meninggal.
Ibu duduk di luar kamar Jung Woo mendengar tangisan Hae Joo, ia pun ikut sedih.
Ibu masuk ke kamar Hae Joo memandang foto suaminya. “Apakah keputusanku benar membiarkannya seperti ini? Kalau itu kau, apa yang akan kau lakukan? Mengesampingkan paman kandung dan ibu kandung, haruskah dia melanjutkan hidupnya seperti ini?”
Hari dimana San dan Hae Joo piknik pun tiba. San tersenyum merapikan taplak meja.
Hae Joo datang bersama kakek (lha hahaha) “Kakak Pembohong!” panggil Hae Joo.
San menoleh dan terdiam begitu melihat kakeknya. Kakek juga sama ia tak berani menunjukan wajahnya di depan San. Hae Joo menarik kakek untuk menghampiri San.
Senyum San pudar begitu melihat kakeknya. Ia masih marah dan pergi meninggalkan tempat yang baru saja ia siapkan. Hae Joo meminta kakek menunggu sebentar ia akan menyusul San.
Hae Joo menarik San menanyakan kenapa San bersikap begini, kenapa pergi begitu saja memangnya San kemana. San kesal kenapa Hae Joo membawa pria tua itu. Hae Joo tak mengerti bagaimana San menyebut kakek dengan sebutan pria tua.
San akan pergi tapi Hae Joo menahan tangannya. Hae Joo mengerti bagaimana perasaan San sekarang tapi ia minta San jangan bersikap seperti ini. San tanya memangnya Hae Joo itu tahu apa.
Hae Joo berkata kalau ia sudah mendengarnya sendiri dari kakek tentang orang tua San. Ia mengingatkan bukankah San pernah mengatakan padanya untuk kembali pada keluarganya tapi sekarang apa yang San lakukan.
San menilai keadaannya berbeda dengan Hae Joo.
Kakek menyusul keduanya mendengarkan apa yang dikatakan San.
Hae Joo mengatakan bahwa bagi kakek hanya San satu-satunya keluarga kakek yang tersisa. Kakek sudah tua dan tak punya banyak waktu kenapa San bersikap begini.
San berkata kalau kekeknya hidup terlalu lama setelah merenggut hidup anaknya yang masih muda dan sehat ke dalam kematian. San yang marah segera berlalu dari sana.
Kakek menatap sedih San yang berjalan menjauh.
Chang Hee mengunjungi butik In Hwa. Ia menghampiri si pemilik butik yang tengah sibuk memeriksa beberapa jaket. Chang Hee menyahut kalau In Hwa sudah bekerja keras walaupun sedang libur.
In Hwa heran kenapa Chang Hee datang ke sini. Ia mengatakan kalau dirinya ini putri ayahnya jadi ketika bekerja maka ia akan bekerja dengan keras.
In Hwa kembali bertanya untuk apa Chang Hee datang kesini. Chang Hee berkata kalau ia berencana mengajak In Hwa hiking tapi itu pun kalau In Hwa tak sibuk.
“Denganku?” In Hwa terkejut tiba-tiba Chang Hee mengajaknya hiking.
Chang Hee melihat sepertinya In Hwa sedang sibuk jadi tak usah hiking lanjutkan saja pekerjaan In Hwa. Chang Hee akan pergi tapi tiba-tiba In Hwa menyahut kalau ia tak sibuk. In Hwa melihat penampilan Chang Hee yang mengenakan setelan jas rapi, “Tapi apa kau mau hiking dengan pakaian seperti itu?”
Keduanya pun hiking mendaki gunung. Chang Hee berjalan paling depan. In Hwa susah payah mengejar Chang Hee, ia ngos-ngosan kelelahan.
In Hwa mengeluh manusia seperti apa Chang Hee ini, mulai sekarang ia akan memanggil Chang Hee ‘Kau menyebalkan setiap hari’
In Hwa berbalik akan turun gunung tak mau melanjutkan. Chang Hee tanya apa In Hwa mau turun sekarang. In Hwa langsung berbalik lagi dan bilang tidak, ia akan terus mendaki.
In Hwa yang kelelahan berusaha mengejar Chang Hee tapi kakinya malah terkilir. Chang Hee menghampiri In Hwa apa In Hwa tak apa apa. In Hwa kesal apa Chang Hee pikir dirinya kelihatan tak apa-apa.
