Hae Joo selaku Ketua Tim yang akan memimpim pembuatan azimuth thruster menerangkan pada semua pegawai. Bahkan Chang Hee selaku direktur pun mendengarkan penjelasannya. Il Moon malah yang tak mendengarkanya.
Hae Joo mengatakan kalau semua informasi tentang bahan mentah pembuatan azimuth thruster sudah tertulis diberkas yang dipegang masing-masing. Alumunium, nikel, perunggu ketiganya adalah bahan utama.
Chang Hee menyela bukankah yang namanya baling-baling terbuat dari perunggu.
Bukannya menjawab Hae Joo malah berkata kalau orang yang tidak mengerti sebaiknya minggir saja atau kalau tidak kembali saja setelah selesai belajar. (hahaha ya ampun. Hae Joo, gw suka gaya loe)
Il Moon yang tidak memperhatikan apa yang disampaikan Hae Joo malah mengangkat kakinya ke meja, ia mengelap sepatunya.
“Jang Il Moon-ssi apa kau tak membacanya?” Tanya Hae Joo menunjukan berkas tentang azimuth thruster. “Sekarang kau harus memperhatikan ketika aku sedang bicara!”
“Jang Il Moon-ssi?” Il Moon marah karena Hae Joo memanggil namanya begitu. Ia pun membentak, “Hei, untuk apa aku mendengar semua ini?”
“Kalau begitu silakan keluar!” sahut Hae Joo. Ia berada disini atas perintah Presdir Jang. Kalau Il Moon tak mau bekerja dengan benar ia akan memberi tahu Presdir supaya Il Moon dikeluarkan dari anggota proyek ini.
Mendengar ancaman Hae Joo, Il Moon yang menahan kesal mengambil berkas itu dan membukanya. Hae Joo pun kembali menjelaskan.
Hae Joo dan anggota tim lain berada di pabrik menunjukkan pada para pekerja bagaimana memoles permukaan yang baik terhadap thruster. Ia menjelaskan pada pekerja kalau memoles permukaan itu sangat penting. Ia meminta pekerja itu melakukan apa yang tadi ia lakukan.
Hae Joo memperhatikan pekerja itu memoles thruster dan ketika pekerja itu salah memoles ia menegur dan menunjukan cara yang benar. Kalau pekerja itu menekan terlalu kuat itu akan membuat kerusakaan.
“Pertama-tama kau harus terbiasa dengan bahannya. Kekerasan, kekuatan dari bahan dasar, kalau kau memberi tekanan kau harus memperhatikan ketahanannya."
Pekerja itu melakukan apa yang dilakukan Hae Joo dan merasakan adanya perbedaan. Hae Joo membenarkan pekerja itu harus merasakannya pelan-pelan. Yang namanya mesin harus selalu mengikuti keinginan penggunanya. Pekerja itu mengerti. Hae Joo mengingatkan pada pekerja lain, jangan hanya mengandalkan mesin saja.
Il Moon sepertinya bete berada disana ia bahkan tak menggunakan helm pelindungnya.
Hae Joo menegur, “Jang Il Moon-ssi apa kau tak memperhatikan peringatan keselamatan saat kau memasuki pabrik? Saat kau berdiri disni seperti itu, kalau tiba-tiba ada besi jatuh itu bisa menyebabkan kematian mendadak.” Hae Joo menyuruh Il Moon menggunakan helm pelindung.
Dengan kesal Il Moon malah menaruh helm itu di atas kepala Asisten Yang.
Di pabrik San, Sang Tae duduk santai di meja kerja kakek. Melihat kedatangan San ia langsung menyambutnya dan membersihkan pakaian San. Ia bertanya kenapa San baru datang karena di pabrik semuanya sudah berjalan lancar. San tanya dimana kakeknya.
San masuk ke kantor pabrik, disana kakek tengah mengepak uang ke koper. San heran melihat semua uang itu. Ia menanyakan dari mana asal uang itu. Kakek tak mengatakanya, ia hanya bilang kalau ia memerlukannya.
San heran bukankah pabriknya sudah berjalan lancar, mau kemana dengan uang sebanyak itu. Kakek berkata kalau ia akan ke Seoul sebentar. San makin heran sebenarnya ada apa.
Kakek tak mengatakannya ia malah mengalihkan pembicaraan kalau ia mendengar San bertengkar dengan Hae Joo, apa itu benar.
San menebak apa Hae Joo yang mengatakannya. Kakek meminta San duduk. San bilang kalau kakek mau mengomel padanya lebih baik tak usah, nanti saja ngomelnya.
“Ah dasar anak ini, perjalananmu itu masih jauh!” sahut kakek.
“Tentang apa?” San tak mengerti.
