Na Young tak terima
dirinya mendapatkan tamparan berkali-kali dari Bok Nyeo. Kesabarannya pun
habis, ia sangat marah diperlakukan seperti itu. Na Young menahan tangan Bok Nyeo
yang akan menamparnya lagi, ia menarik kerah jaket Bok Nyeo. “Kubilang
hentikan!” bentak Na Young.
Sang Chul yang sampai di
ruangan terkejut melihat dua wanita itu saling menyerang. Ia berusaha melerai
keduanya.
“Kenapa kau melakukan itu
padaku?” bentak Na Young dengan amarah memuncak.
Bok Nyeo : “Kau seharusnya marah seperti sekarang. Jangan tersenyum ketika kau tak
ingin tersenyum. Jangan pedulikan orang lain, pikirkan tentangmu dan jangan
menyembunyikan perasaan sakit hatimu. Jangan memaksakan dirimu untuk menjadi
orang yang baik, jika kau ingin melindungi keponakanmu.”
Na Young melepas
cengkeramannya. “Kalau begitu, apa kau sengaja membuatku marah?” Na Young
sedikit lebih tenang.
Bok Nyeo mengingatkan apa Na
Young sudah lupa bahwa Na Young harus mengkhawatirkan masa depan anak-anak.
Bukankah pernikahan ini melanggar janji itu. Na Young terdiam memikirkan ucapan
Bok Nyeo yang ada benarnya.
Bok Nyeo keluar lebih dulu
dari butik itu.
Na Young merenungi apa
yang Bok Nyeo sampaikan. Sang Chul menemuinya menanyakan apa Na Young baik-baik
saja. Na Young yang jauh lebih tenang merasa tahu alasan kenapa Bok Nyeo
melakukan itu. “Aku hanya peduli betapa aku mencintai anak-anak tapi caraku
melindungi mereka itu salah. Bahkan ketika mereka lupa ulang tahun kakakku, aku
tak marah dan membiarkannya berlalu. Dan aku menyakiti perasaan Bok Nyeo yang
berpikir kalau aku seorang tante yang
baik.”
Na Young berjanji mulai
sekarang ia akan lebih bersikap dewasa pada anak-anak. “Aku akan memarahi
mereka jika mereka salah dan memberikan pujian jika mereka berbuat baik. Aku
akan menjadi seperti kakakku.”
Gyul bersaudara berdiri di
depan foto ibu mereka. Keempatnya sudah menyadari bahwa mereka telah
mengesampingkan ibu mereka, salah satunya melupakan ulang tahun ibu mereka.
“Ibu aku minta maaf.
Meskipun mereka lupa, aku seharusnya ingat karena aku anak tertua.” Han Gyul
meletakan bingkisan disamping foto ibunya.
Doo Gyul : “Aku tahu ini
terlambat, tapi selamat ulang tahun, Bu.”
Se Gyul meletakan kartu
ucapan di depan foto ibunya, “ibu aku mencintaimu.”
“Aku juga.” sahut Hye Gyul.
Han Gyul merasa bersalah
pada tantenya, dia pasti sangat sedih.
“Apa yang kalian lakukan
disana?” tegur Bok Nyeo tiba-tiba datang. Han Gyul memberi tahu kalau ulang
tahun ibunya sudah beberapa hari yang lalu dan mereka lupa akan hal itu.
Bok Nyeo tanya apa gunanya
merayakan ulang tahun ibunya anak-anak yang sudah meninggal. “Apa kalian tahu
kapan ulang tahunku?” Anak-anak terdiam.
Bok Nyeo beralih ke Se Gyul,
“Apa kau menulis surat rasa syukur itu untukku?”
Se Gyul menjawab kalau ia tak bisa melakukannya. Bok Nyeo tanya kenapa tak bisa. Se Gyul menjawab kalau ia tak bisa menulis surat itu untuk Bok Nyeo atapun ibunya yang telah tiada. ‘Kenapa kau bunuh diri dan meninggalkan kami’ ia tak bisa menulis itu.
Se Gyul menjawab kalau ia tak bisa melakukannya. Bok Nyeo tanya kenapa tak bisa. Se Gyul menjawab kalau ia tak bisa menulis surat itu untuk Bok Nyeo atapun ibunya yang telah tiada. ‘Kenapa kau bunuh diri dan meninggalkan kami’ ia tak bisa menulis itu.
Bok Nyeo berkata kalau ia
tak bisa membiarkan ini. “Karena kalian tak mendengarkan aku maka kalian harus
ikut denganku.” Bok Nyeo keluar lebih dulu membuat keempat bersaudara ini
saling berpandangan heran. Mereka pun mengikuti Bok Nyeo.
Bok Nyeo membawa anak-anak
ke tepi sungai. Han Gyul heran kenapa mereka datang kesini. Bok Nyeo berkata ia
memiliki sesuatu yang akan ia tanyakan pada anak-anak dan ayahnya anak-anak. “Pilih
sekarang, ibu kalian yang sudah meninggal atau aku?”
Bok Nyeo mengeluarkan batu
ibu dari saku jaketnya. “Ada banyak masalah sejak kita memiliki dua ibu dalam
satu keluarga. Kita tak memerlukan batu ibu ini. Dia bunuh diri meninggalkan
anak-anaknya. Karena kalian tak bisa membuangnya, maka aku yang akan
melakukannya untuk kalian. Sama seperti ibu kalian yang menenggelamkan dirinya
sampai meninggal, kita kirim batu ini masuk ke dalam sungai itu.”
Bok Nyeo akan melempar
batu itu ke sungai tapi Han Gyul menahan tangan Bok Nyeo. “Tidak boleh!” cegah Han
Gyul.
“Kumohon hentikan!” larang
Doo Gyul.
“Bok Nyeo nim?” Se Gyul
memohon sedih.
Hye Gyul juga memohon, “Tolong
jangan lakukan itu.”
“Kenapa tidak?” tanya Bok Nyeo.
“Kalian masih menyalahkan ibu kalian yang dulu karena dia bunuh diri dan
meninggalkan kalian.”
“Dia tidak bunuh diri.”
tangis Han Gyul. “Ibu mungkin ingin hidup disaat terakhirnya. Dia juga wanita.
Dia menenggelamkan dirinya ke sungai karena merasa dikhianati. Tapi setelah itu
dia mungkin menyesalinya.”
Doo Gyul membenarkan, “Ibu
mungkin ingin hidup disaat terakhirnya karena wajah kami terlintas di
pikirannya.”
Se Gyul juga membenarkan, “Dia
hanya tak bisa keluar, jadi dia tak bunuh diri, itu kecelakaan.”
“Aku merindukan ibu.”
sahut Hye Gyul menoleh ke arah sungai.