Chang Hee akan memeriksa kaki In Hwa yang terkilir. Tapi In Hwa malah menabok tangan Chang Hee, “Kau mau apa?” Chang Hee berkata kalau ia hanya mau melihat lukanya.
Chang Hee melepas sepatu dan kaos kaki In Hwa. Ia menyemprotkan obat pada kaki In Hwa. (semprotan yang sering dipake pemain bola kalau terkilir)
In Hwa memperhatikan bentuk perhatian Chang Hee padanya. Chang Hee memakaikan sepatu In Hwa kembali. In Hwa mengaduh masih merasakan sakit di kakinya.
Chang Hee tanya apa In Hwa masih bisa berjalan. Dengan juteknya In Hwa menjawab tidak tahu. Chang Hee meminta In Hwa menahannya sebentar dan melanjutkan perjalanan mendaki. Walaupun itu terasa sakit tapi karena pemandangan disini terlalu indah sangat disayangkan kalau hanya dilihat hanya seorang diri.
Chang Hee mengulurkan tangan akan membantu In Hwa berdiri. In Hwa mengangkat tangan akan menerima uluran tangan itu, tapi ia cemberut dan menarik tangannya kembali tak jadi menerima uluran tangan Chang Hee.
Chang Hee pun membiarkannya dan berjalan lebih dulu untuk sampai ke puncak. In Hwa mencoba berdiri tapi kakinya masih sakit. Ia tak bisa berdiri dengan baik. Chang Hee membantunya berdiri dan memapahnya untuk sampai ke puncak.
Di puncak keduanya melihat pemandangan pegunungan yang menakjubkan. In Hwa terpukau melihatnya. Ia merasa kalau ini seperti dunia yang baru, sangat cantik. Chang Hee menyahut bukankah sangat bagus berada disini. In Hwa mengangguk tersenyum.
In Hwa berkata kalau pemandangan bagus seperti ini ia hanya melihatnya di TV, tapi sekarang ia benar-benar melihatnya dan benar-benar bagus.
Chang Hee menyarankan agar sesekali datang ke tempat seperti ini karena itu akan membuat dunia terlihat berbeda kata Chang Hee sambil merangkulkan tangannya ke pundak In Hwa.
In Hwa sedikit gugup tangan Chang Hee berada di pundaknya. Ia menatap wajah Chang Hee yang sedang menikmati indahnya pemandangan. Ia tersenyum malu dan beralih menatap pemandangan yang ada di depannnya dengan senyum sumringah.
Keduanya turun dari bukit, Chang Hee kembali memapah In Hwa yang kakinya masih sakit. Tapi In Hwa tak kuat berjalan dan hampir terjatuh. Untung saja Chang Hee memeganginya.
Chang Hee tanya kenapa, apa In Hwa baik-baik saja. In Hwa bilang tak tahu kakinya terasa lemas. Chang Hee berkata kalau mendaki gunung memang seperti itu, turun gunung akan lebih sulit daripada mendakinya.
Chang Hee melepas tas dan memindahkan ke depan tubuhnya. Ia jongkok di depan In Hwa dan menyuruh In Hwa naik ke punggungnya. In Hwa kaget dan terdiam. Chang Hee menyuruhnya cepat karena In Hwa tak akan bisa berjalan dengan kondisi kaki seperti itu.
In Hwa pun naik ke punggung Chang Hee. Dalam perjalanan menuruni gunung Chang Hee menyuruh In Hwa makan yang banyak karena In Hwa terlalu ringan hahaha (Jae Hee coba gendong aku, berat ga haha)
San dan Hae Joo berada di kapal pesiar. Hae Joo membungkus makanan dan memakannya dengan lahap. Ia menilai makanan ini sangat enak. San berada di sampingnya tengah memeriksa rancangan blue print.
Hae Joo berkata kalau San ini benar-benar anak durhaka. Bagaimana mungkin San tidak memberikan makanan seenak ini pada kakek. San mengabaikan perkataan Hae Joo dan tetap memeriksan rancangan blue print.
Hae Joo tahu kalau San pura-pura sibuk memeriksa blue print. Ia menilai berpura-pura sibuk tak sesuai dengan kepribadian San. “Oppa, kau ini tampan kalau sedang tersenyum!”
“Memangnya aku ini tampan dimatamu?” San cuek.
“Jarang sih tapi kadang-kadang.... Itu hanya terjadi saat kau bersikap baik. Sekarang kau terlihat sangat jelek.” ucap Hae Joo.