Kakek berkata kalau Hae Joo itu 100 kali lebih baik daripada San. “Kupikir ibumu mungkin membenciku. Makanya, dia (ibu San) mengirimkan dia (Hae Joo) padaku. Gadis itu sangat pintar. Dia memiliki kepandaian untuk mengatasi masalah di dunia ini. Dia bahkan tak mundur saat menghadapi masalah paling berat sekalipun. Dengarkan nasehat kakekmu ini, saat hidupmu terasa sangat berat cobalah bicara dengan Hae Joo.”
San kesal kakek terus memuji Hae Joo apa kakek ini sudah jatuh pada Hae Joo.
Kakek berkata kalau ia hanya ingin antara San dan Hae Joo berjalan lancar. “Dengan begitu, saat aku mati nanti dan bertemu anakku disana aku bisa menghadapinya.”
San heran, apa kakeknya benar-benar akan pergi. kakeknya bahkan membawa uang
“Anak ini bukankah aku sudah bilang, kalau aku akan ke Seoul!” Kakek mengajak San minum-minum setelah ia pulang dari Seoul nanti.
Hae Joo melapor pada Presdir Jang kalau minggu ini di pabrik, ia dan timnya akan menyatukan bahan-bahan mentahnya untuk membuat cetakan lalu akan menggerinda dan memolesnya secara manual bersama dengan teknisi yang sudah ia latih. Ia sedang mengerjakan detailnya dan akan segera memulai pembuatan.
Presdir Jang mengangguk senang. Ia terkesan dengan cara kerja Hae Joo, ia tahu kalau Hae Joo akan bekerja dengan baik. “Aku bangga sekali padamu!” kata Presdir Jang sambil menepuk Hae Joo.
Hae Joo berterima kasih karena Presdir Jang sudah percaya padanya. Presdir Jang berkata seharusnya ia yang berterima kasih karena pekerjaan ini sudah dilakukan dengan baik. Hae Joo pun permisi.
Setelah Hae Joo pergi Presdir Jang tersenyum senang, “Anak itu benar-benar sesuatu!” hehe.
Asisten Yang menemui Il Moon. Ia celingukan takut ada orang yang mendengar dan melihat. Ia menyerahkan dokumen yang diminta Il Moon. Dokumen tentang dana rahasia Presdir Jang.
Il Moon melihat sekeliling dan memeriksa dokumen itu. Ia bertanya bagaimana Asisten Yang memperoleh dokumen ini. Asisten Yang berkata kalau ia mendapatkan ini setelah menghubungi seseorang. Il Moon senang dengan kerja bagus yang ditunjukkan Asisten Yang.
Asisten Yang menatap Il Moon takut dan keringat dingin yang terus mengalir. (hmm aku nebak pasti Asisten Yang mendapatkan dokumen itu atas bantuan Chang Hee untuk menjebak Il Moon)
In Hwa berada di butiknya melayani pembeli yang sedang memilih sepatu mendaki. Ia mengatakan kalau sepatu yang sedang dipilih sangat cocok dengan kondisi negara mereka yang berbatu-batu.
In Hwa terus menjelaskan sepatu itu tapi tiba-tiba ia teringat hari dimana ia mendaki gunung dengan Chang Hee, In Hwa pun melamun.
Setelah In Hwa sadar dari lamunannya, ternyata pembeli itu sudah tak berada di sampingnya lagi.
In Hwa ke kantor bagian penelitian dan pengembangan. Ia melihat kakaknya duduk santai dengan kaki diatas meja. Dan lihat posisi tempat duduk Il Moon pindah, tempatnya kini dipakai Hae Joo.
Il Moon terkejut melihat kedatangan adiknya. In Hwa heran apa yang kakaknya lakukan. Il Moon menatap Hae Joo yang duduk tepat berseberangan dengannya. In Hwa mengikuti arah pandang kakaknya. Ia terkejut Hae Joo bekerja kembali di Cheon Ji.
In Hwa menghampiri meja kerja Hae Joo, “Kenapa kau duduk disini?” Hae Joo tak menjawab. In Hwa membentak, “Hei aku tanya kenapa kau disini?”
Hae Joo berkata kalau In Hwa penasaran lebih baik tanyakan langsung pada Presdir. Ia harus kembali bekerja jadi ia harap In Hwa segera pergi. In Hwa menahan kesal dan menuju ruangan Chang Hee.
In Hwa langsung marah dan protes pada Chang Hee kenapa Hae Joo menduduki posisi Ketua Tim. Apa Chang Hee yang melakukan ini. Chang Hee berkata bukankah ia sudah bilang kalau ini perintah Presdir.
In Hwa kesal apa yang Hae Joo tahu tentang posisi itu. Chang Hee mengatakan kalau Hae Joo pantas menajdi Ketua Tim untuk bagian peneltian dan pengembangan. In Hwa makin kesal karena Chang Hee membela Hae Joo. Chang Hee meyakinkan kalau ia tak akan membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan.