Han Gyul berkata kalau ia
dan adik-adiknya tak akan membuang batu ibu. Ia memohon Bok Nyeo mengembalikan
batu itu padanya. Bok Nyeo pun memberikan batu itu pada Han Gyul.
Han Gyul tahu bagaimana
perasaan ibunya saat itu. Ia menoleh ke arah adik-adiknya, “Aku ingin
menyemangati si pemberaniku Doo Gyul. Aku ingin memberikan pujian pada anakku
yang pintar, Se Gyul. Aku ingin memeluk putri kecilku yang lucu, Hye Gyul. Aku
ingin mengajarkan banyak hal pada putri tertuaku, Han Gyul.” Han Gyul yakin
bahkan sebelum ibunya meninggal, ibunya mungkin memikirkan mereka, anak-anaknya.
Bok Nyeo tak tahu kalau
ternyata anak-anak ini sangat peduli pada ibu mereka. “Kalau begitu pilih
sekarang, aku atau ibu kalian yang sudah meninggal?” Dengan tegas anak-anak
memilih ibu mereka.
Sang Chul tiba disana, apa
yang mereka lakukan disana. Bok Nyeo mengatakan kalau anak-anak tak
mendengarkannya karena ia ibu tiri. Jadi ia memberi mereka kesempatan untuk memilih
ibu mereka yang dulu atau dirinya. “Kau juga harus memilih, istrimu yang sudah
meninggal atau aku?”
Sang Chul tak mengerti apa
yang Bok Nyeo bicarakan, “Apa maksudnya kami harus melupakan dia sepenuhnya?
Apa itu mungkin?”
Han Gyul memberi tahu
ayahnya kalau ia sudah memilih. Tak peduli seberapa besar ia menyukai Bok Nyeo,
ia tak bisa melupakan ibunya. Jadi Bok Nyeo lah yang harus pergi. Adik-adiknya
juga setuju. Bok Nyeo tampak menarik nafas lega mendengar keputusan yang
diambil anak-anak.
Han Gyul berusaha
berpikir, apa yang Bok Nyeo inginkan dari mereka. “Kenapa kau begitu
menyudutkan kami? Apa kau ingin kami menyuruhmu pergi?”
Bok Nyeo tak menjawab
pertanyaan Han Gyul, ia hanya mengatakan kalau dirinya akan pergi karena Han Gyul
sudah mengatakan padanya untuk pergi. Ini semua yang kalian pilih dan kalian
tak bisa menariknya kembali. Bok Nyeo pun meninggalkan mereka. Sang Chul
menyusulnya. Anak-anak terdiam melihat kepergian bok nyeo.
“Menyuruhnya untuk pergi?”
tanya Doo Gyul.
“Bukan.” ucap Han Gyul. “Bahwa
kita tak akan meninggalkan ibu. Bahwa kita tak akan pernah melupakannya.”
Keempatnya memandang jauh sungai di depan mereka.
Sang Chul yang menyusul Bok
Nyeo bertanya, “Apa kau mencoba mengembalikan anak-anak pada ibu mereka? Apa
ini alasanmu menjadi ibu yang jahat? Apa kau harus melukai anak-anak untuk
pergi seperti ini?”
Bok Nyeo berkata ada
sesuatu yang juga ingin ia akhiri dengan Sang Chul. “Kenapa kau melamarku? Kau tahu
ini bukan cinta. Kau menginginkanku bukan sebagai istrimu melainkan sebagai
pengasuh anak-anakmu, kan?”
Sang Chul terdiam tak bisa
menyangkalnya.
Bok Nyeo : “Karena kau tak
bisa menjawab pertanyaanku, lamaranmu tak berlaku lagi.”
Bok Nyeo akan pergi tapi Sang
Chul menghalangi langkah Bok Nyeo, “Jika aku mengatakan itu cinta, apa kau akan
tinggal bersama kami? Kau dan aku masih terikat dengan orang-orang yang
meninggalkan kita. Tapi haruskah aku bersikeras ini cinta? Aku menyukaimu. Aku
mengkhawatirkanmu. Aku merasa canggung denganmu. Aku merindukanmu dari waktu ke
waktu. Kau terus menerus ada di pikiranku. Tapi jika bahkan aku mengatakan
semua itu, itu tidak cukup disebut cinta, kan?”
Bok Nyeo menjawab itu tak
cukup, itu baru 0,1% nya dari cinta.
Sang Chul : “Jika
mengatakan aku mencintaimu bisa membuatmu tinggal bersama kami, aku akan
mengatakan itu. Tapi aku tak bisa melakukan itu dengan sepenuh hatiku. Bahkan
jika itu membuatmu pergi, aku belum siap mengatakannya. Jadi, aku harus
membiarkanmu pergi.”
Sang Chul akan
membicarakan hal ini dengan anak-anak. Tapi ia memiliki permintaan pada Bok Nyeo.
“Aku tahu kita akan berpisah, tapi maukah kau berpisah dengan anak-anak diwaktu
yang tepat? Ini hampir natal. Sampai saat itu saja.” Bok Nyeo mengerti, ia akan
melakukanya.
Na Young berkunjung ke
rumah keponakannya. Han Gyul mengucapkan permintaan maaf pada tentenya karena
sebelumnya mereka lupa hari ulang tahun ibu. Doo Gyul yang menyesal berkata
kalau mereka seharusnya menyadari itu ketika melihat ada sup rumput laut.
Na Young membenarkan, ia
benar-benar sedih anak-anak melupakan hari ulang tahun ibu mereka, tapi mulai
sekarang jika anak-anak melakukan kesalahan ia akan memarahi. Bok Nyeo
mengatakan padanya untuk melindungi mereka. Jangan memaksa tersenyum dan jangan
pedulikan yang orang lain pikirkan.
Han Gyul berkata kalau Bok
Nyeo juga mengajarkan sesuatu pada mereka. “Bahwa kami tak bisa dengan mudah
mengganti ibu kami dengan orang lain. Bahwa kami harus terus mencintai ibu
kami. Dan ibu menyesal membunuh dirinya sendiri.”
Malamnya Sang Chul sampai di rumah. Han Gyul bertanya bagaimana dengan Bok Nyeo, “Karena kami sudah tahu yang Bok Nyeo-nim ingin kami sadari apa dia bisa tinggal bersama kami?”
Malamnya Sang Chul sampai di rumah. Han Gyul bertanya bagaimana dengan Bok Nyeo, “Karena kami sudah tahu yang Bok Nyeo-nim ingin kami sadari apa dia bisa tinggal bersama kami?”
Sang Chul berkata kalau ia
akan membiarkan Bok Nyeo pergi. Anak-anak terkejut kecewa. Sang Chul merasa Bok
Nyeo itu tak bisa menjadi bagian dari keluarga mereka sekarang. Sepertinya Bok
Nyeoa membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengenang suami dan anaknya. Begitu
juga kita. Sang Chul menoleh ke arah foto istrinya. Anak-anak mengikuti arah
pandang ayah mereka.