San masuk ke dalam kapal mengambil buku memorandum dan memperlihatkannya pada Hae Joo. Ia menyuruh Hae Joo membaca buku itu. Ia berlalu dari sana.
Hae Joo mengambil buku itu dan membaca tulisan yang ada di sampul buku. Ia membuka lembar pertama dan terkejut nama ayah kandungnya tertera disana, “Hak Soo?” Ia pun penasaran dan membaca tulisan ayah San yang ditujukan pada ayah kandungnya.
Setelah membaca buku itu Hae Joo menghampiri San yang berdiri melamun. San menyadari kehadiran Hae Joo dan menoleh padanya. Ia menayakan apa Hae Joo sudah membaca semuanya. Hae Joo menjawab ya dengan suara pelan.
San bertanya setelah membaca buku itu apa Hae Joo masih menginginkan dirinya memahami kakek. Hae Joo mengerti ia menebak kalau San pasti sangat menderita, bukankah waktu itu San pernah bilang padanya kalau ia memiliki trauma. Ia melihat ayahnya sekarat di depan matanya karena dirinya tapi San belum pernah mengalami hal seperti itu.
Hae Joo bertanya apa San tahu apa yang paling hebat dari diri San. Meskipun San memiliki penderitaan yang sangat besar di hati tapi San tak pernah kehilangan kecerian. Ia ingin agar San jangan pernah melupakan keceriaan itu.
San tersenyum, “Dasar anak ini. Kau memberikanku ucapan yang manis setelah sekian lama.”
Hae Joo ingat kalau San pernah membicarakan tentang takdir. Ia merasa kalau dirinya memiliki ikatan takdir dengan San.
San tak mengerti apa maksud perkataan Hae Joo, “Kau dan aku? Apa maksudmu kita ditakdirkan untuk saling mencintai?” (ngarep haha)
Hae Joo mendelik kesal, karena sifat San yang ceria sudah kembali hehe.
Bong Hee membawa semua pakaiannya keluar dari kediaman keluarga Jang. Geum Hee yang tengah minum teh bersama suaminya heran kemana adiknya akan pergi. Bukankah baru beberapa hari Bong Hee kembali dari Jepang.
Bong Hee yang marah karena tuduhan palsu terhadap Jung Woo memutuskan untuk keluar dari rumah dan perusahaan. Geum Hee terkejut tak mengerti apa yang dibicarakan adiknya ini.
Bong Hee dengan sinis berkata kalau ia tak yakin bisa tinggal di rumah ini dengan melihat wajah kakak iparnya dan Il Moon. Kakak iparnya yang tak tahu malu duduk santai di rumah setelah membuat Jung Woo di skors. Bagaimana ia bisa tinggal di rumah ini. Geum Hee makin terkejut mendengar kalau Jung Woo di skors.
Presdir Jang membela diri, apa adik iparnya akan terus bersikap seperti ini karena masalah itu tak ada hubungan dengannya. Il Moon dilepaskan karena memang tak bersalah, apa Bong Hee ini tak mempercayai perkataan Chang Hee.
Bong Hee berkata Chang Hee bisa mencampakan gadis yang dipacari selama 15 tahun dan menikam mantan atasannya untuk apa ia percaya pada orang seperti itu. Il Moon dan Chang Hee, keduanya sama-sama sampah.
Geum Hee tak mengerti bukankah Il Moon sudah dibebaskan kenapa Bong Hee malah berkata hal yang buruk tentang Il Moon.
Bong Hee tak percaya kalau kakaknya ini malah membela Il Moon. Ia minta Geum Hee jangan begitu karena itu membuat ia kehilangan rasa cintanya pada Geum Hee. Kalau Geum Hee seperti itu ia pun akan mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan persaudaraannya dengan Geum Hee.
Bong Hee membawa kopernya dan meninggalkan kediaman keluarga Jang. Geum Hee menatap bingung, apa sebenarnya yang terjadi.
Bong Hee membawa kopernya dan meninggalkan kediaman keluarga Jang. Geum Hee menatap bingung, apa sebenarnya yang terjadi.
Keluarga Chun makan enak, makan pizza dan fried Chicken hehe. Jung Woo merasa kalau mereka sudah lama tak makan makanan seperti ini jadi rasanya enak sekali. Ia mengingatkan agar menyisakan juga untuk Hae Joo. Young Joo menyahut untuk apa menyisakan untuk orang yang sedang tak ada disini.