“Mengesampingkan perasaan pribadi? Lalu bagaimana dengan kita?” In Hwa mengajak Chang Hee bicara di luar. Tapi Chang Hee tak bisa karena ia sedang bekerja. In Hwa marah apa Chang Hee tak mau berhenti bekerja sebentar. Ia memaksa mengajak Chang Hee bicara di luar. Chang Hee pun menuruti kemauan In Hwa.
Ketika melewati ruangan pegawai In Hwa sengaja merangkulkan tangannya ke lengan Chang Hee. Melihat itu Il Moon langsung marah. Hae Joo yang juga melihat cuek aja. In Hwa meminta kakaknya duduk disitu saja. In Hwa dan Chang Hee pun berlalu.
Il Moon menahan marah dan meremas bunga yang ada di meja kerjanya. “Park Chang Hee!” sahutnya geram.
In Hwa menyarankan kalau keluarganya masih menentang sebaiknya ia dan Chang Hee melarikan diri saja. Chang Hee pun mulai menunjukan jurusnya lagi, untuk apa In Hwa berbuat begitu hanya karena dirinya.
In Hwa : “Apa kau tak mau pergi denganku?”
Chang Hee : “Hatiku ingin melakukan itu 100rb kali. Tapi membuang orang tuamu karena aku, Itu bukan sesuatu yang kuinginkan!”
In Hwa : “Lalu apa kau benar-benar akan berpisah denganku?”
Chang Hee : “Apa kau pikir itu akan membuatku senang? Aku merasa hatiku hancur!”
In Hwa : “Lalu apa kita harus minum racun dan mati?”
Chang Hee menggenggam kedua pundak In Hwa menatapnya tajam, “Kalau kematian bisa membawa kita pergi berdua, maka aku akan melakukannya. Tapi untuk apa orang yang bahagia sepertimu harus mati untuk orang sepertiku?”
In Hwa menangis dan memukul-mukul Chang Hee, “Bodoh. Lalu apa yang harus kita lakukan? aku rasanya ingin mati saja!”
Mata Chang Hee berkaca-kaca, ia juga akan menangis. Ia menarik In Hwa ke pelukannya. In Hwa menangis, Chang Hee pun menitikan air mata. Tapi bukan air mata kesedihan. Ah.... teganya Chang Hee.
San menjelaskan pada Mario letak kunci kebanggaan dari sebuah kapal pengebor. Bahkan biayanya sepertiga dari harga seluruh kapal. (apa itu ya)
Mario menilai San sedang bercanda, “Apa kau mencoba sistem pengeboran di pabrik kecil seperti ini?”
San : “Yah begitu lah. Karena yang kita butuhkan untuk desain dan rencananya tepat disini, di dalam otakku. Tentu saja aku memiliki insinyur berbakat yang bisa membuat ini. Apa yang kita butuhkan untuk proyek ini adalah hanya modal dan 1 orang yang mendukung. Tujuan akhirku adalah galangan kapal. Berdasarkan proyek ini aku akan membangun kembali galangan kapal Hae poong.
Kalau kita berhasil membangun kapal pengebor dengan keahlian kita. Kita akan memperoleh hak ijin pengeboran. Kita bisa berbagi fifty fifty. Kami memperoleh setengah dari pengembangan teknologinya dan setengahnya lagi untukmu dari pendanaan yang kau berikan pada kami.”
Mario percaya dengan kemampuan yang San miliki karena San-lah yang berhasil membuat azimuth thruster. Ia akan memberi laporan ini pada Presdir Noble. (San dapat akan mendapat suntikan dana dari Noble nih)
Ada satu lagi yang akan San sampaikan, “Ini hanya antara kau dan aku. Rahasiakan ini dari Cheon Ji!”
Mario bilang tentu saja ia akan menyimpan rahasia karena Noble dan Cheon Ji sedang berkompetisi untuk mendapatkan hak ijin pengeboran. San tersenyum. (hmmm apakah itu ya)
Kakek bertemu dengan seorang pria tua. Sepertinya ini adalah Kim Jong Bo. “Presdir Kang Dae Pyung?” Sapa Kim Jong Bo pada kakek yang duduk menunggunya. Kakek bertanya, “Siapa kau?”
Kim Jong Bo melihat sekeliling dan duduk di samping kakek. Kim Jong Bo berkata kalau ia mendengar kakek ingin tahu tentang masa lalu Presdir Jang Do Hyun. Kakek membenarkan.
Kim Jong Bo bertanya apa kakek membawa uang yang cukup untuk membuatnya membuka mulut. Kakek menunjukkan uang yang ada di dalam koper. Setelah memperlihatkan itu kakek menutup kembali kopernya.