Menjelang natal jalanan
semakin ramai dengan hiruk pikuk orang yang berlalu lalang. Sang Chul
membelikan jaket untuk Hye Gyul. Baju untuk Han Gyul dan jam tangan untuk kedua
putranya. Sang Chul melihat diantara penjual ada yang menjual sarung tangan. Ia
pun teringat pada tangan Bok Nyeo yang dingin ketika ia genggam setelah kejadian
kebakaran di gudang. Sang Chul pun membeli sarung tangan itu untuk Bok Nyeo.
Sang Chul menelepon Han Gyul
yang berada di rumah. Ia bertanya apa Bok Nyeo ada di rumah. Han Gyul
mengiyakan, Bok Nyeo ada di rumah sedang membuat kue. Ia meminta ayahnya agar pulang
lebih cepat.
Bok Nyeo di dapur membuat
kue ditemani Hye Gyul. Tangan kanan Hye Gyul menggenggam tangan kiri Bok Nyeo. Hye Gyul menggelitik telapak tangan Bok Nyeo berharap Bok Nyeo
kegelian. Tapi itu tak terjadi, Bok Nyeo diam saja, tak bereaksi seperti yang Hye
Gyul harapkan. Hye Gyul berpindah
menggelitik pinggang Bok Nyeo. Tapi Bok Nyeo tetap tak bereaksi apapun.
Bok Nyeo
malah heran apa yang Hye Gyul lakukan. Hye Gyul juga heran apa itu tak membuat
Bok Nyeo geli. Bok Nyeo menjawab tidak.
“Aku pikir kau akan
tersenyum jika aku menggelitikmu.” sahut Hye Gyul. “Aku ingin melihatmu
tersenyum. Lakukan sepertiku ya…” Hye Gyul langsung nyengir tapi Bok Nyeo diam
saja.
Han Gyul mendekati
keduanya, ia bertanya apa Bok Nyeo yakin tak menginginkan apapun untuk hadiah
natal, misalnya jam atau topi. Bok Nyeo bilang tidak usah.
Na Young yang membatalkan
pernikahan tak bisa mendapatkan uang DP yang ia setorkan untuk menyewa gaun
karena sudah terlambat untuk mengembalikan uangnya. Dong Shik menyarankan kalau
begitu pernikahannya ditunda saja sampai tahun depan.
Na Young tak mengerti apa
yang Dong Shik bicarakan. Dong Shik berkata kalau Na Young lebih baik pacaran
dengannya selama satu tahun mulai hari ini. Na Young tersenyum mendengarnya.
Tn Oh mengajak putranya, Eo
Jin berkemah. Disana juga ada ibunya Eo Jin (saya nyebutnya ibunya Eo Jin deh,
kan dia sama suaminya cerai – hehe cerai belum ya?)
Tn Oh yang semula tak
peduli pada putranya sekarang mulai sadar dan memperhatikan putranya. Ia
membuatkan makanan untuk Eo Jin. Eo Jin senang sekali ayahnya menyiapkan banyak
makanan. Ia pun mengajak ayahnya untuk pergi berkemah lagi minggu depan. Tn Oh
bilang tentu saja mereka pasti akan berkemah lagi. Ia tak bisa hidup tanpa Eo Jin.
Ibu Eo Jin sepertinya senang melihat suami (mantan suami-ga tahu jadi cerai apa enggak) begitu perhatian pada Eo Jin.
Ibu Eo Jin sepertinya senang melihat suami (mantan suami-ga tahu jadi cerai apa enggak) begitu perhatian pada Eo Jin.
Sang Chul memperhatikan Bok
Nyeo yang tengah membuat kue. Ia tak ingin menganggu dan berlalu dari sana.
Sang Chul melihat tas,
jaket dan topi yang selalu dikenakan Bok Nyeo. “Tas mu pasti punya cerita kan?”
terdengar suara Sang Chul bertanya. “Ini kenang-kenangan dari suami saya.”
terdengar suara Bok Nyeo menjawab pertanyaan Sang Chul (btw kapan nanya-nya
ya?)
Anak-anak mendekati Bok Nyeo
yang tengah membuat kue. Han Gyul meminta izin ikut menghias kue itu. Keempatnya
pun menghias kue diselingi canda tawa saling menempelkan krim kue ke wajah.
Mereka tertawa-tawa riang.
Bok Nyeo akan mengambil
sesuatu, tapi tiba-tiba ia mendengar seorang anak memanggilnya. “Ibu…!” panggil
anak itu, yang tak lain putra Bok Nyeo, Joon Ho. Bok Nyeo menoleh terkejut
melihat bayangan Joon Ho menyapanya.
Joon Ho mengatakan kalau
ayahnya membelikannya jam tangan karena ia akan masuk SD. Bok Nyeo berdiri
lemas karena jam yang ditunjukan Joon Ho itu sekarang dipakai di tangannya. Joon
Ho juga menunjukan topi yang ia miliki. Topi dan jam tangan itu yang sehari-hari
Bok Nyeo kenakan.
Sang Chul melihat Bok Nyeo
berdiri sambil melamun. Tubuh Bok Nyeo lemas melihat bayangan putranya. Ia
hampir saja terjatuh jikalau Sang Chul tak memeganginya. Sang Chul yang khawatir
bertanya apa Bok Nyeo baik-baik saja. Bok Nyeo berusaha menguasai dirinya dan
mengatakan kalau ia baik-baik saja.
Han Gyul yang memegang
kamera meminta ayahnya dan Bok Nyeo ikut berfoto bersama. Bok Nyeo awalnya
menolak tapi mereka ingin setidaknya memiliki satu foto bersama Bok Nyeo.
Mereka pun berfoto bersama.
Han Gyul menarik Bok Nyeo
menuju serambi rumah. Bok Nyeo yang heran menurut saja. Bok Nyeo melihat disana
Sang Chul dan ketiga putra-putri yang lain berdiri membelakanginya. Dan toeng….
Sang Chul nyengir dengan
sesuatu yang menempel di giginya. Hahaha. Se Gyul berbalik dengan dandanan
perempuan dan joget-joget. Doo Gyul berbalik badan dengan wajah bak vampire.
Hye Gyul, apa nih ya, anak perempuan dengan wajah penuh bintik hitam hahaha. Mereka
menari tak karuan agar Bok Nyeo tertawa. Bok Nyeo melongo terkejut melihat
tingkah mereka. Han Gyul yang berdiri di samping Bok Nyeo berusaha menahan
tawa. Bok Nyeo menggigit bibirnya berusaha untuk tak tertawa.