“Kalau begitu sisakan untuk orang yang ada disini!” sahut Bong Hee tiba-tiba datang membawa koper.
Jung Woo heran melihat kedatangan Bong Hee yang tiba-tiba sambil membawa koper besar. Ia menebak apa Bong Hee akan melakukan perjalanan bisnis. Bong Hee ikut bergabung dengan mereka dan menjawab tidak, ia akan pindah ke rumah ini. Mereka kaget. Jung Woo tanya memangnya Bong Hee mau tidur dimana.
Jung Woo heran melihat kedatangan Bong Hee yang tiba-tiba sambil membawa koper besar. Ia menebak apa Bong Hee akan melakukan perjalanan bisnis. Bong Hee ikut bergabung dengan mereka dan menjawab tidak, ia akan pindah ke rumah ini. Mereka kaget. Jung Woo tanya memangnya Bong Hee mau tidur dimana.
Bong Hee mengambil sepotong ayam goreng memakannya dan berkata berkata kalau karena Jung Woo ia bertengkar dengan keluarganya dan pindah.
Jung Woo : “Siapa yang menyuruhmu bertengkar? Kenapa kau melakukan sesuatu yang tak disuruh?”
Bong Hee : “Saat kau diperlakukan tidak adil dan aku tetap tinggal dengan setan itu. Apa aku ini benar-benar temanmu? Terlebih lagi aku sudah mengeluarkan sumpah serapahku jadi aku tak bisa kembali.”
Bong Hee mengingatkan kalau ia akan tinggal di rumah ini selamanya. Jadi semuanya harap memperhatikan itu baik-baik.
Kemanakah Bong Hee masuk kamar. Tentu saja ke kamar Jung Woo hahaha. Tapi Jung Woo menariknya keluar. Jung Woo berdiri di depan pintu menghalangi Bong Hee masuk. Keduanya dorong-dorongan haha.
Bong Hee berusaha mencari celah agar bisa masuk ke kamar tapi Jung Woo menghalangi di pintu. Bong Hee kesal setengah mati apa Jung Woo benar-benar mau seperti ini. Ibu menghampiri keduanya.
Jung Woo bilang kalau itu yang ingin ia katakan. Ia tak tinggal di rumah ini sendirian. Wajah Bong Hee memelas, apa Jung Woo mau menyuruhnya untuk tinggal di jalan.
Bong Hee hampir menangis pura-pura. Ibu menyarankan bukankah keduanya sudah dewasa dan sudah bersama-sama selama bertahun-tahun jadi tak ada salahnya kalau berbagi ranjang sebentar. hahaha.
Bong Hee hampir menangis pura-pura. Ibu menyarankan bukankah keduanya sudah dewasa dan sudah bersama-sama selama bertahun-tahun jadi tak ada salahnya kalau berbagi ranjang sebentar. hahaha.
Jung Woo tak setuju, bibi...? hahaha.
Ibu langsung meralat maksudnya... hahaha ibu ketawa geli. Bong Hee mewek-mewek. Jung Woo memperingatkan Bong Hee jangan memiliki pemikiran seperti yang ibu katakan. Kalau Bong Hee tak punya tempat tujuan lebih baik tidur di lantai ruang tamu saja. Jung Woo menutup pintu kamarnya.
Bong Hee berusaha menarik pintu, “Hei buka pintunya!” Tapi Jung Woo menahan pintunya dari dalam. ibu mengehal nafas apa Bong Hee pikir bisa menang melawan tenaga Jung Woo.
Bong Hee makin kesal setengah mati. Ia menilai kalau Jung Woo ini tak memiliki DNA untuk kesetiaan. Ibu menarik Bong Hee dan berbisik kalau ini tak akan selesai dalam beberapa hari. Jadi ia harap Bong Hee memikirkannya untuk jangka panjang. Ia menyuruh Bong Hee membereskan barang-barang Bong Hee dan meletakannya di kamarnya.
Bong Hee tersenyum apa ia boleh begitu. Ibu menyahut bukankah Bong Hee bilang kalau Jung Woo sedang di skors, jadi dia akan berada di rumah terus selama sebulan. Kalau Bong Hee menunjukan wajah pagi, siang, dan malam bukankah suasananya akan seperti ini, ibu tersenyum nakal haha.
“Unnie terima kasih!” sahut Bong Hee menyebut ibu dengan sebutan kakak. Keduanya saling menyenggol hahaha.