Kakek ingin tahu apa Jang Do Hyun yang sudah membunuh Hak Soo dan putranya. Kim Jong Bo berkata kalau Dr Yoon Hak Soo bukanlah target mereka. Tapi yang pasti Dr Akiyama Kang adalah target mereka. Kakek mengambil kesimpulan kalau begitu Jang Do Hyun yang membunuh anaknya kan.
Kim Jong Bo tak yakin itu, kalau ia bilang Akiyama Kang terbunuh ia benar-benar tak tahu.
Flash Back
Akiyama Kang (Kang Woon) mengendarai mobil bersama istrinya, Chae Kyung Mi. Akiyama tampak ngebut, di sampingnya istrinya terlihat cemas. Berulang kali Akiyama melihat ke belakang apakah ada yang mengejar atau tidak.
Ternyata ada mobil yang mengejarnya. Akiyama panik, ia menambah kecepatan mobilnya. Istrinya semakin was-was.
Mobil di belakang Akiyama berusaha menyalip dan membenturkan badan mobil ke mobil yang dikendarai akiyama. Akiyama berusaha menguasai laju mobilnya yang oleng karena berulang kali dipepet.
Tiba-tiba dari arah depan ada mobil yang melaju ke arahnya. Akiyama membanting stir untuk menghindari mobil yang ada di depan. Tapi naas mobilnya malah terjun ke tebing laut.
Akiyama dan istrinya tak sadarkan diri. Beberapa orang membuka pintu mobil dan mencari sesuatu. Tapi yang mereka cari tak ada.
Seseorang di atas tebing muncul, Jang Do Hyun. Anak buah Jang Do Hyun beretriak kalau yang dicari tak ada disini. Jang Do Hyun tampak marah dan menebak kalau yang ia cari pasti sudah Akiyama berikan pada Yoon Hak Soo.
Kemudian mobil yang di dalamnya terdapat Akiyama dan istrinya yang tak sadarkan diri terbakar (sepertinya sengaja dibakar nih)
Flash Back End
Kekek ngenes mendengar cerita kematian putra dan menantunya. Ia tak menyangka ternyata keduanya meninggal seperti itu. Kim Jong Bo minta maaf ia tak bisa berbuat banyak karena ia hanya melaksanakan perintah atasannya.
Kakek ingin tahu apa alasan meraka mencari anaknya dan membunuhnya. Kim Jong Bo berkata ini karena mikrofilm. Kakek tak mengerti mikrofilm apa.
Kim Jong Bo tak tahu apa isi mikrofilm itu tapi Presdir Jang menyuruhnya untuk mencari benda itu. Tapi yang lebih penting adalah karena dana rahasia dari agen intelejen pusat.
Kakek makin tak mengerti, “Dana gelap Agen Intelejen Pusat, apa lagi itu?”
Kim Jong Bo mengatakan kalau Agen Intelejen Pusat memberikan dana rahasia pada Dr Yoon Hak Soo untuk investasi perminyakan. Ia merasa karena mereka berdua sudah tak ada di dunia ini, masalah ini akan menjadi rahasia selamanya. Semua orang yang terlibat sudah dibunuh. Orang yang tahu itu ini hanya Dr Yoon Hak Soo dan Jang Do Hyun. Hanya ia satu-satunya yang berhasil melarikan diri.
Kakek akhirnya tahu cerita yang sebenarnya nih, kira-kira apa langkah kakek selanjutnya ya.
Di rumah Keluarga Jang. In Hwa dan Chang Hee baru kembali usai perbincangan mereka di luar. Melihat keduanya datang bersama Il Moon kesal, bagaimana keduanya bisa pulang bersama. Geum Hee berkata kalau ia yang mengudang keduanya. Il Moon terkejut ibunya tiba-tiba bersikap baik pada hubungan Chang Hee dan In Hwa.
Geum Hee meminta ijin suaminya, bukankah tidak apa-apa kalau ia mengatakannya. Presdir Jang tersenyum membolehkan, apa yang ingin Geum Hee lakukan terhadap urusan rumah tangga ia menyerahkan sepenuhnya pada Geum Hee. (Ahai Presdir Jang ini nurut banget sama istrinya bukti kalau ia mencintai Geum Hee)
Gi Chul tak mengerti (atau pura-pura tak mengerti) apa maksudnya. Geum Hee sambil tersenyum berkata kalau ia sudah memikirkan kalau Chang Hee dan In Hwa saling mencintai, Ia pun mengijinkan keduanya menikah.
Il Hwa menyambutnya senang, apa ibunya ini sungguh-sungguh. Geum Hee membenarkan bagimana ia bisa menang melawan In Hwa.
In Hwa yang masih merangkul tangan Chang Hee berterima kasih dan meminta Chang Hee juga mengucapkan terima kasih pada ibunya.