“Bok Nyeo-nim.” Han Gyul
nyengir dan terlihat noda di giginya. Hahaha. Bok Nyeo kaget bukan main, tapi
ia berusaha untuk tak ikut tertawa.
Bok Nyeo tetap bersikap
dingin, “Makan malam sudah siap.” ucapnya kemudian berlalu dari sana. Mereka
pun langsung terdiam karena gagal membuat Bok Nyeo tertawa.
Bok Nyeo menghidangkan
menu special yang terlihat enak. Bok Nyeo berkata kalau hari ini Han Gyul dan Doo
Gyul membantunya memasak.
Han Gyul meminta Bok Nyeo
ikut makan bersama mereka. Sang Chul setuju. Hye Gyul menarik Bok Nyeo untuk
duduk di kursi yang ada disebelahnya. Bok Nyop tak menolaknya. Mereka tentu
saja senang karena akhirnya bisa makan bersama Bok Nyeo. Doo Gyul yang senang
sekali menyahut kalau ia hampir kelaparan.
Tiba-tiba terdengar suara perut keroncongan. Hye Gyul menebak itu pasti suara perutnya Doo Gyul yang kelaparan. Doo Gyul bilang itu bukan suara perutnya kok. Ia pun menebak pasti itu suara keroncongan perut ayahnya. Sang Chul juga bilang bukan kok. Lha lalu suara perut siapa.
“Itu saya.” ucap Bok Nyeo jujur
hahaha. Mereka yang heran pun tertawa. Tapi Bok Nyeo tak tertawa sedikit pun.
Han Gyul bertanya apa tak
ada yang Bok Nyeo inginkan untuk natal kali ini. “Kami mengatakan karena kami tak
tahu apa yang harus dibeli.” Bok Nyeo berkata ada satu benda yang ia inginkan. Bok Nyeo menoleh pada Hye Gyul,
“Bisakah saya menyimpan batu saya?”
Hye Gyul membuka kotak batu yang ada di depannya. Hatinya berat ketika akan mengambil batu Bok Nyeo. Ia akan memberikan batu itu pada Bok Nyeo tapi tak jadi. Ia memasukan batu itu ke kotaknya lagi. “Tidak mau. Aku tak akan memberikannya padamu.”
Air mata Hye Gyul menetes. “Jika aku memberikan batu ini padanya, Bok Nyeo-nim akan pergi.” Han Gyul meminta adiknya jangan menangis. Demi Hye Gyul, Ia berharap Bok Nyeo mempertimbangkan lagi keputusan Bok Nyeo yang akan pergi.
Doo Gyul : “Kami belum
membalas kabaikanmu.”
Bok Nyeo berkata kalau
mereka sudah membalasnya. “Karena kalian, saya sekarang punya tujuan hidup. Namun,
saya harus menanggung semua tanggung jawab atas kematian suami dan anak saya.”
Sang Chul : “Kalau begitu…
sebelum kau pergi ada sesuatu yang harus kau lakukan untuk kami. Ini permintaan
terakhir kami. Kami ingin melihatmu tersenyum. Kau tak berpikir kalau kau masih
belum bisa tersenyum, kan? Suami dan anakmu mungkin tak ingin kau menjalani
hidupmu tanpa tersenyum. Untuk kami… bukan.. untuk almarhum suami dan anakmu,
kau tersenyumlah sekarang. Kami tak bisa membiarkanmu pergi seperti ini. Kami
khawatir kau akan hidup seperti robot lagi. Jadi tersenyumlah, Bok Nyeo-ssi!”
Mata anak-anak sudah
berkaca-kaca berharap Bok Nyeo tersenyum sekali saja. Bok Nyeo diam saja. Sang Chul
pun tak akan memaksa jika memang itu terlalu sulit. Tapi tiba-tiba Bok Nyeo
berkata kalau ia akan melakukannya.
Bok Nyeo mengumpulkan
segenap keberaniannya. Ia memajamkan mata memantapkan hatinya untuk kembali
tersenyum. Bok Nyeo membuka mata dan menarik nafas. Ia kembali memejamkan
matanya.
Bok Nyeo membuka mata dan
perlahan ia menarik ujung bibirnya sambil memandang ke arah Sang Chul. Mereka
terharu melihatnya, tak bisa berkata-kata, hanya air mata yang tiba-tiba saja
menetes.
Bok Nyeo bergantian
menoleh ke arah anak-anak sambil tersenyum. Mereka membalas senyum Bok Nyeo
dengan air mata terharu karena akhirnya mereka bisa melihat Bok Nyeo tersenyum.
Sang Chul ikut bahagia
bisa melihat Bok Nyeo kembali tersenyum. Ia harap Bok Nyeo berjanji padanya, “Kemanapun
kau pergi, apapun yang kau lakukan. Berbahagialah.”
“Saya mengerti.” jawab Bok
Nyeo seraya tersenyum.
Han Gyul : “Jangan
melakukan sesuatu yang berbahaya hanya karena orang memintamu melakukannya.
Jangan pernah mencoba bunuh diri juga. Kau memiliki begitu banyak orang yang mencintaimu.”
“Saya mengerti.” jawab Bok
Nyeo tetap menunjukan senyumnya.
Doo Gyul : “Aku menyadari bakat
yang ada dalam diriku karenamu. Jika aku menjadi koki, kau harus menjadi yang
pertama mencicipi makanannya.”
“Saya mengerti.” ucap Bok
Nyeo penuh senyuman.
Bok Nyeo mengangguk sambil
tersenyum, saya mengerti.
Bok Nyeo mengangguk
tersenyum dengan air mata berlinang, saya mengerti.
Han Gyul merasa jika bukan
karena Bok Nyeo, keluarganya pasti hancur berantakan. “Sama seperti bagaimana
kau melindungi kami, kami juga akan melindungimu. Sama seperti bagaimana kami
bergantung padamu, andalkan kami setiap kali kau ada masalah.”
Saya mengerti, jawab Bok Nyeo
dengan air mata yang terus berlinang.
Doo Gyul : “Jika kau
membutuhkan kami, kami akan datang. Jadi, jika sesuatu terjadi, hubungi kami.”
Bok Nyeo kembali mengangguk sambil tersenyum, saya mengerti.
Se Gyul : “Jika kau ada
masalah yang tak bisa diselesaikan, aku akan menyelesaikannya untukmu.”
Bok Nyeo tersenyum senang,
saya mengerti.
Hye Gyul : “Jika kau
sakit, aku akan menjagamu.”
Bok Nyeo tersenyum penuh
haru, saya mengerti.
Sang Chul berharap Bok Nyeo
akan terus tersenyum seperti ini mulai dari sekarang. “Ini permintaan terakhirku…
tidak. Ini perintah terakhirku.”
Bok Nyeo tersenyum berlinang
air mata, saya mengerti.