Chang Hee dan In Hwa tiba di rumah setelah keduanya pergi hiking. Gi Chul melihat keduanya. Chang Hee membantu In Hwa keluar dari mobil. Ia bertanya apa In Hwa bisa berjalan. In Hwa mengangguk menjawab ya. Chang Hee pun menyuruh In Hwa berjalan sendiri karena ia pun akan pulang ke rumahnya.
In Hwa kesal dan mengumpat Chang Hee bodoh. Mendengar itu Chang Hee berbalik menatap In Hwa. In Hwa langsung meralat ucapannya, “Maksudnya bukan bodoh. Aku bilang Park Chang Hee.”
Chang Hee kembali menghampiri In Hwa, “Apa kau mau terus memanggilku Park Chang Hee, Park Chang Hee.”
“Iya.. oh tidak tidak.. Terima kasih untuk hari ini Chang Hee-Oppa.” In Hwa tersenyum malu dan berjalan menuju rumahnya dengan terpincang-pincang. Chang Hee menatapnya dingin. Gi Chul melihat keduanya.
Geum Hee terkejut melihat In Hwa berjalan terpincang-pincang. Ia khawatir apa In Hwa terluka. In Hwa tersenyum dan merangkulkan tangan ke lengan ibunya. Geum Hee mengamati pakaian In Hwa dan heran kenapa In Hwa berpakaian seperti ini dari mana saja.
In Hwa memberi tahu ibunya kalau hari ini ia pergi ke gunung dan disana sangat menyenangkan. Geum Hee makin heran bukankah In Hwa tak suka mendaki gunung. Bukankah In Hwa pernah bilang bahwa In Hwa tak mengerti untuk apa naik ke gunung padahal nanti turun lagi.
In Hwa berkata pokoknya hari ini ia mendaki gunung dan rasanya menyenangkan. Ia berjanji kalau akhir minggu nanti ia akan pergi lagi.
Di rumah Chang Hee berbincang dengan ayahnya dan ia memebuat keputusan yang mengejutkan. Ia akan menikahi In Hwa. Bukankah itu yang ayahnya inginkan agar ia menikahi In Hwa. Ini adalah permulaan.
Gi Chul menilai kalau itu benar-benar terjadi akan sangat bagus. Tapi bukankah Chang Hee bilang kalau Hae Joo bekerja di perusahaan yang sama dengan Chang Hee.
Chang Hee memberi tahu kalau ia sudah memecat Hae Joo. Ia mengingatkan ayahnya untuk masalah Hae Joo jangan lagi ada rasa kasihan. Karena yang namanya iblis pada dasarnya tak punya hati nurani.
Hae Joo di kamarnya membuka surat-surat yang ia terima dari Chang Hee selama kurun waktu 15 tahun. Ia membaca salah satu surat kiriman Chang Hee.
Aku masih belum bisa melupakan wajahmu yang kulihat di Geo je. Wajah yang terlihat lelah tapi penuh senyuman. Tanganmu yang dingin masih menghantuiku. Semua teman dalam kelas hukum pergi keluar dan bersenang-senang tapi aku berbaring di kamar dan memikirkanmu. Kapan kita memiliki kesempatan jalan bersama dan bergandengan tangan? Pohon-pohon natal itu terlihat menyedihkan di mataku.
Hae Joo menangis membaca surat Chang Hee. Ia teringat kejadian ketika Chang Hee menamparnya. Betapa itu sangat menyakitkan hatinya.
Ibu masuk ke kamar Hae Joo. melihat ibunya datang Hae Joo segera membereskan tumpukan surat-surat itu dan menyimpannya kembali. Ibu tanya apa itu yang disembunyikan Hae Joo. Hae Joo bilang bukan apa-apa. Ibu melihat Hae Joo sedang menangis. Tapi Hae Joo berbohong berkata kalau ia tak menangis.
Ibu yang tak percaya menarik Hae Joo untuk melihat langsung wajah Hae Joo. Ia juga pun menarik kotak tumpukan surat-surat kiriman Chang Hee. Melihat itu ibu berkata bukankah ia sudah bilang untuk melupakan Chang Hee, kenapa Hae Joo menangis sambil memegang surat ini.
Hae Joo berkata kalau ia juga sudah berusaha melupakan Chang Hee bahkan sangat berusaha untuk melupakan. Tapi manusia bukanlah mesin, jadi apa yang harus ia lakukan. Hae Joo kembali menangis karena setiap kali ia mencoba untuk melupakan Chang Hee lukanya semakin dalam.