Chang Hee memberi hormat pada Geum Hee dan mengucapkan terima kasih.
Presdir Jang masih belum percaya tapi istrinya berhasil memenangkannya. Ia akan bicara dengan Chang Hee lagi nanti.
Park Gi Chul tertawa dan berkata kalau hari ini sangat membahagiakan. Hari yang berbahagia ini seharusnya dirayakan dengan minum-minum.
Il Moon yang masih tak setuju menilai ini omong kosong. Presdir Jang marah dengan perkatan putranya. Geum Hee sadar kalau Il Moon kecewa karena ibunya mendukung pernikahan ini. Geum Hee minta maaf tadinya ia ingin mengatakan hal ini pada Il Moon.
Il Moon yang marah menggebrak meja dan berdiri akan meninggalkan ruang tamu. Tapi sesaat kemudian ia berbalik menatap ibunya, “Lupakan saja. Apa aku masih dianggap bagian keluarga ini? Kau memperlakukanku lebih buruk daripada anjing!”
Presdir Jang ikut marah, apa Il Moon tak bisa berhenti bicara.
Il Moon menyahut, “Ya aku tak bisa. In Hwa itu adikku, kenapa kalian tak menanyakan pendapatku?”
In Hwa tak mengerti kenapa kakaknya marah-marah seperti ini. Il Moon meminta In Hwa sadar, ia tahu semua sisi gelap orang-orang ini. Ia tahu semuanya. Ia yakin kalau In Hwa akan menyesalinya.
Presdir Jang membentak, “Tak bisakah kau menutup mulutmu!”
Il Moon membalas dengan suara tinggi, “Ya aku tak bisa. Apa yang pernah ayah lakukan untukku?”
Il Moon pun tak peduli, “Lakukan saja yang ingin kalian lakukan!” Bentak Il Moon meninggalkan ruang tamu.
Presdir Jang emosi. Geum Hee menenangkan suaminya yang mengumpat Il Moon. Geum Hee pusing dengan semua kejadian ini.
Tapi bagaimana reaksi Park Gi Chul. Tentu saja ia tersenyum senang. Senyum senangnya ia sembunyikan ketika ia meminum secangkir teh (apa kopi ya)
Hae Joo melihat San tengah melamun menatap kalap-kapal pesiar. Ia menghampiri San menanyakan kenapa San tak menjawab teleponnya.
San melirik Hae Joo kesal. Hae Joo bertanya apa San masih marah padanya. San diam saja.
Hae Joo tahu kalau harga diri dan perasaan San sekarang terluka. Tapi kita tak bisa membiarkan pabriknya disita. Bagaimanapun juga kita harus terus menjalankan pabriknya.
San menatap Hae Joo, “Apa yang kau tahu tentang harga diri seorang pria?”
Hae Joo terdiam. San meminta Hae Joo pergi saja karena ia tak ingin bertengkar dengan Hae Joo.
San yang akan pergi, tapi Hae Joo menarik tangan San dan mengaitkan tangannya. “Oppa....!” seru Hae Joo dengan suara manja.
San heran, “Apa ini?”
Hae Joo tersenyum, “Oppa kau tahu kalau aku menyukaimu, kan?”
San bingung, “Apa ini? Apa sekarang kau sedang bercanda denganku?”
“Oppa, kau akan terlihat tampan kalau kau tersenyum seperti ini. Kalau kau cemberut aku pergi saja!”
Hae Joo akan pergi tapi San bilang, “Ja.. ja.. jangan!”
Hae Joo menang hehe... Ia berbalik dan menunjukan wajah juteknya, “Kenapa?”
“Ti ti dak...!” ucap San salah tingkah. “Aku tak marah!”
“Oppa, kau terlihat jelek kalau cemberut seperti itu!” kata Hae Joo.
San kaget, Aku?
Hae Joo mengangguk.
San tak terima, “Hei hanya kau satu-satunya orang di dunia ini yang bilang aku jelek!”
(iya bener, yang lain pasti bilang San Oppa tampan kok hahaha)
“Apa seperti ini tak apa-apa?” San mencoba menunjukkan senyum terpaksanya.
Hae Joo tertawa, “Ok. Itu sudah cukup bagus.”
San tertawa dan bergumam kalau ia merasa sepertinya ia kalah dari Hae Joo. hore akur lagi deh...
Ada yang ingin San katakan pada Hae Joo. Ia sadar kehilangan thruster gara-gara Jang Do Hyun benar-benar membuatnya frustasi. Tapi ia akan membuat sesuatu yang 100 kali lebih mahal. “Kau akan membantuku kan?”
Hae Joo berkata San seharusnya memberitahu terlebih dulu sebelum minta tolong padanya.