Woo Jae tanya apa yang
agen itu katakan. Soo Hyuk berkata kalau ia memiliki waktu yang banyak untuk
bermain dengan Woo Jae. “Mereka bilang untuk datang lagi setelah lulus SMA.
Ketika ayahku tak bisa menggangguku.”
Paman Shin menilai itu
kesempatan besar untuk Soo Hyuk. Soo Hyuk bilang tak apa-apa. Tidak akan
menyenangkan jika ia mendapatkan apa yang diinginkan dengan begitu mudah.
Mi Ja menawarkan apa Soo Hyuk
mau tinggal bersama mereka. Paman Shin membenarkan. Soo Hyuk berterima karena
karena keluarga Shin sudah banyak membantunya. Melihat keluarga ini, ia begitu
iri pada Woo Jae. Mi Ja menyahut apanya yang harus diirikan, ia merasa kalau Han
Gyul lebih menyukai Soo Hyuk dari pada Woo Jae. Soo Hyuk menambahkan kalau ia
iri pada Woo Jae karena memiliki ayah dan ibu yang perhatian bukan tentang Han Gyul.
Ny Hong menerima telepon
dari Bok Nyeo. Ia khawatir Bok Nyeo yang tak kunjung datang. Bok Nyeo minta
maaf, ia tak bisa menemui Ny Hong malam ini. Ny Hong mengerti pasti sulit
mengatakan salam perpisahan pada keluarga itu.
Hye Gyul ingin bicara
dengan Ny Hong, “Ny Hong biarkan aku meminjam Bok Nyeo-nim malam ini. Aku ingin
tidur bersamanya.” Ny Hong dengan senang hati membolehkannya.
Se Gyul masuk ke kamar Hye
Gyul, ia bertanya apa Bok Nyeo benar-benar akan tidur disini. Bok Nyeo
membenarkan, Se Gyul mengusulkan bagaimana kalau mereka bermain tali dulu (di
sub DF namanya ayunan kucing, hahaha lucu namanya)
Mereka pun bermain tali.
Bahkan Sang Chul pun ikut bergabung dengan mereka. Mereka terlihat senang
karena permainan itu tak terhenti ditengah jalan yang menandakan kalau mereka
memilihi hubungan yang tak akan terputus.
Bok Nyeo tidur bersama Hye
Gyul. Hye Gyul membuka matanya dan melihat Bok Nyeo terlelap di sampingnya. Ia
mengambil tali permainan tadi dan mengikat tangan Bok Nyeo pada tangannya, mungkin
maksudnya supaya Bok Nyeo tak pergi meninggalkannya. Usai mengikat tangan Bok Nyeo,
Hye Gyul kembali tidur.
Bok Nyeo menyadari apa
yang Hye Gyul lakukan. Ia membuka matanya dan memandang Hye Gyul dengan tatapan
sedih hingga tanpa terasa air matanya menetes.
Bok Nyeo berusaha
melepaskan tangannya dari genggaman Hye Gyul dan ikatan tali itu.
“Ibu… ibu…” Hye Gyul
mengigau membuat Bok Nyeo tak tega untuk meninggalkannya. Bok Nyeo menggenggam
tangan Hye Gyul agar tidur lebih nyaman. Hye Gyul terus mengigau menyebut kata
ibu.
Bok Nyeo sudah siap akan
meninggalkan rumah itu. Ia sudah mengenakan jaket dan topinya. Tak lupa ia pun
membawa tasnya. Ia melihat sekeliling ruangan rumah keluarga Gyul sebelum
akhirnya ia meninggalkan rumah itu.
Di luar Sang Chul sudah
menunggu Bok Nyeo. Bok Nyeo mengatakan kalau Hye Gyul sudah tertidur. Sang Chul
tahu itu dan berterima kasih karena Bok Nyeo sudah mengabulkan permintaan Hye Gyul.
Bok Nyeo pun pamit, ia akan pergi sekarang.
Tapi masih ada yang ingin Sang
Chul katakan. Sang Chul berkata kalau ia akan mengajak anak-anak besok ke
terminal bus untuk mengantar Bok Nyeo. Bok Nyeo membolehkan. Sang Chul pun mengucap
salam sampai bertemu besok dan hati-hati di jalan.
Tapi ketika Bok Nyeo akan
pergi Sang Chul teringat sesuatu. Ia meminta Bok Nyeo jangan pergi dulu. Sang Chul
mengeluarkan sarung tangan yang ia sisipkan di kantong celananya. Ia memberikan
itu untuk Bok Nyeo. “Aku terkejut ketika membawamu keluar dari api. Karena
tanganmu sedingin es.” Sang Chul memakaikan sarung tangan itu ke tangan Bok Nyeo.
Keesokan harinya di Happy
Company. Ny Hong berharap Bok Nyeo tak pergi. “Jika kau pergi seperti ini, itu
berarti kau mengalah pada ibu mertuamu.” Bok Nyeo berkata kalau ia membuat
keputusan ini bukan karena keterpaksaan tapi keinginannya sendiri.
Ny Hong pun tak bisa
memaksa Bok Nyeo untuk tetap tinggal. “Kalau begitu akankah kau juga menunjukan
senyummu sekali lagi? Jika aku melihatnya kesedihanku sedikit berkurang saat
melepasmu pergi.” Tapi tiba-tiba Ny Hong meralat, “Tidak.. tidak usah. Jika aku
melihat senyummu, aku akan menangis. Jadi jangan melakukannya.”
Ny Hong mendengar kalau
anak-anak akan menemui Bok Nyeo di terminal. Ia meminta Bok Nyeo lebih baik
cepat pergi karena anak-anak pasti sedang menunggu Bok Nyeo.
Di perusahaan kakek, Ny Hong
datang menemui kakek sambil menangis. Kakek yang heran bertanya apa yang
terjadi. Sambil menangis Ny Hong mengatakan kalau dia sudah pergi. Kakek tak
mengerti siapa yang dimaksud dia, apa Bok Nyeo. Ny Hong yang terus menangis
mengatakan kalau perpisahan ini sungguh menyedihkan. Ia tak bisa menghentikan Bok
Nyeo.
Walaupun canggung dilihat Sekretarisnya,
kakek memeluk Ny Hong berniat menghiburnya. “Sudah tidak apa-apa… butuh waktu
48 tahun untukku bertemu denganmu lagi. Ini bukan seperti dia meninggal. Jadi
jangan menangis.”
Kakek bertanya kemana Bok Nyeo
akan pergi. Ny Hong tak tahu kemana tujuan Bok Nyeo pergi karena Bok Nyeo
berkata tak akan memberitahunya. Ia merasa kalau Bok Nyeo akan pergi ke tempat
yang tak seorang pun tahu. Kakek merasa kalau anak-anak pasti akan sangat sedih
dengan kepergian Bok Nyeo.