Ibu tanya ada apa, apa terjadi sesuatu. Hae Joo menyampaikan kalau ia dipecat dari perusahaan. Chang Hee-lah yang memecatnya dari perusahaan. Ibu jelas marah dan mengumpat kalau Chang Hee itu pantas mati.
Hae Joo meyakinkan kalau ia tak apa-apa. Ia merasa kalau Chang Hee melakukan itu karena sulit bagi Chang Hee untuk selalu melihatnya. Hae Joo menangis meminta ibunya jangan terlalu khawatir padanya karena esok hari pun ia akan baik-baik saja. Hae Joo kembali membereskan tumpukan surat-suratnya.
Sambil menangis satu persatu Hae Joo membakar surat-surat itu. Ibu melihatnya dan ikut bersedih.
Kang San ke kantor dan mendengar dari Wakil Jo Min Kyung kalau Hae Joo dipecat. San jelas kaget karena Hae Joo tak mengatakan apa-apa padanya. Yang Di membenarkan kalau Hae Joo memang dipecat.
Il Moon yang sekarang menjabat sebagai Ketua Tim hanya duduk santai dengan kaki di atas meja. San menatapnya heran kenapa Il Moon ada disini. Ia marah apa Il Moon yang memecat Hae Joo.
“Kau ini bicara apa?” Il Moon menunjukan plat nama lama yang hanya bisa ia pegang. Ia bilang kalau ia tak memiliki kekuasaan untuk memecat Hae Joo.
San masuk ke ruangan Chang Hee ia mempertanyakan kebenaran Chang Hee yang memecat Hae Joo. San tak peduli tentang hal lain tapi menurutnya Chang Hee tak bisa berbuat begitu. Bukankah Chang Hee selalu membicarakan yang namanya profesionalisme tapi pada akhirnya Chang Hee memecat orang karena alasan pribadi.
Chang Hee berkata kalau ia memecat Hae Joo karena Hae Joo mengancam perusahaan. Menurutnya San tak punya hak ikut campur masalah perusahaannya. San menilai kalau Hae Joo itu staf yang bekerja sangat rajin bahkan terlalu rajin. Ia ingin tahu alasan sebenarnya Chang Hee memecat Hae Joo.
Chang Hee mengatakan kalau ia tak punya alasan memberikan penjelasan terhadap orang luar. Kalau San merasa sedih pada Hae Joo kenapa bukan San saja yang menggaji dan memberikan pekerjaan pada Hae Joo.
San mengingatkan tentang bagaimana usaha Hae Joo untuk masuk ke perusahaan ini, bagaimana perjuangannya hingga dititik ini, apa Chang Hee tak tahu itu. Chang Hee menilai itu cerita yang sama, apa San mau terus mengulangnya.
San tak mengerti kenapa Chang Hee berubah seperti ini. “Apa kau menjual jiwamu pada iblis?”
Chang Hee menyuruh San keluar dari ruangannya karena ia sibuk.
San bertanya-tanya kenapa ia menyelamatkan Chang Hee ketika ia masih kecil dulu. San keluar dari ruangan Chang Hee.
Presdir Jang pun mendengar pemecatan Hae Joo. Ia memerintahkan untuk kembali merekrut Hae Joo ke perusahaan.
Il Moon menanyakan alasan ayahnya ingin merekrut kembali Hae Joo karena dari semua pekerjaan Chang Hee ia paling suka ketika Chang Hee memecat Hae Joo.
Presdir Jang mulanya berfikir Chang Hee ini pintar tapi kenapa membuat kesalahan seperti ini. Apa Chang Hee tak tahu kalau Hae Joo itu cukup berharga lebih dari yang Chang Hee kira. Chang Hee tak mengerti maksud Presdir Jang.
Presdir Jang mengatakan kalau Kang San sedang mengembangkan pembuatan azimuth thruster yang tak bisa dikerjakan oleh Il Moon. Ia percaya kalau San akan berhasil.
Chang Hee bertanya lalu apa hubungannya antara San yang sedang membuat azimuth thruster dengan Hae Joo. Presdir Jang mengatakan kalau San membawa Hae Joo ke pabrik baling-baling. Untuk mencuri teknologi mereka kita memerlukan Hae Joo, kata Presdir Jang.