San berkata kalau ia akan membuat alat pengebor (drill Rig) untuk kapal pengebor. Hae Joo masih belum percaya apa yang barusan San katakan itu serius. San bilang tentu saja, bukankah ia sudah mengatakannya kalau mimpinya adalah membuat kapal pengebor, bukankah itu mimpi Hae Joo juga.
San mengatakan kalau harga alat pengebor itu seharga setengah dari kapal pengebornya. Kalau kita mengambil kesempatan ini, kita bisa membuat kapal pengebor. San sadar ia mungkin terlalu gegabah tapi itu adalah sesuatu yang ingin ia lakukan. “Aku membutuhkan bantuanmu untuk melakukannya!”
Hae Joo bersedia tapi ia tak yakin apa ia dan San bisa membuatnya.
San : “Untuk apa bertanya, bukankah kau dan aku adalah pasangan terbaik?”
San mengangkat kedua tangannya. Hae Joo membenarkan kita pasangan terbaik. Hae Joo juga mengangkat kedua tangan sepertinya akan tos dengan San tapi ia malah lompat ke pelukan San.
San kaget, Hae Joo pun demikian. Ia terkejut kenapa tiba-tiba malah memeluk San. San terdiam alias bengong aja.
Hae Joo langsung melepas pelukannya. Liat deh mukanya San haha.
Hae Joo malah menaboki San, “Ah keterlaluan kenapa kau melakukanya?”
San bingung kenapa Hae Joo menabokinya, “Memangnya apa yang kulakukan? Bukannya kau duluan yang melakukannya?”
“Apa?” Hae Joo mencubiti San.
“Aduh aduh hei hei. Bukankah Kita akan membuat alat pengebor.” Sahut San.
Keduanya tertawa, Hae Joo kembali menaboki San hehe.
Adegan yang kayak gini nih terkesan natural banget... kayak bukan lagi akting...
Il Moon mengajak Jung Woo bertemu. Jung Woo menanyakan apa yang Il Moon inginkan sampai harus bertemu dengannya selarut ini. Il Moon menyerahkan dokumen pada Jung Woo. (Ya ampun itu dokumen dana rahasia Presdir Jang. Wahaha apakah Il Moon mau mengkhianati ayahnya)
Jung Woo membuka dokumen itu. Terdapat nama dan beberapa nominal jumlah uang yang saya ga ngerti tulisannya hahaha.
Jung Woo terkejut, Il Moon tersenyum bukankah ini yang Jung Woo inginkan. Jung Woo tak mengerti kenapa Il Moon memutuskan untuk memberikan dokumen itu padanya.
Il Moon berkata ini karena ia setuju pendapat Jung Woo, “Yang namanya kekuasaan tak bisa dibagi antara ayah dan anak. Hanya ada satu orang yang berada di puncak pimpinan.”
Jung Woo tersenyum menyebut Il Moon sudah membuat keputusan yang benar. Il Moon mengingatkan kalau ini rahasia. Jung Woo bilang tak usah khawatir. Il Moon pergi dari sana, Jung Woo kembali mengamati dokumen itu. (Hmm apa Il Moon mengincar kursi Presdir dengan cara menjatuhkan ayahnya wahaha)
Kakek sudah kembali dari Seoul. Ia berada di sebuah tempat, ia basah kutup karena guyuran hujan. Ada mobil yang datang. Sekretaris Choi keluar dari mobil membawa payung dan membuka pintu mobil belakang. Sudah bisa ditebak siapa orang itu, Presdir Jang.
Presdir Jang menanyakan apa yang kakek lakukan tengah malam begini. Kakek bahkan kebasahan karena hujan. Walaupun kakek dalam kondisi sehat tapi tetap saja hujan seperti ini bisa menyebabkan masuk angin. Presdir Jang akan memayungi tapi kakek menolak. Ia menyingkirkan tangan Presdir Jang.
Kakek menatap tajam penuh kebencian, “Setelah kau membunuh anakku, istrinya dan Yoon Hak Soo, apa kau masih bisa tidur dengan nyenyak?”
Presdir Jang terkejut bukan main (mungkin dalam hati ia bertanya dari mana Kakek tahu ini). Ia yang terkejut pura-pura tak mengerti apa yang kakek katakan.
Kakek sudah menduga kalau Presdir Jang akan menyangkalnya.
Kakek bertanya apa isi mikrofilm itu. “Apa isinya sampai kau harus membunuh dua orang jenius yang bisa melindungi negara ini?”
“Presdir, apa anda sedang tak sehat?” tanya Presdir Jang. Presdir Jang menilai apa yang ditanyakan kakek itu hal yang omong kosong.
Kakek kembali menatap tajam, “Pada tahun 1978 kau diberikan dana rahasia dari CIA (agen intelejen pusat) untuk mengeksplorasi 7 lokasi tambang. Yang tahu rahasia ini hanya Yoon Hak Soo dan putraku. Kau membunuhnya kan?”