Keluarga Gyul panik karena
tak menemukan Hye Gyul dimanapun. Mereka bingung apa yang harus mereka lakukan.
Se Gyul merasa jika tidak satu pun dari mereka datang Bok Nyeo pasti akan
sedih. Sang Chul meminta anak-anaknya pergi lebih dulu ke terminal. Ia yang
akan mencari Hye Gyul.
Bok Nyeo berdiri menunggu
kedatangan keluarga Gyul di terminal. Berulang kali ia menoleh ke samping
berharap mereka segera datang. Ia melihat jam tangannya, sebentar lagi bis nya akan
datang.
Han Gyul, Doo Gyul dan Se
Gyul sampai disana. Bok Nyeo heran karena tak melihat Hye Gyul diantara mereka.
Han Gyul menyampaikan kalau Hye Gyul dan ayahnya akan sedikit terlambat datang.
Bok Nyeo berulang kali melihat ke belakang mereka, siapa tahu Hye Gyul sudah datang.
Sang Chul mencari Hye Gyul
ke setiap penjuru rumah. Ia bahkan mencari Hye Gyul hingga ke ruang cucian. Ia
tak melihat Hye Gyul ada disana. Tapi ketika Sang Chul akan keluar dari ruangan
itu, ia seperti mendengar sesuatu. Arah pandangnya tertuju pada keranjang yang
ada disana.
Sang Chul membuka tutup
keranjang itu dan benar saja Hye Gyul bersembunyi disana. Ia pun lega karena
sudah menemukan putrinya, “Hye Gyul-ah, kau disini?”
Hye Gyul melihat ayahnya
kemudian menunduk sedih, “Hye Gyul tak ada disini. Ayah tak melihat Hye Gyul
disini.” seru Hye Gyul.
Sang Chul mengajak Hye Gyul
segera keluar dari sana dan pergi menemui Bok Nyeo. “Apa kau tak akan mengatakan
salam perpisahan padanya?”
Bus yang akan Bok Nyeo
naiki sudah tiba. Anak-anak cemas karena ayah mereka dan Hye Gyul belum juga tiba.
Bok Nyeo berusaha melihat sekeliling siapa tahu mereka sudah datang. Tapi
sayang Hye Gyul belum juga tiba.
Hye Gyul yang masih di
dalam keranjang berdiri, “Jika aku tak ada, Bok Nyeo tak akan pergi.” Sang Chul
bertanya bagaimana Hye Gyul akan mengingat kenangan bersama Bok Nyeo kalau Hye Gyul
tak menemui Bok Nyeo sebelum Bok Nyeo pergi. Jadi biarkan kita memberinya
waktu.
Kondektur mengatakan kalau
bus-nya akan berangkat. Sebelum naik bus, Bok Nyeo bergantian menatap wajah
anak-anak satu persatu. Bus yang dinaiki Bok Nyeo pun berangkat.
Hye Gyul berlari mengejar
bus yang dinaiki Bok Nyeo. “Bok Nyeo-nim.. Bok Nyeo-nim!” teriak Hye Gyul. Bok Nyeo
yang mendengar suara Hye Gyul menoleh ke jendela.
“Bok Nyeo-nim tunggu…!”
teriak Hye Gyul sambil terus berlari. Tapi sayang Hye Gyul jatuh tersandung. Bus
itu pun berhenti. Bok Nyeo keluar dari bus itu. Hye Gyul berdiri berlari ke
arah Bok Nyeo.
Bok Nyeo yang khawatir
bertanya apa Hye Gyul terluka. Hye Gyul menjawab tidak. Ia juga berjanji kalau
dirinya tak akan menangis lagi. Ia juga akan membiarkan Bok Nyeo pergi. Ia
memiliki sesuatu yang akan ia berikan pada Bok Nyeo.
Hye Gyul memberikan batu Bok
Nyeo. Bok Nyeo menerimanya. Hye Gyul berharap Bok Nyeo akan memasukan kembali
batu itu ke kotaknya nanti. Bok Nyeo terharu mendengarnya tanpa terasa ia
menitikan air mata.
Bok Nyeo juga memiliki
sesuatu yang akan ia berikan pada Hye Gyul. Ia memberikan origami berbentuk bunga pada Hye Gyul. Di kertas origami itu terdapat tulisan Bok Nyeo, ‘Saya
sangat menyukai ransusubfHye Gyul.’
Hye Gyul terharu, ia
menitikan air mata dan segera memeluk Bok Nyeo erat. Sang Chul dan putra-putrinya sampai disana.
“Hye Gyul juga… Hye Gyul
juga..” tangis Hye Gyul dalam pelukan bok nyeo. “Bok Nyeo-nim…”
Hye Gyul melepas
pelukannya, “Aku punya permintaan untukmu. Jika kau kembali, maukah kau
membunyikan bel-nya tiga kali? Jadi aku akan tahu kalau itu kau. Dan aku akan
menyambutmu dengan tersenyum.” Bok Nyeo mengangguk mengerti. Hye Gyul kembali
memeluk Bok Nyeo.
Sang Chul mengingatkan Hye
Gyul kalau sekarang sudah saatnya Bok Nyeo pergi karena bus-nya sudah menunggu.
Bok Nyeo berterima kasih
atas apa yang sudah Sang Chul lakukan untuknya. Sang Chul membungkuk pada Bok Nyeo
sebagai ungkapan kalau ia juga berterima aksih pada Bok Nyeo.
Sang Chul dan putra-putrinya
berada di depan rumah memandang bintang. Hye Gyul yang digendong ayahnya berseru
kalau yang ia lihat itu bukankah bintang utara. Sang Chul memuji putrinya
sangat pintar.
Se Gyul bertanya-tanya, “Akankah
Bok Nyeo juga melihat bintang utara itu.”
“Dia juga pasti sedang
memikirkan kita kan?” Sahut Doo Gyul sambil memandang bintang.
“Bok Nyeo-nim, bagaimana
kabarmu?” tanya Han Gyul.
Hye Gyul teringat sesuatu,
“Ayah…. Ada sesuatu yang belum kukatakan pada Bok Nyeo-nim.” Sang Chul tanya
apa itu.
Hye Gyul : “Ketika Bok Nyeo
pergi, Bok Nyeo bilang kalau dia menyukaiku. Tapi aku tak membalasnya karena
itu membuatku menangis. Aku juga ingin mengatakan kalau aku benar-benar
menyukainya.
Suara Han Gyul : ‘Kami
masih menunggu, untuk kembalinya Bok Nyeo nim pada kami, berharap keajaiban
seperti itu akan terjadi.’