Chang Hee merasa kalau Presdir Jang ingin memperoleh teknologi melalui Hae Joo itu akan sulit karena Hae Joo bukanlah orang yang mudah dipaksa. Ia sangat paham itu. Presdir Jang berkata kalau ia yang akan mengurusnya. Tapi bagaimanapun juga panggil Hae Joo kembali untuk masuk ke perusahaan.
Hae Joo dan San duduk bersama menatap lautan. San menanyakan alasan Hae Joo tak memberitahunya tentang pemecatan Hae Joo dari perusahaan. Hae Joo terkejut apa San sudah tahu itu. San berkata kalau ia juga bekerja untuk perusahaan itu. Jadi Hae Joo pikir berapa lama ia tak akan tahu tentang ini.
Hae Joo berkata kalau ia tak bermaksud sengaja membohongi San. Ia hanya ingin memberi tahu San secara perlahan. San menilai itu bagus dan sekarang ia yang akan membayar gaji Hae Joo jadi lebih baik Hae Joo bekerja saja padanya. Tapi Hae Joo tak bisa. San tanya kenapa.
Hae Joo merasa mendapatkan ilmu dari San sudah merupakan bayaran untuk membantu proyek San. Jadi bagaimana bisa ia mendapat gaji dari San dengan tidak tahu malu seperti itu.
San mengingatkan ini bukan berarti ia punya uang banyak, ini karena pekerjaan perusahaan Hae Joo mengganggu proyeknya. Ia akan membuat Hae Joo bekerja sebanyak yang Hae Joo inginkan. Jadi anggap saja ini kesempatan berada dalam kepemimpinannya dan bekerja keras bersama.
Hae Joo bertanya apa San tahu kenapa ia sangat ingin masuk ke perusahaan Cheon Ji. San mengangkat bahu tak tahu. Hae Joo berkata pada awalnya ia hanya ingin masuk ke perusahaan yang besar. Karena ia berfikir perusahaan itu bisa menghargai kemampuannya dan bisa membuatnya menafkahi keluarga dengan keuangan yang stabil. Tapi pikirannya berubah belakangan ini.
San : “Belakangan ini? bukannya kapal? Apa kau jadi ingin membuat pesawat?”
Hae Joo berkata bukankah San ingin membuat kapal pengebor. San pasti memiliki alasan untuk itu, ia pun seperti itu. Bukan hanya mengurus komponen kapal pengebor tapi ia juga ingin membangun secara keseluruhan kapal pengebor. Ia ingin membuat itu dengan tangannya sendiri.
San tertawa remeh dan menjitak kepala Hae Joo, “Hei lihat kau ini. Kau belum lama belajar tapi kau mau melangkahi gurumu?”
Hae Joo bilang kalau ia sedang tak bercanda. Dipecat dari perusahaan Cheon Ji membuat hatinya sakit. Karena di perusahaan itu ia berfikir kalau ia bisa mewujudkan impiannya.
San menghela nafas mengerti dengan impian Hae Joo, kalau begitu ia hanya perlu membangun galangan kapal. Ia mengeluh impian muridnya ini sangat besar, sebagai guru ia jadi kelelahan.
Ibu melamun di kamarnya. Ia mengingat perkataan Hae Joo yang ingin kuliah. Hae Joo sendiri tak bisa melanjutkan sekolah karena harus mencari nafkah. Hae Joo yang ingin adik-adiknya bisa sekolah tinggi tapi tak ada yang mengerti perasaannya.
Ibu sadar betapa ia sudah membuat hidup Hae Joo menderita tanpa pendidikan yang cukup dan harus membanting tulang memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ia pun mengambil keputusan. Ibu bergegas ke suatu tempat.
Park Gi Chul keluar dari kediaman keluarga Jang. Ia terkejut melihat kedatangan ibu yang terpogoh-pogoh. Gi Chul segera menghampiri ibu menanyakan keperluan kedatangan ibu.
Ibu meminta Gi Chul menyingkir karena ia tak ingin bertemu dengan Gi Chul. Ibu akan ke rumah Presdir Jang tapi Gi Chul menghalangi, “Kau mau pergi kemana?”
Ibu mengatakan karena Chang Hee memecat Hae Joo ia akan meminta bantuan pada Nyonya (Geum Hee) agar memasukan kembali Hae Joo ke perusahaan.
Gi Chul menyuruh ibu berpikir menggunakan akal sehat yang namanya bekerja dengan mantan pacar disatu perusahaan bukankah itu tak nyaman. Ibu marah apa itu sebabnya Chang Hee mengambil pekerjaan orang.