Kakek penasaran sejak lama, berapa banyak uang yang Presdir Jang kumpulkan dalam kurun waktu 20 tahun dengan perlindungan dari intelejen pusat hingga Presdir Jang bisa membangun kapal pengebor sebesar ini. Ia tahu kalau Presdir Jang sudah membunuh dalang dari pahlawan negara ini untuk membayar mereka.
Presdir Jang geram kakek mengetahui ini. Tapi ia masih menyangkal dan mengira kakek terlalu banyak membaca novel atau bahkan sudah mengalami dementia (pikun gitu) karena usia. “Darimana anda mendengar cerita itu? kenapa anda bersikap seperti ini?”
Kakek berkata kalau ini kejadian 28 tahun yang lalu jadi batas undang-undang tuntutannya sudah lewat. Ia tahu kalau Presdir Jang tak akan dihukum karena tak ada bukti. Tapi tetap saja, ada banyak orang di negara ini yang ingin tahu kebenarannya.
“Aku akan menghancurkanmu dengan cara ini. Untuk istri dan anakmu, aku ingin agar mereka tahu suami dan ayah seperti apa dirimu itu. Aku akan memastikan mereka mengetahuinya. Dan tentang hukumannya, kita akan ke neraka bersama dan menderita bersama.”
Setelah mengatakan itu kakak meninggalkan Presdir Jang dengan kebencian yang meluap. Ia masuk ke mobilnya.
Presdir Jang jelas marah dan menjatuhkan payungnya. Sekretaris Choi yang juga ikut mendengar merasa marah pula.
Presdir Jang kembali ke kantornya bersama Sekretaris Choi. Presdir Jang memerintahkan Sekretaris Choi agar memanggil wartawan agar berita ini tak tersebar bagaimanapun caranya. Apapun yang orang tua itu katakan, itu semua pembicaraan yang gila. Hadang dia bagaimanapun caranya.
Sek Choi berkata kalau kita ini hidup di dunia internet yang serba cepat sepertinya kita tak bisa mengatasi masalah dengan cara seperti itu.
Presdir Jang berkata kalau sekarang tak ada jalan lain, ini bukan seperti jaman dulu. Kalau sampai tersebar keluar kita harus membuatnya terlihat seperti orang tua gila. Ia jugamemerintahkan Sek Choi untuk mencari tahu siapa yang membocorkan ini. Presdir Jang yang marah besar mengobrak-abrik meja kerjanya.
Sek Choi menatap tajam, sepertinya ia punya rencana.
Sang Tae masih berada di pabrik dan mengambil sisa besi-besi kecil yang akan ia jual untuk membeli makanan (yah nyolong lagi nih orang)
Sang Tae akan pulang tapi ia sembunyi begitu melihat sebuah mobil datang ke pabrik. Ia heran siapa yang datang ke pabrik selarut ini.
Sang Tae tak bisa melihat siapa yang mengendarai mobil karena terhalang hujan yang cukup deras. Sang Tae melihat plat nomor mobilnya 34.... 7412. Karena ia harus pulang ia pun segera meninggalkan pabrik.
Kakek berada di kantor pabrik minum-minum sendirian sambil menunggu San datang karena ia berjanji akan minum bersama cucunya sekembalinya dari Seoul.
Kakek bergumam, “Woon-ah, anak ini kenapa kau terjebak di perusahaan ini? Ini karena ayahmu. Kalau bukan karena aku, semuanya tak akan terjadi.”
Kakek mendengar ada sesuatu yang terjatuh di luar, “Siapa itu?” Tak ada jawaban dari luar. Kakek penasaran dan keluar untuk mencari tahu.
Dengan bantuan senter ia menerangi bagian luar pabrik yang tidak begitu gelap. Ia tak melihat siapapun. Kakek akan kembali tapi ia penasaran karena sepertinya ia melihat seseorang, “Siapa disana?”
Kakek pun terpaksa berjalan di bawah guyuran hujan untuk melihat siapa yang ada disana. Tapi kembali kakek tak melihat siapapun.
Kakek berbalik untuk mengecek setiap sudut dan ketika kakek berbalik, seseorang melintas di belakangnya.
Kekek terkejut (ah ini seperti film horor) ketika kakek berbalik orang itu sudah tak ada.
Kakek yang penasaran mengikuti arah menghilangnya orang itu. Sepertinya kakek takut kalau-kalau ada pencuri.
Kakek melihat ada alat las yang tergeletak dibiarkan kehujanan. Ia marah dan menebak Sang Tae yang meninggalkan alat itu sembarangan. Sambil ngomel kakek membereskannya.