Han Gyul, Soo Hyuk dan Woo
Jae jalan bersama usai latihan band. Soo Hyuk berterima kasih pada dua temannya
karena sudah mempertahankannya sampai akhir.
Woo Jae berkelakar kalau
begitu bagaimana jika Soo Hyuk menyerah saja terhadap Han Gyul. Soo Hyuk juga
ikut berkelakar kalau ia akan melakukan semua yang Woo Jae katakan selain menyerah
terhadap Han Gyul.
Suara Han Gyul : ‘Kami
semua menunggu seseorang. Seseorang yang memberikan kami kekuatan dan bersama
dengan kami.’
Hubungan Kakek dan Ny Hong
semakin dekat. Keduanya jalan-jalan menyusuri hutan. Kakek berkata ketika ia
masih muda yang ia pedulikan hanya pekerjaan. “Tapi sekarang aku sudah tua, aku
menyesalinya setiap kali aku makan.”
Ny Hong : “Hidup tanpa ada
rasa penyesalan itu ibarat menanam pohon yang tidak pernah tumbuh. Tidak
menyenangkan dan membosankan.”
Kakek tiba-tiba berhenti
dan membuka jaketnya, anginnya begitu dingin. Ia ingin Ny Hong masuk ke jaket
yang sama dengannya. Ny Hong terkejut malu, ia melihat sekeliling. Karena sepi
ia pun masuk satu jaket bersama kakek hehehe.
Suara Han Gyul : ‘Seseorang
yang membiarkan kau tahu itu masih belum terlalu terlambat.’
Na Young mencoba gaun pengantinnya.
Ia sebentar lagi akan menikah dengan Lee Dong Shik. Dong Shik meraih tangan Na Young.
Na Young yang selalu saja ceroboh jadi hilang keseimbangan, jatuhlah ia ke
pelukan Dong Shik. And then… Dong Shik pun emnciumnya. (lha sepanjang 20
episode ga ada kissu eh di ending dikasih kissu)
Suara Han Gyul : ‘Seseorang
yang bisa mencintai aku apa adanya’
Suara Han Gyul : ‘Kesempatan
untuk melindungi keluarga yang mereka cintai.’
Song Hwa menjadi relawan
bersama warga negara asing lain, ia akan membangun rumah singgah (kayaknya)
Suara Han Gyul : ‘Waktu
untuk memaafkan kesalahan yang mereka lakukan.’
Doo Gyul tampak serius belajar, Se Gyul membawakan minuman untuk hyung
nya. Se Gyul juga belajar
sangat rajin. Ia kini masuk ke SMP Internasional berkat kepintarannya.
Suara Han Gyul : ‘Seseorang
yang mengaku seberapa keras mereka telah mencoba.
Hye Gyul menggambar
kenangannya bersama Bok Nyeo. Ia juga menulis Di buku itu, "hari ini adalah hari
Bok Nyeo-nim meninggalkan kami. Bok Nyeo-nim, kapan kau akan membunyikan bel
pintunya tiga kali?”
Suara Han Gyul : Dan… bel pintunya berdering tiga kali… kami menyebutnya keajaiban kaerena itu bisa saja terjadi.”
Keluarga Gyul tak pernah
menyewa pembantu lagi. Untuk pekerjaan rumah tangga mereka berlima melakukannya
bersama-sama. Pagi itu mereka menyiapkan sarapan. Ayah menyiapkan nasi, Doo Gyul
memasak. Han Gyul menyajikan hidangan sarapannya. Se Gyul dan Hye Gyul
menyiapkan peralatan makannya. Mereka mengerjakan itu bersama sama.
Tiba-tiba… ting nong… terdengar
suara bel pintu sekali.. Mereka menoleh ke arah pintu menghentikan apa yang
mereka kerjakan.
Ting nong… suara bel
kedua… dalam pikiran mereka bertanya-tanya, siapa itu…
Ting nong… suara bel
ketiga pun bunyi…
Hye Gyul tersenyum sumringah dan segera berlari ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Mereka juga menyusul Hye Gyul.
Hye Gyul tersenyum sumringah dan segera berlari ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Mereka juga menyusul Hye Gyul.
Hye Gyul membuka pintu
penuh senyuman mengira yang datang adalah Bok Nyeo. Tapi bukan, itu bukan Bok Nyeo
melainkan tetangga sebelah yang baru saja pindahan. Ahjumma tetangga baru memberikan
kue untuk tetangganya.’ Hye Gyul menerima kue itu dengan perasaan kecewa.
Hye Gyul akan menutup
pintu tapi tiba-tiba ia membukanya lagi karena merasa melihat seseorang di
luar. Bok Nyeo berdiri di luar pagar tersenyum pada Hye Gyul. “Bok Nyeo-nim!”
seru Hye Gyul berlari keluar menemui Bok Nyeo. Ayah dan kakak-kakaknya pun ikut
keluar menemui Bok Nyeo.
“Bok Nyeo-nim, Hye Gyul
menyukaimu juga..” ucap Hye Gyul mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada
Bok Nyeo. Keduanya tersenyum, Hye Gyul kembali memeluk Bok Nyeo. Mereka juga
ikut senang Bok Nyeo kembali hadir ditengah-tengah mereka.
Sang Chul yang senang Bok Nyeo kembali, ia berharap
Bok Nyeo tak akan pernah meninggalkan mereka lagi.
“Apa itu perintah?” tanya Bok
Nyeo.
Sang Chul tersenyum, “Ya
itu perintah!”
“Saya akan melakukan
perintah anda.” ucap Bok Nyeo sambil tersenyum.
Anak-anak senang melihat Bok
Nyeo hadir kembali diantara mereka.
Bok Nyeo pun tak pernah ragu ataupun takut menunjukan senyum indahnya.
Bok Nyeo pun tak pernah ragu ataupun takut menunjukan senyum indahnya.
Tamat
Akhirnya selesai juga
sinopsisnya. Ending yang berbeda dari doramanya dan itu membuat saya suka
sekali. Senang melihat Bok Nyeo akhirnya tersenyum lagi untuk selamanya. Lagi males komentar
panjang-panjang, yang pasti lewat drama ini kita akan tambah sayang sama
keluarga. Ayo ayo peluk keluarga kita. Ayah, ibu, kakak, adik dan semuanya.
HUAHHHH, , ,T_T
ReplyDeleteFinally , , , ending yang awesome bgt, , ,
Buat mbk Anis , , Fighting y,,,
Jujur aku gak terlalu ikutin drama ini, aku langsung baca endingnya aja takut gak seru hihiii
ReplyDeleteTapi pas liat endingnya gak terlalu mengecewakan ko
waa mksh bnyak mba anis sdh brsdia mnyelesaikan sinopsis drama SH,
ReplyDeleteSH emg bnr2 keren terutama Choi Ji Woo sm Song Jong Ho, cocok tuh jd couple #ngarep
skali lg tengkyu ya mba, fighting!