Gi Chul menilai kalau ibu masih menaruh harapan tentang hubungan Chang Hee dan Hae Joo. Ibu tertawa dan berkata itu hal yang omong kosong. Tapi Gi Chul berfikir begitu ia minta ibu membuang pikiran itu karena Chang Hee akan menikahi putri pemilik rumah ini.
Ibu marah belum lama Chang Hee memutuskan hubungan dengan Hae Joo sekarang malah mau menikah, bahkan menikah dengan putri Presdir Jang. Ibu yang marah mendorong Gi Chul untuk menyingkir, ia masuk ke rumah keluarga Jang.
Geum Hee terkejut melihat kedatangan ibu. Ia menanyakan maksud kedatangan ibu. Ibu diam menatap Geum Hee. Geum Hee heran apa ada masalah.
Suara Ibu terbata-bata, “Aku... sudah berbohong.”
Geum Hee tak mengerti apa maksud perkataan ibu. Park Gi Chul menyusul masuk ke rumah keluarga Jang. Ibu mengatakan kalau Hae Joo adalah putri Geum Hee.
Geum Hee terkejut mendengar pengakuan ibu. Park Gi Chul pun sama terkejutnya, ia tak menyangka kalau ibu berani mengungkapkan ini di depan Geum Hee. Ia cemas.
Ibu kembali mengatakan kalau Hae Joo adalah putri Geum Hee yang bernama Yoo Jin.
Mata Geum Hee membesar mendengar pengakuan ibu.
Apa Geum Hee akan langsung percaya pengakuan Ibu setelah kemarin ia melakukan tes DNA terhadap Hae Joo dan hasilnya mengecewakan dirinya.
Apa Geum Hee akan langsung percaya pengakuan Ibu setelah kemarin ia melakukan tes DNA terhadap Hae Joo dan hasilnya mengecewakan dirinya.
wow keren.....
ReplyDeleteyg di tunggu dateng juga.....
di tunggu kelanjutan ya,,,,,,,,,,,,,,,,,
asalnya sy tertarik sinopsis yes captain..tp susah cr blog yg nulis sinop tes captain sd tamat..akhirnya nyangku d my queen deh..seru..makasi y mba anis .moga bertahan mpe tamat..semangat
ReplyDeleteakhirnya yg di tunggu'' keluar jg \\(^-^)// ich inhwa palingan kakinya pura'' terkilir biar di gendong ma changhee,,hahahaaa san nggak jd kencan b'2 ma haejo soalnya haejo bwa kakek,, makasih mba part 2nya udh di post -flo- ^-^
ReplyDeletetq unni udh di post part duanya
ReplyDeletehuaaa makiiin seruuuu...
ReplyDeletejd d eps 23 geum hee tau klo hae joo anaknya,ah makin g sabar nggu sinopsisnya.,makasih n ttp semngat ea mb,,,
makasiihh yya eonni,,ini dia yang ditunggu udah dateng,,
ReplyDeletedi tunggu yah episode selanjutnya,,
Thanks sinopnya.. Semangat ya buat lanjutin sinopsisnya!!
ReplyDeletemkin pnasaran z nea, d Tnggu deh klnjut'n.a. ;)
ReplyDeletekaga sabar tunggu kelanjutan ceritanya !
ReplyDeletekaga sabar tunggu kelanjutan ceritanya !
ReplyDeletekapan mba post episode 23 nya ??
ReplyDeleteyah,,acara pikniknya gagal ya..kang san pastinya kecewa abis.. Pdhal dia dah membayangkan yg indah2... Hehehe
ReplyDelete.
ReplyDeleted tggu ya lnjutannya,,,,,
ReplyDeleteak lebih suka hae joo ma kang san''''''',,,,,,,,,
ReplyDeletecERITANYA MY qUEEN AGAK MIRIP DIKIT SAMA CAN YOU HEAR MY HEART DON JOO(kim jae won) SELALU KETOK KEPWOO ALA RI DI MAY qUEEN SAN(kim jae wok) SELALU KETOK KAPALA HEE JOO,,, DAN JUGA DI MY QUEEN SAN JADI GURU HEE JOO,,,,DI CAN YOU HEAR MY HEART DON JOO JUGA JADI GURU....MUSIK BON WU RI HEHEH CERITANYA BAGUSS (Y)..... :D
ReplyDelete