Dari jauh seseorang menyalakan listrik hingga membuat kakek kesetrum ketika memegangnya.
Kakak menjerit dan tergeletak kejang-kejang karena terus menggenggam alat las-nya. Ditambah lagi tubuh kakek yang basah terkena hujan. (ya ampun kejam banget nih) kekek pun tak sadarkan diri.
Orang itu mendekati tubuh kakek yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. Ia merogoh saku mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, “Ini aku. Sepertinya anda tak perlu khawatir lagi!”
Siapakah orang itu? Suruhan Presdir Jang? Sek Choi kah?
San dan Hae Joo sampai di pabrik. Keduanya langsung menuju kantor pabrik. San mencari kakeknya tapi orang yang dicari tak ada di ruangan kantor. Ia heran kenapa kakek tak ada disini tapi ia melihat di meja ada makanan dan minuman. Ia kesal padahal tadi kakek sudah menyuruhnya datang tapi malah tak ada di tempat.
Hae Joo menebak mungkin kakek sedang mengecek pabrik karena sekarang sedang hujan dan mungkin kakek sedang memastikan semuanya baik-baik saja. San mengeluh kenapa kakeknya keluar saat hujan seperti ini bahkan setelah minum alkohol bukankah berbahaya karena banyak petir.
Hae Joo tanya apa lampu pabriknya sudah dimatikan. Dimana saklar lampu untuk pabrik. Keduanya pun ke pabrik.
Hae Joo dan San berlindung di bawah payung berteriak mencari kakek.
Dan jreng... Hae Joo terkejut melihat sesuatu, apa yang dilihat Hae Joo.
Hae Joo melihat kakek tergeletak tak sadarkan diri dibawah guyuran hujan deras. “Oppa disebelah sana!”
San mengikuti arah pandang Hae Joo dan terkejut melihat kakeknya terbaring tak sadarkan diri. San dan Hae Joo bergegas kesana.
San berusaha membangunkan kakek, “Kakek kenapa denganmu?” San mencoba merasakan detak jantung kakek.
Hae Joo melihat tangan kakek menggenggam alat las. Ia terperanjat, “Kakek!” Hae Joo menyadari kalau kakek kesetrum.
“Kakek tolong bangun, kakek, kakek....” San dan Hae Joo berteriak panik.
Bersambung ke episode 27.
Komentar :
Ah gila tuh orang kejem banget.
Setelah kita dibuat tersenyum-senyum dengan tingkah polah pasangan terbaik. Eh ternyata ending episode kali ini sangat menegangkan, sungguh ketika kakek memeriksa sekitar pabrik berasa nonton film horor. Tegang banget.
Siapa yang melakukan itu, Presdir Jang kah? Hmm pasti dia deh.
Kakek yang sudah tahu kalau Presdir Jang dalang pembunuhan Hak Soo dan anaknya. Ia berencana membongkarnya. Maka dari itu, sepertinya Presdir Jang memerintahkan Sek Choi untuk memblokir media tapi menurut Sek Choi di jaman canggih seperti sekarang ini sulit rasanya memblokir media karena berita di internet akan cepat sekali menyebar.
Dan inilah jalan pintas untuk Presdir Jang agar tetap aman, melenyapkan orang yang sudah mengetahui apa yang dilakukannya dulu.
Bagimanakah dengan nasib Kim Jong Bo kelak setelah membocorkan informasi ini.
heran ya,,,kok ada orang sejahat presdir Jang and sek Choi ?? makin lama ceritanya tambah menegangkan...,,
ReplyDeleteWaiting for next episodes... sekali tulis 2 episode donk.. hehehe thank before
ReplyDeletehahaha mau nya saya juga gitu..... tapi nyari waktu luang untuk berada di depan layar sulit...
Deleteiniw kakek san meninggal gak siii,,,,ug die review endinggg gak ada gambar kakek,,,,, jangan meninggal,,,,,kan kasia san jadie bener2 sendiriiiiiiiiiiiii
ReplyDeletebnar mb anis.., lagi happy ngeliat hae joo ma san akur.., eh.., endingnya harus berhadapan dengan adegan kakek yang diteror..
ReplyDeleteaku yakin tu pasti sek choi yang disuruh ma Presdir Jang...
akhirnya geum hee stuju jga in hwa nikah ma chang hee.., jdi chang hee lbih mudah untuk blas dendam deh ma keluarga presdir Jang..
Aku suka sama sinopsis may queen ^^b makin seru abissssss!! :D
ReplyDeletekayaknya pembunuhan kakek itu inisiatif Sek Choi deh, dan Jang Do Hyun hanya tinggal mungesahkannya aja.,
ReplyDeleteAku heran, kenapa ekspresi Kim Jae Won keren-kerenya?
Mungkin aku udah ketularan sama Anis Unnie..
He...he..he!