-hany
haha song jong ho, song jong ho..
Deleteemang gak ketuaan ya sama choi ji woo?
Song Jong Ho kelahiran 1976 klo Choi Ji Woo kelahiran 1975,jd Song Jong Ho lebih muda setahun dari Choi Ji Woo.Choi Ji Woo malah pernah punya pacar yg 6 tahun lebih muda.
DeleteSari
Mba.. mau nanya .. emang ending drama nya kayak gimana?
ReplyDeleteending dorama-nya Mita tetep bersikap seperti semula n kerja di keluarga lain. Sinopsisnya bisa baca di pelangi drama judul doramanya Kaseifu no Mita
Delete"♏ǽĶĄą©iiii°Ä¦ mbk sudah dbuat sinopny ampe akhir...iya untung aja gak sprti gak sprti doramany y mbk...klw ending ny sprti dorama kurang seru deh..itu mnrt q sech mbk
ReplyDeleteJeongmal kamsahamida mba anis ^^
ReplyDeleteproyek selanjutnya apa nih??
Endingnya bikin terharu bacanya :) Seandainya,ceritanya dilanjut,Seo Ji Hoon bebas dari penjara,dia akan kembali jd CEO di perusahaan Gatsby kah? Dan kembali terobsesi sama Bok Nyeo kah? Klo iya,mgkn kehidupan Bok Nyeo akan kembali tdk tenang? Pengen re-read,tapi mulai dari episode 9 part 2 saja yg mulai ada Song Jong Ho nya hehe :) soalnya banyak adegan romantis mereka berdua tapi rusak krn ada cerita dendamnya haha
ReplyDeleteMakasih banyak ya Mbak Anis udh berjuang selesain sinopnya The Suspicious Housekeeper sampai tamat :)
Sari
haha ternyata banyak yang suka meski dia kejem banget LOL
DeleteKejam tapi mempesona hahaha,orangnya ngangenin hehe.
DeleteSari
itu dia, saya sebenarnya penasaran kalau se ji hoon bebas dari penjara gimana ya. hahaha....
DeleteMbak Anis penasaran?? Sama..saya juga :D *gaya uya kuya..hahaha :D
DeleteSari
Haha iya Sari, saya jadi penasaran sama drama barunya yg Full Sun, nanti mau ngintip lah kalau udah tayang... Hehe...
DeleteFull Sun itu mulai main tanggal brp ya? Biar bisa ngecek siapa tau ada yg buat sinopsisnya,krn klo nonton saja aku gak ngerti mereka ngomongnya apaan :|
Delete~Sari~
The Full Sun mulai tayang 10 Februari menggantikan Prime MInister and I. Saya mau ngintip dramanya ah hehe...
Deleteya ampun itu komen diatas saya lupa ga nyantumin nama hahaha....
Saking penasaran sampai lupa nyantumin nama ya mbak hehe :) Kalo udah ngintip,di share ke blognya ya mbak,setdknya sinopsis singkatnya,dramanya bercerita tentang apa :)
Delete~Sari~
#guling2 di tempatnya mbak anis
Deletebaru tau song jong ho itu gak jauh lebih muda dari choi ji woo, wah berarti termasuk yang awet muda^^
itu mbak anis cuma mau ngintip karena melodrama? apalagi yang nulis nice guy dan thank you LOL
saya juga mau ngintip ah, song jong ho jadi second lead male lagi? hihihi gemes banget...
Kalo gitu yuk kita ngintip rame2 dramanya hehe :) Msh berharap nanti ada yg buatin sinopnya krn aku kalo nonton drakor di internet biasanya gak ada subtitle jd abis nonton pasti browsing sinopnya deh
Delete~Sari~
Lagi diskusi sama Inda buat sinopsis drama The Full Sun. Mudah2an terealisasi hehehe. Do'a in ya....
DeleteAnis Suchie
Iya didoain semoga rencananya bisa terealisasi dgn lancar biar aku dan yg lainnya bisa baca :)
Delete~Sari~
*peluk mbak anis too
ReplyDeleteketauan kok mbak ga mau komen panjang2, sinopnya aja ga panjang hehe
makasih banyak ya mbak karena gak mutus sinop ini, karena seleranya mbak anis yang sering beda ma yang lain, jadinya sinop drama ini juga langka LOL
next ditunggu QoH.nya >.<
Drama timeline jadi drama rom-com nih^^"
Akhirnya happy ending... Hooorrraaayyy.... \(^0^)/
ReplyDeleteMakasi untuk sinopsisnya.... ^_^
Nangis bombay liat Bok Nyeo Nim senyum. hua....makasih sdh buat sinopsisnya mb anis. :)
ReplyDeleteAkhir yg bahagia...tengkyuuu mba. Di tunggu sinopsis drakor yg lainnya. :)
ReplyDeleteWinda
haha...nagis banget eps 20 ini...hiks...mb Anis makasih yah....udah buat sinop the houskeeper.....
ReplyDeletesan
Terimakasih sinopsisnys membuatku menangis terharu ...( ina )
ReplyDeleteTerimakasih mba anis ... menangis terharu episode terakhir ....
ReplyDeleteWahh Mba anis keren banget buat sinopsisnyaa!!terus berkarya yaa..kebenaran saya udh ntn dua2nya dan masing2 punya kelebihan sdr...tp kalo diliat scr keseluruhan buat saya yg versi Jepang lebih terasa misterinya dan lebih mencekam walau bukan film horror atau thriller...dan selain itu dr segi kualitas akting, saya angkat topi deh buat Nanako Matsushima yg begitu bisa menghidupkan tokoh Mita Akari dengan outstanding bangett!! Kalo yg versi Koreanya, Cho Ji Woo masih kurang cool n flat krn dalam beberapa adegan masih keliatan memperlihatkan ekspresi..sdgkan Nanako dr awal sampe mau beberapa episode terakhir bisa bener2 flat, dingin, dan tidak berekspresi sama sekali...sugoi!! Tp klo dari scene film Korea lebih asyik memang..krn terlihat modern dan endingnya bagus. sedangkan yg Jepang endingnya kurang klimaks...tp ini drama ok banget buat ditonton! Ngga tau mau beli dvd orinya dimana nih? Soalnya bagus buat dikoleksi...
ReplyDeleteSy baru cari sinopsis sekarang setelah kemarin liat tayang di tv episode 4, eh malah asik baca sinopsis nya mbak anis, btw semoga sukses dengan sinopsis lainnya ya,,
ReplyDeleteSy baru cari sinopsis sekarang setelah kemarin liat tayang di tv episode 4, eh malah asik baca sinopsis nya mbak anis, btw semoga sukses dengan sinopsis lainnya ya,,
ReplyDelete